1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu wadah pelayanan kesehatan yang
dikembangkan melalui pemenuhan kesehatan seperti pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, pelayanan medik dan non medik Depkes, 1998. Bagi
pasien pemakai jasa pelayanan kesehatan, mutu pelayanan kesehatan lebih terikat pada dimensi ketanggapan petugas memenuhi kebutuhan pasien, kelancaran
komunikasi petugas dengan pasien, kepribadian serta keramahan melayani dan cepat sembuh dari penyakitnya Azwar, 1996.
Perawat di rumah sakit merupakan tumpuan dari semua kegiatan yang ada karena perawat merupakan sumber keberhasilan pembangunan kesehatan rumah
sakit Nursalam dalam Muhammad, 2009. Perawat juga merupakan sumber daya manusia dengan populasi terbanyak di rumah sakit. Perawat berperan penting
dalam menciptakan pandangan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya perawat pelaksana di ruang rawat inap. Perawat pelaksana di ruang
rawat inap mempunyai uraian tugas yang lebih komplek dibanding dengan kepala ruangan dan ketua tim di ruang rawat inap. Perawat pelaksana di ruang rawat inap
memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari sehingga memberi pengaruh yang sangat berarti terhadap mutu pelayanan rumah sakit kepada masyarakat sebagai
2
pemakai jasa di rumah sakit Kuswantoro, 2012. Kira-kira 40-60 pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan. Dimana penurunan produktivitas
kerja akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan Depkes, 2007. Pada era globalisasi sekarang ini, ketatnya persaingan sumber daya manusia
SDM khususnya perawat dirasakan oleh rumah sakit. Setiap pekerjaan menuntut sumber daya manusia SDM untuk meningkatkan kualitas kerjanya, sumber daya
manusia SDM mana yang tidak mampu bersaing akan tersisih dengan sendirinya. Salah satu usaha untuk menghasilkan kualitas kerja yang baik adalah
meningkatkan produktivitas kerja. Pentingnya produktivitas kerja bagi perawat adalah bahan evaluasi untuk melakukan perbaikan secara terus menerus bagi
seluruh komponen rumah sakit, peningkatan mutu hasil kerja oleh rumah sakit. Dampak dari rumah sakit yang memiliki produktivitas rendah akan
mengakibatkan turunnya jumlah pelanggan karena rendahnya kualitas pelayanan yang dihasilkan sehingga pelanggan akan berpindah pada organisasi lain yang
memiliki produktivitas kerja yang tinggi dan terciptanya kualitas pelayanan yang bermutu Siagian, 2001.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja adalah motivasi kerja, tingkat penghasilan, lingkungan kerja, kesempatan berprestasi, manajemen dan
status gizi Sedarmayanti, 2011. Menurut Sedarmayanti 2009 lingkungan dan iklim kerja yang baik akan mendorong pegawai agar senang bekerja dan
meningkatkan rasa tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan lebih baik menuju kearah peningkatan produktivitas. Berdasarkan hasil penelitian Minarsih
2011 tentang hubungan lingkungan kerja perawat dengan produktivitas kerja
3
perawat di RSUP DR.M.Djamil Padang menjelaskan ada hubungan antara lingkungan kerja perawat dengan produktivitas kerja perawat di IRNA non bedah
penyakit dalam RSUP DR.M.Djamil Padang. Berdasarkan hasil penelitian Efitra 2002 tentang analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan produktivitas kerja perawat puskesmas di Kota Padang menjelaskan ada hubungan yang bermakna antara variabel motivasi dengan
produktivitas kerja perawat di Puskesmas kota padang tahun 2002. Dari hasil penelitian Trisnawati 2012 tentang pengaruh status gizi terhadap produktivitas
kerja perawat di RSUD Margono purwokerto 2012 didapatkan ada hubungan antara status gizi dengan produktivitas kerja perawat di RSUD Margono
Purwokerto tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian Minarsih 2011 menunjukkan bahwa di rumah
sakit pemerintah perawat pelaksana ruang rawat inap banyak yang kurang memperhatikan lingkungan kerja, sikap dan perhatian rendah terhadap pasien
yang berakibat turunnya produktivitas kerja. Seperti hasil penelitian Ruwaedah 1990 dalam Minarsih 2011 di Puskesmas strata II Kodya Makassar,
menyimpulkan bahwa tenaga kerja perawat pelaksana 59,2 dipengaruhi oleh beban kerja yang berlebihan. Banyaknya tugas tambahan yang harus dikerjakan
oleh perawat dapat mengganggu produktivitas kerja dari perawat. Produktivitas kerja bukan semata-mata ditujukan untuk mendapat hasil kerja sebanyak-
banyaknya, melainkan kualitas kinerja yang perlu diperhatikan Sedarmayanti, 2009. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan perawat pelaksana rawat
inap diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang
4
diharapkan dan berdampak buruk bagi produktivitas perawat Irwady dalam Minarsih, 2011.
