PENDAHULUAN KAJIAN TEORITIS METODOLOGI PENELITIAN TEMUAN DAN ANALISA DATA PENUTUP KAJIAN TEORITIS

5 b. Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan kesejahteraan sosial khususnya yang berkaitan dengan perlindungan anak. c. Merupakan masukan untuk penelitian-penelitian lebih lanjut, khususnya penelitian terapan yang berkaitan dengan masalah perlindungan.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka merupakan tinjauan atas kepustakaan literature yang berkaitan dengan topik pembahasan penelitian yang dilakukan pada penulisan skripsi ini. Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan mengetahui dengan jelas penelitian skripsi ini, penulis menggunakan literature beberapa skripsi.

F. Sistimatika Penulisan.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian, mamfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Bab ini mengemukakan tentang pengertian Pola, Pengasuhan, Perlindungan dan Anak.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini membahas tentang Metodologi Penelitian, Jenis Penelitian, Tehnik Pengumpulan Data, Sumber Data, Tempat dan Waktu Penelitian, 6 Subyek Informan dan Obyek Penelitian, Tehnik Analisa Data, Tehnik Keabsahan Data, Tehnik Penulisan serta Tinjauan Pustaka.

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA

Bab ini menjelaskan tentang gambaran lembaga yang terdiri dari, pertama Sejarah Singkat Taman Anak Sejahtera, Visi dan Misi, Struktur Organisasi, Kegiatan Taman Anak Sejahtera, Jaringan Kerjasama, Pendanaan Taman Anak Sejahtera, Sarana dan Prasarana Taman Anak Sejahtera TAS, Data Anak Asuh, Data Karyawan serta Mekanisme Penerimaan Anak di Taman Anak Sejahtera TAS. Kedua, Temuan dan Analisa Data Pola Pengasuhan dan Perlindungan Anak di Taman Anak Sejahtera TAS.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi : Kesimpulan dan Saran-saran. 7

BAB II KAJIAN TEORITIS

A. Pengertian Pola Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pola” berarti bentuk, atau sistem. 1 Sedangkan dalam Kamus Il miah Populer “pola” diartikan sebagai model, contoh, atau pedoman rancangan. 2 Maka “pola” diartikan lebih cocok sebagai bentuk. B. Pengasuhan Arti “pengasuhan” adalah upaya memenuhi kebutuhan anak. Sedangkan Asuh berarti kebutuhan fisik biologis, yakni kebutuhan anak akan pagan gizi, perawatan, kesehatan primer imunisasi, deteksi dini, dan pengobatan sederhana, papan pemukiman yang layak, higine dan sanitasi, sandang yang sesuai dan aman, olah-raga dan rekreasi. 3 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, “asuh” berarti menjaga, mendidik dan merawat anak kecil. 4 Menurut Sylva bahwa “perawatan berkelanjutan oleh seorang ibu atau pengganti ibu separuh waktu sama pentingnya bagi perkembangan emosional bayi seperti vitamin bagi kesehatannya, maka seharusnya kita mengkhwatirkan kesejahteraan ribuan anak pra-sekolah. Dan ia juga menganggap 1 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, h. 885. 2 Puis A. Partanto M. Dahlan Al-Barty, Kamus Besar Bahasa Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola, 1994, h. 605. 3 Eleeza Saitz, Bahaya Mengabaikan Golden Age Anak, Jakarta: Pathoilah Pres, 2006, h. 13. 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, h. 54. 8 bahwa ikatan antara ibu dan anak adalah unik dan tidak dapat dibalikkan dan bila hal itu diputuskan atau tidak berjalan maka akan terjadi ketidaknormalan di kemudian hari .” 5 Maka “pengasuhan” adalah kegiatan pemenuhan kebutuhan esensial anak balita untuk dipelihara, dirawat, dibimbing, dididik dan dibina secara berkesinambungan agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal, baik fisik, mental, spiritual dan sosial. 6 Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak dijelaskan pada pasa l 11 menyatakan, “Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak-anak yang sebaya, bermain, berekreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”. 7 Menurut Bredekemp 1992 menjelaskan bahwa “pendidikan yang patut untuk anak terdiri dari dua dimensi, yaitu age appropriateness, yang diartikan sebagai perkembangan anak yang bersifat universal, yaitu memiliki urutan pertumbuhan dan perkembangan yang dapat diperkirakan terjadi dalam sembilan tahun awal kehidupan anak. Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik, emosi, sosial, dan koqnitif. Sedangkan individual appropriatenses dimaksudkan sebagai pemahaman bahwa setiap anak adalah pribadi yang unik dengan pola dan waktu pertumbuhan yang berbeda yang meliputi kepribadian, 5 Kathy Sylva, Perkembangan Anak Sebuah Pengantar, Ingrid Lunt: Arcan, 1988, h. 173. 6 Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, 2009, h. 62. 9 gaya belajar, serta latar belakang pola pengasuhan keluarga yang berbeda. Pola belajar anak merupakan hasil interaksi dengan antara pemikiran anak dengan pengalaman anak yang didukung dengan materi, gagasan, serta orang-orang yang ada di sekitarnya. Pengalaman yang didapat dari proses pengasuhan akan mempengaruhi perkembangan, kemampuan dan pemahaman anak. The National Association for Education of Young Children NAEYC, menjelaskan bahwa persyaratan utama pengasuhan anak yang berkualitas adalah dengan menyediakan lingkungan yang sesuai, aman dan terpilihara, di mana mampu meningkatkan perkembangan fisik, sosial, emosional dan kognitif melalui pendekatan konkrit yang berorientasi bermain. 8 The Consultative Group on Early Chilhood Care and Development, menjelaskan pengasuhan sebagai suatu kegiatan yang ditujukan bagi orang tua dan anggota keluarga lainnya, untuk membina tumbuh kembang anak mulai usia 0 sampai 8 tahun secara menyeluruh. Adapun usaha atau aspek yang dapat dilakukan seperti : 1. Perawatan yang bertujuan untuk memastikan bahwa anak sejak dalam kandungan, dalam kondisi baik, aspek yang mendukung tumbuh kembangnya ditingkatkan, aspek yang mengganggu menghambat dikurangi atau dihilangkan. 7 Majalah Societa, edisi khusus, Bersama Lindungi Anak Kita, Jakarta : Biro Humas Departemen Sosial RI, 2009 , h. 7. 8 Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009, h. 3. 10 2. Pemeliharaan yang ditujukan agar kebutuhan anak untuk makan, minum, pakaian dan tempat tinggal dapat terpenuhi sehingga kelangsungan hidup anak dapat terjaga. 3. Bimbingan ini diutamakan diperlukan agar anak mampu mendayagunakan potensi dan kecerdasannya secara optimal. 4. Pendidikan dan aturan-aturan menurut perkembangan usia anak dini sampai dengan anak memperoleh pendidikan formal. 9 Prinsip-prinsip pengasuhan dan perlindungan anak seperti: a. Non diskriminasi, artinya tidak membedakan anak berdasarkan asal usul, suku, agama, ras, jenis kelamin, urutan kelahiran, bahasa, budaya, sosial dan ekonomi. b. Kepentingan terbaik bagi anak, dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan pemerintah, masyarakat, badan legislative dan yudikatif, maka kepentingan yang terbaik bagi anak harus menjadi pertimbangan utama. c. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang, ini berarti hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua, untuk mendapatkan jaminan perlindungan serta hak-haknya agar dapat hidup dan tumbuh dan berkembang. d. Penghargaan terhadap anak, adalah sebagai penghormatan atas hak-hak anak untuk berpartisipasi agar dan menyatakan 9 Ibid., h. 63-65. 11 pendapatnya dalam pengambilan keputusan terutama yang menyangkut hal-hal yang mempengaruhi kehidupannya. 10 Menurut Agoes Dariyo mengutip pendapat Baumrind, bahwa ada empat jenis pola pengasuhan : 1. Pola Asuh Otoriter Dalam pola asuh ini orang tua merupakan hal sentral artinya, segala ucapan perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan aturan yang harus ditaati oleh anak-anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tidak berubah, maka seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya. 2. Pola Asuh Permisif Pola asuh primisif, orang tua justru merasa tidak peduli dan cendrung memberi kesempatan dan kebebasan secara luas kepada anak. Orang tua seringkali menyetujui terhadap semua dengan tuntutan dan kehendak anak. Dengan demikian orang tua tidak punya kewibawaan. Akibatnya segala pemikiran, pendapat maupun pertimbangan orang tua cendrung tidak pernah diperhatikan atau diabaikan oleh anak. 3. Pola Asuh Demokratis Ini berarti gabungan antara pola asuh otoriter dan permisif dengan tujuan untuk menyeimbangkan pemikiran, sikap dan tindakan antara 10 Ibid., h. 5-6. 12 anak dan orang tua. Baik orang tua maupun anak mempunyai kesempatan yang sama untuk menyampaikan suatu gagasan, ide atau pendapat untuk mencapai suatu keputusan. 4. Pola Asuh Situasional Pola asuh ini kemungkinan besar individu yang menerapkan pola asuh itu tak tahu apa nama dan juga jenis pola asuh yang dipergunakan. Jadi pola di atas tidak berpatokan atau parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk membimbing si anak. 11 C. Pengertian perlindungan Perlindungan diartikan sebagai segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi dan hak-haknya agar dapat hidup tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan martabat kemanusian serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 12 Perlindungan secara umum ditujukan untuk memastikan bahwa perawatan, pemiliharaan, bimbingan, pembinaan, dan pendidikan yang mempunyai kebutuhan khusus dapat berjalan sehingga seluruh kebutuhan esensial anak terpenuhi secara utuh, anak dapat hidup dalam lingkungan yang aman. Sedangkan secara kusus, anak tidak diperlakukan salah, mengalami kekerasan dan eksploitasi serta diperdangangkan. 13 11 Agoes Dariyo, Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama,Bandung: PT. Refika Aditama, 2007, h. 206-208. 12 Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009, h. 3. 13 Ibid., h. 66. 13 Is tilah “perlindungan anak” child protection digunakan dengan secara berbeda oleh organisasi yang berbeda di dalam situasi yang berbeda pula. Dalam buku panduan ini perlindungan anak, istilah tersebut mengandung arti perlindungan dari kekerasan, abuse, dan eksploitasi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, perlindungan anak mengupayakan agar setiap hak sang anak tidak dirugikan. Perlindungan anak bersifat melengkapi hak-hak lainnya yang secara inter alia menjamin bahwa anak-anak akan menerima apa yang mereka butuhkan agar supaya mereka bertahan hidup, berkembang dan tumbuh. 14 Perlindungan anak bertalian erat dengan semua aspek kesejahteraan anak. Sering, seorang anak, rentan kurang gizi dan penyakit, tidak secara layak mendapatkan stimulasi awal, keluar dari sekolah dan lebih besar kemungkinannya diperlakukan salah dan diekploitasi. Seoranga anak terimunisasi yang secara konstan dipukuli bukanlah anak yang sehat; seorang anak yang dihina yang diperlakukan secara tidak patut karena etnisnya tidak menikmati lingkungan belajar yang menyenangkan. Dalam undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak pasal 23 ayat 1 menyatakan “Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak, dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, atau wali orang yang secara hukum bertanggung jawab terhadap anak”. Pasal tersebut mengakui tanggung jawab orang tua atau wali sebagai pihak yang berkewajiban dalam memberikan perlindungan, pemeliharaan, pengasuhan dan kesejahteraan anak. Maka diharapkan memberi dukungan sosial berupa 14 Agus Riyanto, Perlindungan Anak Sebuah Buku Panduan bagi Anggota Dewan Perwakilan 14 pengasuhan pemeliharaan, perawatan, bimbingan, pendidikan, pembinaan, dan perlindungan sejak dini. 15 Merujuk pada masalah anak dan AIDS dan diakui oleh Committee on the Rights of the Chid menyatakan bahwa perawatan dan perlindungan yang memadai hanya dapat diberikan dalam satu lingkungan yang mengedepankan dan melindungi semua hak, khususnya hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua, hak atas privasi, hak untuk dilindungi dari segala bentuk kekerasan, hak atas perlindungan khusus dan bantuan dari negara, hak-hak penyandang ketidakmampuan cacat, hak atas kesehatan, hak atas jaminan sosial, termasuk asuransi sosial, hak atas pendidikan, dan bersenang-senang, hak dilindungi dari eksploitasi ekonomi, dari penggunaan narkoba, dan dari eksploitasi seksual, hak untuk dilindungi dari penculikan, penjualan trafiking serta penyiksaan dan dari perlakuan hukuman yang menistakan, tidak berprikemanusiaan atau kejam, dan hak atas pemulihan fisik dan psikis dan reintegrasi sosial. 16 Adapun konvensi hak-hak anak standar internasional The convention on the Rights of the Child dalam pasal 2 menyatakan sebagai berikut: 1. Negara-negara anggota harus menghormati dan menjamin hak-hak yang termasuk dalam konvensi ini bagi masing- masing anak di dalam wilayah jurispondensinya tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun, tanpa melihat ras, warna kulit, jens kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau Rakyat, Jakarta: Inter-Parlementary Union UNICEF, 2006, h. 3. 15 Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI, 2009, h. i-iii. 15 pendapat lainnya, kebangsaan, asal-usul etnis atau sosial, kekayaan, ketidakmampuan, kelahiran atau pendapat lainnya dari orang tua, atau wali hukumnya. 2. Negara-negara anggota harus mengambil langkah-langkah yang memadai untuk memastikan bahwa anak dilindungi dari segala bentuk diskriminasi atau hukuman berdasarkan status, kegiatan, pernyataan pendapat, atau kepercayaan dari orang tua anak, wali sah, atau anggota keluarga. 17 Adapun prinsip-prinsip atau hak perlindungan anak dalam konstitusi kasus Afrika Selatan, yang dimuat dalam pasal 28 undang-undang dasar Republik Afrika Selatan yang disahkan pada tahun 1996 yaitu: 1. Memiliki nama dan kebangsaan sejak lahir 2. Berhak mendapatkan perawatan orang tua atau keluarga atau perawatan alternatif lain yang sesuai ketika anak dipindahkan dari lingkungan keluarganya. 3. Dilindungi dari perlakuan salah, penelantaran, abuse, atau perendahan martabat 4. Dilindungi dari praktek-praktek dari perburuhan yang eksploitatif 5. Tidak diminta atau diijinkan melaksanakan pekerjaan atau memberikan jasa yang tidak sesuai 16 Ibid., h. 7-8. 16 dengan anak dan membahayakan kesejahteraan, pendidikan, kesehatan jasmani, dan rohaninya; atau perkembangan sosial, moral dan spritualnya; 6. Tidak ditahan kecuali sebagai upaya terakhir, dalam hal mana, selain hak-hak anak yang dimiliki berdasarkan ayat 12 dan 35, anak dapat ditahan hanya untuk waktu yang sesingkat-singkatnya, dan memiliki hak untuk ditempatkan secara terpisah dari tahanan dewasa yang berusia 18 tahun dan diperlakukan sedemikian rupa dan ditempatkan dalam kondisi yang mempertimbangkan usia anak. 7. Mendapatkan penasehat hukum yang disediakan oleh negara, dan atas biaya negara, dalam proses pengadilan perdata yang berkenaan dengan anak tersebut dan apabila tidak diberikan mengakibatkan ketidakadilan. 8. Tidak dimanfaatkan secara langsung dalam konflik bersenjata, dan dilindungi pada saat terjadi konflik. 18 D. Pengertian anak 17 Ibid., h. 11. 18 Ibid., h. 19-20. 17 Anak adalah generasi penerus yang memikul tugas yang diamanatkan bangsa kepadanya. Oleh sebab itu anak harus dapat tumbuh dan berkembang dengan sehat, baik secara jasmani maupun rohani. 19 Menurut Convention on the Right of the Child, anak adalah mereka yang berusia delapan belas tahun ke bawah. 20 Undang-undang nomor 20 tahun 2003, anak balita sebagai masa emas atau “golden age” yaitu insan manusia yang berusia 0-6 tahun. 21 Dapat disimpulkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur dua puluh satu tahun dan belum pernah kawin. Pengertian tersebut dimuat dalam undang-undang Nomor 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak. Batas usia ini berdasarkan pertimbangan kepentingan usaha kesejahteraan sosial dimana kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental seorang anak dicapai pada umur tersebut. 22 19 Purnianti, Arti dan Lingkup Masalah Perlindungan Anak, cet pertama, Jakarta: Jurusan Kriminologi FISIP-UI dan Pusat Pelayanan Keadilan dan pengabdian Hukum UI, 1999, h. 14. 20 Ibid., h. 22. 21 Departemen Sosial Republik Indonesia, Modul Pengasuhan dan Perlindungan Anak Balita, Jakarta: Direktorat Pelayanan Sosial Anak, Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Departemen Sosial RI, 2009, h. 20. 22 Badan Statistik Nasional, Indikator Kesejahteraan Anak, Jakarta: Badan Statistik Nasional, 2005, h. 6. 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN