BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam sejarah penyebaran agama Islam, ibadah shalat merupakan hal yang utama yang diserukan oleh Rasulullah SAW kepada umat manusia setelah iman.
Dalam peningkatan ibadah shalat, seorang guru atau ustadz dalam hal ini harus berusaha menanamkan pengertian dan kesenangan melaksanakan atau
menunaikan ibadah shalat kepada para jama’ah agar benar-benar mengerti dan memahami serta dapat melaksanakannya secara baik dan benar. Para jama’ah
dapat meningkatkan dan memberikan motivasi beribadah kepada lingkungan keluarga, dan masyarakat untuk mempelajari ilmu agama. Sehingga terwujudlah
suasana kehidupan yang agamis. Mengerjakan ibadah shalat merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada Allah SWT untuk meningkatkan keimanan. Dan
sebagai pengikut nabi Muhammad SAW, diwajibkan menjalankan shalat lima waktu sehari semalam.
Karena Islam adalah agama yang diturunkan ke dunia untuk seluruh umat manusia, dengan adanya keberadaan Islam yang universal, maka wajib bagi kaum
muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam. Dan salah satu aktivitas keagamaan yang secara langsung digunakan untuk mensosialisasikan ajaran Islam bagi
penganutnya dan umat manusia pada umumnya adalah salah satunya dengan diadakannya pengajian. Aktivitas pengajian kitab fikih shalat ini dilakukan
sebagai wujud kepedulian pengurus Masjid Riyadhul Jannah terhadap masyarakat sekitar. Pengajian kitab fikih shalat bertujuan untuk mempengaruhi dan
mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat menuju terbentuknya tatanan keshalehan individu dan kolektif. Pengajian kitab fikih ini
sarat dengan pesan-pesan keagamaan dan sosial serta merupakan salah satu sarana penyampaian risalah yang di emban Nabi SAW. dalam penyebaran agama Islam
Dalam konteks itulah relevansi pengajian kitab fikih sebagai solusi permasalahan umat, karena didalamnya penuh dengan nasehat, pesan keagamaan
dan sosial serta teladan yang mengajak masyarakat untuk menghindari diri dari hal-hal yang negatif dan menggantinya dengan hal-hal yang positif dalam ridha
Allah SWT. Relevansi itu semakin signifikan apabila kegiatan pengajian mempunyai respon yang positif kepada semua lapisan masyarakat sekaligus dapat
menyentuh aspek akal dan rohaninya. Kemampuan professional dalam penyampain materi kajian semakin dituntut karena bukan saja masyarakat yang
semakin kritis, disamping itu juga memiliki permasalahan yang cukup kompleks sebagai akibat dari pengaruh informasi global yang pesannya sarat dengan nilai-
nilai yang dapat mempengaruhi pola hidup masyarakat.
1
Akibat dari berbagai pengaruh tersebut, respon setiap jama’ah beraneka ragam, berkaitan dengan pemahaman dan pengalaman ajaran agama serta respon
jama’ah, maupun yang berkaitan dengan permasalahan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, keluarga dan sebagainya. Pemahaman agama yang
1
Syaikh Musthafa Mansyur. Fikih Dakwah, Jakarta : Al-I’tisom Cahaya Umat, 1998, h. 66.
dangkal di kalangan umat dapat berakibat pada kurangnya aktivitas beribadah apalagi ditambah dengan rendahnya keinsyafan dan kesadarannya, sehingga tidak
mempunyai pedoman nilai-nilai dan moral dalam hidupnya. Selain itu, pemahaman agama yang dangkal kurang dapat pula berakibat pada tipisnya
penghayatan dalam pengalamannya, karena sekalipun anggota umat aktif beribadah karena fanatisme keagamaannya tinggi, namun tidak banyak membawa
pengaruh atsar kepada perilakunya. Sebab dapat diduga bahwa pelaksanaan ibadahnya hanya bersifat formalistik dan ritualistik.