RSUD Cibinong merupakan rumah sakit terbesar di kabupaten bogor sehingga menjadi rumah sakit pusat rujukan untuk seluruh wilayah yang berada di
kabupaten Bogor yang memiliki 233 tempat tidur, 16 pelayanan dan 747 pegawai yang diantaranya 265 adalah tenaga perawat yang terdiri dari 142 perawat di
ruang rawat inap RSUD Cibinong Unit Kepegawaian RSUD Cibinong, 2014. Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap
RSUD Cibinong kurang dari 50 padahal standar kemenkes 70. Hal ini juga diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50. Kurangnya kinerja perawat pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan pada 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena di ruang rawat inap RSUD
Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Padahal berdasarkan standarisasi ketenagaan
rumah sakit
pemerintah, yang
ditetapkan permenkes
RI.NO.262Men.KesPerVII1997, ratio perawat dengan pasien adalah 1:1. Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun 2012 pencapaian Turn Over Interval
TOI dan Bed Turn Over BTO melebihi standar yang telah ditetapkan. TOI RSUD Cibinong adalah 0,92 hari padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD
Cibinong 90 kali padahal standar BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut
5
menimbulkan beban kerja yang besar sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang tidak nyaman yang berdampak rendahnya produktivitas kerja perawat
pelaksana Sitohang, 2006. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada
perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi
bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan tidak bisa
memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya
kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti
“Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Produktivitas Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSU
D Cibinong Tahun 2014”.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan data sekunder pencapaian kinerja perawat di ruang rawat inap
RSUD Cibinong kurang dari 50 padahal standar kemenkes 70. Hal ini juga diakui oleh kepala komite keperawatan yang menyatakan kinerja perawat
pelaksana di ruang rawat inap kurang dari 50. Kurangnya kinerja perawat pelaksana dirasakan pula oleh keluarga pasien rawat inap. Berdasarkan studi
pendahuluan yang dilakukan 10 keluarga pasien di ruang rawat inap, tujuh diantaranya tidak puas terhadap kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap
6
dikarenakan sering terjadinya keterlambatan penanganan infus yang ada di ruang rawat ianp RSUD Cibinong. Hal ini disebabkan karena di ruang rawat inap RSUD
Cibinong rasio perawat dan pasien 1:3. Berdasarkan profil RSUD Cibinong tahun 2012 pencapaian Turn Over Interval TOI dan Bed Turn Over BTO melebihi
standar yang telah ditetapkan oleh Depkes. TOI RSUD Cibinong adalah 0,92 hari padahal standar TOI 1-3 hari dan BTO RSUD Cibinong 90 kali padahal standar
BTO adalah 40-50 kali. Hal tersebut menimbulkan beban kerja yang besar sehingga mempengaruhi lingkungan kerja yang tidak nyaman yang
mempengaruhi rendahnya produktivitas kerja perawat pelaksana. Selain itu berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada
perawat pelaksana di ruang rawat inap menyatakan dari 15 perawat pelaksana di ruang rawat inap, 8 diantaranya mengatakan rendahnya kesempatan berprestasi
bagi perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD cibinong. Hal ini diperkuat dengan pengakuan kepala komite keperawatan yang menyatakan tidak bisa
memastikan pelatihan keperawatan dilakukan setiap tahun karena pelatihan keperawatan baik internal maupun eksternal jarang diselenggarakan. Rendahnya
kesempatan berprestasi juga merupakan salah satu faktor yang menurunkan produktivitas kerja perawat. Oleh karena itu peneliti ingin meneliti faktor-faktor
yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014.
7
1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 2. Bagaimana gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 3. Apakah ada hubungan antara variabel motivasi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 4. Apakah ada hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
5. Apakah ada hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
6. Apakah ada hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014 ? 7. Apakah ada hubungan antara variabel manajemen dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ? 8. Apakah ada hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 ?
8
1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014.
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Diketahuinya gambaran produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat
inap RSUD Cibinong tahun 2014 2. Diketahuinya gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 3. Diketahuinya hubungan antara variabel tingkat penghasilan dengan
produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
4. Diketahuinya hubungan antara variabel lingkungan kerja dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
5. Diketahuinya hubungan antara variabel kesempatan berprestasi dengan produktivitas kerja perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Cibinong
tahun 2014 6. Diketahuinya hubungan antara variabel manjemen dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014 7. Diketahuinya hubungan antara variabel status gizi dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong tahun 2014
9
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi RSUD Cibinong
Manfaat penelitian bagi RSUD Cibinong adalah memberikan saran dan kritik yang`dapat berguna bagi manajemen rumah sakit sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengembangan RSUD Cibinong untuk meningkatkan produktivitas kerja hingga terciptanya pelayanan rumah sakit
yang bermutu. Informasi yang bisa didapat oleh RSUD Cibinong adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja
perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong.
1.5.2 Manfaat bagi perawat Manfaat penelitian bagi perawat adalah dapat menjadi acuan untuk
perbaikan produktivitas kerja perawat dengan melihat faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap RSUD Cibinong.
1.5.3 Manfaat Bagi Peneliti Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman
praktis kepada peneliti tentang semua proses penelitian dari pembuatan kuisioner, menyebarkan kuesioner sampai menginterpretasikan hasil dan
analisis penelitian sehingga peneliti mengetahui faktor-faktor yang
10
berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong.
1.5.4 Manfaat Bagi Pembaca Bagi Pembaca diharapkan penelitian ini dapat lebih memacu
penelitian-penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD
Cibinong.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan produktivitas
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong tahun 2014. Objek penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja
di Rumah Sakit Umum Daerah RSUD Cibinong tahun 2014. Waktu penelitian pada bulan April-Mei 2014.
Penelitian ini dilakukan karena pencapaian kinerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong dibawah standar kemenkes, penelitian ini penting
untuk dilakukan agar dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan produktivitas perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUD Cibinong
sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat untuk dapat meningkatkan pencapaian kinerja perawat pelaksana di
rumah sakit tersebut. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain cross sectional.
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA