Hubungan Umur Tanaman Jeruk Dengan Biaya Produksi Dan Penerimaan

(1)

HUBUNGAN UMUR TANAMAN JERUK DENGAN BIAYA

PRODUKSI DAN PENERIMAAN

(Studi Kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

HARMON R. SIMARMATA 040304074

SEP – AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

HUBUNGAN UMUR TANAMAN JERUK DENGAN BIAYA

PRODUKSI DAN PENERIMAAN

(Studi Kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

SKRIPSI

HARMON R. SIMARMATA 040304074

SEP – AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS) (Dr. Ir. Salmiah, MS)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RINGKASAN

HARMON RICARDO SIMARMATA (040304074), dengan judul

skripsi “HUBUNGAN UMUR TANAMAN JERUK DENGAN BIAYA

PRODUKSI DAN PENERIMAAN.” Studi kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga

Panah, Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS , selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Usaha pertanian jeruk merupakan salah satu alternatif tercepat dalam memenuhi kebutuhan akan vitamin yang terus meningkat. Petani diharapkan dapat berpikir lebih ekonomis dalam memperhitungkan biaya produksi dan penerimaan. Kemudian dengan persepsi yang ekonomis tersebut diharapkan para petani bersedia mengubah sikap dan perilaku dalam pengolahan usahatani sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, di Desa Suka. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode stratified random sampling. Metode analisis data yang dipakai adalah metode uji korelasi parametrik, lalu dilanjutkan dengan grafik dan analisis regresi sederhana. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah :

1. Secara keseluruhan, biaya rata-rata selama setahun per petani jeruk adalah

Rp.7.103.000, sedangkan per hektar adalah Rp.9.331.000.

2. Rata-rata produksi per petani adalah 15 ton per tahun, sedangkan per hektar

adalah 19 ton per tahun.

3. Rata-rata harga jual buah jeruk adalah Rp.2.333 per kg di desa.

4. Rata-rata penerimaan per petani adalah Rp.35.050.000 per tahun, sedangkan

per hektar adalah Rp.45.100.000 per tahun.

5. Rata-rata keuntungan per petani adalah Rp.27.947.000 per tahun, sedangkan

per hektar adalah Rp.35.770.000 per tahun.

6. Tidak ada hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah biaya per

hektar.

7. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah penerimaan per

hektar.

8. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah keuntungan


(4)

RIWAYAT HIDUP

Harmon Ricardo Simarmata, lahir di Medan pada tanggal 21 Januari

1986 Anak Ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Ir. B. Ricson Simarmata,

MSEE dan Ibu Pesta Uli Br. Purba.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1990 masuk Sekolah Dasar di SD St. Antonius II Medan dan tamat

tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Santo Thomas

4 Medan dan tamat tahun 2001.

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Medan dan

tamat tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Program Studi Agribisnis, Departemen Sosial

Ekonomi Pertanian, Medan melalui jalur Reguler Mandiri.

5. Bulan Juli-Agustus 2008 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Siboras, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun.

6. Bulan Juni-Agustus 2010 melakukan penelitian skripsi di Desa Suka,


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat memulai, menjalani, dan menyelesaikan masa perkuliahan dan pada akhirnya dapat menyelesaikan skripsi.

Skripsi ini merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan judul

“HUBUNGAN UMUR TANAMAN JERUK DENGAN BIAYA PRODUKSI DAN PENERIMAAN.” Studi kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah,

Kabupaten Karo.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah membimbing dan mengarahkan penulis.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP, selaku Ketua Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam studi penulis.

5. Bapak Kelion Ginting selaku Kepala Desa Suka atas bantuannya selama


(6)

6. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh petani jeruk di Desa Suka dan intansi yang terkait dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan bimbingannya.

Dengan rasa hormat yang sedalam-dalamnya penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada orang tua Bapak Ir. B. Ricson Simarmata, MSEE dan Ibu Pesta Uli Br. Purba atas perhatian, kasih sayang, doa, dukungan moril dan materil, dorongan dan nasehat yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Saudara/I saya atas doa, dukungan dan semangatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat meningklatkan kualitas skripsi ini. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat.

Medan, September 2010


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

2.1 Tinjauan Pustaka ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

2.3 Kerangka Pemikiran ... 12

2.4 Hipotesis Penelitian ... 16

III. METODE PENELITIAN ... 17

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 19

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 21

3.5.1 Defenisi ... 21

3.5.2 Batasan Operasional ... 22

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 23

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 23

4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis ... 23

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 23

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 24

4.1.4 Sosial Ekonomi ... 24

4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 25


(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

5.1 Analisis Ekonomi Usahatani ... 27

5.1.1 Biaya Usahatani ... 27

5.1.2 Produksi, Penerimaan dan Keuntungan ... 32

5.1.3 Analisis per Hektar ... 36

5.2 Pengujian Hipotesis ... 38

5.2.1 Hipotesis 1, Ada Hubungan Positif Antara Umur Tanaman Jeruk dengan Biaya Produksi per Hektar ... 38

5.2.2 Hipotesis 2, Ada Hubungan Positif Antara Umur Tanaman Jeruk dengan Jumlah Penerimaan per Hektar ... 39

5.2.3 Hipotesis 3, Ada Hubungan Positif Antara Umur Tanaman Jeruk dengan Jumlah Keuntungan per Hektar ... 41

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 44

6.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

Tabel 01. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Propinsi

Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2008 ... 3

Tabel 02. Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk Berdasarkan

Kecamatan di Kabupaten Karo 2006 – 2008 ... 17

Tabel 03. Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas di Kecamatan

Tiga Panah Tahun 2006 – 2008 ... 18 Tabel 04. Distribusi Petani Sampel jeruk manis berdasarkan Umur

Tanaman ... 19 Tabel 05. Spesifikasi Pengumpulan Data, Sumber, Metode dan

Instrumen Pengumpulan Data ... 20

Tabel 06. Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Suka Tahun 2008 .. 23

Tabel 07. Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur di desa Suka 24

Tabel 08. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian 25

Tabel 09. Sarana dan Prasarana di Desa Suka ... 25 Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel ... 26

Tabel 11. Biaya-biaya yang Digunakan Pada Strata I dan Strata II... 29

Tabel 12. Rata-rata, maksimum dan minimum dari total biaya, jumlah

produksi, harga jual, penerimaan dan keuntungan per petani 32

Tabel 13. Rata-rata, maksimum dan minimum dari total biaya, jumlah


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 15

2. Grafik Hubungan Umur Tanaman Jeruk Dengan Total Biaya ... 34

3. Grafik Hubungan Luas Tanaman dengan Produksi Jeruk per Petani 35

4. Grafik Hubungan Luas Tanaman Dengan Penerimaan per Petani 36

5. Grafik Hubungan Luas Tanaman Dengan Biaya Produksi per Ha 39

6. Grafik Hubungan Umur Tanaman Dengan Penerimaan per Ha .... 41


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lamp. 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo

Lamp. 2. Biaya Sarana Produksi Usahatani Jeruk di Desa Suka Lamp. 3. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Suka Lamp. 4. Biaya Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Suka

Lamp. 5. Biaya Penyusutan Alat dalam Usahatani Jeruk di Desa Suka Lamp. 6. Biaya Produksi Usahatani Jeruk di Desa Suka

Lamp. 7. Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Bersih Usahatani

Lamp. 8. Biaya, Produksi, Harga Jual, Penerimaan dan Keuntungan per Hektar Lamp. 9. Data Total Biaya per Hektar setelah Diurutkan menurut Umur

Tanaman dan Korelasi/ Regresinya

Lamp. 10. Data Penerimaan per HEKTAR setelah diurutkan menurut Umur Tanaman dan Korelasi/ Regresinya

Lamp. 11. Data Keuntungan per HEKTAR setelah diurutkan menurut Umur Tanaman dan Korelasi/ Regresinya


(12)

RINGKASAN

HARMON RICARDO SIMARMATA (040304074), dengan judul

skripsi “HUBUNGAN UMUR TANAMAN JERUK DENGAN BIAYA

PRODUKSI DAN PENERIMAAN.” Studi kasus: Desa Suka, Kecamatan Tiga

Panah, Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Kelin Tarigan, MS , selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS, selaku Anggota Komisi Pembimbing.

Usaha pertanian jeruk merupakan salah satu alternatif tercepat dalam memenuhi kebutuhan akan vitamin yang terus meningkat. Petani diharapkan dapat berpikir lebih ekonomis dalam memperhitungkan biaya produksi dan penerimaan. Kemudian dengan persepsi yang ekonomis tersebut diharapkan para petani bersedia mengubah sikap dan perilaku dalam pengolahan usahatani sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, di Desa Suka. Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode stratified random sampling. Metode analisis data yang dipakai adalah metode uji korelasi parametrik, lalu dilanjutkan dengan grafik dan analisis regresi sederhana. Hasil Penelitian yang diperoleh adalah :

1. Secara keseluruhan, biaya rata-rata selama setahun per petani jeruk adalah

Rp.7.103.000, sedangkan per hektar adalah Rp.9.331.000.

2. Rata-rata produksi per petani adalah 15 ton per tahun, sedangkan per hektar

adalah 19 ton per tahun.

3. Rata-rata harga jual buah jeruk adalah Rp.2.333 per kg di desa.

4. Rata-rata penerimaan per petani adalah Rp.35.050.000 per tahun, sedangkan

per hektar adalah Rp.45.100.000 per tahun.

5. Rata-rata keuntungan per petani adalah Rp.27.947.000 per tahun, sedangkan

per hektar adalah Rp.35.770.000 per tahun.

6. Tidak ada hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah biaya per

hektar.

7. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah penerimaan per

hektar.

8. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah keuntungan


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu perhatian masyarakat sehubungan dengan meningkatnya pengetahuan tentang kesehatan adalah usaha untuk mengkonsumsi lebih banyak lagi sayuran dan buah–buahan, karena kedua jenis bahan makanan ini banyak mengandung berbagai vitamin, mineral, dan zat lainnya yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Produksi buah–buahan di Indonesia cukup banyak jenisnya. Sedikitnya ada 13 jenis komoditi buah–buahan yang mempunyai peluang pasar didalam negeri maupun ekspor. Salah satu komoditi yang paling banyak digemari masyarakat adalah jeruk, hal ini disebabkan karena jeruk merupakan salah satu sumber bahan makanan pelengkap yang banyak mengandung vitamin dan mineral, air dan zat yang dibutuhkan lainnya serta rasanya yang enak

(Setiadireja, 1989)

Peranan jeruk sebagai tanaman hortikultura, makin hari makin terasa penting bagi petani, karena nilai ekonomisnya yang tinggi. Buah ini enak rasanya, dan merupakan bahan pelengkap utama dalam menunjang gizi keluarga seharí – hari. Lantaran buah jeruk yang rasanya menyegarkan banyak mengandung vitamin C dan A dalam jumlah yang cukup banyak. Sebetulnya jeruk bukan tanaman asing di Indonesia. Sejak ribuan tahun yang lampau, tanaman ini sudah terdapat di Indonesia, baik sebagai tanaman liar maupun tanaman di pekarangan. Tapi dalam pembudidayaannya, ternyata tertinggal jauh dibanding negara–negara maju yang semula tidak terdapat tanaman jeruk. Lebih–lebih setelah diketemukannya teknik pertanian modern di bidang pembibitan, penanaman,


(14)

pemberantas hama dan penyakit, pasca panen dan pemasaran. Kini sudah banyak negara besar yang berhasil meningkatkan produksi dan perluasan kebun jeruk dengan kemajuan yang Amat mempesona. Sebaliknya di negeri budidaya dan penelitian jeruk sedang dalam taraf berkembang, walau sebenarnya usahatani ini sudah dilaksanakan orang sejak zaman sebelum kemerdekaan (Pracaya, 1995)

Walaupun populasi tanaman mengalami peningkatan yang tajam, namun sampai saat ini produk buah jeruk belum memenuhi harapan. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan para petani dalam hal bercocok tanam jeruk yang benar. Upaya penyelamatan dan pelestarian tanaman jeruk, terutama jeruk keprok, sudah dicoba oleh para ahli, yaitu dengan cara memunculkan nutfah-nutfah baru, terutama jenis jeruk yang tahan terhadap virus dan mengupayakan pembuatan bibit jeruk bebas penyakit. (AAK, 1994)

Jeruk merupakan komoditi buah yang paling popular di dunia, setelah anggur. Daerah tumbuhnya membentang dari 40 derajat Lintang Utara sampai 40 derajat Lintang Selatan. Total luas areal tanaman jeruk di seluruh dunia tak kurang dari 1,5 juta hektar. Ini berdasarkan data tahun 1974. Negeri asal jeruk adalah Asia Tenggara, India, Cina, Australia, dan Kaledonia Baru. Di sudut–sudut hutan daerah ini banyak ditemukan berbagai jenis tanaman jeruk liar. Tanaman jeruk yang sekarang dikebunkan orang, dahulunya berasal dari daerah berhutan tropis yang banyak curah hujannya. Yaitu daerah Cina Selatan dan Vietnam. Kedua daerah ini tanahnya subur dan basah, hawanya lembab, dan musim keringnya tak lebih dari 3 bulan. Dewasa ini perkebunan jeruk sudah mulai digiatkan di Indonesia. Hasilnya masih dipergunakan untuk maencukupi kebutuhan dalam negeri (Evitadewi, 2001)


(15)

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas jeruk ditempuh, antara lain dengan perluasan areal, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen, serta pengembangan biaya produksi jeruk secara terpadu yang berpola agribisnis. (Rukmana, 1997)

Di Sumatera Utara, Kabupaten Tanah Karo adalah salah satu daerah yang cocok untuk tanaman jeruk dan sebagai penghasil jeruk yang paling besar seperti terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1 : Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Propinsi Sumatera Utara Menurut Kabupaten Tahun 2008

NO DAERAH LUAS

PANEN (Ha)

PRODUKSI (Ton)

PRODUKTIVITAS (Ton/Ha)

1 Medan 10 36 3.6

2 Langkat 24 1.147 47.8

3 Deli Serdang 65 2.305 35.46

4 Simalungun 151 9.338 61.84

5 Tanah Karo 13.997 927.862 66.29

6 Asahan 42 793 18.88

7 Labuhan Batu 5 53 10.6

8 Tapanuli Utara 100 4.771 47.71

9 Tapanuli Tengah 422 4.492 10.64

10 Tapanuli Selatan 95 3.255 34.26

11 Nias 5 58 11.6

12 Dairi 188 2.922 15.54

13 Tebing Tinggi - - -

14 Tanjung Balai - - -

15 Binjai 3 140 46.66

16 Pematang Siantar 1 15 15

17 Tobasa 19 498 26.21

18 Madina 86 3.334 38.76

19 Padang Sidempuan 11 200 18.18

20 Humbang

Hasundutan

21 1.024 48.76

21 Pakpak Barat 47 438 9.31

22 Samosir - - -

23 Serdang Bedagai 45 405 9,0

24 Nias Selatan 8 54 6.75

JUMLAH 14.860 963.140 573,85


(16)

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa Kabupaten Karo merupakan Daerah sentra produksi jeruk terbesar di Sumatera Utara dengan hasil produksi 927.862 ton pada tahun 2008.

Namun dewasa ini karena adanya faktor hama penyakit dan meningkatnya harga pupuk, sehingga produksi jeruk semakin menurun yang diakibatkan oleh tidak seimbangnya pendapatan dengan biaya produksi. Oleh karena itu, petani tidak lagi seperti dulu yang hanya memproduksi tanaman jeruk saja, mereka juga mulai melirik tanaman kopi dan sayur-sayuran.

Kecamatan Tiga Panah mengalami penurunan produksi jeruk dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 dengan Luas Lahan 1.187Ha, Produksi 41 Ton, dan Produktivitas 34,6 Ton/Ha. Seandainya buah jeruk banyak seperti beberapa tahun yang lalu harganya pasti turun dan tidak sebanding dengan biaya pemeliharaan. Pada saat ini harga jeruk lumayan mahal dikarenakan jumlah produksi buah jeruk saat ini menurun.

Pola pertanaman jeruk di daerah penelitian ini pada umumnya adalah monokultur, dengan tanaman jeruk merupakan tanaman utama. Walaupun demikian ada juga beberapa petani yang mengusahakan tanaman – tanaman sela di antara tanaman jeruk sebagai usaha tambahan seperti tanaman kol, kentang, tomat, cabai, kopi, dan tanaman lainnya.

Di desa Suka menghasilkan produksi yang paling tertinggi, dengan luas lahan 406 Ha, produksi 16.189,7 Ton, produkstivitas 39,9 Ton/Ha pada tahun 2008. Oleh karena itu desa Suka dipilih sebagai lokasi penelitian.


(17)

Bagaimana hubungan umur tanaman jeruk dengan penerimaan belum diketahui, juga hubungan umur tanaman dengan biaya produksi serta tingkat pendapatan petani belum diketahui oleh karena itu perlu dilakukan penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah diuraikan, maka diidentifikasi masalah- masalah yang akan diteliti sebagai berikut :

a. Bagaimana hubungan antara umur tanaman jeruk dengan biaya produksi

tanaman jeruk di daerah penelitian?

b. Bagaimana hubungan antara umur tanaman jeruk dengan penerimaan

tanaman jeruk di daerah penelitian?

c. Bagaimana hubungan antara umur tanaman jeruk dengan keuntungan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan indentifikasi masalah maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara umur tanaman jeruk

dengan biaya produksi tanaman jeruk di daerah penelitian

b. Untuk mengetahui hubungan antara umur tanaman jeruk dengan

penerimaan tanaman jeruk di daerah penelitian

c. Untuk mengetahui hubungan antara umur tanaman jeruk dengan


(18)

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak yang

berhubungan dengan penelitian ini

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dalam mengambil keputusan untuk mengembangkan usahatani jeruk

c. Sebagai bahan informasi bagi petani jeruk dalam mengelola dan


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jeruk termasuk di Indonesia sebagai tanaman pertanian dengan klasifikasi sebagai berikut:

- Subgenus : Eucitrus

- Genus : Citrus

- Subtribe : Citrinae

- Tribe : Citreae

- Subfamily : Aurantioideae

- Family : Rutaceae

- Ordo : Rutales

- Klas : Dikotyledoneae

- Subfilum : Angiospermae (biji di dalam buah)

- Filum : Spermatophyta (tanaman berbiji) (Pracaya, 2003).

Jeruk (Citrus sp.) berasal dari India Timur, Laut Cina Selatan, Birma Utara dan Cochin Cina (daerah sekitar Vietnam). Konon, yang membudidayakan pertama kali adalah orang Cina bagian Selatan. Di Eropa baru dibudidayakan pada akhir abad ke-15. jeruk manis sampai di Meksiko pada tahun 1518, di Florida pada tahun 1565, kemudian meluas ke California, Texas, Arizona yang terletak

antara 280 - 350 LU. Pada waktu ini jeruk manis sudah banyak ditanam di daerah

tropis maupun sub tropis. (Pracaya, 2000)

Disebut jeruk manis karena memang rasanya manis, tetapi ada juga yang rasanya manis disertai rasa asam sedikit. Jeruk manis banyak ditanam di daerah 200 – 400 LU dan 200 – 400LS. Di daerah sub tropis, ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 650 m di atas permukaan laut, sedangkan di sekitar


(20)

khatulistiwa dapat ditanam sampai ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut.

Temperatur optimal pertumbuhannya antara 200 – 400 C. (Pracaya, 2000)

Sebagian besar usahatani jeruk di Indonesia masih dilakukan secara tradisional umumnya pada lahan pekarangan atau kebun rumah, dan pengelolaannya belum intensif untuk mengarah ke agribisnis. Kondisi demikian menjadi salah satu sebab rendahnya produksi dan produktivitas jeruk di Indonesia. Produktivitas jeruk yang dicapai di negara-negara sub tropis sebanyak 40 ton/ha. (Soelarso, 1996)

Dalam tiap - tiap 100 gram buah jeruk mengandung vitamin dan zat mineral sebagai berikut :

Kandungan Kadar Jenis Jeruk

Keprok Manis Nipis Grape fruit

Vitamin A (LU) 400,0 200,0 - -

Vitamin B (LU) 60,0 60,0 60,0 60,0

Vitamin C (LU) 60,0 30,0 40,0 50,0

Protein (gram) 0,5 0,5 0,5 0,5

Lemak (gram) 0,1 0,1 - -

Hidrat arang (gram) 8,0 10,0 3,0 4,0

Besi (mgr) - 0,3 0,1 0,1

Kapur (mgr) 40,0 40,0 10,0 20,0

Phospor (mgr) 20,0 20,0 10,0 20,0

Vitamin-vitamin dan zat-zat mineral di atas berguna sebagai pencegah kekurangan vitamin C, begitu pula dapat menyembuhkan penyakit influenza dan banyak khasiat lainnya. (M.Joesoef, 1993)

Selain dimakan sebagai buah segar, beberapa jenis buahnya diperas menjadi juice, sari buah dan quash (orange quash) sebagai minuman segar. Pengolahan hasil dari buah jeruk di dalam negeri sampai saat ini dilaksanakan oleh beberapa industri pengolahan di propinsi-propinsi tertentu, akan tetapi belum diikuti dengan pengembangan produksi. (M.Joesoef, 1993)


(21)

2.2 Landasan Teori

Modal adalah seluruh biaya yang digunakan dalam setiap usahatani meliputi pembelian sarana produksi, sewa tanah, penyusutan, biaya tenaga kerja dan pajak (Prawirokusumo, 1990).

