Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Gaya hidup di daerah perkotaan yang penuh dengan junk food dan kurang olahraga menyebabkan banyaknya keluhan tentang kesehatan dan berat badan. Dimulai dari kegiatan yang hanya banyak duduk, kurang gerak dan gemar makan makanan cepat saji ataupun yang gurih dan berminyak belum lagi aktivitas sehari-hari yang mengharuskan pergi pagi pulang malam kadang kala menyebabkan kita tidak dapat menyisihkan waktu luang untuk berolahraga misalnya jogging dipagi hari atau sore hari Barry Sears 2009. Dengan keadaan yang seperti itu, maka tidaklah heran bila kemudian fitness center mulai berkembang di tengah-tengah gaya hidup perkotaan. Bermacam-macam tujuan untuk datang ke fitness center. ada yang ingin bugar, ingin sedikit lebih gemuk, ingin kurus, dan ingin mendapatkan bentuk tubuh yang ideal Barry Sears 2009. Bila kita telisik lebih jauh, banyak sekali manfaat fitness. Semakin bertambahnya usia, ketahanan tubuh akan semakin berkurang. Fitnes adalah gaya hidup yang melibatkan unsur latihan beban dan aerobic, 1 pengaturan pola makan diet, dan istirahat dalam kadar yang proporsional. Jika kita lihat lebih jauh manfaat yang bisa didapatkan dari menjalankan fitness adalah rasa percaya diri yang lebih baik lagi. Kulit terasa lebih kencang, halus dan sehat karena keringat yang membawa racun-racun didalam tubuh keluar melalui pori-pori Barry Sears 2009. Kadar lemak tubuh yang telah berkurang membantu untuk membakar kalori lebih tinggi sepanjang hari. Selain manfaat visual tubuh yang lebih kencang dan postur yang terjaga baik, gaya hidup fitnes juga bisa membantu kita menghemat budget pakaian.Tidak perlu lagi kita harus membeli pakaian baru setiap kali perut dan pinggul membesar. Karena dengan badan yang lebih bagus, pakaian yang sederhana pun terlihat jauh lebih pas untuk penampilan yang baik Barry Sears 2009. Menurut Norman K dalam Reps, 2005 fitnes ternyata punya dampak bagi kesehatan mental. Banyak penelitian menunjukkan, jika seseorang yang mengikuti fitness justru mengalami peningkatan mood, meskipun hanya olahraga dalam waktu singkat saja. Masih menurut Norman K dalam Reps, 2005 fitness juga bisa meningkatkan intelegensi. Penelitian menemukan, fitness bisa meningkatkan fungsi intelektual, ingatan, dan imajinasi. Selain itu fitness juga terbukti dapat menurunkan banyak simptom fisik akibat stres, beberapa diantaranya lebih efektif ketimbangan obat medis. Kemampuan fitness menurunkan tekanan darah lebih baik dari obat penenang. Fitness bisa menurunkan detak jantung serta tekanan darah dengan begitu semua efek negatif stress fisik akibat kedua hal tersebut bisa diatasi Norman K dalam Reps, 2005. Seiring berjalannya waktu, fitness juga mampu menaikkan mood, sehingga mampu mengurangi stres pada individu. Karena fitness bisa mengendalikan emosi. Psikoterapi, jika digabungkan dengan fitness, bisa menjadi kombinasi yang efektif. Psikoterapi dalam fitness berguna untuk melawan depresi. Depresi bisa terjadi karena beberapa hal: kimiawi, situasi, rasa percaya diri yang rendah dan merasa tidak berharga PattiBritton 2007. Bahkan, penelitian juga mencatat kalau anti-depresi terefektif adalah kombinasi fitness dan psikoterapi. Selain itu fitness juga tidak mengenal rentan usia artinya fitnes dapat dilakukan oleh remaja maupun usia dewasa. Jurnal American Journal of Sports Medicine Febe Ida S 2009 suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui aman tidaknya latihan beban bagi 18 anak lelaki berusia 8 thn. Kedelapan belas anak ini menjalani suatu program latihan selama 14 minggu sebanyak 3 kali sesi latihan per minggu dan selama 45 menit tiap sesinya. Dan hasilnya adalah program latihan tersebut tidak menimbulkan efek cedera apapun dan tidak mempengaruhi kesehatan tulang, otot atau organ-organ tubuh yang penting lainnya Febe Ida S 2009. Selain penelitian tersebut, banyak penelitian dari para ilmuwan yang menyimpulklan hal yang sama, yaitu dalam program latihan jangka panjang atau pendek, fitness di usia belia sama sekali tidak menghambat pertumbuhan, asal dilakukan dengan pengawasan dari orang tua, menggunakan beban yang sesuai dengan kekuatan sang anak, dan frekuensi latihan yang tidak terlalu membuat lelah, olahraga beban justru ikut menjaga kesehatan, daya tahan, stamina dan bentuk tubuh Febe Ida S 2009. Jika membicarakan mengenai fitness tak dapat dipungkiri bahwa hal itu terkait dengan yang namanya bentuk tubuh Body Image. Bentuk tubuh manusia merupakan representasi diri yang pertama dan paling mudah terlihat. Hal ini menyebabkan orang kemudian terdorong untuk memiliki tubuh yang ideal Breakey ,1997. Bentuk tubuh yang ideal pada diri seseorang bukan dilihat dari gemuk atau kurusnya tubuh orang tersebut. Pernyataan ini didukung oleh sebuah penelitian yaitu National Institute on Aging dalam Men’s Health, 2004 dengan sampel penelitian para pria. Hasil dalam penenlitian tersebut menyimpulkan bahwa pria yang bertubuh kurus tetapi tidak bugar justru memiliki resiko kematian akibat penyakit jantung yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pria gemuk yang rutin berolah raga. Tubuh kurus bukan jaminan kesehatan dan yang lebih utamanya adalah tubuh yang bugar itu lebih menentukan panjang usianya seseorang Men’s Health, 2004. Statistik akibat kegemukan menjelaskan bahwa di Amerika Serikat dalam Adiraga, 2006menunjukan bahwa angka kematian akibat kegemukan mencapai 300.000 jiwa per tahunnya atau 822 jiwa meninggal setiap hari, 34 kematian setiap jam, 1 nyawa setiap 2 menit yang meninggal akibat dari kegemukan Adiraga, 2006. Data tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anderson dan Domenico dalam Polivy McFarlane, 1998 yang dikutip oleh Sukamto 2006 menemukan bahwa majalah-majalah remaja dan dewasa memuat 10,5 kali lebih banyak iklan dan artikel yang mempromosikan penurunan berat badan daripada majalah-majalah yang seluruhnya berisi saran-saran tentang diet dan pembentukan tubuh. Berdasarkan fenomena yang ada sekarang, Penelitian Esther dalam Sukamto, 2006 pada mahasiswa menemukan bahwa 62 subjek penelitian ingin menurunkan berat badan setelah menonton acara peragaan busana dan penampilan para artis di televisi. Para remaja dan orang dewasa melaporkan bahwa mereka merasa lebih depresi, stres, bersalah, malu, tidak aman, dan tidak puas terhadap tubuh mereka Polivy Mcfarlane,1998. Tolak ukur yang paling sering digunakan oleh para pria untuk menilai bentuk tubuh yang ideal yaitu dapat terlihat dari ketika mereka menampilkan fisik yang sehat, atletis, besarnya otot tubuh dan bentuk perut yang six pack. Dalam sebuah studi penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan seribu pria menghasilkan data, lebih dari 50 pria mengakui ketidak bahagiaan dengan tubuh mereka, dan 40 pria mengakui ingin melakukan ‘chest implants’ atau operasi penambahan otot di bagian dada, sehingga mereka bisa mendapatkan otot-otot dada pectoralyangsempurna Senda Casillas 2008. Berdasarkan data-data yang telah dijelaskan diatas terungkap bahwa bentuk tubuh seseorang bukan diukur dari gemuk atau kurusnya tubuh, melainkan dilihat dari sehat atau tidaknya tubuh tersebut. Jika membicarakan bentuk tubuh maka, hal ini sejalan dengan kepada kepuasan terhadap citra tubuh. Menurut Melliana 2006 citra tubuh merupakan fondasi dasar dari keseluruhan kepribadian manusia. Memiliki Citra tubuh yang positif itu sangat penting bagi kesehatan dan rasa percaya diri. Citra tubuh yang positif adalah komponen rasa percaya diri, yang sangat berpengaruh pada kehidupan pribadi seseorang. PattiBritton 2007. Citra