Tabel 5.14. Hubungan derajat berat PPOK dengan level CAT. Derajat PPOK
Ringan Sedang
Berat Sangat
berat Total
Level CAT Low
Medium High
Very high Total
1 1
2 3
8 2
13 2
5 1
8 1
2 4
7 5
11 9
5 30
Sig 2-tailed, p = 0,034 Spearman Correlation, r = 0,389
Dari hasil uji Spearman, didapatkan nilai significancy sebesar 0,034. Karena p0,05 dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara level CAT dengan derajat berat PPOK. Nilai korelasi Spearman sebesar 0,389 menunjukkan kekuatan korelasi lemah. Hasil
positif menunjukkan arah korelasi yang searah, artinya semakin tinggi derajat berat PPOK, semakin tinggi pula level CAT.
5.2. Pembahasan
Merokok merupakan faktor risiko utama untuk PPOK karena merokok menaikkan risiko sebanyak 12-13 kali untuk terjangkit penyakit ini
Stephens dan Yew, 2008. Menurut Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu didapatkan 26
dari 30 responden merupakan perokok sebelumnya. Faktor lain yang dapat menyebabkan PPOK adanya paparan asap dan polutan secara terus menerus yang
didapat dari lingkungan sekitarnya. Sebesar 76.7 sampel memiliki kencenderungan terkena paparan asap. Hal ini dapat diakibatkan oleh lingkungan
tempat tinggal yang dekat pabrik atau polusi, keluarga serumah yang perokok aktif dan juga tempat kerja yang memproduksi asap atau polutan. Hal ini sejalan
dengan jurnal yang ditulis Mark B Stephens dan Kenneth S. Yew pada tahun 2008 yang menyebutkan bahwa risiko perokok aktif terkena PPOK sebesar 25 dan
risiko lain yang berpengaruh besar terhadap angka kejadian PPOK adalah paparan asap dan polutan.
Jenis kelamin juga memiliki pengaruh terhadap angka kejadian PPOK. Dari total 30 responden, 25 responden adalah laki-laki sehingga dapat dikatakan
laki-laki merupakan individu yang potensial terkena PPOK. Hal ini dapat dijelaskan dengan banyaknya kaum lelaki yang merupakan perokok aktif dan
pekerja di lapangan daripada perempuan sehingga lebih berisiko terkena paparan asap dan polutan secara terus menerus
WHO, 2013. PPOK adalah penyakit saluran pernapasan yang bersifat kronis, sehingga
manifestasi klinisnya dapat baru terlihat pada usia lanjut Mannino dan Buist,
2012. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian, banyaknya penderita PPOK yang berusia 50 tahun. Dari total 30 responden, 13 orang berada pada kelompok usia
50-59 tahun dan 13 orang pada kelompok 60-90 tahun. Hal ini menunjukkan besar angka kejadian PPOK meningkat seiring pertambahan usia. Dan hasil ini juga
sesuai dengan data statistik di COPD International pada tahun 2012. Hipertensi dan penyakit jantung merupakan penyakit komorbid terbanyak
pada penelitian ini berturut-turut sebesar 26.67 dan 23.33. Hal ini sesuai dengan penelitian Luis Gracia,dkk yang menyatakan bahwa hipertensi merupakan
penyakit komorbid yang paling sering pada PPOK sebesar 52 Luis et. al,
2013, sedangkan menurut GOLD 2012 menyatakan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyakit komorbid terbanyak pada PPOK. Hipertensi
masuk kedalam 4 penyakit kardiovaskular utama selain penyakit jantung iskemik, gagal jantung, dan fibrilasi atrium.
Pada PPOK terdapat hambatan aliran udara pada saluran pernapasa Viegi et. al, 2012. Hambatan aliran ini dilihat dari rasio FEV1FVC dengan
pemeriksaan spirometri. Pada penyakit ini terjadi penurunan rasio FEV1 dibawah 80. Semakin rendahnya nilai FEV1 menunjukkan semakin beratnya derajat
PPOK yang diderita. Klasifikasi kelas pada PPOK dilihat dari seberapa jauh rasio FEV1 mengalami penurunan
GOLD, 2015. Adanya hambatan aliran udara ini dapat mempengaruhi kondisi fisik pada pasien PPOK. Karena rasio FEV1FVC
tidak dapat digunakan untuk mengukur dampak PPOK terhadap status kesehatan fisik pasien, maka juga digunakanlah COPD Assessment Test CAT untuk
mengukur kondisi tersebut. Total skor pada CAT dikelompokkan pada beberapa
kelas yang menunjukkan level besarnya PPOK mempengaruhi status kesehatan pasien
CAT Development Steering Group, 2012. Seharusnya semakin rendah rasio FEV1FVC, maka semakin tinggi skor CAT yang ada.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara signifikan antara skor CAT dengan rasio FEV1FVC. Hasil penelitian ini
sesuai dengan hasil penelitian oleh Abbas Fadaii pada tahun 2011 yang mengatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara skor CAT dengan
rasio FEV
1
FVC. Pada penelitian tersebut dikatakan hasil yang tidak siginifikan tersebut dikarenakan penentuan derajat berat PPOK ialah FEV
1
bukan rasio FEV
1
FVC. Penelitian tersebut juga mengkorelasikan antara skor CAT dengan FEV
1
dan didapatkan hasil yang signifikan Fadaii, et. al, 2012. Namun pada penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara level CAT dengan derajat
berat PPOK. Hasil ini sesuai dengan penelitan pada tahun 2012 oleh Hassan Ghobadi yang menunjukkan ada korelasi yang siginifikan antara keduanya
Ghobadi et. al, 2012. Hal yang tidak signifikan ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel yang
sedikit walau memenuhi sampel minimal dan terbatasnya waktu penelitian sehingga tidak dapat menambah sampel. Kusienor CAT yang seharusnya diisi
sendiri oleh pasien tanpa bantuan, dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan pasien sehingga tidak memungkin kuesioner diisi secara mandiri. Oleh karena itu,
peneliti berusaha mengisi dengan bertanya lebih intensif akan kondisi pasien. Akan tetapi karena sulitnya menafsirkan bahasa pasien, pemberian skala yang ada
tidak terlalu akurat. Hasil yang tidak bermakna ini juga dapat karena kesalahan dalam pemeriksaan spirometri. Seperti responden yang tidak melakukan instruksi
meniup spirometri dengan baik dan benar dan spirometer yang belum dikaleberasi sesuai standar. Keduanya dapat mempengaruhi hasil pembacaan interpretasi dari
pemeriksaan spirometri. Sampel yang merupakan pasien yang diagnosa PPOK secara klinis, tetapi berdasarkan hasil spirometri didapatkan hasil restriktif atau
mixed bukan obstruktif. Hal ini juga dapat mempengaruhi hasil uji korelasi yang tidak bermakna.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data yang didapat dan dianalisis dari 30 pasien PPOK di Instalasi Diagnostik Terpadu RSUP Haji Adam Malik Medan selama bulan
Juni-Juli 2015, diambil simpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara skor COPD Assessment Test CAT dengan rasio
FEV1FVC pada pasien PPOK.
6.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut. 1.
Pengukuran skor CAT dan rasio FEV1FVC masih perlu diteliti lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak.
2. CAT sebisa mungkin diisi sendiri oleh pasien dengan sebelumnya
dijelaskan metode pengisian sehingga hasil lebih akurat. Spirometer juga harus dikaliberasi sesuai standar sehingga jika ingin dilakukan
penelitian lebih lanjut tidak mempengaruhi hasil penelitian. 3.
Pemeriksaan spirometri pada pasien PPOK klinis sebaiknya tetap dilakukan untuk dapat mengetahui apakah benar terjadi obstruksi dan
derajat berat obstruksi sehingga pasien dapat dikelola dengan sesuai.