Dalam usahatani seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya menghasilkan keluaran atau output yang melebihi masukan atau input (Tohir, 1991).

Tenaga kerja merupakan unsur yang paling banyak tersedia dalam usahatani. Tenaga kerja mempunyai hubungan dengan pendapatan, unsur tenaga kerja merupakan penggerak semua kegiatan dalam usaha. Efisiensi tenga kerja secara umum diartikan sebagai hasil pekerja produktif yang dapat diselesaikan persatuan waktu, tenaga kerja pria. Semakin tinggi efisiensi penggunaan tenaga kerja, semakin tinggi pula pendapatan yang diterima dari usahatani yang bersangkutan. Bahwasannya efisiensi tenaga kerja itu berpengaruh pada pendapatan, berlaku disemua daerah dan semua keadaan ekonomi. Efisiensi penggunaan tenaga kerja yang dicapai suatu usahatani dapat dipakai suatu ukuran keberhasilan dari usahatani itu. Kemungkinan menekan biaya ini akan berarti meningkatkan pendapatan (Soeriatmaja, 1983).

Salah satu faktor produksi yang menunjang terlaksananya proses pengelolaan tanaman jeruk adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud disini adalah orang yang mengerjakan yang ternyata tidak semuanya dikerjakan


(22)

oleh tenaga kerja keluarga petani, artinya dalam tahap-tahap pekerjaan tertentu dibutuhkan tenaga kerja diluar keluarga. Dilihat usaha tani ini merupakan kombinasi yang tersusun dari beberapa faktor produksi alam yaitu tenaga kerja, modal, keahlian atau skill yang ditunjukkan dalam proses produksi. Usaha tani ini juga merupakan preusan karena tujuan setiap petani bersifat ekonomis, memproduksi hasil-hasil pertanian, apakah itu untuk dijual ataupun untuk digunakan oleh keluarga sendiri. (Mubyarto, 1994).

Dalam operasi usahatani, petani akan mengeluarkan biaya operasi produksi. Biaya produksi merupakan biaya yang dibutuhkan dalam setiap kegiatan usahatani untuk menjalankan usahatani dengan baik. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani mulai dari kegiatan pengolahan sampai dengan pemanenan (Soekartawi, 2002).

Biaya produksi terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Total biaya produksi yang dikeluarkan petani adalah jumlah biaya

tetap dan biaya tidak tetap. Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pajak tanah. Sementara biaya tidak tetap adalah biaya pupuk, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan transport (Soekartawi, 2002).

Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Cost / Total Biaya (Rp) FC = Fixed Cost / Biaya Tetap (Rp) VC = Variabel Cost / Biaya Variabel (Rp) (Soekartawi, 2002)

Dewasa ini masalah umur tanaman belum dapat ditentukan dengan jelas. Tetapi menurut penyelidikan di USA, ternyata kebun – kebun jeruk dapat


(23)

bertahan hingga umur 35 tahun. Bahkan tanaman masih menunjukkan peningkatan produksi setiap tahunnya. Setiap pohon jeruk siam madu karo pada awal-awal produksi atau ketika pohon berusia 2,5 tahun bisa menghasilkan sekitar 100 kilogram (kg) buah. Setelah itu produksi buah jeruk akan meningkat hingga 300 kg per pohon. Puncak produksi buah ketika pohon jeruk ini sudah berusia sembilan tahun. Selain harus memakai pupuk organik, pembudidaya perlu merawat pohon jeruk siam madu karo secara ekstraketat. Terutama saat penyemprotan hama. Petani harus rajin memotong batang atau cabang pohon yang kurang produktif agar sumber makanan bisa mengalir ke batang yang lain.

(Davies, F.S. and L.G. Albrigo, 1998)

Peningkatan produksi pertanian khususnya tanaman jeruk sangat ditentukan meningkatnya pengetahuan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan permintaan pasar. Di samping itu peneliti dan ilmuwan berupaya mencari keunggulan produksi serta keunggulan lainnya, tidak mengherankan apabila setiap saat muncul varietas unggul yang baru dan selalu meminta tanggapan dari petani dan sekaligus yang melaksanakan usahataninya, teknis bercocok tanam pun selalu mengalami perbaikan guna mencapai produksi yang optimal (AKK, 1993).

Pengertian produksi dalam arti sempit, telah berkembang menjadi pengertian produksi yang dihasilkan dengan menerapkan segi efisiensi dan efektifitas, demikian pula dengan budidaya tanaman jeruk yang ditunjang Panca Usahatani serta faktor usaha lainnya seperti penyuluhan, pengkreditan dan pemasaran akan semakin menyadarkan petani betapa pentingnya produksi jeruk (AKK, 1993).


(24)

Penerimaan akan memperoleh hasil penerimaan usahatani dari hasil penjualan produksi tanaman jeruk. Penerimaan usahatani merupakan hasil dari perkalian antara produksi usahatani dengan harga jual yang dinilai dalam rupiah setelah memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan maka perlu diketahui biaya produksi. Pendapatan bersih diperoleh setelah mengurangkan penerimaan dengan biaya produksi. Pendapatan keluarga adalah pendapatan bersih ditambah upah TKDK (Tenaga Kerja Dalam Keluarga).

Penerimaan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut :

TR = Py . Y

Keterangan :

TR = Total Revenue / Total Penerimaan (Rp) Py = Price / Harga (Rp)

Y =Yield / Produksi yang diperoleh selama usahatani (Rp) (Soekartawi, 2002)

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani bergantung pada sumber daya yang merupakan faktor produksi ( Lahan, sarana produksi, modal, tenaga kerja). Lahan merupakan faktor penting dalam usahatani karena berfungsi sebagai media untuk memproduksi hasil – hasil pertanian, dengan adanya pengaruh luas sempitnya lahan akan mempengaruhi kapasitas dan tingkat produksi.

Faktor produksi digunakan dengan efektif dan efisien sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.

Sarana produksi dalam usahatani jeruk akan berpengaruh pada proses produksi dan hasil produksi. Proses produksi ini membutuhkan pengorbanan dan


(25)

akibat bekerjanya beberapa faktor produksi. Faktor tersebut modal, lahan, sarana produksi dan tenaga kerja.

Pengaruh umur tanaman terhadap produksi belum dapat ditentukan dengan jelas. Tetapi menurut penyelidikan di USA, ternyata kebun – kebun jeruk dapat bertahan hingga umur 35 tahun. Bahkan tanaman tersebut masih memberikan produksi setiap tahunnya.

Daerah penelitian tepatnya Kecamatan Tiga Panah, Desa Suka merupakan hasil produksi yang lumayan besar dan baik. Di samping itu pertumbuhan tanaman jeruk di Desa Suka termasuk cepat. Dilihat pada umur 3-5 tahun tanaman jeruk mulai memproduksi buah yang cukup baik.

Pada umur tanaman 6-8 tahun produksi tanaman jeruk dapat menghasikan buah yang banyak. Disinilah petani dapat memanenkan jeruk mereka dengan hasil produksi. Pada umur 3-8 tahun tanaman jeruk memberikan produksi yang terbaik.

Biaya produksi harus dikeluarkan oleh petani selama menjalankan produksi usahatani tanaman jeruk. Selama produksi berlangsung petani cukup banyak mengeluarkan biaya agar hasil produksi usahatani dapat berjalan lebih baik. Dan hasil usahatani jeruk itu harus memperoleh produksi yang meningkat. Biaya-biaya yang digunakan meliputi biaya sarana produksi (bibit, pupuk dan obat-obatan), tenaga kerja, penyusutan alat.

Dalam usahatani diperoleh keluaran atau produk dalam bentuk komoditi. Dalam hal ini komoditi yang dihasilkan buah jeruk. Hasil produksi yang dikeluarkan dalam satu tahun tanaman merupakan suatu bentuk penerimaan setelah dikalikan dengan harga komoditi tersebut dalam satuan rupiah.


(26)

Penerimaan yang dikurangi dengan seluruh biaya yang dikorbankan dalam satu proses produksi merupakan total pendapatan bersih yang diterima petani.

Peningkatan pendapatan bersih usahatani tanaman jeruk merupakan produktivitas dan pendapatan petani yang harus meningkat. Untuk mencapai pendapatan bersih yang cukup baik harus adanya peningkatan produksi jeruk yang meningkat.

Dalam menjalankan usahatani jeruk ada usaha – usaha yang menghambat usahatani jeruk tersebut seperti, adanya hama penyakit tanaman, harga pupuk meningkat, harga jual komoditi jeruk yang selalu berfluktuasi, faktor iklim dan kurangnya lembaga yang mendukung.

Didalam menganalisa suatu umur tanaman dalam hal ini tanaman jeruk, serta biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya produksi maka dapat dianalisa berapa penerimaan dan keuntungan, adapun secara skema sebagai berikut:


(27)

Keterangan :

= Ada Hubungan

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Umur Tanaman Jeruk dengan Biaya Produksi, Penerimaan dan Keuntungan

Petani Jeruk

Usahatani Jeruk Biaya- Biaya Produksi :

• Sarana Produksi (bibit, pupuk, dan obat-obatan) • Tenaga Kerja

• Penyusutan alat

Produksi

Penerimaan

Harga Jual

Pendapatan Bersih usahatani Umur tanaman


(28)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan identifikasi masalah dan tujuan penelitian, maka disusun

beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut :

a. Ada hubungan positif antara umur tanaman jeruk dengan biaya produksi

tanaman jeruk per hektar.

b. Ada hubungan positif antara umur tanaman jeruk dengan penerimaan

tanaman jeruk per hektar.