tubuh atau body image atau body concenpt konsep tubuh atau gambaran tubuh adalah ide seseorang mengenai penampilan badannya di hadapan orang lain. Kadang dimasukkan pula konsep mengenai fungsi tubuhnya Chaplin, 2000. Menurut Rice dalam Sukamto 2006, citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki seseorang tentang tubuhnya yang meliputi pikiran-pikiran, perasaan- perasaan, penilaan-penilaan, sensasi-sensasi, kesadaran, dan perilaku yang terkait dengan tubuhnya. Citra tubuh merupakan suatu pengalaman yang individual seseorang tentang tubuhnya. Menurut Rosen dalam Sukamto, 2006, citra tubuh dapat berubah walaupun penampilan fisik tidak berubah. Citra tubuh merupakan sebuah konsep psikologis yang bersifat subjektif, sehingga konsep ini sebenarnya tidak tergantung pada penampilan fisik. Jadi seseorang yang telah berhasil menurunkan berat badanya atau menjadi lebih cantik mungkin masih memiliki citra tubuh yang negatif. Rice dalam Sukamto, 2006 menjelaskan bahwa citra tubuh yang sehat atau positif ditandai oleh adanya gambaran mental yang akurat tentang tubuh dan perasaan-perasaan, penaksiran, serta relasi dengan tubuh yang positif dan percaya diri. Olah raga fitness juga mampu membuat seseorang menjadi lebih menghargai diri sendiri, membuat seseorang menjadi lebih sehat dan lebih aktif. Mempunyai mobilitas fisik tinggi mampu menggerakkan tubuhnya sesuai kemauan tanpa hambatan lelah bisa melahirkan rasa percaya diri dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan kebanyakan orang yang jarang, malas, atau tidak pernah olahraga. Jika dikaji lebih mendalam tentang citra tubuh dan kepercayaan diri hal ini sejalan searah dengan hasil laporan penelitian The U.S. Surgeon General dalam Reps, Juni 2005 yang menyebutkan berbagai alasan seseorang untuk mengikuti fitness diantaranya fitness mampu meningkatkan optimisme,daya tahan psikologis, dan kepositifan kreatifitas dan kemampuan memecahkan masalah spirit emosional kemampuan rileks di situasi stres citra diri dan kepercayaan diri. Dengan kata lain, bentuk tubuh seseorang itu berkaitan dengan kepercayaan diri-nya. Kepercayaan diri sangat dibutuhkan didalam kehidupan manusia. Pada era globalisasi saat ini banyak sekali hal yang mempengaruhi kehidupan manusia, baik yang positif maupun yang negatif. Manusia dituntut untuk bisa mengambil keputusan sendiri, mampu mengatasi setiap rintangan yang terjadi. Manusia dituntut untuk bertindak dan berfikir secara kritis, tidak mudah putus asa, dan bertanggung jawab yang didasari oleh kepercayaan diri yang tinggi Apollo, 2005. Lauster dalam Apollo, 2005, mengemukakan bahwa kepercayaan diri adalah suatu sikap atau perasan yakin atas kemampuan sendiri, sehingga individu dapat memilih hal-hal yang disukainya, tidak terlalu cemas dalam melakukan tindakan-tindakannya dan bertanggung jawab atas perbuatannya. Seseorang yang kurang percaya diri seringkali merasa takut dan khawatir didalam menyampaikan gagasannya, ragu-ragu dalam menentukan pilihannya, dan seringkali membandingkan dirinya dengan orang lain serta pesimis dalam mengahadapi tantangan Lauster, dalam Apollo, 2006. Burns 1993 yang dikutip oleh Apollo 2006 menambahkan bahwa seseorang yang percaya diri akan lebih mampu mengembangkan potensi dan aktualisasi diri daripada individu yang kurang percaya diri. Setiap orang pasti pernah merasa tidak puas dengan penampilannya, sehingga berusaha untuk bisa tampil jauh lebih baik. Penampilan bentuk tubuh yang bagus dan ideal merupakan impian banyak pria yang mengikuti fitness. Oleh sebab itulah penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih jauh dan mendalam mengenai mengenai ”PENGARUH KEPUASAN CITRA TUBUH TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI ORANG YANG MENGIKUTI FITNESS CENTER”.

1.2 Pembatasan Masalah