Macam-macam Risiko LANDASAN TEORI

8 Milyar maka ia diperkenankan untuk menghimpun dana hingga sebesar Rp 92 milyar dari masyarakat. Pada 1993, CAR pada BMI tercatat sebesar 75,9 dan pada 1994 turun menjadi 41,9 . ini berarti bahwa BMI masih mempunyai kesempatan yang cukup besar untuk menghimpun dana masyarakat. Tapi ini juga berarti bahwa bank masih tergantung pada modal sendiri, karena modal sendiri masih sebesar 41,9 dari dana yang tersedia di tangan untuk dipinjamkan. 33

H. Macam-macam Risiko

Dalam melakukan kegiatan bisnis secara normal, sesuatu perusahaan perbankan menghadapi kemungkinan resiko serius yang dapat mengancam keadaan statutory solvency – nya. Resiko – resiko yang dapat mempengaruhi solvabilitas tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kategori resiko yang luas, yang dikenal sebagai contingency risk, atau C – risk. untuk melindungi kemampuan keuangan perusahaan perbankan, para financial manager memuaskan perhatian mereka pada pengelolaan risiko – risiko tersebut. • C – 1 risk atau assets risk adalah risiko rugi pada suatu investasi untik alasan selain dari pada perubahan suku bunga pasar. Contoh dari C – 1 risk adalah saham yang dimiliki suatu perusahaan akan kehilangan nilai pasarnya dan risiko dimana penerbit obligasi melakukan wanprestasi dan tidak memnuat jadual pembayaran obligasi. Perusahan perbankan mengelola risiko asset 33 Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Lembaga Studi Agama dan Filsafat LSAF, 1999 h.415. dengan mengevaluasi kemungkinan investasi secra hati – hati, menginvestasikan asset mereka dengan jumlah yang besar di dalam investasi yang bernutu tinggi, serta mengalokasikan dana untuk seluruh kategori investasi yang berbeda. • C -2 risk atau pricing risk, disebut juga insurance risk risiko perbankan yaitu risiko dimana pengalaman nyata perusahaan perbankan dalam tingkat kematian atau biaya – biaya akan sangat berbeda dari perkiraan, menyebabkan perusahaan perbankan tersebut menderita kerugian material atas produk tersebut. Perusahan perbankan jiwa menglola C – 2 risk dengan merancang dan menetapkanharga produk sercara pantas, menjaga praktek – praktek underwriting dan reperbankan yang baik, serta megendalikan pengeluaran – pengeluaran mereka secara hati – hati. • C – 3 risk atau interest – rate risk adalah resiko kerugian yang disebabkan oleh perubahan suku bunga pasar. Contoh interest – rate risk adalah 1 kerugian penjualan suatu obligasi pada saat pada saat suku bunga pasar naik, 2 ketidakmampuan suatu perusahaan perbankan untuk memperoleh tingkat pendapatan asetnya yang sama dengan atau lebih besar dari pada suku bunga yang dijamin di dalam kontrak perbankannya, dan 3 disintermediation disintermediasi yang merupakan suatu fenomena dimana nasabah memindah uangnya dari suatu perusahaan perantara keuangan dalam hal ini perusahaan perbankan ke perusahaan perantara lain untuk menghasilkan bunga yang lebih tinggi. Perusahaan perbankan mengelola C – 3 risk melalui praktek – praktek asset- liability management yang efektif. • C – 4 risk adalah general business risk, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan oleh praktek – praktek bisnis umum yang tidak efektif atau faktor- faktor lingkungan di luar kendali perusahaan. Contoh dari general bussiness risk adalah manajemen yang tidak efisien, kerugian karena adanya pemalsuan dan litigasi, perubahan undang – undang perpajakan, penurunan ekonomi dan bencana alam. Perusahan mengendalikan beberapa C – 4 risk dengan menugaskantim manajemen yang bermutu tinggi dan berpengalaman untuk mengendalikan biaya usaha, melaksanakan pertimbangan manajerial yang sesuai, mendukung perilaku etis, memantau hasil – hasil keuangan serta melakukan audit internal dan eksternal. Untuk memantau solvabilitas setiap perusahan perbankan untuk mengidentifikasikan perusahan yang memiliki kemungkinan untuk mengalami masalah, maka digunakan rasio modal tertimbang. Biasanya perusahaan perbankan menetapkan sasaran modal mereka jauh diatas tingkat minimum yang dipersyaratkan regulator perbankan. Sasaran solvabilitas lainnya adalah menjaga peringkat industri perusahan, atau mencapai peringkat yang lebih tinggi, yang diberikan oleh lembaga pemeringkat perbankan. Lembaga pemeringkat sangat menekankan solvabilitas dan peringkat yang mereka berikan biasanya mencerminkan modal perusahaan perbankan.

I. Aktifa Tertimbang Menurut Risiko ATMR

ATMR adalah salah satu instrumen yang dapat meningkatkan modal bank, ATMR adalah faktor pembagi denominatordari modal bank nomerator yang di gunakan untuk mengukur CAR bank, seberapa besar kemampuan modal bank mampu mengcover aktiva-aktiva beresiko bank. Dalam membiayai aktivanya modal bank di Hadapkn pada tingkat risiko aktiva, baik yang beresiko rendah maupun resikonya lebih tinggi tingkat risiko tersebut di bedakan kedalam empat kategori yaitu: 1. Kategori 1 0 merupakan meliputi aktiva yang tidak berresiko risik-free assets seperti: Uang kas dan faluta asing, emas, tagihan yang dijamin oleh pemerintah. 2. Kategori 2 20 berupa aktiva yang beresiko yang sangat kecil Very low- risik assets seperti: kas dalam tagihan, tagihan yang di jamin oleh pemerintah daerah atau lembaga yang diseponsori oleh pemerintah. 3. Kategori 3 50 yaitu aktiva yang lebih beresiko Risik assets seperti: pendapatan obligasi, atau tagihan sejenis yang berasal dari kewajiban pemerintah atau pemerintah daerah. 4. Kategori 4 100 yaitu aktiva dalam kategori risiko tinggi seperti: seluruh tagihan swaktu , semua aktiva tetap, peralatan, dan lainnya yang sejenis. 34 Dalam menelaah ATMR pada bank syariah terlebih dahulu harus di pertimbangkan bahwa aktifa bank syariah dapat di bagi atas: 35 1. Aktifa yang didanai oleh modal bank dan atau liabilitas wadiah atau qard dan sejenisnya 2. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil Profit and Loss Sharing Investment Account yaitu mudhorobah Mudhorobah muqayadah yang di catat pada rekening administrative off balance sheet

J. Return On Equity ROE