60 Belanda. Setiap kali menanda-tangani Akta Perjanjian kepada Sultan, Belanda
memaksakan kehendak politiknya. Sultan tak berdaya melakukan perlawanan, akibatnya bertambah lama kedaulatan sultan kian menyusut
73
. Dengan Akta Perjanjian itu pula Belanda semakin mudah mengontrol dan mendiktekan kemauan politiknya. Agar lebih
gampang mengawasi kelakuan politik kesultanan sambil mengikis kekhawatiran pembangkangan sultan, Belanda membuat ketentuan melarang masuk segala jenis
amunisi, senjata api, dan mesiu ke wilayah kekuasaan sultan. Pelarangan itu dibuat di atas Akta Perjanjian. Ini artinya Belanda tidak membolehkan kesultanan memelihara pasukan
tempur. Sebab jika amunisi, senjata api, dan mesiu bebas masuk ditakutkan kesultanan dapat membangun kekuatan persenjataan yang dapat mengancam kekuasaan Belanda,
untuk menghindari ketakutan itu pemerintah Belanda hanya membolehkan kesultanan dijaga opas
74
Awal masuknya modal besar ke Sumatera Timur lewat seorang pengusaha swasta asing Belanda, Jacobus Nienhuys yang bermaksud menanamkan modalnya dalam industri
tembakau .
II.2.2. Kedatangan Modal Besar
75
73
Syafruddin Kalo, op cit, hal. 101
74
Edy Suhartono, Op Cit, hal. 24
75
Alwi, Afrizan, Sengketa Pertanahan dan Alternatif Pemecahan : Studi Kasus di Sumatera Utara. Medan, CV.Cahaya Ilmu, 2006, hal. 62
. Pada waktu Jacobus Nienhuys pertama kali menginjakkan kakinya ke tanah Deli tahun 1863, Sumatera Timur diperintah Belanda dari Bengkalis–Riau. Dengan
persetujuan Residen Riau pengusaha Belanda ini tidak mendapat rintangan masuk ke tanah Deli. Sesampainya dia ke tanah Deli dia menjumpai Sultan Deli yang saat itu
bersemayam di kampung Labuhan. Nienhuys mengutarakan maksudnya hendak
Universitas Sumatera Utara
61 menanam tembakau kepada sultan. Ia menjumpai sultan karena secara adat sultan adalah
pemilik tanah. Waktu itu tanah Deli belum dihuni banyak penduduk, masih ditutupi hutan ,berawa, subur, dan belum terjamah manusia. Oleh karena itu, ketika Nienhuys berencana
membuka industri tembakau, Sultan Deli dengan baik hati memberikan tanah seluas yang diminta pengusaha swasta asing Belanda itu tanpa meminta sewa tanah
76
. Diatas tanah Deli inilah Nienhuys menanam tembakau yang kemudian menjadi perkebunan pertama di
Sumatera Timur
77
Menjulangnya mutu tembakau Deli di pasar dunia menarik pengusaha swasta asing mancanegara berdatangan ke Sumatera Timur untuk menanamkan modalnya dalam
industri tembakau. Pengusaha swasta asing mancanegara tertarik mendatangi Sumatera Timur karena dipermudah oleh kesultanan dalam hal memperoleh tanah. Sultan Deli,
.
Dan ternyata Tembakau Sumatera Timur cukup memiliki kualitas yang bermutu tinggi.. Tidak mengherankan karena aroma dan mutunya tembakau Sumatera Timur cepat
mendapat tempat di pasaran dunia, bahkan dalam waktu relatif singkat menyaingi tembakau lain dan mampu menerobos ke posisi atas dalam pasaran tembakau dunia.
Karena itu Sumatera Timur dikenal sebagai penghasil tembakau bermutu di dunia. Tanah dan tembakau Deli menjadi kesohor di pasaran Internasional.
Kualitas tembakau tersebut menjadi pusat perhatian bagi pengusaha swasta asing sehingga menjadi suatu daya tarik untuk bisnis yang memberikan gambaran yang baik
bagi pemodal asing dalam investasi usaha yang cukup memiliki peluang usaha yang dapat memajukan pendapatan perkembangan investasi.
76
Ibid, hal. 63
77
Ibid
Universitas Sumatera Utara
62 Serdang, Langkat, dan Asahan menyambut pengusaha swasta mancanegara penuh
kegembiraan tanpa sedikitpun bermaksud mempersukar masuknya modal besar ke daerah kekuasaannya. Lantaran tidak menemukan hambatan bahkan beroleh kemudahan izin
memakai tanah maka dalam waktu singkat pengusaha asing mancanegara berlomba menginvestasikan modalnya dalam industri tembakau. Mereka itu adalah pengusaha
swasta asing Belanda, Swiss, Jerman, Perancis, Belgia, Inggeris, Amerika, dan Jepang.
Kehadiran pengusaha swasta asing mancanegara disertai pula dengan mengalirnya modal besar ke Sumatera Timur, orang Belanda Eropa yang ke Sumatera Timur
pekerjaannya berkait dengan perkebunan dan jumlah mereka terus membengkak sejalan dengan pertumbuhan perkebunan. Selama 28 tahun 1863–1991 di Sumatera Timur
beroperasi 170 perkebunan
78
. Beroperasinya ratusan perkebunan mengundang persoalan tenaga kerja. . Kekurangan tenaga kerja semakin dirasakan pada saat ratusan perkebunan
bertebaran di wilayah kesultanan ini. Untuk mengatasi masalah tenaga kerja ini tuan kebon membentuk Deli Planter Vereeniging DPV
79
78
Saidin, Keberadaan Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat di Kabupaten Deli Serdang, Ringkasan Hasil Penelitian, 2002.
79
Budi Agustono, Kebijakan Perburuhan Di Sumatera Timur, Medan, Laporan Penelitian, 1995, hal. 20
, sebuah sindikasi yang bertujuan merekrut tenaga kerja ke negeri Cina. Melalui sindikasi ini pencarian tenaga kerja ke
negeri Cina diintensifkan. Guna memudahkan pekerjaan, sindikasi itu mengirimkan perantara, yaitu buruh Cina yang masa kontraknya habis ke negeri Cina. Di Cina
sindikasi ini mendirikan konsulat sebagai wadah informasi bagi orang Cina untuk direkrut bekerja di perkebunan. Cara seperti ini memudahkan DPV merekrut ribuan orang
Cina ke perkebunan Sumatera Timur. Makin hari orang Cina yang direkrut sebagai buruh jumlahnya bertambah besar sehingga sampai sebelum tahun 1900 mereka menjadi
Universitas Sumatera Utara
63 mayoritas buruh perkebunan Sumatera Timur. Tetapi setelah zaman emas tembakau
memudar tahun 1890–an, mayoritas buruh Cina digantikan buruh Jawa. Hampir berbarengan dengan tergesernya dominasi buruh Cina, sekitar tahun 1905 karet dan
kelapa sawit mulai diperkenalkan. Kalau tembakau mayoritas buruhnya Cina, tanaman karet didominasi buruh Jawa. Pergeseran dari buruh Cina ke buruh Jawa di perkebunan
merupakan kebijakan politik tuan kebon untuk menjinakkan sekaligus memotong solidaritas buruh Cina.
80
Terangkatnya kesultanan sebagai kekuatan ekonomi baru tampak dari perubahan gaya hidup sederhana ke gaya hidup modern yang ke barat–baratan perubahan gaya hidup
itu terekspresikan dari tempat tinggal Sultan Deli. Kalau tadinya tempat bersemayam sultan menyerupai rumah penduduk biasa yang terletak di dekat pantai maka sesudah
memperoleh sumber finansial baru tempat tinggal sultan berubah menjadi istana besar yang dipenuhi perabotan dari Eropa terutama Belanda
Di Sumatera Timur kekuasaan tuan kebon sangat besar. Di perkebunan tuan kebon punya pengacara, hakim, polisi, penjara dan lembaga pengontrol buruh. Nasib buruh
sungguh menyedihkan dan menyengsarakan. Akibat adanya lembaga pengawasan itu kaum buruh tidak punya kekuatan melawan tuan kebon. Jika buruh melakukan protes,
pemogokan atau berbuat keonaran segera ditindas aparat perkebunan.
II.2.3. Koalisi Perkebunan dan Kesultanan