Efek Zink Dalam Mengurangi Keparahan Diare Akut Bakteri dan Nonbakteri pada Anak

(1)

EFEK

 

ZINK

 

DALAM

 

MENGURANGI

 

KEPARAHAN

 

DIARE

 

AKUT

  

BAKTERI

 

DAN

 

NONBAKTERI

 

PADA

 

ANAK

 

 

TESIS

 

HAFAZ ZAKKY ABDILLAH 087103008/IKA

PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

EFEK

 

ZINK

 

DALAM

 

MENGURANGI

 

KEPARAHAN

 

DIARE

 

AKUT

  

BAKTERI

 

DAN

 

NONBAKTERI

 

PADA

 

ANAK

 

TESIS

Untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik di Bidang Ilmu Kesehatan Anak / M. Ked (Ped) pada Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

HAFAZ ZAKKY ABDILLAH 087103008/IKA

PROGRAM MAGISTER KLINIK – SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

Judul Tesis : Efek Zink Dalam Mengurangi Keparahan Diare Akut Bakteri dan Nonbakteri pada Anak

Nama Mahasiswa : Hafaz Zakky Abdillah Nomor Induk Mahasiswa : 087103008

Program Magister : Magister Kedokteran Klinik Konsentrasi : Kesehatan Anak

Menyetujui Komisi Pembimbing

Dr. Supriatmo, SpA(K) Ketua

Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) Anggota

Ketua Program Magister Ketua TKP-PPDS

Dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) dr. H. Zainuddin Amir, SpP(K) Tanggal lulus : 21 januari 2011


(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 21 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : dr. Supriatmo, SpA (K) ... Anggota : dr. Hj. Melda Deliana, SpA (K) ... Prof. dr.H. M.,Sjabaroeddin Loebis, SpA (K) ... Prof. DR. dr. Harun Alrasyid. D, SpPD, SpGK ... dr. Lily Irsa, SpA (K) ...


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga memberikan kesempatan kepada penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.

Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP H. Adam Malik Medan.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Pembimbing utama dr. Supriatmo, SpA (K) dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA (K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.

2. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK USU, dan dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K), sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini.


(6)

3. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan FK USU yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti program pendidikan Dokter Spesialis Anak di FK USU.

4. dr. H. Ridwan M. Daulay, SpA (K), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran USU/RSUP H. Adam Malik Medan periode Juli 2007 sampai sekarang yang telah memberikan bantuan dalam penelitian dan penyelesaian tesis ini.

5. Prof. dr. Atan Baas Sinuhaji, SpA (K), Prof. dr. H.M. Sjabaroeddin loebis SpA (K), Prof.dr. Gontar Alamsyah, SpPD KGEH, Prof. DR. dr. Harun Alrasyid. D. SpPD. SpGK, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr Muhammad Ali, SpA (K), dan dr Selvi Nafianti, SpA yang telah memberi masukan dan membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.

7. Kepala PUSKESMAS dan Kepala Desa Secanggang, Hinai Kiri, dan Tanjung Ibus yang telah memberikan izin serta atas keramah tamahannya selama pelaksanaan penelitian.

8. Teman-teman PPDS periode Juli 2008 yang tidak mungkin dapat saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, khususnya Marlisye Marpaung, Ade Amelia, Ade Rahcmat, Hendri Wijaya, Masyitah Sri Wahyuni, Della Rossa, dan Ridha


(7)

Rahmalia, terima kasih untuk kebersamaan kita dalam melaksanakan penelitian dan pendidikan selama ini.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.

Kepada yang sangat saya cintai dan hormati, orang tua saya dr.H.M. Ilyas Achdy, SpTHT dan Ibunda dr.Hj. Maria Ulfah Lubis, SpA atas jerih payah, usaha, do’a dan motivasi yang sangat besar dalam mendidik saya, jasa-jasa nya tidak dapat saya gantikan dengan apapun. Semoga ilmu yang saya dapatkan akan menjadi amal jariyah bagi Ayah dan Ibu dan bermanfaat bagi orang lain. Kepada saudara-saudara saya yang tidak bosan-bosanya memberikan dukungan moril, abang saya dr. Zakhri Ilma Fadly, kakak saya drg. Ulfi Fatwa Khasni, dan dr. Syamsidah Lubis, M.Ked (Ped), SpA.

Kepada adek tersayang drg.Lanna Sari Lubis yang telah mendo’a kan dan memberikan dukungan moril sehingga saya dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dalam mengikuti pendidikan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Medan, 21 januari 2011


(8)

DAFTAR ISI

Lembaran Persetujuan Pembimbing iii

Ucapan Terima Kasih v

Daftar Isi viii

Daftar Gambar x

Daftar Tabel xi

Daftar Singkatan xii

Daftar Lambang xiii

Abstrak xiv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Perumusan Masalah 2

1.3. Hipotesis 2

1.4. Tujuan Penelitian 3

1.5. Manfaat Penelitian 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya 4

2.2. Manfaat Zink pada Terapi Diare Akut 7

2.3. Manfaat Zink pada Terapi Diare Bakteri 11

2.4 Kerangka Konseptual 12

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain 13

3.2. Tempat dan Waktu 13

3.3. Populasi dan Sampel 13

3.4. Perkiraan Besar Sampel 13

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 14

3.5.1. Kriteria Inklusi 14

3.5.2. Kriteria Eksklusi 14

3.6. Persetujuan / Informed Consent 15

3.7. Etika Penelitian 15

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian 15

3.9. Identifikasi Variabel 18

3.10. Definisi Operasional 18

3.11. Rencana Pengolahan dan Analisis Data 19

BAB 4. HASIL 20


(9)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan 29

6.2. Saran 29

Ringkasan 30

Daftar Pustaka 36

Lampiran

1. Personil Penelitian 43

2. Biaya penelitian 43

3. Jadwal Penelitian 44

4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 45

5. Kuesioner 47

6. Lembar Pemantauan Diare 49

7. Persetujuan Komite Etik 51

8. Prosedur pembuatan sediaan tinja mikroskopis 52


(10)

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian 12

2. Gambar 3.1 Alur penelitian 17


(11)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 2.1 Penentuan derajat dehidrasi pada diare 5 2. Tabel 4.1 Karakteristik sampel penelitian 22 3. Tabel 4.2 Frekuensi diare/hari setelah terapi 23 4. Tabel 4.3 Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan 24


(12)

DAFTAR SINGKATAN

1. SKRT : Survei Kesehatan Rumah Tangga

2. DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia 3. BALITA : Bayi usia dibawah lima tahun

4. SUSENAS : Survei Sosial Ekonomi Nasional 5. LPB : Lapangan pandang besar 6. WHO : World Health Organization

7. ASI : Air susu Ibu

8. DKK : Dan kawan-kawan

9. DNA : Deoxyribonucleic Acid

10. TNF α : Tumor Necrosis Factor α 11. c AMP : c Adenosine Monophosphate 12. Ig G : Immunoglobulin G

13. Ig A : Immunoglobulin A

14. PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat 15. BAB : Buang air besar


(13)

DAFTAR LAMBANG

1. Kg : Kilogram

2. Km : Kilometer

3. Km2 : Kilometer Kuadrat

4. n1 : Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I 5. n2 : Jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II 6. α : Kesalahan tipe I

7. β : Kesalahan tipe II

8. S : Simpang baku frekuensi BAB dari kedua kelompok : 9. X1 – X2 : Perbedaan frekuensi BAB yang diinginkan

10. SD : Standard Deviasi


(14)

Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada Balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink . Namun belum diketahui apakah zink lebih baik dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan dengan diare nonbakteri.