(29)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ini ditentukan secara purposive sampling (disengaja) yaitu Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Alasan penentuan dan penetapan daerah tersebut merupakan Desa Suka salah satu yang memiliki potensi lahan yang besar pada produksi tanaman jeruk di Kecamatan Tiga Panah.

Tabel 2 : Luas Lahan, Produksi dan Produktivitas Jeruk Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Karo 2006 – 2008

No Kecamatan

Tahun 2008 Luas Tanam

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Baru Jahe 2,396 82,542 34.44992

2 Tiga Panah 1,187 41,044 34.57793

3 Kabanjahe 1,599 51,980 32.50782

4 Simpang IV 2,062 104,166 50.51697

5 Payung 30 960 32

6 Munte 1,720 10,345 6.014535

7 TigaBinanga 27 1,740 64.44444

8 Juhar 251 4,314 17.18725

9 Kuta Buluh 47 1,475 31.38298

10 Mardinding 7 112 16

11 Brastagi 196 8,400 42.85714

12 Merek 785 31,846 40.56815

13 Laubelang 1 10 10

14 Tiganderket 94 9,427 100.2872

15 NamanTeran 694 12,258 17.66282

16 Merdeka 597 29,566 49.52429

17 Dolat rakyat 468 18,728 40.01709

Jumlah 12,161 408,913 619.9986

Sumber: Dinas Pertanian TK. II Kabupaten Karo

Dari Tabel 2 dapat dikemukakan bahwa kecamatan Tiga Panah merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi yang cukup baik dalam


(30)

produksi jeruk dibandingkan dengan daerah lainnya. Tahun 2008 Luas tanam 1.187Ha, Produksi 41.044Ton, Produktivitas 3.577,93Ton/Ha.

Tabel 3 : Luas Tanaman, Produksi dan Produktivitas di Kecamatan Tiga Panah Tahun 2006 – 2008

No Desa

Tahun 2008 Luas Tan

(Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Sukamaju 198 5916,24 29.88

2 Kuta Mbelin 83 2602,05 31.35

3 Singa 161 5139,12 31.92

4 Kubu Simbelang 259 8188,54 31.61598

5 Kacinambun 157 4581,41 29.18096

6 Lau Riman 113 3491,70 30.9

7 Manuk Mulia 42 1379,96 32.85619

8 Kuta Kepar 96 3005,95 31.31198

9 Bunuraya 254 7502,14 29.53598

10 Mulawari 41 1266,90 30.9

11 Suka 406 16189,74 39.87620

12 Sukadame 192 5976,00 31.125

13 Tigapanah 102 3139,96 30.78392

14 Kuta Bale 23 740,27 32.18565

15 Seberaya 288 8964,00 31.125

16 Lepar Samura 68 2217,07 32.60397

17 Ajimbelang 195 5879,05 30.14897

18 Kutajulu 37 1221,81 33.02189

19 Berta 77 2416,87 31.38792

20 Ajibuhara 119 3619,26 30.41395

21 Ajijahe 281 8504,74 30.26598

22 Ajijulu 170 5189,25 30.525

Jumlah 3362 107132 692.9145

Sumber : Dinas Pertanian Tingkat II Kabupaten Karo

Dilihat dari tabel 3, desa Suka merupakan daerah yang terluas dan tertinggi produksi dan produktivitas jeruknya. Dengan hasil Desa Suka pada Tahun 2008 Luas tanam 406Ha, Produksi 16189.74Ton, Produktivitas 39.87620Ton/Ha. Maka Desa Suka dipilih sebagai lokasi penelitian.


(31)

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman jeruk sebagai tanaman utama. Besarnya populasi adalah 315 kk dan besar sampel yang diambil adalah 30 kk. Dalam penentuan sampel digunakan metode Stratified Random Sampling. Stratified Random Sampling merupakan sistem pengambilan

sampel/responden secara acak tetapi tetap secara struktur. Dengan pengambilan sampel dari populasi disebut dibuat berdasarkan umur tanaman 3 - 5 tahun sebanyak 13 orang, umur tanaman 6 - 8 tahun sebanyak 17 orang. Dengan besar sampel dibuat berdasarkan proporsional (berimbang) artinya dihitung besar sampel dari populasi yang dapat mewakili petani sampel sehingga dari jumlah populasi yang diambil sebanyak 30 kk (kepala keluarga) dianggap sudah mewakili keseluruhan petani/populasi yang akan diteliti.

Tabel 4 : Distribusi Petani Sampel jeruk manis berdasarkan Umur Tanaman

Keterangan:

kk = Kepala Keluarga

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah dipersiapkan, dengan melakukan pencatatan langsung pada masing - masing sampel. Sedangkan data sekunder merupakan data baku pelengkap yang diperoleh

Strata Umur Tanaman(tahun) Populasi (kk) Sampel (kk)

I 3 – 5 125 13

II 6 – 8 190 17


(32)

dari instansi terkait seperti Kantor Kepala Desa, Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kecamatan Tiga Panah, Dinas Pertanian Tiga Panah.

Tabel 5 : Spesifikasi Pengumpulan Data, Sumber, Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

NO Jenis Data Sumber Data Metode Alat Pengumpul Data

1 Identitas Petani Petani/Responden Wawancara Kuesioner 2 Populasi Tanaman Petani/Dinas Pertanian dan

Kecamatan

Wawancara Kuesioner

3 Umur Tanaman Petani/Responden Wawancara

dan Observasi

Kuesioner

4 Biaya Produksi Petani Wawancara Kuesioner

5 Produksi Petani/dinas Pertanian dan Kecamatan

Wawancara Kuesioner

6 Pendapatan Petani Wawancara Kuesioner

7 Masalah yang dihadapi

Petani/PPL Desa Wawancara

dan Observasi

Kuesioner

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data untuk pengujian hipotesis 1, 2 dan 3 digunakan uji korelasi parametrik, lalu dilanjutkan dengan grafik dan analisis regresi sederhana. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.

r =

∑ ∑

− } ) ( { } ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY n

Uji statistiknya adalah: th =

) 1 ( 2 2 r n r − −

Bila th ≤tα terima Ho; Bila th > t terima Hα 1;

Keterangan:

r = regresi sederhana

n = jumlah sample


(33)

Untuk hipotesis 1, X = umur tanaman (tahun), Y = penerimaan, Rp/Ha Untuk hipotesis 2, X = umur tanaman (tahun), Y = biaya produksi, Rp/Ha. Untuk hipotesis 3, X = umur tanaman (tahun), Y = keuntungan, Rp/Ha. Keuntungan ini adalah keuntungan bersih, biaya TKDK ikut sebagai biaya.

Rumus regresi linear sederhana adalah: Y = a + bX Keerangan:

a = konstanta, b = koefisien regresi.

Rumus untuk mencari b dan a adalah:

b = 2 2

) ( X X n Y X XY n Σ − Σ −Σ Σ

Σ a = Y - b X

Y = ∑Y/n X = ∑X/n Uji statistiknya adalah: Fh =

) /( ) 1 ( ) 1 /( 2 2 k n R k R − − −

Bila Fh ≤Fα terima Ho; Bila Fh > F terima Hα 1;

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dan penafsiran dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

3.5.1 Defenisi

1. Petani sampel adalah petani yang mengusahakan tanaman jeruk di Desa Suka

Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

2. Biaya Produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama

produksi berlangsung (Rp).

3. Harga adalah nilai produksi jeruk per Kg dalam satuan rupiah.


(34)

5. Umur tanaman merupakan umur tanaman ketika mulai menghasilkan sampai kepada batas akhir produksi tersebut (Produksi = 0)

6. Penerimaan adalah jumlah produksi jeruk dikalikan dengan nilai jual produksi

jeruk selama masa tanam pada setiap tahun produksi dalam satuan rupiah.

7. Pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan total biaya produksi

selama musim tanam dengan satuan rupiah.

3.5.2 Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2009.

2. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman jeruk.

3. Daerah penelitian ini adalah Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten

Karo.

4. Petani sampel adalah orang yang mengusahakan tanaman jeruk di Desa Suka


(35)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Luas Daerah dan Letak Geografis

Desa Suka berada di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Jarak dari dari ibukota kecamatan 3 km, jarak dari ibukota kabupaten 8 km. Secara administratif batas-batas desa Suka adalah:

- Sebelah Utara : Bunuraya

- Sebelah Selatan : Regaji

- Sebelah Timur : Sukadamai

- Sebelah Barat : Kuta Kepar

Memiliki ketinggian ± 1400 m diatas permukaan laut dengan temperatur udara

berkisar antara 180C s/d 210C, dengan kondisi topografi sedikit berbukit. Luas

desa 1.074 Ha.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Data mengenai luas lahan dan penggunaan lahan ditunjukkan pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Suka Tahun 2008

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2009

No Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 18 1.68

2 Tegalan/ Lahan Kering 645 60.06

3 Kebun Campuran 189 17.60

4 Sawah 152 14.15

5 Hutan Lebat 4 0.37

6 Belukar 6 0.56

7 Perkuburan 2 0.19

8 dll 58 5.40


(36)

Penggunaan lahan terbesar adalah untuk pertanian (91,81%). Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani dan beternak.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Suka adalah 4.088 jiwa, meliputi 2.003 jiwa laki-laki dan 2.085 jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 1.488 kk.

Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur disajikan pada tabel 7 berikut:

Tabel 7. Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur di desa Suka

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 0-1 2-5 6-7 8-14 15-24 25-54

55 tahun keatas

114 248 244 548 914 1100 920

Total 43.981

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2009

Gambaran umum yang didapat peneliti mengenai daerah ini adalah bahwa penduduknya sangat akrab dimana penduduknya saling mengenal satu sama lain. Bahasa yang digunakan didalam berkomunikasi sehari-hari adalah bahasa Karo.

Mayoritas penduduk memeluk agama Kristen yakni sebanyak 3.683 jiwa dan Islam sebanyak 159 jiwa serta lain-lain sebanyak 108 jiwa.

4.1.4 Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk yang utama adalah bertani. Selain itu ada juga penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai negeri atau swasta. Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada tabel 8 berikut.


(37)

Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasakan Mata Pencaharian

No. Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. 4. Petani Pedagang Pegawai Dan lain-lain 3.401 98 181 197 87,7 2,5 4,6

Total 3.877 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2009

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani adalah 12.107 jiwa atau 64 % dari total penduduk yang bekerja.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang dipergunakan untuk mencapai Desa Suka adalah dengan kendaraan bermotor. Prasarana yang ada sudah cukup mendukung arus mobilitas penduduk Desa Suka, hal ini ditandai dengan ruas jalan yang sudah diaspal. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Suka dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Suka

No. Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan

- SD

- SLTP

4 1

2. Kesehatan

- Puskesmas BKIA 1

3. Transportasi

- Jalan Beraspal ± 12 Km

4. Rumah Ibadah

- Mesjid/Surau

- Gereja - Vihara

1 7 Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2009


(38)

Pada sat ini sarana pendidikan yang ada di Desa Suka adalah 2 unit sekolah dasar, 1 unit untuk fasilitas sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) ada di ibukota kecamatan dan kabupaten.

4.2 Karakteristik Petani Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah merupakan keseluruhan dari populasi yang ada di desa Suka. Keseluruhan dari sampel merupakan etnis Batak Karo. Karakteristik petani sampel dapat dilihat dari tabel 10 berikut:

Tabel 10. Karakteristik Petani Sampel

Rata-rata Range

Umur Petani (tahun) 44 30-59

Pengalaman (tahun) 9 4-15

Tingkat Pendidikan (tahun) 10 6-12

Luas Lahan (Ha) 0,7 0,25-2,5

Jumlah tanggungan (jiwa) 4 2-6

Sumber: Data Primer diolah dari Lampiran 1

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata umur petani adalah 44 tahun dengan range antara 30-59 tahun. Untuk pengalaman memiliki rataan 9 tahun dan range antara 4-15 tahun. Adapun tingkat pendidikan adalah rata-rata 10 tahun atau setingkat SLTA dan memiliki range berkisar antara 6-12 tahun. Luas lahan rata-rata yang dimiliki oleh petani jeruk adalah sebesar 0.7 Ha dengan rataan antara 0.25-2.5 ha. Sedangkan dalam hal jumlah tanggungan memiliki rataan sebesar 4 dan range berkisar antara 2-6 jiwa.


(39)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Ekonomi Usahatani 5.1.1 Biaya Usahatani

Penggunaan input produksi pada usahatani jeruk di daerah penelitian

adalah bibit, pupuk (Urea, NPK, TSP, ZA, KCl, pupuk kandang), obat-obatan (Bayfolan, Decis, Curacron, Matador, Gramoxon), tenaga kerja, dan penyusutan peralatan.

Dalam penelitian ini diduga bahwa ada hubungan antara umur tanaman jeruk dengan biaya produksi. di Kabupaten Karo yang hampir mayoritas masyarakatnya banyak menanam tanaman jeruk. Karena produksi tanaman jeruk di Kabupaten Karo termasuk baik. Dimana di daerah penelitian tepatnya Kecamatan Tiga Panah, Desa Suka merupakan hasil produksi yang lumayan besar dan baik. Disamping itu pertumbuhan tanaman jeruk di Desa Suka termasuk cepat. Dilihat pada umur 3-5 tahun tanaman jeruk mulai memproduksi buah yang cukup baik.

Pada umur tanaman 6-8 tahun top produksi tanaman jeruk dapat menghasikan buah yang banyak. Disinilah petani dapat memanenkan jeruk mereka dengan hasil produksi. Maka 3-8 tahun umur tanaman jeruk produksi yang terbaik.

Dengan demikian biaya produksi merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh petani selama menjalankan produksi usahatani tanaman jeruk. Selama produksi berlangsung petani cukup banyak mengeluarkan biaya agar hasil produksi usahatani dapat berjalan lebih baik. Dan hasil usahatani jeruk itu harus


(40)

memperoleh produksi yang meningkat. Walaupun petani selama ini mengalami masalah dalam tanaman jeruk tersebut. Tetapi petani tidak menyerah begitu saja dan selalu tetap berusaha dalam meningkat produksi.

Adapun uraian dari biaya-biaya yang digunakan dari kedua strata umur tanaman dapat dilihat pada tabel 11, berikut:


(41)

Tabel 11. Biaya-biaya yang Digunakan Pada Strata I dan Strata II

Uraian Strata I (Rp) Strata II (Rp)

SAPRODI Bibit (Rp) Pupuk (Rp)

- Urea

- NPK

- TSP

- ZA

- KCl

- Kandang

Obat-obatan

- Bayfolan

- Decis

- Curacron

- Matador

- Gramoxon

49.000 – 486.500

45.000 - 450.000 69.388 – 693.875 57.350 – 573.500 32.813 – 328.125 87.500 – 875.000 1.563.000 – 15.625.000 25.000 – 250.000 28.125 – 281.250 9.000 – 90.000 57.000 – 570.000 70.000 – 700.000

51.000 – 243.000 81.000 – 216.000 124.898 – 333.060 103.230 – 275.280 59.063 – 157.500 157.500 – 420.000 2.812.500 – 7.500.000 45.000 – 120.000 50.625 – 135.000 16.200 – 43.200 102.600 – 273.600 126.000 – 336.000 TENAGA KERJA

- Penanaman

- Pemupukan

- Pemangkasan

- Penyiangan

- Pengendalian

HPT

- Panen

- Pasca Panen

50.000 – 125.000 75.000 – 150.000 75.000 – 150.000 40.000 – 80.000 50.000 – 100.000 40.000 – 80.000 40.000 – 80.000

50.000 – 125.000 50.000 – 100.000 50.000 – 100.000 40.000 – 100.000 75.000 – 100.000 40.000 – 80.000 40.000 – 100.000 PENYUSUTAN ALAT

- Cangkul

- Sabit

- Sekop

- Parang

- Gunting

- Sprayer

- Handsprayer

- Keranjang

8.750 – 35.000 5.000 – 15.000 12.500 – 25.000 10.000 – 30.000 20.000 – 30.000 15.000 – 30.000 6.000 – 12.000 15.000 – 22.500

17.500 – 26.250 5.000 – 10.000 12.500 – 37.500 10.000 – 40.000 10.000 – 40.000 15.000 – 30.000 6.000 – 18.000 15.000 – 37.500 Sumber: Data diolah dari Lampiran 2,4 dan 5

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa dalam hal pembiayaan terdapat perbedaan nilai dari masing-masing strata. Adapun yang termasuk kriteria pembiayaan yakni saprodi (bibit, pupuk dan obat-obatan), tenaga kerja (penanaman, pemupukan, pemangkasan, penyiangan, pengendalian hama dan


(42)

penyakit tanaman, panen dan pasca panen) dan penyusutan alat (cangkul, sabit, sekop, parang, gunting, sprayer, handsprayer dan keranjang). Untuk kategori sarana produksi (SAPRODI), biaya bibit dapat dilihat, strata I dengan umur tanaman 3-5 tahun memiliki biaya bibit yang digunakan berkisar antara Rp 49.000 – Rp 486.500 sedangkan dalam strata II dengan umur tanaman 6-8 tahun diketahui biaya bibit yang digunakan berkisar antara Rp 51.000 – Rp 243.000. Biaya pupuk yang digunakan dalam strata I, pupuk Urea berkisar antara Rp 45.000 – Rp 450.000, sedangkan untuk strata II biaya pupuk urea yang digunakan berkisar antara Rp 81.000 – Rp 216.000. Biaya pupuk NPK untuk strata I berkisar antara Rp 69.388 – Rp 693.875, untuk strata II biaya pupuk NPK yang digunakan berkisar Rp 124.898 – Rp 333.060. Biaya pupuk TSP untuk strata I berkisar antara Rp 57.350 – Rp 573.500, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 103.230 – Rp 275.280. Biaya pupuk ZA untuk strata I berkisar antara Rp 32.813 – Rp 328.125, untuk strata II berkisar antara Rp 59.063 – Rp 157.500. Biaya pupuk KCl untuk strata I berkisar antara Rp 87.500 – Rp 875.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 157.500 – Rp 420.000. Biaya pupuk kandang untuk strata I berkisar antara Rp 1.563.000 – Rp 15.625.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 2.812.500 – Rp 7.500.000. Obat-obatan yang digunakan adalah Bayfolan, Decis, Curacron, Matador, Gramoxon. Untuk strata I, biaya yang digunakan dalam penggunaan Bayfolan berkisar antara Rp 25.000 – Rp 250.000, untuk strata II berkisar antara Rp 45.000 – Rp 120.000. Biaya penggunaan Decis untuk strata I berkisar antara Rp 28.125 – Rp 281.250, untuk strata II berkisar antara Rp 50.625 – Rp 135.000. Biaya penggunaan Curacron untuk strata I berkisar antara Rp 9.000 – Rp 90.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara


(43)

Rp 16.200 – Rp 43.200. Biaya penggunaan Matador untuk strata I berkisar antara Rp 57.000 – Rp 570.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 102.600 – Rp 273.600. Biaya penggunaan Gramoxon untuk strata I berkisar antara Rp 70.000 – Rp 700.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 126.000 – Rp 336.000.

Biaya penggunaan tenaga kerja di dalam usahatani jeruk meliputi tenaga kerja dalam penanaman, pemupukan, pemangkasan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit tanaman, panen dan pasca panen. Untuk strata I dan II biaya yang digunakan dalam penanaman berkisar antara Rp 50.000 – Rp 125.000. Biaya untuk pemupukan untuk strata I berkisar antara Rp 75.000 – Rp 150.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 50.000 – Rp 100.000. Biaya pemangkasan untuk strata I berkisar antara Rp 75.000 – Rp 150.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 50.000 – Rp 100.000. Biaya penyiangan untuk strata I berkisar antara Rp 40.000 – Rp 80.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 40.000 – Rp 100.000. Biaya pengendalian hama dan penyakit tanaman untuk strata I berkisar antara Rp 50.000 – Rp 100.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 75.000 – Rp 100.000. Biaya panen untuk strata I dan II berkisar antara Rp 40.000 – Rp 80.000. Biaya pasca panen untuk strata I berkisar antara Rp 40.000 – Rp 80.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 40.000 – Rp 100.000.