2
Ibadah shalat merupakan amal yang paling utama yang harus dilakukan oleh umat Islam karena shalat merupakan amal ibadah yang pertama kali dihisab pada
hari kiamat nanti. Ibadah kepada Allah SWT memiliki tiga pilar utama yang tidak dapat ditinggalkan, yaitu; Cinta hubb, Takut khauf , dan Harapan raja.
Beribadah atau menghamba kepada Allah SWT harus dilandasi dengan tiga pilar utama ini. Kedudukan shalat dalam Islam sangat penting sekali, shalat yang wajib
dikerjakan ialah shalat lima waktu dalam sehari semalam. Shalat tersebut harus dikerjakan secara terus menerus sesuai dengan waktunya. Ibadah shalat
merupakan suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
3
Shalat merupakan refreshing dan membebaskan diri dari berbagai kesibukan dan suka duka kehidupan untuk
menghadap Allah SWT dengan khusyu, tunduk, ruku dan sujud. Membaca dan mendengar kalam Allah, membaca tasbih, mengagungkan, memohon ampunan
dan berdo’a kepada Allah SWT. Seolah-olah shalat merupakan tangga bagi ruh
2
Ibid., h. 75.
3
A. Rohman Ritonga dan Zainudin, Fikih Ibadah Jakarta : Gaya Media Pratama, 1997, h. 87.
untuk menemui Allah dan menghindari daya tarik bumi serta fitnah-fitnah kehidupan.
Siapa yang melakukan shalat dengan hati yang jernih dan niat yang ikhlas Allah akan melimpahkan ketenangan, rahmat, cahaya, dan hidayah-Nya sehingga
dapat membantu pelakunya untuk menghadapi liku-liku kehidupan dengan tenang dan mantap. Tidak ada kegelisahan, katakutan, kegundahan, dan kelemahan. Ia
terlindungi dari fitnah, perbuatan keji, kemungkaran dan bisikan-bisikan setan. Ia berada dalam perlindungan dan pemeliharaan Allah, merasa selalu bersama Allah
ke manapun ia pergi dan dimanapun ia tinggal tenang di sisi Allah, bertawakal kepada-Nya dalam melaksanakan perintah Allah atau menjauhi larangan-Nya
komitmen dengan aturan-Nya tanpa ragu.
4
Pada masa Rasulullah SAW. Banyak sekali permasalahan yang ditanyakan para sahabat kepada beliau, mulai dari masalah kehidupan sehari-hari sampai
dengan masalah yang sangat urgen penting yaitu mengenai ibadah shalat. Karena umat Islam pada waktu itu belum mengetahui secara jelas tentang
bagaimana tata cara pelaksanaan ibadah shalat. Dalam konteks pemahaman ajaran agama khususnya mengenai ibadah
shalat dikalangan umat tampaknya masih terdapat ketimpangan-ketimpangan yang memerlukan islah perbaikan sebagai permasalahan umat.
Untuk menghadapi problematika umat yang ditimbulkan oleh arus informasi global hendaknya kegiatan pengajian dapat mengimbanginya dengan
informasi ajaran Islam.
5
Maka, untuk menyampaikanmenginformasikan ajaran agama dalam rangka mencerdaskan umat dalam memahami ajaran agama, para
4
Musthofa Masyur, Fikih Dakwah, h. 53.
5
Ibid., h. 79.
da’i perlu mempelajari keadaan masyarakat dan mencari hal yang bisa menarik bagi masyarakat dan menumbuhkan minat masyarakat untuk mempelajari dan
mengikuti ajaran agama dengan tanpa adanya kesalahpahaman dan paksaan.