ABSTRAK

Tujuan Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri.

Metode Suatu penelitian Cross-Sectional, dilakukan pada anak usia 2 bulan sampai 14 tahun di PUSKESMAS Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Agustus 2009 sampai November 2009. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian, dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk memisahkan kelompok diare bakteri dengan diare nonbakteri. Kedua kelompok mendapatkan zink sulfat 10mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan selama 10 hari. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji-t independen.

Hasil Enam puluh dua anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, dimana 31 anak menderita diare bakteri, dan sisanya menderita diare nonbakteri. Didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok diare nonbakteri dan bakteri. Frekuensi diare setelah terapi (2.61 vs 2.70, p=0.27), dan lama diare (63.39 vs 66.68, p=0.06).

Kesimpulan Pemberian zink tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.


(15)

ABSTRACT

Background. The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but mortality remains high in children under five years, required an appropriate and comprehensive treatment. Studies on the treatment of acute diarrhea have been increasing, especially zinc. But not yet known whether the zinc is better in reducing the severity of acute bacterial diarrhea compared with nonbacterial diarrhea.

Objective. The effect of zinc therapy purpose in reducing the severity of acute bacterial diarrhea and nonbacterial.

Methods. A cross-sectional study, conducted in children aged 2 months to 14 years in Public Health Secanggang Langkat district, North Sumatra, in August 2009 until November 2009. Patients who met the inclusion criteria are included in the study, carried out by microscopic stool examination to separate groups of bacterial diarrhea with nonbacterial. Both groups get zinc sulphate 10mg/day for age <6 months, and 20mg/day for ≥ 6 months of age for 10 days. Severity of diarrhea is determined by frequency of diarrhea and duration of diarrhea after administration of therapy. To compare the difference between the two groups used the independent t-test.

Results. Sixty-two children who met the inclusion criteria participated in this study, where 31 children suffering from bacterial diarrhea and the rest suffered from nonbacterial. There were no significant differences between groups bacterial and nonbacterial diarrhea. Frequency of diarrhea after therapy (2.61 vs. 2.70, p = 0,27), and duration of diarrhea (63.39vs.66.68,p=0,06).

Conclusion. The zinc is not more effective in reducing the

severity of acute bacterial diarrhea compared nonbacterial.

Key words: Acute diarrhea, Zink, bacterial diarrhea.


(16)

Latar Belakang Insiden diare di Indonesia semakin menurun dalam lima tahun terakhir, namun angka kematian pada Balita masih tinggi, diperlukan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif. Studi tentang penanganan diare akut telah banyak dilakukan, terutama zink . Namun belum diketahui apakah zink lebih baik dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan dengan diare nonbakteri.

ABSTRAK

Tujuan Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri.

Metode Suatu penelitian Cross-Sectional, dilakukan pada anak usia 2 bulan sampai 14 tahun di PUSKESMAS Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, pada Agustus 2009 sampai November 2009. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan dalam penelitian, dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis untuk memisahkan kelompok diare bakteri dengan diare nonbakteri. Kedua kelompok mendapatkan zink sulfat 10mg/hari untuk usia < 6 bulan, dan 20mg/hari untuk usia ≥ 6 bulan selama 10 hari. Keparahan diare ditentukan berdasarkan frekuensi diare dan lamanya diare setelah pemberian terapi. Untuk membandingkan perbedaan antara kedua kelompok digunakan uji-t independen.

Hasil Enam puluh dua anak yang memenuhi kriteria inklusi berpartisipasi pada studi ini, dimana 31 anak menderita diare bakteri, dan sisanya menderita diare nonbakteri. Didapatkan perbedaan yang tidak bermakna antara kelompok diare nonbakteri dan bakteri. Frekuensi diare setelah terapi (2.61 vs 2.70, p=0.27), dan lama diare (63.39 vs 66.68, p=0.06).

Kesimpulan Pemberian zink tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.


(17)

ABSTRACT

Background. The incidence of diarrhea in Indonesia has declined in the last five years, but mortality remains high in children under five years, required an appropriate and comprehensive treatment. Studies on the treatment of acute diarrhea have been increasing, especially zinc. But not yet known whether the zinc is better in reducing the severity of acute bacterial diarrhea compared with nonbacterial diarrhea.

Objective. The effect of zinc therapy purpose in reducing the severity of acute bacterial diarrhea and nonbacterial.

Methods. A cross-sectional study, conducted in children aged 2 months to 14 years in Public Health Secanggang Langkat district, North Sumatra, in August 2009 until November 2009. Patients who met the inclusion criteria are included in the study, carried out by microscopic stool examination to separate groups of bacterial diarrhea with nonbacterial. Both groups get zinc sulphate 10mg/day for age <6 months, and 20mg/day for ≥ 6 months of age for 10 days. Severity of diarrhea is determined by frequency of diarrhea and duration of diarrhea after administration of therapy. To compare the difference between the two groups used the independent t-test.

Results. Sixty-two children who met the inclusion criteria participated in this study, where 31 children suffering from bacterial diarrhea and the rest suffered from nonbacterial. There were no significant differences between groups bacterial and nonbacterial diarrhea. Frequency of diarrhea after therapy (2.61 vs. 2.70, p = 0,27), and duration of diarrhea (63.39vs.66.68,p=0,06).

Conclusion. The zinc is not more effective in reducing the

severity of acute bacterial diarrhea compared nonbacterial.

Key words: Acute diarrhea, Zink, bacterial diarrhea.


(18)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Diare merupakan salah satu manifestasi gangguan fungsi saluran cerna. Umumnya episode diare adalah akut, pada keadaan tertentu dapat berlangsung sampai berminggu – minggu atau disebut juga dengan diare persisten.1 Di Indonesia, diare masih merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 yang diselenggarakan Depkes RI diare menempati urutan ketiga (10%) dari 10 penyebab kematian Balita setelah gangguan perinatal (26%) dan penyakit saluran nafas (16%).2

Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia yang merupakan analisa sekunder dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2001 pada kelompok Balita didapatkan keluhan terbanyak adalah panas, batuk dan pilek, serta diare dimana Balita merupakan kelompok ketiga terbanyak menderita keluhan (35,1%) setelah kelompok usia lanjut (>65 tahun) yaitu sebesar 52,8% dan kelompok 56-65 tahun (40,2%).3

Walaupun persentase diare sebagai penyebab kematian pada anak di Indonesia cenderung menurun 5 tahun terakhir tetapi angka kematian masih tetap tinggi,2 maka diperlukan penanganan yang komprehensif dan rasional. Terapi yang rasional diharapkan akan memberikan hasil yang maksimal, oleh karena efektif, efisien dan biaya yang terjangkau.


(19)

Telah banyak studi mengenai penanganan diare akut beberapa dekade terakhir khususnya pemakaian zink. Suatu meta-analisis mengemukakan suplementasi zink secara bermakna menurunkan frekuensi, berat serta morbiditas diare akut.4 Studi awal zink, memberikan diet yang diberi tambahan zink dalam terapi diare akut pada anak di bawah usia 1 tahun, didapatkan penurunan berat dan lamanya diare.5 Akan tetapi belum diketahui apakah pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.

1.2. Perumusan Masalah

Apakah pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri?

1.3. Hipotesis

Pemberian zink lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.

1.4. Tujuan Penelitian

Menilai efek terapi zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri.


(20)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Di bidang akademik / ilmiah : meningkatkan pengetahuan peneliti di bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare akut bakteri dan nonbakteri.

2. Di bidang pelayanan masyarakat : Dengan terapi yang lebih efektif maka angka kesakitan dan kematian yang disebabkan diare akut pada anak dapat berkurang.

3. Di bidang pengembangan penelitian : memberikan masukan terhadap bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam tatalaksana diare akut bakteri dan nonbakteri.


(21)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Diare Akut dan Tata Laksananya

Diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥ 3x/hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa darah/lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah.6 Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut dan bila berlangsung lebih dari 14 hari disebut diare persisten. 7

Diare akut di negara berkembang umumnya merupakan diare infeksius yang disebabkan virus, bakteri dan parasit. Pada diare infeksius terjadi pengeluaran toksin yang dapat menimbulkan gangguan sekresi serta reabsorpsi cairan dan elektrolit dengan akibat dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan gangguan keseimbangan asam basa. Selain itu terjadi invasi dan destruksi pada sel epitel, penetrasi ke lamina propria serta kerusakan mikrovili yang dapat menimbulkan keadaan maldigesti dan malabsorpsi. Bila penderita tidak mendapatkan penanganan adekuat pada akhirnya dapat mengalami invasi sistemik.5

World Health Organization (WHO) dalam revisi ke-4 tahun 2005 mengenai tatalaksana diare akut pada anak menyebutkan tujuan pengobatan diare akut pada anak adalah: 8,9


(22)

2. Pengobatan dehidrasi : bila dijumpai tanda-tanda dehidrasi (Tabel 2.1).

3. Mencegah timbulnya kurang kalori protein:dengan cara memberikan makanan selama diare berlangsung dan setelah diare berhenti. 4. Mengurangi lama dan beratnya diare dan mengurangi kekambuhan

diare pada hari-hari mendatang: dengan memberikan zink dengan dosis 10 sampai 20 mg selama 10 sampai 14 hari.

Tabel.2.1 Penentuan derajat dehidrasi pada diare. 8

KLASIFIKASI DEHIDRASI* GEJALA/ TANDA

TANPA DEHIDRASI RINGAN-SEDANG BERAT

Keadaan umum

Baik, Sadar Gelisah Letargi/Tidak sadar

Mata Normal Cekung Sangat cekung

Rasa haus Minum biasa, tidak haus

Sangat haus Tidak bisa minum

Turgor kulit Kembali cepat Kembali lambat Kembali sangat lambat (≥ 2 detik)

∗ Pembacaan tabel dari kanan ke kiri

∗ Kesimpulan derajat dehidrasi ditentukan bila dijumpai ≥ 2 gejala/tanda pada kolom yang sama.

WHO menganjurkan pemberian oralit untuk mengganti cairan yang hilang melalui diare, pemberian oralit berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi dan mengobati dehidrasi (treatment) pada diare akut. Bila pemberian oralit gagal dilakukan pemberian cairan secara intravena dan


(23)

penderita harus dirawat di rumah sakit. 7 Pemberian cairan dilakukan berdasarkan derajat dehidrasi yang terjadi. Pada penderita diare dehidrasi ringan-sedang diberikan cairan rehidrasi 75 cc/Kg berat badan selama 4 jam, sedangkan pada dehidrasi berat diberikan 100 cc/Kg berat badan dalam waktu 3 sampai 6 jam. 8

Antibiotik diberikan hanya pada kolera, disentri basiler, amubiasis dan giardiasis atau adanya penyakit penyerta (sepsis, pneumonia, dan lain-lain). Pemberian antidiare dan antimuntah tidak dianjurkan karena tidak terbukti menguntungkan bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan usus atau membuat bayi tertidur lama bahkan menimbulkan kematian pada bayi.8,9

Setelah rehidrasi selesai, makanan segera diberikan walaupun diare masih terus berlangsung, pemberian makanan bertujuan untuk mencegah terjadinya kurang kalori protein karena anak yang menderita diare akan kehilangan berat badan sebanyak 1% setiap harinya, mempercepat rehabilitasi mukosa usus yang rusak dan mengurangi pemecahan lemak dan protein tubuh sehingga mengurangi pembentukan asam-asam organik dan mencegah terjadinya asidosis metabolik. 9 Selain itu, ASI (Air Susu Ibu) pada anak yang menderita diare harus tetap diberikan.9-11

Keberadaan oralit sebagai terapi pencegahan dehidrasi telah menurunkan angka kematian yang disebabkan diare akut, dari 5 juta anak / tahun menjadi 3,2 juta anak / tahun, akan tetapi oralit tidak dapat


(24)

mengurangi keparahan diare (konsistensi tinja, frekuensi dan lamanya diare).12

2.2. Manfaat Zink pada Terapi Diare Akut

Zink termasuk dalam trace element, yaitu elemen – elemen yang terdapat dalam tubuh dengan jumlah yang sangat kecil dan mutlak diperlukan, sumber zink terbaik pada makanan adalah protein hewani terutama daging, hati, kerang dan telur.13

Manfaat pemberian zink pada diare telah dibuktikan banyak studi di berbagai negara terutama di negara berkembang, umumnya studi tersebut merupakan studi acak tersamar ganda. WHO telah merekomendasikan pemberian zink untuk terapi diare akut,10 mg untuk anak < 6 bulan dan 20 mg untuk anak ≥ 6 bulan selama 10 sampai 14 hari.8 Sazawal dkk mendapatkan penurunan keparahan dan lama diare pada anak 6 sampai 35 bulan setelah pemberian zink glukonas. Risiko untuk berlanjutnya diare berkurang, episode diare berlangsung kurang dari 7 hari setelah pemberian zink hari ketiga onset diare dan berkurangnya frekuensi buang air besar berair perhari.14 Di Nepal, Strand dkk juga mendapatkan berkurangnya lama diare pada anak 6 sampai 35 bulan penderita diare akut yang diberikan suplemen zink.15

Bhatnagar dkk memberikan zink sulfat dengan dosis 15 mg (usia < 12 bulan) atau 30 mg (usia ≥ 12 bulan) perhari dibagi menjadi 3 dosis selama 14


(25)

hari dan oralit pada anak 3-36 bulan dengan diare akut nonkolera yang mengalami dehidrasi. Didapatkan berkurangnya frekuensi buang air besar berair, lama dan episode diare yang menetap lebih dari 7 hari pada anak yang mendapatkan oralit disertai zink.16

Pemberian zink pada anak penderita kolera dilakukan oleh Roy dkk. Pada anak usia 3 sampai 14 tahun dengan diare yang disebabkan kolera selain diberikan antibiotik juga diberikan zink asetat 30 mg perhari dalam 2 dosis sampai diare mengalami perbaikan atau sampai 7 hari, didapatkan berkurangnya lama diare dan frekuensi buang air besar berair pada anak yang diberi zink dibandingkan yang diberi plasebo.17

Studi acak tersamar ganda pada anak 6 sampai 9 bulan yang diberi suplementasi zink perhari selama 7 bulan di Guatemala mendapatkan kurangnya kejadian diare akut dan kemungkinan untuk berlanjut menjadi diare persisten pada anak yang mendapat suplementasi zink.18 Hal serupa didapatkan Baqui dkk dan Bhandari dkk pada studi acak tersamar ganda yang dilakukannya.19,20 Studi Sazawal dkk menyimpulkan suplementasi zink glukonas perhari selama 6 bulan menurunkan keparahan diare akut pada anak yang berusia lebih dari 11 bulan dan anak dengan kadar zink plasma rendah.21

Efek suplementasi zink terhadap kejadian dan morbiditas diare akut juga dijelaskan oleh Brooks dkk. Studi ini dilakukan pada anak 2 sampai 12


(26)

bulan, didapatkan rendahnya kejadian diare pada kelompok yang diberi suplemen zink dibandingkan anak yang mendapatkan plasebo.22 Efek suplementasi zink pada bayi dengan berat lahir rendah diungkapkan oleh studi Sur dkk. Kejadian diare pada bayi yang mendapat 5 mg zink sulfat sampai usia 1 tahun lebih rendah dibandingkan bayi yang mendapat plasebo.23 Studi meta analisis yang dilakukan oleh Bhutta dkk dan Anggarwal dkk menyimpulkan suplementasi zink mengurangi frekuensi dan keparahan diare serta lamanya diare. 24,25

Mekanisme yang menjelaskan pengaruh zink terhadap diare kemungkinan adalah sebagai berikut. Diare akut pada anak di negara berkembang umumnya diare infeksius, zink mempunyai efek terhadap enterosit dan sel-sel imun yang berinteraksi dengan agen infeksius pada diare. Zink secara utama bekerja pada jaringan dengan kecepatan turnover yang tinggi seperti halnya pada saluran cerna dan sistem imun dimana zink dibutuhkan untuk sintesa DNA dan protein. Pada binatang percobaan ditemukan sel-sel leukosit terikut dalam sekresi usus halus selama diare infeksius. Pemeriksaan mikroskop elektron usus penderita diare kolera memperlihatkan degranulasi sel mast dan eosinofil mukosa, peningkatan neutrofil serta adanya perubahan serabut syaraf enterik. Inflamasi dan mediator inflamasi dapat terlibat dalam sekresi yang berkaitan dengan diare infeksius. Zink juga bekerja pada tight junction level untuk mencegah meningkatnya permeabilitas usus yang berkaitan dengan gizi kurang,


(27)

mencegah pelepasan histamin oleh sel mast dan respon kontraksi serta sekretori terhadap histamin dan serotonin pada usus dan mencegah peningkatan permeabilitas endotel yang diprakarsai TNFα yang juga merangsang kerusakan permeabilitas epitel usus.26

Zink menstabilkan struktur membran dan memodifikasi fungsi membran dengan cara berinteraksi dengan oksigen, nitrogen dan ligan sulfur makromolekul hidrofilik serta aktivitas antioksidan. Zink melindungi membran dari efek agen infeksius dan dari peroksidasi lemak dengan meningkatkan pembentukan immunoglobulin A sekretori.27 Pada usus tikus, defisiensi zink menurunkan absorpsi air dan natrium dan dapat mempengaruhi aktifitas disakaridase.28 Pada penelitian lain yang juga dilakukan pada tikus mendapatkan bahwa zink menginhibisi cAMP yang meningkatkan sekresi chlor dengan menghambat saluran membran basolateral kalium.29

2.3.. Manfaat Zink pada Terapi Diare Bakteri

Diare bakteri adalah inflamasi saluran cerna yang disebakan oleh bakteri. Beberapa mikroorganisme yang menyebabkan diare bakteri, yaitu : Campylobacter jejuni, Clostridium, E. Coli, Salmonella, Shigella,

Staphylococcus, Yersinia. Faktor risiko dari diare bakteri adalah makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri serta tinggal pada daerah dengan sanitasi yang buruk. Beberapa pemeriksaan diperlukan untuk


(28)

menegakkan diare bakteri, diantaranya dengan pemeriksaan kultur feses dan dijumpai adanya leukosit pada feses yang bermakna secara mikroskopis.30

Crane JK dkk mengememukakan bahwa pemberian zink pada penderita E.Coli akan mengurangi sekresi cairan dan mengurangi kerusakan pada pada vili-vili usus secara histopatologi.31 Raqib dkk menjelaskan bahwa pemberian zink pada penderita shigellosis pada usia 12 sampai 59 bulan selama 14 hari ternyata dapat meningkatkan proliferasi limfosit, dan merangsang pembentukan immunoglobulin, khususnya Ig A sekretori.32


(29)

2.4. Kerangka Konseptual

Status pendidikan

Gambar 2.1 Kerangka konsep penelitian

Gangguan transport air & elektrolit Diare akut -Lama diare -Frekuensi & ekonomi Defisiensi zink Pelepasan mediator inflamasi Gangguan stabilitas & integritas membran

usus halus

Gangguan imunitas Saluran cerna (Ig-A sekretori &

limfosit T) Infeksi mikroorganisme

(bakteri,virus&parasit) di saluran cerna

Asupan zink

Gangguan Keseimbangan mikroflora usus

:Hal yang diamati dalam penelitian Infeksi mikroorganisme

(bakteri,virus&parasit) di saluran cerna Komplikasi:

-Dehidrasi

-Asidosis Metabolik -Gangguan elektrolit


(30)

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Penelitian ini bersifat cross-sectional untuk melihat efek zink dalam mengurahi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri pada anak.

3.2. Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di unit rawat jalan dan ruang rawat inap di PUSKESMAS kecamatan Secanggang selama 4 bulan mulai Agustus 2009 sampai November 2009.

3.3. Populasi dan Sampel

Populasi target adalah anak yang mengalami diare akut dengan memisahkan etiologi, antara diare yang disebabkan oleh bakteri dengan nonbakteri. Populasi terjangkau adalah populasi target yang berusia 2 bulan sampai 14 tahun selama bulan Agustus sampai November 2009. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

3.4. Perkiraan Besar Sampel

Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk uji hipotesis terhadap 2 populasi independen, yaitu :33


(31)

n1 = n2 = 2 (Zα+Zβ) S 2

(X1 – X2)

n1 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok I n2 = jumlah subyek yang masuk dalam kelompok II α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95% Zα = nilai baku normal = 1,96

β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80% Zβ = 0,84

S = Simpang baku frekuensi BAB dari kedua kelompok : 9.9 34 X1 – X2= Perbedaan frekuensi BAB yang diinginkan : 7

Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel untuk masing-masing kelompok sebanyak 31 orang.

3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

3.5.1. Kriteria Inklusi

1. Anak usia 2 bulan sampai 14 tahun 2. Anak yang menderita diare akut . 3. Mendapat terapi zink


(32)

3.5.2. Kriteria Eksklusi

1. Pasien dengan penyakit penyerta yang berat seperti gizi buruk, ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia dan lain – lain.

2.Diare persisten

3. Dijumpai darah yang nyata pada feses

3.6. Persetujuan / Informed Consent

Semua subyek penelitian akan diminta persetujuan dari orang tua setelah dilakukan penjelasan terlebih dahulu untuk pemberian zink pada penderita diare akut dengan memisahkan etiologi, antara diare yang disebabkan oleh bakteri dan nonbakteri.