Penyusutan alat dalam proses usahatani ini meliputi alat-alat yang digunakan dalam usahatani seperti cangkul, sabit, sekop, parang, gunting, sprayer, handsprayer dan keranjang. Adapun rincian biayanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Biaya penyusutan cangkul untuk strata I berkisar antara Rp 8.750 – Rp


(44)

35.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 17.500 – Rp 26.250. Biaya penyusutan sabit untuk strata I berkisar antara Rp 5.000 – Rp 15.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 5.000 – Rp 10.000. Biaya penyusutan sekop untuk strata I berkisar antara Rp 12.500 – Rp 25.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 12.500 – Rp 37.500. Biaya penyusutan parang untuk strata I berkisar antara Rp 10.000 – Rp 30.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 10.000 – Rp 40.000. Biaya penyusutan gunting untuk strata I berkisar antara Rp 20.000 – Rp 30.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 10.000 – Rp 40.000. Biaya penyusutan sprayer untuk strata I dan II berkisar antara Rp 15.000 – Rp 30.000. Biaya penyusutan handsprayer untuk strata I berkisar antara Rp 6.000 – Rp 12.000, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 6.000 – Rp 18.000. Biaya penyusutan keranjang untuk strata I berkisar antara Rp 15.000 – Rp 22.500, sedangkan untuk strata II berkisar antara Rp 15.000 – Rp 37.500.

5.1.2 Produksi, Penerimaan dan Keuntungan

Jumlah produksi, harga jual rata-rata dan keuntungan per petani tercantum pada Lampiran 7. Rata-rata, maksimum dan minimum dari total biaya, jumlah produksi, harga jual, penerimaan dan keuntungan per petani secara over all sampling adalah seperti pada Tabel 12.

Tabel 12. Rata-rata, maksimum dan minimum dari total biaya, jumlah produksi, harga jual, penerimaan dan keuntungan per petani Uraian Total Biaya,

Rp1000

Produksi Ton

Harga Jual, Rp/kg

Penerimaan Rp1000

Keuntungan Rp1000

Rata-rata 7103 15 2333 35050 27947

Maks 21564 39.3 2800 110000 88436

Min 2740 4.3 2000 9000 6260


(45)

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa rata-rata biaya tanaman jeruk dalam setahun per petani adalah Rp.7.103.000. Biaya tertinggi adalah Rp.21.564.000, ini terdapat pada petani sampel yang terluas tanaman jeruknya yakni 2,5 hektar dan berumur 4 tahun. Biaya paling rendah perpetani adalah Rp.2.740.000 pertahun dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah 0,25 hektar.

Rata-rata jumlah perduksi tanaman jeruk dalam setahun per petani adalah 15 ton. Produksi tertinggi adalah 39,29 ton, ini terdapat pada petani sampel yang terluas tanaman jeruknya yakni 2,5 hektar dan berumur 4 tahun. Produksi yang paling rendah perpetani adalah 4,29 ton pertahun dan ini terdapat pada petani sampel yang paling sempit tanaman jeruknya yakni 0,25 hektar.

Rata-rata harga jual buah jeruk adalah Rp.2.333 per kg dalam setahun. Harga jual yang tertinggi adalah Rp.2.800 per kg dan yang paling rendah adalah Rp.2.000 per kg. Harga jual buah jeruk ini tidak bergantung pada umur tanaman jeruk, tetapi bergantung kepada kualitas buah. Kualitas buah ditentukan oleh besar buah, kebersihan buah dan kemulusan kulit buah. Makin besar ukuran buah, makin bersih, makin mulus maka harga jual makin mahal pada musim dan tahun yang sama di desa penelitian.

Penerimaan adalah jumlah produksi dikali harga jual rata-rata dalam setahun. Rata-rata jumlah penerimaan tanaman jeruk dalam setahun per petani adalah Rp.35.050.000. Jumlah penerimaan tertinggi adalah Rp.110.000, ini terdapat pada petani sampel yang terluas tanaman jeruknya yakni 2,5 hektar dan berumur 4 tahun. Jumlah penerimaan yang paling rendah perpetani adalah


(46)

Rp.9.000.000 pertahun dan ini terdapat pada petani sampel yang paling sempit tanaman jeruknya yakni 0,25 hektar.

Keuntungan adalah jumlah penerimaan dalam setahun dikurangi denga jumlah biaya produksi dalam setahun. Rata-rata jumlah keuntungan tanaman jeruk dalam setahun per petani adalah Rp.27.947.000. Jumlah keuntungan tertinggi adalah Rp.88.436.000, ini terdapat pada petani sampel yang terluas tanaman jeruknya yakni 2,5 hektar dan berumur 4 tahun. Jumlah keuntungan yang paling rendah perpetani adalah Rp.6.260.000 ton pertahun dan ini terdapat pada petani sampel yang paling sempit tanaman jeruknya yakni 0,25 hektar.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa jumlah produksi, jumlah penerimaan usahatani jeruk per petani sangat bergantung pada luas tanaman jeruknya. Keadaan ini dapat diperjelas dengan grafik berikut ini.

Hubungan Umur dan Biaya Produksi

8500 8700 8900 9100 9300 9500 9700 9900 10100 10300 10500 10700 10900

2 3 4 5 6 7 8 9

Umur (Tahun) Biaya Produksi

(Rp.1000)

Gambar 2. Grafik Hubungan Umur Tanaman Jeruk Dengan Total Biaya

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin luas tanaman jeruk semakin tinggi biaya produksi per petani. Sampai dengan luas lahan 1,1 hektar biaya produksi per petani mencapai Rp.10.000.000. Antara petani yang luas tanaman


(47)

jeruknya 1,2 hektar dengan petani yang luas tanaman jeruknya 2,5 hektar terlihat sangat jauh bedanya.

Hubungan Luas Tanaman dengan Produksi per Petani

2.5 5 7.5 10 12.5 15 17.5 20 22.5 25 27.5 30 32.5 35 37.5 40

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6

Luas Tanaman (Ha) Produksi per

Petani

Gambar 3. Grafik Hubungan Luas Tanaman dengan Produksi Jeruk per Petani

Pada Gambar 3 terlihat jumlah produksi petani yang luas tanaman jeruknya 2,5 hektar jauh lebih besar dari petani yang luas tanaman jeruknya 1,2 hektar.


(48)

Hubungan Luas Tanaman dengan Penerimaan

5000 20000 35000 50000 65000 80000 95000 110000

0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 2.6

Luas Tanaman (Ha) Penerimaan

per Petani

Gambar 4. Grafik Hubungan Luas Tanaman Dengan Penerimaan per Petani

Pada gambar 4, terlihat bahwa jumlah penerimaan petani yang luas tanaman jeruknya 2,5 hektar jauh lebih besar dari penerimaan petani yang luas tanaman jeruknya 1,2 hektar

5.1.3 Analisis per Hektar

Bila dihitung Total Biaya, Jumlah Produksi, Jumlah Penerimaan dan Jumlah Keuntungan per hektar, maka akan diperoleh angka-angka sebagai berikut. Kalau harga jual buah jeruk dalam perhitungan per hektar sama saja dengan harga jual per petani.

Tabel 13. Rata-rata, maksimum dan minimum dari total biaya, jumlah produksi, harga jual, penerimaan dan keuntungan per hektar

Uraian Total Biaya Rp1000

Produksi Ton

Harga Jual Rp1000

Penerimaan Rp1000

Keuntungan Rp1000

Rata-rata 9331 19 2333 45100 35770

Maks 10960 22.73 2800 55000 45692

Min 8613 15.71 2000 36000 25040


(49)

Pada Lampiran 8a dan 8b tercantum perhitungan per hektar dari Biaya Total, Produksi Jeruk, Penerimaan dan Keuntungan untuk setiap petani sampel. Rata-rata total biaya per hektar adalah Rp.9.331.000 (per petani adalah Rp.7.103.000). Maksimum total biaya adalah Rp.10.960.000 (per petani adalah Rp.21.564.000), ini terdapat pada petani sampel yang paling sempit luas tanaman jeruknya. Minimum total biaya per hektar adalah Rp.8.613.000 (kalau per petani adalah Rp.2.740.000), ini tedapat pada petani sampel yang paling luas tanaman jeruknya.

Rata-rata produksi buah jeruk per hektar adalah 19 ton (per petani adalah 15 ton). Maksimum produksi adalah 22,73 ton dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah 0,7 hektar, minimum produksi adalah 15,71 ton dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah paling luas yakni 2,5 hektar.

Rata-rata penerimaan usahatani jeruk per hektar adalah Rp.45.100.000 (per petani adalah Rp.35.050.000). Maksimum penerimaan adalah Rp.110.000.000 dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah 2,5 hektar, minimum penerimaan adalah Rp.9.000.000 dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah paling sempit yakni 0,25 hektar.

Keuntungan per hektar adalah jumlah penerimaan per hetar dikurang jumlah biaya per hektar. Rata-rata keuntungan usahatani jeruk per hektar adalah Rp.35.770.000 (per petani adalah Rp.27.947.000). Maksimum keuntungan adalah Rp.45.692.000 dan ini terdapat pada petani sampel yang luas tanaman jeruknya adalah 0,6 hektar dan umur tanaman jeruknya adalah 7 tahun. Minimum keuntungan adalah Rp.25.040.000 dan ini terdapat pada petani sampel yang luas


(50)

tanaman jeruknya adalah paling sempit yakni 0,25 hektar dan umur tanaman jeruknya adalah 3 tahun.

5.2 Pengujian Hipotesis

5.2.1 Hipotesi 1: Ada hubungan positif antara umur tanaman jeruk dengan biaya produksi per hektar.

Dari biaya produksi per petani dibagi dengan luas tanaman jeruk maka diperoleh pendapatan per hektar, dan ini dikorelasikan dengan umur tanaman jeruk, sehingga tidak terkait dengan pengaruh luas tanaman jeruk. Biaya produksi per hektar untuk setiap petani sampel tercantum pada Lampiran 9. Dari hasil perhitungan korelasi sederhana maka diperoleh nilai koefisien korelasi:

r = -0,063

t hitung = 0,334 t tabel 5% = 2,052

Jadi r tidak nyata

Kalau diregresikan (umur sebagai variabel X, biaya produksi sebagai variabel Y) , maka diperoleh persamaan regresinya :

Y = 7422-0,0002X

F hitung = 0,11 F tabel 5% = 4,23

F hitung tidak nyata.

Berdasarkan hasil uji maka dapat dikatakan hipotesis 1 dalam penelitian ini adalah ditolak. Bahkan korelasi antara umur tanaman dengan biaya produksi adalah negatif, sedangkan dalam perumusan hipotesis disebutkan korelasinya adalah positif. Untuk lebih jelas lagi korelasi antara umur tanaman jeruk dengan jumlah biaya produksi per hektar dapat ditampilkan dalam grafik sebagai berikut.


(51)

Hubungan Umur dan Biaya Produksi

8500 8700 8900 9100 9300 9500 9700 9900 10100 10300 10500 10700 10900

2 3 4 5 6 7 8 9

Umur (Tahun) Biaya Produksi

(Rp.1000)

Gambar 5. Grafik Hubungan Luas Tanaman Dengan Biaya Produksi per Ha

Korelasi umur tanaman jeruk dengan biaya produksi per hektar adalah tidak nyata karena petani jeruk di daerah penelitian mencurahkan biaya produksi tidak memperhatikan umur tanaman. Petani sampel mengorbankan biaya produksi berdasar- kan kondisi keuangan mereka untuk usahatani jeruk. Selain itu range umur tanaman jeruk yang diteliti termasuk sempit yaitu berumur 3-8 tahun. Juga dapat dilihat pada Gambar 5 bahwa distribusi petani sampel bertumpu pada tanaman yang berumur 3 tahun dan 6 tahun, dengan kata lain sampel yang terambil kurang merata pada setiap umur, sehingga grafiknya nampak seperti pada Gambar 5.

5.2.2 Hipotesis 2: Ada hubungan positif antara umur tanaman jeruk dengan jumlah penerimaan per hektar.

Penerimaan per hektar diperoleh dengan cara penerimaan per petani dibagi dengan dengan luas tanaman jeruk. Penerimaan per hektar ini dikorelasikan


(52)

dengan umur tanaman jeruk. Penerimaan per hektar untuk setiap petani sampel tercantum pada Lampiran 10. Dari hasil perhitungan korelasi sederhana maka diperoleh nilai koefisien korelasi:

r = 0,452

t hitung = 2,681 t tabel 5% = 2,052

Karena th > tt maka terdapat hubungan nyata.

Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima. Kalau diregresikan (umur sebagai variabel X, biaya produksi sebagai variabel Y) , maka diperoleh persamaan regresinya :

Y = 37783 + 1363X

F hitung = 7,19 F tabel 5% = 4,23

F hitung > F tabel

Dari persamaan regresi tersebut dapat pula dikatakan bahwa umur tanaman berpengaruh nyata terhadap jumlah penerimaan. Hal ini disebabkan makin berumur tanaman jeruk cenderung makin banyak buahnya, sedangkan harga jual buah jeruh tidak begitu berbeda nyata di antara petani sampel.

Untuk lebih jelas lagi korelasi antara umur tanaman jeruk dengan jumlah penerimaan per hektar dapat ditampilkan dalam grafik sebagai berikut.


(53)

Hubungan Umur dan Penerimaan

35000 40000 45000 50000 55000 60000

2 3 4 5 6 7 8 9

Umur (tahun) Penerimaan

(Rp.1000)

Gambar 6. Grafik Hubungan Umur Tanaman Dengan Penerimaan per Ha

Pada Gambar 6 nampak bahwa makin tinggi umur tanaman jeruk maka makin tinggi pula penerimaan per hektar. Berdasarkan penerimaan ini nampak bahwa petani sampel paling banyak berada pada umur tanaman 6 tahun (7 sampel), menyusul pada umur tanaman jeruk 3 tahun (6 sampel).

5.2.3 Hipotesis 3 : Ada hubungan positif antara umur tanaman jeruk dengan jumlah keuntungan per hektar.

Keuntungan per hektar diperoleh dengan cara keuntungan per petani dibagi dengan luas tanaman jeruk. Keuntungan per hektar ini dikorelasikan dengan umur tanaman jeruk. Keuntungan per hektar untuk setiap petani sampel tercantum pada Lampiran 11. Dari hasil perhitungan korelasi sederhana maka diperoleh nilai koefisien korelasi:


(54)

r = 0,4432

t hitung = 2,621 t tabel 5% = 2,052

Karena th > tt maka terdapat hubungan nyata.

Dengan demikian hipotesis ke 3 yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.

Kalau diregresikan (umur sebagai variabel X, keuntungan sebagai variabel Y) , maka diperoleh persamaan regresinya :

Y = 0,264 + 0,00014X

F hitung = 6,87 F tabel 5% = 4,23

F hitung > F tabel

Dari persamaan regresi tersebut dapat pula dikatakan bahwa umur tanaman berpengaruh nyata terhadap jumlah keuntungan. Hal ini disebabkan makin berumur tanaman jeruk cenderung makin tinggi penerimaan per hektar, sedangkan biaya produksi per hektar cenderung makin menurun bila umurnya makin tinggi. Keuntungan per hektar adalah penerimaan per hektar dikurangi biaya produksi per hektar.

Untuk lebih jelas lagi korelasi antara umur tanaman jeruk dengan jumlah keuntungan per hektar dapat ditampilkan dalam grafik sebagai berikut.


(55)

Hubungan Umur Tanaman dan Keuntungan

25000 30000 35000 40000 45000 50000

2 3 4 5 6 7 8

Umur (Tahun ) Keuntungan

(Rp.1000)

Gambar 7. Grafik Hubungan Umur Tanaman Dengan keuntungan per Ha

Pada Gambar 7 nampak bahwa makin tinggi umur tanaman jeruk maka makin tinggi pula keuntungan per hektar. Berdasarkan keuntungan ini nampak bahwa petani sampel paling banyak berada pada umur tanaman 3 tahun dan 6 tahun, yang masing-masing 6 petani sampel.


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Secara keseluruhan, biaya rata-rata selama setahun per petani jeruk adalah Rp.7.103.000, sedangkan per hektar adalah Rp.9.331.000.

2. Rata-rata produksi per petani adalah 15 ton per tahun, sedangkan per hektar adalah 19 ton per tahun.

3. Rata-rata harga jual buah jeruk adalah Rp.2.333 per kg di desa.

4. Rata-rata penerimaan per petani adalah Rp.35.050.000 per tahun, sedangkan per hektar adalah Rp.45.100.000 per tahun.

5. Rata-rata keuntungan per petani adalah Rp.27.947.000 per tahun, sedangkan per hektar adalah Rp.35.770.000 per tahun.

6. Tidak ada hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah biaya per hektar.

7. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah penerimaan per hektar.

8. Terdapat hubungan nyata antara umur tanaman dengan jumlah keuntungan per hektar.

6.2 Saran

1. Kepada petani jeruk disarankan agar makin bertambah umur tanaman maka

ditambah pula penggunaan input, seperti penggunaan pupuk.

2. Kepada Pemerintah Kabupaten Karo disarankan agar dapat memberikan


(57)

3. Kepada peneliti lain dianjurkan meneliti umur tanaman jeruk yang lebih bervariasi dalam rentang umur yang lebih panjang.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 1994. Budidaya Tanaman Jeruk. Kanisius, Yogyakarta

Davies, F.S. and L.G. Albrigo, 1998. Citrus. CAB International. 241p. Evitadewi, W.P.2001. Cara Praktis Bertanam Jeruk. Aneka Ilmu, Semarang. Husodo, S. dkk, 2004. Pertanian Mandiri Pandangan Strategi Para Pakar untuk

Kemajuan Pertanian Indonesia, Penebar Swadaya, Jakarta. Joesoef, M. 1993. Penuntun Berkebun Jeruk. Bhratara, Jakarta.

Mubyarto (a). 1972. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Yogyakarta.

,(b). 1994. Ekonomi Pertanian. LP3ES, Yogyakarta.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE, Yogyakarta.

Pracaya (a). 1995. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya dan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

(b). 2000. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya dan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

(c). 2003. Jeruk Manis : Varietas, Budidaya dan Pasca Panen. Penebar Swadaya, Jakarta.

Rukmana, R. 1997. Usaha Tani Jeruk. Kanisius, Jakarta. Soeriatmaja. 1983. Usaha Tani. Depdikbud, Jakarta.

Setiadireja. 1989. Hortikultura Perkarangan dan Buah-buahan. Sinar Baru, Bandung

Soelarso, R.B. 1996. Budidaya Jeruk Bebas Penyakit. Kanisius, Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Raja Grafindo Persada,

Yakarta.

Tohir, K.A. 1991. Seuntai Pengetahuan Usahatani Indonesia. Rineka Cipta, Jakarta.


(59)

Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Strata I dan II pada Usahatani Jeruk di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo

Strata No.

Sampel Luas Lahan (ha) Umur Petani (tahun) Pengalaman Bertani (tahun) Jumlah Tanggungan (jiwa) Umur Tanaman (tahun)

Pendidikan (tahun)

Status Petani

I

1 0.5 39 7 4 3 12 SMA Pemilik

2 0.5 45 10 5 5 12 SMA Pemilik

3 1 55 11 4 3 9 SMP Pemilik

4 0.5 52 9 4 3 9 SMP Pemilik

5 0.98 43 8 4 3 6 SD Pemilik

6 0.5 36 4 3 4 12 SMA Pemilik

7 1 37 5 6 5 12 SMA Pemilik

8 2.5 53 11 6 4 12 SMA Pemilik

9 0.25 53 10 5 3 12 SMA Pemilik

10 1 48 4 3 4 12 SMA Pemilik

11 0.8 35 8 4 4 9 SMP Pemilik

12 0.8 57 15 5 5 12 SMA Pemilik

13 1 38 8 5 3 12 SMA Pemilik

II

14 1 47 9 5 7 9 SMP Pemilik

15 1 45 8 4 7 9 SMP Pemilik

16 0.56 41 7 4 6 12 SMA Pemilik

17 0.7 55 12 4 8 9 SMP Pemilik

18 0.45 37 8 2 6 12 SMA Pemilik

19 0.8 48 10 5 6 6 SD Pemilik

20 0.5 41 12 6 6 12 SMA Pemilik

21 0.6 40 9 3 6 6 SD Pemilik

22 0.5 54 8 6 6 12 SMA Pemilik

23 0.5 31 12 6 6 9 SMP Pemilik

24 0.6 30 7 4 7 9 SMP Pemilik

25 1.2 59 13 4 6 12 SMA Pemilik

26 0.8 30 10 2 7 12 SMA Pemilik

27 0.9 40 12 4 7 12 SMA Pemilik

28 0.6 54 11 5 7 6 SD Pemilik

29 0.6 39 7 4 7 12 SMA Pemilik


(60)

Lampiran 2. Biaya Sarana Produksi Usahatani Jeruk di Desa Suka

No Biaya Bibit Biaya Pupuk (Rp)

Strata Sampel Bibit Harga Urea NPK TSP ZA KCL Kandang

(btg) (Rp) Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga

(Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (Kg) (Rp) (unit) (Rp)

I

1 140 70.000 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 2 142 71.000 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 3 278 139.000 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 4 139 69.500 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 5 273 191.100 147 176.400 171.5 271.999 145.04 224.8120 122.5 128.625 98 343.000 12250 6,125.000 6 139 97.300 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 7 278 194.600 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 8 695 486.500 375 450.000 437.5 693.875 370 573.5000 312.5 328.125 250 875.000 31250 15,625.000 9 70 49.000 37.5 45.000 43.75 69.388 37 57.3500 31.25 32.813 25 87.500 3125 1,562.500 10 204 142.800 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 11 165 115.500 120 144.000 140 222.040 118.4 183.5200 100 105.000 80 280.000 10000 5,000.000 12 222 177.600 120 144.000 140 222.040 118.4 183.5200 100 105.000 80 280.000 10000 5,000.000 13 278 222.400 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 14 270 243.000 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 15 283 169.800 150 180.000 175 277.550 148 229.4000 125 131.250 100 350.000 12500 6,250.000 16 157 94.200 84 100.800 98 155.428 82.88 128.4640 70 73.500 56 196.000 7000 3,500.000 17 195 117.000 105 126.000 122.5 194.285 103.6 160.5800 87.5 91.875 70 245.000 8750 4,375.000 18 126 75.600 67.5 81.000 78.75 124.898 66.6 103.2300 56.25 59.063 45 157.500 5625 2,812.500 19 165 99.000 120 144.000 140 222.040 118.4 183.5200 100 105.000 80 280.000 10000 5,000.000 20 110 66.000 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 21 122 73.200 90 108.000 105 166.530 88.8 137.6400 75 78.750 60 210.000 7500 3,750.000 22 124 62.000 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 23 102 51.000 75 90.000 87.5 138.775 74 114.7000 62.5 65.625 50 175.000 6250 3,125.000 24 127 63.500 90 108.000 105 166.530 88.8 137.6400 75 78.750 60 210.000 7500 3,750.000 25 334 167.000 180 216.000 210 333.060 177.6 275.2800 150 157.500 120 420.000 15000 7,500.000 26 223 133.800 120 144.000 140 222.040 118.4 183.5200 100 105.000 80 280.000 10000 5,000.000 27 250 150.000 135 162.000 157.5 249.795 133.2 206.4600 112.5 118.125 90 315.000 11250 5,625.000 28 169 101.400 90 108.000 105 166.530 88.8 137.6400 75 78.750 60 210.000 7500 3,750.000 29 170 102.000 90 108.000 105 166.530 88.8 137.6400 75 78.750 60 210.000 7500 3,750.000


(61)

Lampiran 2. Biaya Sarana Produksi Usahatani Jeruk di Desa Suka

Keterangan:

- Jarak tanam terdiri dari 2, (6 x 6) dan (7 x 7) sehingga bibit yang digunakan per hektar 278 bibit dan 204 bibit per hektar

- Harga bibit berkisar antara Rp 500 s/d Rp 900

- Harga Pupuk urea Rp 1.200 /Kg

- Harga Pupuk NPK Rp 1.586/Kg

- Harga Pupuk TSP Rp 1.550 / Kg

- Harga Pupuk ZA Rp 1.050/Kg

- Harga Pupuk KCl Rp 3.500/Kg

- Harga Pupuk Kandang Rp 500/karung

- Harga Bayfolan per botol Rp 8.000

- Harga Decis per botol Rp 15.000

- Harga Curacron per botol Rp 12.000

- Harga Matador per botol Rp 19.000

- Harga Gramoxon per Liter Rp 40.000

BIAYA OBAT-OBATAN (Rp) Total

Bayfolan Decis Curacron Matador Gramoxon Biaya

Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga Jlh Harga (Rp.000) (botol) (Rp) (botol) (Rp) (botol) (Rp) (botol) (Rp) (liter) (Rp)

6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,157.350 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,158.350 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,313.700 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,156.850 12.3 98.000 7.35 110.250 2.94 35.280 11.76 223.440 6.86 274.400 8,202.306 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,184.650 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,369.300 31.3 250.000 18.8 281.250 7.5 90.000 30 570.000 17.5 700.000 20,923.250 3.13 25.000 1.88 28.125 0.75 9.000 3 57.000 1.75 70.000 2,092.675 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,317.500 10 80.000 6 90.000 2.4 28.800 9.6 182.400 5.6 224.000 6,655.260 10 80.000 6 90.000 2.4 28.800 9.6 182.400 5.6 224.000 6,717.360 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,397.100 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,417.700 12.5 100.000 7.5 112.500 3 36.000 12 228.000 7 280.000 8,344.500 7 56.000 4.2 63.000 1.68 20.160 6.72 127.680 3.92 156.800 4,672.032 8.75 70.000 5.25 78.750 2.1 25.200 8.4 159.600 4.9 196.000 5,839.290 5.63 45.000 3.38 50.625 1.35 16.200 5.4 102.600 3.15 126.000 3,754.215 10 80.000 6 90.000 2.4 28.800 9.6 182.400 5.6 224.000 6,638.760 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,153.350 7.5 60.000 4.5 67.500 1.8 21.600 7.2 136.800 4.2 168.000 4,978.020 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,149.350 6.25 50.000 3.75 56.250 1.5 18.000 6 114.000 3.5 140.000 4,138.350 7.5 60.000 4.5 67.500 1.8 21.600 7.2 136.800 4.2 168.000 4,968.320 15 120.000 9 135.000 3.6 43.200 14.4 273.600 8.4 336.000 9,976.640 10 80.000 6 90.000 2.4 28.800 9.6 182.400 5.6 224.000 6,673.560 11.3 90.000 6.75 101.250 2.7 32.400 10.8 205.200 6.3 252.000 7,507.230 7.5 60.000 4.5 67.500 1.8 21.600 7.2 136.800 4.2 168.000 5,006.220 7.5 60.000 4.5 67.500 1.8 21.600 7.2 136.800 4.2 168.000 5,006.820 7.5 60.000 4.5 67.500 1.8 21.600 7.2 136.800 4.2 168.000 5,004.420


(62)

Lampiran 3. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Suka Lampiran 3. Curahan Tenaga Kerja Usahatani Jeruk di Desa Suka

No Penanaman (HKP) Pemupukan (HKP)

Pemangkasan (HKP)

Penyiangan (HKP)

Pengendalian H & P

(HKP Panen (HKP)

Pasca Panen

(HKP) Total HKP Strata Sampel TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK TKDK TKLK

I

1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 7 14 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 3 1 2 8 13 3 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 8 14 4 1 3 1 3 2 3 1 2 1 2 2 2 1 2 9 17 5 1 4 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 7 16 6 1 3 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 7 15 7 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 8 12 8 1 2 1 3 1 3 1 2 1 2 1 2 2 1 8 15 9 1 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 2 1 2 8 14 10 1 2 1 3 1 3 2 1 1 2 1 2 2 1 9 14 11 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 9 12 12 2 2 2 4 1 3 1 2 1 1 1 2 1 3 9 17 13 1 2 1 2 2 2 1 3 1 1 1 2 1 2 8 14 14 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 9 14 15 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 8 14 16 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 9 15 17 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 3 1 1 8 13 18 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 9 13 19 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 2 1 1 8 12 20 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 3 9 13 21 1 3 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 7 15 22 2 4 1 3 1 2 1 1 1 3 1 1 1 1 8 15 23 2 4 2 2 1 2 1 2 1 3 1 2 1 1 9 16 24 1 3 1 3 2 2 2 1 1 3 1 2 1 1 9 15 25 2 2 1 2 2 3 1 2 1 3 1 2 1 1 9 15 26 1 2 1 2 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 8 13 27 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 8 13 28 3 2 1 2 2 2 1 3 1 2 1 2 2 2 11 15


(1)

Lampiran 9. Data Total Biaya per HEKTAR setelah Diurutkan Menurut Umur Tanaman dan korelasi/ regresinya

Jeruk Biaya tahun Rp1000

3 9534 Koefisien korelasi, r = -0.063

3 8960 r kuadrat = 0.004

3 9730

3 8613 t hitung = -0.334

3 10960 t tabel 5% 2.052

3 9033

4 9686

4 8626 Persamaan Regresi:

4 8959 Y = 7.422 - 0.0002 X

4 9033

5 9674 F hitung = 0.11

5 8938 F tabel 5% = 4.23

5 9358

6 9630

6 9756

6 9075

6 9494

6 9337

6 9656

6 9788

6 8922

7 9067

7 9047

7 9412

7 9078

7 9040

7 9492

7 9308

7 9408


(2)

Lampiran 10. Data Penerimaan per HEKTAR setelah diurutkan menurut Umur Tanaman dan korelasi/ regresinya

Umur Jeruk tahun Peneri- maan Rp1000

3 45000 Koefisien korelasi, r = 0.452 0.452

3 50000 r kuadrat = 0.204 0.204

3 40000

3 45918 t hitung = 2.681

3 36000 t tabel 5% 2.052

3 42000

4 40000

4 44000 Persamaan Regresi: Y = 37783+1363X

4 40000

4 37500 F hitung = 7.19

5 45000 F tabel 5% = 4.23

5 52000

5 45000

6 46429

6 40000

6 50000

6 42000

6 40000

6 48000

6 44000

6 45833

7 46000

7 40000

7 50000

7 45000

7 45000

7 53333

7 55000

7 50000

8 50000

Jumlah 1353014


(3)

Lampiran 11. Data Keuntungan per HEKTAR setelah diurutkan menurut Umur Tanaman, dan korelasi/ regresinya

Umur Jeruk tahun Peneri- maan Rp1000

3 35466 Koefisien korelasi, r = 0.443

3 41040 r kuadrat = 0.197

3 30270

3 37305 t hitung = 2.621

3 25040 t tabel 5% 2.052

3 32967

4 30314

4 35374 Persamaan Regresi: Y = 0.264 + 0.00014 X

4 31041

4 28468 F hitung = 6.87

5 35326 F tabel 5% = 4.23

5 43062

5 35643

6 36798

6 30244

6 40925

6 32506

6 30663

6 38344

6 34212

6 36912

7 36933

7 30953

7 40588

7 35923

7 35960

7 43842

7 45692

7 40592

8 40686


(4)

Foto 1: Berfoto bersama dengan Dosen Pembimbing

Foto 2: Tanaman Jeruk Manis


(5)

Foto 3: Tanaman Jeruk Manis


(6)

Foto 5: Berfoto dengan Petani Jeruk Manis

Foto 6: Berfoto di depan Kantor Kepala Desa Dengan Sekdes