mengakses internet DeBell dkk., 2003. Penelitian Hoesin dkk. 2007 pada 2500 orang di 16 kota di Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 46,7 pengguna
komputer dengan mayoritas menggunakan komputer untuk bekerja. Untuk mengurangi dampak dari monitor komputer perlu kita perhatikan
aspek ergonomis dari tempat kerja dan ligkungan kerja. Hal-hal yang diperhatikan di tempat kerja seperti: monitor komputer, rancangan tempat kerja memperhatikan
tinggi meja, tinggi kursi, dan jarak mata-Video Display Terminal 450-700 mm, dan jarak optimal 500-600mm Suharyanto FX, 2002. Lingkungan kerja juga
sebaiknya memperhatikan penerangan, sebaiknya 300-700 lux. Untuk suhu disarankan 24-26
˚C, dengan perbedaan suhu di dalam ruangan dan diluar ruangan tidak melebihi 5
˚C, dan kelembaban 40-60. Kebisingan secara umum di bawah 60dB 40-60dB. Disamping faktor-faktor di atas dianjurkan untuk istirahat
selama 15 menit setelah bekerja terus-menerus dengan Video Display Terminal selama dua jam dengan beban kerja sedang dan satu jam pada beban kerja berat.
Olah raga juga dianjurkan untuk meningkatkan kebugaran Suharyanto FX, 2002.
2.3. Computer Vision Syndrome
Menurut Garg A 2009, Computer Vision Syndrome CVS adalah sebuah kondisi yang terjadi pada orang-orang yang bekerja pada monitor
komputer. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya Computer Vision Syndrome adalah posisi yang tidak pas seperti duduk terlalu dekat ke monitor
komputer, pencahayaan yang kurang, dan bertambahnya tatapan ke layar dan frekuensi berkedip yang berkurang. Computer Vision Syndrome merupakan
kondisi sementara yang diakibatkan oleh mata yang bekerja terlalu fokus dan menatap pada display komputer dalam suatu periode waktu yang tidak mendapat
interupsi.
2.3.1. Patofisiologi
Computer Vision Syndrome disebabkan oleh penurunan refleks berkedip saat bekerja dalam waktu yang lama dan fokus pada layar komputer. Frekuensi
berkedip normal adalah 16-20 kali per menit. Studi menunjukkan frekuensi berkedip menurun hingga 6-8 kali per menit pada pekerja yang menggunakan
komputer. Sebagai tambahan, pemfokusan dalam jarak dekat untuk durasi yang lama memaksa kerja dari otot siliaris pada mata. Hal ini memicu gejala-gejala
astenopia dan memberi rasa lelah pada mata setelah bekerja dalam waktu yang lama. Beberapa orang dengan umur sekitar 30-40 tahunan mengeluhkan
ketidakmampuan dalam memfokuskan objek-objek dekat setelah bekerja dalam waktu yang singkat, yang berakhir pada penurunan mekanisme fokus akomodasi
dari mata dan presbyopia. Tampilan yang terdapat di monitor tidak sama pada hasil tampilan piksel-piksel yang berupa titik, yang tercetak di atas kertas.
Permukaan garis-garis luarnya yang sangat berliku-liku tersebut menambah nilai kontras yang rendah dan kekurangjelasan. Selain itu, huruf-huruf di monitor
komputer bervariasi dalam intensitas cahaya, yang mana juga menambah nilai kontras yang rendah. Hal-hal ini menyebabkan mata harus tetap fokus secara
spontan untuk menjaga ketajaman gambar sehingga memaksa kerja dari otot siliaris pada mata. Kelemahan akomodasi juga meningkatkan kerja dari otot
siliaris pada mata Garg A, Rosen E, 2009.
2.3.2. Gejala klinis dan simptom
Simptom-simptom dari Computer Vision Syndrome dikarakteristikkan dengan sensasi panas, berair, perasaan berat pada kelopak mata, nyeri di mata,
sakit kepala dll. Simptom-simptom dibawah ini mungkin pernah dirasakan oleh penderita Computer Vision Syndrome Garg A, Rosen E, 2009, yakni:
1. Mata kering
2. Sakit kepala
3. Iritasi mata
4. Sensasi benda asing
5. Penglihatan yang kabur
6. Sensitif terhadap cahaya
7. Penglihatan ganda
8. Ketidakmampuan memfokuskan objek dalam jarak tertentu
pseudomyopia 9.
Nyeri leher dan bahu 10.
Tampak gambaran halo muncul pada monitor
11. Lemas dan lelah
12. Kesulitan dalam berkendara pada malam hari
2.3.3. Diagnosis