3.7. Etika Penelitian

Penelitian ini disetujui oleh Komite Etik Kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3.8. Cara Kerja dan Alur Penelitian

1. Data dasar diperoleh dari wawancara dan kuesioner.

2. Penilaian derajat dehidrasi anak dengan diare akut berdasarkan derajat dehidrasi WHO 2005 (terlampir).

3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat persetujuan orang tua dimasukkan dalam penelitian.


(33)

4. Dilakukan pemeriksaan feses secara mikroskopis dengan pewarnaan eosin 1-2% oleh peneliti untuk memisahkan antara kelompok diare bakteri dengan kelompok diare nonbakteri

5. Pemberian terapi zink, yang diberikan oleh orang tua : zink sulfat dengan dosis usia < 6 bulan 1x10 mg (1/2 tablet) dan usia ≥ 6 bulan 1x20 mg (1 tablet) selama 10 hari pada kedua kelompok.

6. Pemantauan lamanya diare dan frekuensi BAB (buang air besar) baik selama rawat jalan atau dirawat di ruangan maupun setelah pasien pulang ke rumah dengan cara home visit oleh peneliti.


(34)

Alur Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian

Pemeriksaan Feses secara mikroskopis

Leukosit feses (+) : Diare bakteri Leukosit feses (-) :Diare non bakteri

Populasi terjangkau yang

Keparahan diare akut: 1. Lama diare


(35)

3.9. Identifikasi Variabel

Variabel bebas Skala

Jenis diare Nominal dikotom

Variabel tergantung Skala

Lama Diare Numerik

Frekuensi BAB Numerik

3.10. Definisi Operasional

1. Diare akut adalah pengeluaran tinja yang cair dengan frekuensi ≥ 3 x /hari disertai perubahan konsistensi tinja (lembek atau cair) dengan atau tanpa darah/ lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah yang berlangsung kurang dari 14 hari.

2. Diare bakteri adalah diare yang dijumpai sel leukosit 10 – 20 / LPB (dengan menggunakan pembesaran 200x) pada pemeriksaan feses secara mikroskopis dengan pewarnaan eosin 1-2%.

3. Keparahan diare akut adalah beratnya diare akut yang dinilai dari lamanya diare dan frekuensi BAB penderita.

4. Penyakit penyerta adalah semua penyakit berat yang ada saat diare akut terjadi seperti gizi buruk, ensefalitis, meningitis, sepsis, bronkopneumonia dan lain-lain.


(36)

konsistensi baik dengan frekuensi < 3 x per hari dalam empat delapan jam terakhir.

6. Lama diare adalah waktu yang dihitung sejak mulai diare sampai penyembuhan diare.

3.11. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang terkumpul diolah, dianalisis, dan disajikan dengan menggunakan program komputer (SPSS Versi 14.0, Microsoft Excell tahun 2003). Interval kepercayaan yang digunakan adalah 95% dan batas kemaknaan p < 0.05.

Untuk menilai hubungan antara diare bakteri dan diare nonbakteri berskala nominal dengan lama diare dan frekuensi BAB yang berskala numerik digunakan uji t independen.


(37)

BAB 4. HASIL

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Secanggang, kabupaten Langkat yang berjarak ± 65 km dari kota Medan, dengan luas wilayah 223,27 Km2, memiliki delapan desa pantai, yang terdiri dari 17.262 kepala keluarga. Mata pecaharian sebagian penduduk adalah nelayan dan petani. Terdapat beberapa tempat pelayanan kesehatan di Kecamatan Secanggang, yaitu : Rumah sakit 1 unit, PUSKESMAS 10 unit, dan POSYANDU 38 unit. Dimana sampel diperoleh dari 3 PUSKESMAS yang ada di Kecamatan Secanggang, yaitu PUSKESMAS Hinai Kiri, PUSKESMAS Secanggang, dan PUSKESMAS Tanjung Ibus, baik yang dirawat inap maupun yang dirawat jalan. Dari ketiga PUSKESMAS tersebut , didapati 67 anak yang menderita diare dengan derajat dehidrasi yang berbeda, dimana 5 anak dieksklusikan dari penelitian karena : 2 anak menderita gizi buruk, 1 anak menderita diare persisten, dan 2 anak tidak mendapat persetujuan dari orang tua. Dari 62 anak diare yang diperiksa fesesnya didapatkan 31 anak menderita diare bakteri dan sisanya menderita diare nonbakteri. 55 anak yang menderita diare dirawat di PUSKESMAS rawat inap, dimana 30 orang di PUSKESMAS Tanjung Ibus dan 25 orang di PUSKESMAS Hinai Kiri, sisanya merupakan pasien rawat jalan. Pada kedua kelompok mendapatkan terapi zink selama 10 hari ( Gambar 4.1)


(38)

67 anak penderita diare yang dirawat PUSKESMAS (Dilakukan penanganan diare berdasarkan prosedur

Gambar 4.1. Profil penelitian

Rata-rata frekuensi diare sebelum terapi pada kelompok responden yang mengalami diare non bakteri: 7.35 kali/hari dan 7.81 kali/hari pada kelompok responden yang mengalami diare bakteri dengan lama diare sebelum terapi: 53.10 jam (2.2 hari) pada kelompok diare non bakteri dan 44,39 jam (1,8 hari) pada kelompok diare bakteri. Dijumpai rata-rata usia pada kelompok diare non bakteri dibawah usia 5 tahun ( tabel 4.1 ).

5 orang dieksklusikan: 2 menderita gizi buruk 1 menderita diare persiste 2 tidak disetujui orang tua ikut dalam penelitian

62 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan mendapat terapi zink

Diare non bakteri (n = 31) Diare bakteri ( n = 31 )

Mengikuti penelitian dan pemantauan dilakukan sampai hari ke-10 terapi Mengikuti penelitian dan pemantauan

dilakukan sampai hari ke-10 terapi

n = 31 n = 31


(39)

Tabel 4.1. Karakteristik sampel penelitian Karakteristik Kelompok Non Bakteri n=31 Kelompok Bakteri n=31

Umur (bulan), rerata (SD) 47.8 (27.58) 82.4 (21.88)

Jenis kelamin, n (%)

Laki-laki 12 (38.70) 17 (54.80)

Perempuan 19 (61.30) 14 (45.20)

Status dehidrasi, n (%) Tanpa dehidrasi 12 (38.70) 7 (22.60)

Dehidrasi ringan-sedang 19 (61.30) 24 (77.40) Dehidrasi berat

Jumlah leukosit feses

0 (0) 1.7 (1.22)

0 (0) 13.4 (3.02) Frekuensi diare sebelum terapi

(kali/hari), rerata (SD)

7.3 (1.02) 7.8 (0.98)

Lama diare sebelum terapi (jam), rerata (SD)

53.1(13.86) 44.3 (16,10)

Selama pemberian terapi pada hari pertama sampai hari keenam tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hal frekuensi diare/hari pada kedua kelompok. Pada hari ketujuh tidak ada seorang responden pun dalam kedua kelompok mengalami diare, dengan kata lain seluruh responden telah mengalami kesembuhan pada pengamatan hari ketujuh ( tabel 4.2 ).


(40)

Tabel4.2. Frekuensi diare setelah pemberian zink (kali/hari) Hari pemberian terapi Kelompok Non Bakteri n=31 rerata (SD) Kelompok Bakteri n=31 rerata (SD) P Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V Hari VI Hari VII 8 (0.82) 6 (0.82) 2.9 (0.84) 1 (0.84) 0.4 (0.53) 0.1 (0.18) 0 (0.00) 8.(0,86) 6.1 (0.85) 3.1 (0.81) 1.2 (0.64) 0.5 (0.51) 0.1(0.30) 0 (0.00) 1.000 0.762 0.646 0.497 0.064 0.310

Pada penelitian ini didapatkan lama diare dan masa rawatan yang tidak berbeda bermakna untuk kedua kelompok responden. Pada kelompok responden yang mengalami diare non bakteri ditemukan lama diare selama masa perawaratan lebih singkat dibandingkan pada responden yang mengalami diare bakteri dengan nilai rerata masing-masing 63,39 jam dan 66.58 jam, dengan nilai p = 0,063, dan masa rawatan pada kelompok diare non bakteri lebih singkat dibandingkan kelompok responden yang mengalami diare bakteri yaitu 56,19 jam dan 58.39 jam, nilai p = 0,054 ( tabel 4.3 ).


(41)

Tabel 4.3. Frekuensi, lama diare, dan masa rawatan setelah terapi pada kedua kelompok

Kelompok Non

Bakteri n=31 rerata (SD)

KelompokBakteri n=31

rerata (SD)

P

Frekuensi diare (kali/hari)

Lama diare (jam) Masa rawatan (jam)

2.6 (0.32)

63.4 (10.31) 56.2 (14.52)

2.7 (0.30)

66.6 (10.66) 58.4 (16.09)

0.27

0.06 0.05


(42)

BAB 5. PEMBAHASAN

Studi pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia 2001 mendapatkan Balita merupakan kelompok umur ketiga terbanyak menderita keluhan (35,1%) dengan keluhan terbanyak panas, batuk-pilek dan diare.29 Sehingga dibutuhkan suatu penanganan yang tepat dan komprehensif, diantaranya adalah penanganan diare akut yang lebih baik pada Balita. 4-7 Studi ini mencoba untuk mendapatkan penanganan diare akut yang lebih baik dengan melihat efek zink dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dan nonbakteri pada anak.

Studi sebelumnya menilai keparahan diare berdasarkan empat hal: frekuensi diare, lama diare, volume, dan konsistensi tinja.23 Pada penelitian ini keparahan diare hanya dinilai berdasarkan frekuensi diare (kali/hari) dan lama diare (jam). Penilaian konsistensi tinja tidak disertakan karena bersifat subjektif dan sulit menentukan skala penilaian, begitu juga dengan volume tinja yang sangat sulit penilaiannya terutama pada anak perempuan.

Efek samping dari zink terjadi pada pemberian lebih dari 2 gram perhari dalam periode lama.32 Keracunan zink melalui saluran cerna mengakibatkan mual, muntah, sakit perut dan demam.34,35 Sebuah studi di Nepal melaporkan munculnya efek samping dari anak penderita diare yang mendapatkan terapi zink dengan jumlah dosis tiga kali yang dianjurkan oleh


(43)

WHO.36 Pada penelitian ini dosis yang diberikan hanya 10 mg sampai 20 mg perhari, sesuai dengan rekomendasi WHO.

Pada penelitian ini didapati anak yang menderita diare nonbakteri dengan usia rata-rata 47,8 bulan dan yang menderita diare bakteri dengan usia rata-rata 82,4 bulan. Penyebab diare tersering pada anak usia dibawah lima tahun adalah rotavirus.37.38

Pemeriksaan feses secara mikroskopis pada penderita diare bertujuan untuk menemukan ada atau tidak leukosit pada feses, pada keadaan normal, leukosit dapat dijumpai pada feses. Dikatakan suatu diare bakteri jika dengan pemeriksaan mikroskop dijumpai leukosit pada feses 10 – 20/LPB ( pembesaran 200 kali ) menggunakan perwarnaan eosin 1-2%.1 Pada Studi ini didapati anak yang menderita diare nonbakteri dengan jumlah leukosit feses rata-rata 1,7/LPB dan anak yang menderita diare bakteri dengan jumlah leukosit feses rata-rata 13,4/LPB. Pada studi ini pemeriksaan leukosit pada feses hanya untuk memisahkan antara kelompok diare bakteri dengan nonbakteri, bukan sebagai objek yang dievaluasi untuk keberhasilan terapi zink. Tidak diketahuinya jenis mikroorganisme penyebab diare merupakan salah satu keterbatasan studi ini, karena tidak dilakukan kultur feses pada semua sampel.

Setelah pemberian terapi hari pertama sampai dengan hari keenam didapatkan perbedaan penurunan frekuensi diare yang tidak bermakna


(44)

bakteri dibandingkan pada kelompok bakteri (tabel 4.2). Rata – rata frekuensi diare bakteri pada studi sebelumnya adalah hari pertama terapi 7,90 kali/hari, hari kedua 6,10 kali/hari, hari ketiga 3,02 kali/hari, hari keempat 1,10 kali/hari, hari kelima 0,50 dan tidak dijumpai adanya diare pada hari keenam.39 Sementara pada peneltian ini rata-rata frekuensi diare pada kelompok diare bakteri: hari pertama 8.0 kali/hari, hari kedua 6.06 kali/hari, hari ketiga 3.06 kali/hari, hari keempat 1.16 kali/hari, hari kelima 0.48 kali/hari, hari keenam 0.1 kali/hari, dan tidak dijumpai diare pada hari ke tujuh.

Pada studi ini didapatkan hasil yang tidak bermakna dalam hal frekuensi diare yang lebih rendah, lama diare dan masa rawatan yang lebih singkat pada kelompok diare non bakteri dibandingkan pada kelompok diare bakteri. Lama diare pada kelompok diare bakteri rata-rata 66.58 jam (2.77 hari) dengan masa rawatan 58.39 jam (2.43 hari). Pada studi diare bakteri sebelumnya didapatkan rata-rata lama diare setelah terapi 2.34 ± 0.71 hari.40

Lama diare pada kelompok diare non bakteri rata-rata 63.39 jam (2.64 hari) dengan masa rawatan 56.19 jam (2.34 hari). Hasil dari studi ini sesuai dengan studi sebelumnya. Pada studi sebelumnya didapatkan rata-rata lama diare 2,84 hari.41,42

Dijumpai beberapa mekanisme terhadap efek zink yang menguntungkan pada diare akut. Sebuah meta-analisis mengenai terapi zink pada anak dengan diare akut didapati berkurangnya lama diare sebesar 16%. Zink dibutuhkan untuk pertumbuhan, regenerasi, dan mengembalikan


(45)

fungsi dari mukosa usus dan menunjukkan peningkatan dalam absorpsi air dan elektrolit. Zink juga dibutuhkan untuk meningkatkan sistem imun, termasuk antibodi selular maupun humoral, sehingga mempercepat pembersihan usus dari kuman patogen penyebab diare.43,44

Pemeriksaan histologi vili-vili usus dan kadar zink dalam plasma tidak dilakukan pada penelitian ini, mengingat penelitian ini bersifat komunitas sehingga pemeriksaan histologi vili-vili usus dan pengukuran zink dalam plasma sangat sulit untuk dilakukan.


(46)

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Pemberian zink terbukti tidak lebih efektif dalam mengurangi keparahan diare akut bakteri dibandingkan nonbakteri.

6.2. Saran

Bagi pemerintah Kabupaten Langkat, kecamatan Secanggang, khususnya Dinas Kesehatan setempat, hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi sebagai salah satu terapi diare akut selain cairan ORALIT yang telah direkomendasikan oleh WHO pada anak. Diperlukan penelitian selanjutnya untuk melihat efek zink pada anak yang menderita diare akut dengan melakukan pemeriksaan kultur feses, sehingga dapat diketahui secara pasti jenis mikroorganisme penyebab diare.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Noerasid H, Suratmadja S, Asnil PO. Gastroenteritis (diare) akut. Dalam: Suharyono, Boediarso A, Halimun EM, penyunting. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-4. Jakarta: FK-UI;2003.h.51-76.

2. Afifah T, Djaja S, Irianto J. Kecenderungan penyakit penyebab kematian bayi dan anak balita di indonesia: 1992-2001. Bul. Penelit. Kesehat. 2003;31:48-59.

3. Handayani L, Siswanto. Pola keluhan kesakitan penduduk Indonesia, analisis data SUSENAS 2001. Bul. Penelit. Kesehat. 2002;30:189 – 200. 4. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention

of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics. 2006;3481:1120-30.

5. Van Niel CW, Feudtner C, Garrison MM, Christakis DA. Lactobacillus therapy for acute infectious diarrhea in children: a meta-analysis. Pediatrics. 2002;109:678-84.

6. Shamir R, Makhoul IR, Etzioni A, Shehadeh N. Evaluation of a diet containing probiotics and zinc for the treatment of mild diarrheal illness in children younger than one year of age. J Am Coll Nutr. 2005;24:370-5. 7. Sinuhaji AB, Sutanto AH. Mekanisme diare infektisius akut. Cerm. Dunia


(48)

8. WHO. Diarrhoea. penyunting: Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the management of common illnesses with limited resources. China:WHO Press;2005. h.109-30.

9. Sinuhaji AB. Asidosis metabolik salah satu penyulit diare akut pada anak yang seharusnya dapat dicegah (Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap fakultas kedokteran USU). Medan: Universitas Sumatera Utara (USU);2007.

10. King FS. Feeding sick people, especially children. Dalam: King FS, Burgess A, penyunting. Nutrition for developing countries. Edisi ke-2. New York: Oxford University Press;1996.h.155-64.

11. Krebs NF, Primak LE, Hambridge KM. Normal childhood nutrition & its disorders. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current pediatric, diagnosis & treatment. Edisi ke-17. New York: McGraw-Hill Companies;2003. h. 291-2.

12. Molla AM, Molla AM. Improved oral rehydration therapy. Dalam: Bhutta ZA, penyunting. Contemporary issues in childhood diarrhea and malnutrition. Karachi:Oxford University Press;2000.h.242-55.

13. Pudjiadi S. Kekurangan dan keracunan mineral. penyunting: Ilmu gizi klinis pada anak. Edisi ke-4.Jakarta:FK-UI;2005.h.205-6.

14. Sazawal S, Black RE, Bhan MK, Bhandasari N, Sinha A, Jalla S. Zinc supplementation in young children with acute diarrhea in India. N Engl J Med.1995;333:839-44.


(49)

15. Strand TA, Chandyo RK, Bahl R, Sharma PR, Adhikari K, Bhandari N, dkk. Effectiveness and efficacy of zinc for the treatment of acute diarrhea in young children. Pediatrics. 2002;109:898-903.

16. Bhatnagar S, Bahl R, Sharma PK, Kumar GT, Saxena K, Bahn MK. Zinc with oral rehydration of diarrhea in hospitalized children: a randomized controlled trial. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2004;38:34-40.

17. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborthy B, Chowdhury S, Begum A, dkk. Zinc supplementation in children with cholera in Bangladesh: randomised controlled trial. BMJ. 2007;39416:1-6.

18. Ruel MT, Rivera JA, Santizo MC, Lonnerdal B, Brown KH. Impact of zinc supplementation on morbidity from diarrhea and respiratory infections among rural Guateamalan children. Pediatrics.1997;99(6):808-13.

19. Baqui AH, Black RE, El Arifeen S, Yunus M, Chakraborty J, Ahmed S, dkk. Effect of zinc supplementation started during diarrhoea on morbidity and mortality in Bangladeshi children: community randomised trial. BMJ. 2002;325:1059.

20. Bhandari N, Bahl R, Taneja S, Strand T, Molbak K, Ulvik RJ, dkk. Substantial reduction in severe diarrheal morbidity by daily zinc supplementation in young north Indian children. Pediatrics. 2002;109(6):1-7.


(50)

diarrhea-a community-based, double-blind, controlled trial. Am J Clin Nutr. 1997;66:413-18.

22. Brooks WA, Santosham M, Naheed A, Gaswami D, Wahed MA, West MD, dkk. Effect of weekly zinc supplements on incidence of pneumonia and diarrhoea in children younger than 2 years in an urban, low income population in Bangladesh: randomised controlled trial. Lancet. 2005;366:999-1004.

23. Sur D, Gupta DN, Mondal SK, Ghosh S, Manna B, Rajendran K, dkk. Impact of zinc supplementation on diarrheal morbidity and growth paterrn of low birth weight infants in Kolkata, India: a randomized, double-blind, placebo-controlled, community-based study. Pediatrics. 2003;112:1327-32.

24. Bhutta ZA, Bird SM, Black RE, Brown KH, Meeks JG, Hidayat A, dkk. Therapeutic effects of oral zinc in acute and persistent diarrhea in children in developing countries: pooled analysis of randomized controlled trials. Am J Clin Nutr. 2000:72;1516-22.

25. Anggarwal R, Sentz J, Miller MA. Role of zinc administration in prevention of childhood diarrhea and respiratory illness: a meta-analysis. Pediatrics. 2006:3481;1120-30.

26. Armin SA. Zat gizi mikro zink, dari aspek molekuler sampai pada program kesehatan masyarakat. Suplement. 2005:26;29-35.


(51)

27. Wapnir RA. Zinc deficiency, malnutrition and the gastrointestinal tract. J Nutr. 2000:130;1388S-92S.

28. Altaf W, Perveen S, Rehman KU, Teicberg S, Vancurova I, Harper RG, dkk. Zinc supplementation in oral rehydration solutions: experimental assessment and mechanisms of action. J Am Coll Nutr. 2002:21(1);26-32. 29. Hoque KM, Rajendran VM, Binder HJ. Zinc inhibits cAMP-stimulated Cl

secretion via basolateral K-channel blockade in rat ileum. Am J Physiol Gastrointest Liver Physiol. 2005:288;G956-63.

30. Zulfiqar AB. Acute Gastroenteritis in Children. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF, penyunting. Nelson Textbook of Pediatrics. 18th Ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2007. Chap: 337.

31. Crane JK, Naeher TM, Shulgina I, Zhu C, Boedeker EC. Effect of zink enterophatogenic Escherichia coli infection. J infect and imunity. 2007;5974-5984.

32. Raqib R, Roy SK, Rahman MJ, Azim T, Ameer S. Effect of zinc supplementation on immune and inflammatory responses in pediatric patients with shigellosis. Am J Clin Nutr. 2004;79:444-50.