Kegiatan pengajian kitab fikih dalam rangka meningkatkan pemahaman ajaran agama umat Islam mengenai ibadah shalat adalah mengkaji dan
mempelajari karya-karya ulama yang penuh dengan hikmah dan moral. Sebagaimana di ketahui bahwa ulama adalah sesuatu yang sangat penting dari
pada gelar kyai atau apapun, karena kesan terhadap kata “kyai” adalah guru di suatu pondok pesantren atau tokoh agama dalam suatu masyarakat, namun ulama
adalah seseorang yang memiliki kriteria : memiliki ilmu akhirat dan ilmu agama dengan kadar yang cukup mendalam, tekun ibadah, baik yang wajib maupun yang
sunnah, zuhud, mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum, dan mengabdikan seluruh ilmu dan amalnya demi dan karena Allah SWT.
6
Melalui karya-karya ulama hendaknya sebagai seorang muslim kita cinta terhadap karya-karya para ulama. Di antara karya-karya para ulama adalah kitab-
kitab klasik, namun karena tidak semua masyarakat paham apalagi untuk mempelajarimembaca sendiri, maka untuk mempelajarinya diperlukan seorang
guru yang ahli dalam bidangnya, dan karena kitab-kitab klasik yang berbahasa arab yang biasa disebut dengan “kitab kuning”. Kitab kuning adalah kitab-kitab
karangan ulama salaf yang hidup ratusan tahun yang lalu, dan kini umat sudah mengalami zaman yang berbeda, maka untuk mengaktualisasikan isinya perlu
6
Munawwar Fuad, dkk., Menghidupkan Ruh Pemikiran kyai haji Ahmad Sidiq Jakarta : Logos, 1999, h. 104.
adanya pengkajian secara kritis dan metodenya adalah dengan pembacaan kitab yang dipandu oleh seorang guru kemudian dibuka forum tanya jawab dalam
bentuk As-Ilan wa Ajwibah Tanya-jawab. merupakan salah satu media untuk melakukan interaksi antara da’i dan jama’ah mad’u, utamanya tatkala ada
perbedaan pendapat dalam memahami suatu permasalahan. Karenanya jika seorang da’i mampu menguasai tata cara penyampaian
materi dengan baik dan etika dalam kegiatan pengajian maka ia akan dapat memperoleh hasil yang memuaskan.
7
Sehingga diharapkan dari metode ini tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami ajaran Islam dan yang lebih penting
lagi dari metode ini, kebutuhan umat dalam menyikapi dan menjawab tantangan zaman itu mampu dicari jalan keluarnya.
Keberadaan pengajian yang dilanjutkan dengan forum tanya jawab dengan nara sumber yang profesional, dan para jama’ah yang bersifat plural, baik dari
latar belakangnya, tingkat pendidikan, maupun usianya mampu berjalan dengan baik. Dan dari perbedaan seperti itu tentunya sangat mempengaruhi respon para
jama’ah terhadap pengajian kitab fikih yang berbeda dari segi tingkat pemahamannya dalam memahami ajaran Islam. Ilmu pengetahuan dan teknologi
berkembang sangat pesat dan sesuai dengan hal itu berkembang pula permasalahan yang dihadapi terutama dalam hal ini masalah-masalah fikih di
antaranya permasalahan ibadah shalat. Kegiatan pengajian kitab dimaksudkan agar para jama’ah yang mengikuti forum ini dapat mengetahui dan menjalankan
secara jelas dan benar mengenai tata cara ibadah shlat.
7
World Assembly of Moslem Youth WAMY, Etika Diskusi, Jakarta : Era Intermedia, h. 15.
Dari fenomena di atas, maka penulis mencoba untuk meneliti dan menggali lebih dalam mengenai keberadaan pengajian yang dilaksanakan di masjid
Riyadhul Jannah tersebut terhadap respon para jama’ah mengenai pengajian kitab fikih, dimana pengajian tersebut tetap dipertahankan oleh pengurus Masjid
Riyadhul Jannah tanpa mencari alternatif lain dan jama’ah pun semakin bertambah walaupun secara evolusi, dengan mengambil judul:
RESPON JAMA’AH TERHADAP PENGAJIAN KITAB FIKIH SHALAT DI MASJID RIYADHUL JANNAH GUNUNG PUTRI BOGOR
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah