Diagnosis Diagnosis banding Penatalaksanaan Epidemiologi Sindroma Mata Kering

11. Lemas dan lelah 12. Kesulitan dalam berkendara pada malam hari

2.3.3. Diagnosis

Menurut Garg A Rosen E, 2009, diagnosis Computer Vision Syndrome dapat dilakukan dengan sebagai berikut : 1. Pemeriksaan okular 2. Direct opthalmoscopy 3. Visual acuity 4. Tonometry

2.3.4. Diagnosis banding

Sindroma mata kering pada Computer Vision Syndrome sering di salah diagnosiskan dengan mata kering paska bedah refraktif.

2.4.5. Penatalaksanaan

Mata kering lebih sering menjadi target terapi pada Computer Vision Syndrome. Penggunaan larutan counter artificial tear dapat mereduksi efek-efek mata kering pada Computer Vision Syndrome. Gejala-gejala astenopia dapat direduksi dengan mengistirahatkan mata beserta ototnya. Berkedip rutin juga dianjurkan untuk membantu pengisian kembali dari tear film. Untuk mengurangi kerja dari otot siliaris dapat dibantu dengan sesekali melihat keluar dari jendela dan menatap langit. Garg A Rosen E 2009 menyatakan bahwa setiap 20 menit, fokuskan mata pada objek berjarak 20feet 6meter selama 20 detik. Hukum ini dikenal dengan “20-20-20 rule”. Selain ini, bisa juga dianjurkan untuk menutup kedua mata selama 20 detik, dilakukan sesring mungkin atau sekurangnya dalam kurun waktu setengah jam. Kemampuan fokus yang menurun dapat dikurangi keparahannya dengan memakai kacamata positif berkekuatan kecil +1 s.d. +1.50. Kacamata ini akan membantu penderita untuk mengembalikan kemampuan fokus penderita.

2.3.6. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara Garg A., Rosen E., 2009, yakni : 1. Jaga jarak 20-26 inci dari monitor 2. Monitor komputer harus ditempatkan 10˚ - 15˚ dari level bawah mata pada tatapan yang lurus 3. Gunakan layar antiglare 4. Penurunan cahaya 5. Hindari paparan cahaya matahari langsuns pada posisi komputer dan minimalisasikan tatapan. 6. Ingat untuk berkedip secara reguler 7. Monitor komputer diletakkan secara horizontal di atas meja yang akan sangat membantu dalam membaca dengan mengoreksi presbyopia penderita 8. Pemberian konseling dan pencegahan yang baik memberikan hasil prognosis yang baik.

2.4. Sistem lakrimal

Terdiri dari dua sistem, yaitu sistem sekresi dan sistem ekskresi Harahap H, 1999. Ada beberapa komponen sekresi yang terdiri dari; glandula lakrimal kelenjar utama, glandula lakrimal aksesoris Krause dan Wolfring, glandula sebasea palpebra kelenjar Meibom dan sel-sel goblet dari konjungtiva Musin AAO, 1998. Persarafan dari sistem sekresi oleh saraf trigeminus dan saraf simpatis tidak memberikan pada sekresi AAO, 1992. Sistem sekresi terdiri dari sekresi basal dan refleks sekresi. Sekresi basal terdiri dari kelenjar aksesoris air mata dari Krause dan Wolfring, sedangkan refleks sekresi dari kelenjar air mata yang utama terdiri dari porsi orbita dan palpebra AAO, 1992. Sistem ekskresi dari air mata dimulai dari puntum lakrimalis superior inferior, ampula, kanlikulus komunis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan nasi inferior. Persarafan juga berasal dari simpatetis orbita AAO, 1992. Air mata melewati empat proses yaitu produksi dari aparatus atau sistem sekretori lakrimalis, distribusi dengan berkedip, evaporasi dari permukaan okular dan drainasi oleh aparatus lakrimalis. Air mata berfungsi sebagai Harahap H, 1999 : 1. Mempertahankan kornea 2. Menghaus benda asing dari permukaan kornea 3. Sumber oksigen bagi epitel kornea dan konjungtiva 4. Pelicin antara kornea dengan kelopak mata 5. Jalur bagi sel-sel leukosit menuju ke bagian sentral kornea avaskuler bila terjadi trauma kornea 6. Sebagai anti bakterial 7. Sebagai media pembuangan debris dari sel yag mengalami deskuamasi

2.5. Fisiologi pengeluaran air mata

Permukaan depan bola mata ditutupi oleh suatu lapisan yang disebut Tear Film TF Gondhowiardjo TD, 1999. Tear Film terdiri dari tiga lapisan : 1. Lapisan superfisisal lipid Dihasilkan oleh kelenjar meibom dan kelenjar sebasea, berfungsi mencegah evaporasi. Memiliki tebal 0,1um terdiri dari sedikitnya sembilan jenis lemak yaitu, hydrokarbon 7,54, sterol ester 27,3, wax ester 32,3, diester region 7,54, tryacyl gliserol 3,7, post tryacyl gliserol 2,98, free sterol 1,63, free fatty acid 1,98 dan polar lipid 14,8 Gondhowiardjo TD, 1999. Lapisan lipid bersifat hidropobik, memperlambat evaporasi dan untuk lubrikasi. Irsad S, 2003 2. Lapisan akuos Disekresi oleh kelenjar lakrimalis dan kelenjar Krause serta Wolfring. Mengandung garam-garam inorganik, glukosa,urea, protein dan glikoprotein yang berfungsi dalam pengambilan oksigen untuk metabolisme kornea. Tebalnya 6,5um - 7,5um, merupakan komponen terbesar dari air mata dan mempunyai dampak dalam kualitas air mata Irsad S, 2003. 3. Lapisan mukus Dihasilkan oleh sel-sel goblet konjungtiva dan merupakan lapisan terdalam. Tebal 0,02um - 0,05um. Mukus merupakan faktor penting untuk menurunkan tegangan permukaan surfaktan epitel kornea yang hidropobik, sehingga permukaan tersebut dapat dibasahi air mata. Irsad S, 2003. Distribusi volume air mata pada permukaan okular umumnya sekitar 6 - 7µL yang terbagi tiga bagian Sullivan, 2002, yaitu : 1. Mengisi sakus konjungitva sebanyak 3µL - 4µL. 2. Melalui proses berkedip sebanyak 1µL akan membentuk tear film dengan tebal 6µL - 10µL dan luas 260 mm². 3. Sisanya sebanyak 2µL - 3µL akan membentuk tear meniscus seluas 29 mm² dengan jari-jari 0,24mm Yokoi dkk., 2006. Menurut Wang dkk., 2006, tear film digabungkan dari tear meniscus atas dan bawah saat berkedip. Air mata tear film berjalan menutupi permukaan bola mata dan kelopak mata kemudian melewati komponen-komponen dari sistim sekresi dan diteruskan ke hidung. Kebanyakan tear film dieliminasi secara langsung melalui evaporasi dan diabsorpsi kembali oleh sakus lakrimalis Tanenbaum M, 1997. Ketika kelopak mata membuka sebelum mata mulai berkedip maka kanalikuli siap untuk diisi air mata. Mekanisme dimulai dari kelopak mata atas turun sebagai awal berkedip dan bawah akan berkontak lebih kuat, sehingga hanya setengah jalan yang tertutup. Sewaktu puntum tertutup saat berkedip, ini akan menekan kanalikuli dan sakus lakrimal air mata terdorong melalui duktus nasolakromalis dan melalui hidung Tanenbaum, 1997. Sekresi air mata pada satu mata adalah 60 gramhari Janin, 1772, sedangkan sekresi basal 0,6ml – 1,2ml per menit AAO, 1992. 2.6.Mata kering dry eyes Mata kering menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas, terjadi akibat penguapan air mata yang berlebihan Crystal D, 2002 ataupun produksi air mata yang tidak cukup atau ketidaknormalan dari komposisi air mata. Gejala mata kering bervariasi pada tiap- tiap orang seperti perasaan tidak enak di mata, rasa benda asing, mata merah, rasa terbakar dan air mata berlebihan Chacko B, 1997. Mata kering sering terjadi akibat penuaan, lebih 75 orang di atas 65 tahun dan lebih tua menderita mata kering. Wanita umumnya yang mengalami menopause karena perubahan hormonal. Mata kering dapat terjadi pada beberapa kondisi antara lain seperti Irsad S, 2003 : 1. Adanya masalah mengedip yang dihubungkan dengan penggunaan komputer 2. Pemakaian anti histamin,hormonal dan anti depresi 3. Faktor lingkungan seperti cuaca yang panas 4. Kehamilan dan merokok 5. Kondisi kesehatan seperti diabetes, akne rosacea, arthritis, sindrome syogren, defisiensi vitamin A dan lan-lain 6. Pemakaian lensa kontak 7. Pembedahan refraktif seperti Lasik

2.6.1. Epidemiologi Sindroma Mata Kering

Epidemiologi sindroma mata kering meningkat dari tahun ke tahun. Di Amerika Serikat, menunjukkan prevalensi berkisar antara 5-30 dengan total penduduk berusia 50 tahun sebanyak 4,91 juta. Studi besar oleh Women’s Health Study and Physician’s Health Study menunjukkan prevalensi SMK di Amerika Serikat berkisar 7 pada wanita dan 4 pada pria Schamberg dkk., 2003. Salisbury Eye Study menunjukkan angka 154,6 pada populasi berusia 48-91 tahun dengan prevalensi tertinggi pada wanita Schein dkk., 1997. The Beaver Dam population-based study menemukan prevalensi sindrom mata kering 14,4 pada populasi berusia diatas 65 tahun Moss dkk., 2000. Di Malaysia, prevalensi sindroma mata kering 14,4 Jamaliah dkk., 2002. Di Indonesia, Kepulauan Riau, menunjukkan prevalensi 27,5 pada penduduk berusia diatas 21 tahun dengan faktor risiko utama umur, rokok dan pterigium Lee dkk., 2002. Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Chaironika 2011 menemukan 76,8 prevalensi Sindroma Mata Kering pada wanita yang telah menopause.

2.6.2. Klasifikasi Sindroma Mata Kering

Dokumen yang terkait

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER TERHADAP TERJADINYAGEJALA COMPUTER VISION Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

0 3 14

ANALISIS HUBUNGAN LAMA INTERAKSI KOMPUTER TERHADAP TERJADINYA Analisis Hubungan Lama Interaksi Komputer Terhadap Terjadinya Gejala Computer Vision Syndrome pada Mahasiswa Jurusan Keperawatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

2 5 18

Hubungan Antara Penggunaan Komputer dengan Terjadinya Computer Vision Syndrome

0 0 2

Hubungan Antara Penggunaan Komputer dengan Terjadinya Computer Vision Syndrome

0 0 4

Hubungan Antara Penggunaan Komputer dengan Terjadinya Computer Vision Syndrome

0 1 13

Hubungan Antara Penggunaan Komputer dengan Terjadinya Computer Vision Syndrome

0 0 3

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

1 2 29

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

0 0 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

0 0 15

Gambaran Tingkat Lama Penggunaan Komputer Dengan Terjadinya Gejala-gejala Computer Vision Syndrome (CVS) Pada Pekerja Pengoperasian Komputer di Wilmar Group, Tahun 2012

0 1 15