33. Madiyono B, Moechlisan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam:Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3.Jakarta:Sagung seto;


(52)

34. Sazaawal S, Black RE, Bhan MK, Bhandari N, Sinha A, Jalla S. Zinc Supplementation in young children with acute diarrhe in india. N Engl J Med. 1995;333:839-44.

35. Walker CL, Fontaine O, Young MW, Black RE. Zinc and low osmolarity oral rehydration salts for diarrhoea: a renewed call to action. Bull World Health Organ. 2009; 87:780-86.

36. Black RE. Zinc deficiency, infectious disease and mortality in the developing world. J Nutr. 2003;133:1485-89.

37. WinchPJ, Gilroy KE, Doumbia S, Patterson AE, Daou Z, Coulibaly S, dkk. Short report: Prescription and administration of a 14-day regimen of zinc treatment for childhood diarrhea in mali. Am J Trop Med. 2006;74: 880-83. 38. Brook WA, Santhosam M, Roy SK, Faruque AS, Wahed MA, Nahar K,

dkk. Efficacy of zinc in young infants with acute watery diarrhea. Am J Clin Nutr. 2005;82:605-10.

39. Roy SK, Hossain MJ, Khatun W, Chakraborty B, Chowdhury S, Begum A, dkk. Zinc supplementation in children with cholera in Bangladesh : randomised cotrolled trial. BMJ. 2007:1-6.

40. Trivedi SS, Chudasama RK, Patel N. Effect of zinc supplementation in children with acute diarrhea: Randomized double blind controlled trial. J Gastroenterol. 2009;2:168-174.


(53)

41. Hidayat A. The effect of zinc supplementation in children under three years of age with acute diarrhoea in indonesia. Medical J. of Indon. 1998;7:237-241.

42. Walker CL, Black RE. Zinc for the treatment of diarrhoea: effect on diarrhoea morbidity, mortality and incidence of future episodes. Int J Epidemiology. 2010; 39:i63-i69.

43. Larson CP, Hoque M, Khan AM, Saha UR. Initiation of zinc treatment for acute childhood diarrhoea and risk for vomiting or regurgation : A randomized, double-blind, placebo-controlled trial. J Health Popul Nutr. 2005; 23:311-319.

44. Bahl R, Baqui A, Bhan MK, Bhatnagar S, Black RE, Brooks A, dkk. Effect of zinc supplementation of clinical course of acute diarrhoea. J Health popul nutr. 2001; 19.338-346.


(54)

LAMPIRAN

1. Personil Penelitian

1. Ketua Penelitian

Nama : dr. Hafaz Zakky Abdillah

Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK-USU/RSHAM

2. Anggota Penelitian 1. dr. Supriatmo, SpA(K)

2. dr. Hj. Melda Deliana, SpA(K) 3. dr. Ade Rachmat W

4. dr. Ade Saifan S

5. dr. Marlisye Marpaung 6. dr. Ade Amalia

7. dr. Sri Yanti Harahap

2. Biaya Penelitian

1. Bahan / perlengkapan : Rp. 5.000.000 2. Transportasi / Akomodasi : Rp. 2.000.000 3. Penyusunan / penggandaan : Rp. 2.000.000 4. Seminar hasil penelitian : Rp. 6.000.000 Jumlah : Rp. 15.000.000


(55)

3. Jadwal Penelitian WAKTU

KEGIATAN

AGUSTUS 2009

SEPTEMBER 2009

OKTOBER 2009

NOVEMBER 2009

Persiapan Pelaksanaan Penyusunan laporan Pengiriman Laporan


(56)

4. Penjelasan kepada Subjek Penelitian

Yth. Bapak / Ibu ……….

Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri (dengan menunjukkan surat tugas dari

Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU). Nama saya dokter

……….………….., bertugas di divisi Gastroentero-Hepatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang perbandingan efek zink pada diare bakteri dengan diare nonbakteri dalam mengurangi keparahan diare akut pada anak .

Berdasarkan hasil pemeriksaan kami, anak Bapak / Ibu mengalami diare akut. Bila tidak segera ditangani maka akan menyebabkan kekurangan cairan yang berat dan akan menimbulkan komplikasi penyakit yang lain dan kematian. Untuk itu, kami berencana mengobati anak Bapak / Ibu dengan memberikan zink. Sebelumnya kami akan memeriksa tinja anak Bapak / ibu, dan setelah itu kami akan memeriksa lama diare dan frekuensi buang air besar (BAB) anak Bapak / Ibu untuk melihat efek obat tersebut mengurangi keparahan diare.

Zink merupakan mikronutrien yang dalam keadaan normal dapat diperoleh dari makanan sehari-hari, zink memiliki efek mengurangi keparahan diare dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh khususnya saluran cerna dan memperbaiki permeabilitas mukosa usus. Efek samping selama pengobatan dengan zink jarang terjadi, umumnya dapat berupa mual dan muntah.

Sebelum dilakukan pengobatan, kami akan menanyakan beberapa hal yang berkaitan dengan penyakit anak Bapak / Ibu berupa sudah berapa lama anak mengalami diare dan frekuensi BAB selama sakit dan membandingkannya setelah mendapat pengobatan.

Jika Bapak / Ibu bersedia agar anaknya diobati dengan obat tersebut, maka kami mengharapkan Bapak / Ibu menandatangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian Bapak / Ibu, kami ucapkan terima kasih.


(57)

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ... Umur ... tahun L / P Alamat : ... dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan

PERSETUJUAN

untuk dilakukan pengobatan diare akut terhadap anak saya :

Nama : ... Umur : ... tahun ... bulan L / P Alamat Rumah : ...

yang tujuan, sifat, dan perlunya pengobatan tersebut di atas, serta risiko yang dapat ditimbulkannya telah cukup dijelaskan oleh dokter dan telah saya mengerti sepenuhnya.

Demikian pernyataan persetujuan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan.

... , ... 2009 Yang memberikan penjelasan Yang membuat pernyataan persetujuan

dr. ... ...

Saksi-saksi : Tanda tangan

1. ... ... 2. ... ...


(58)

5. Kuesioner Penelitian

No Sampel : ……….

Tanggal Pengisian kuesioner : ……….

PUSKESMAS tempat rawat : ...

IDENTITAS PRIBADI

Nama : ………...Jenis Kelamin: L / P Umur/Tanggal Lahir : …....Tahun ….. Bulan/... Anak Ke : ... dari ...bersaudara Alamat Rumah : ………...……....

………... Nomor Telpon/HP : ………...… Berat Badan : ...Kg Panjang Badan :...cm Derajat dehidrasi saat masuk

...

DATA ORANG TUA

Umur Orang Tua : Ayah…...Tahun, Ibu……….Tahun Pendidikan Terakhir

Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Pekerjaan

Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta

4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Pendapatan / Bulan

Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta 3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta


(59)

3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta

ANAMNESE PENYAKIT:

1. Sejak kapan anak mengalami diare (sebelum dirawat di rumah sakit)? 1. < 1 hari 2. 1-2 hari 3. 3-4 hari 4. ≥ 5 hari 2. Sebelum dirawat, berapa kali anak buang air besar (BAB) / hari?

1. 3 - 5x/hari 2. 6 -10x/hari 3. >10x/hari 3. Apakah selama diare,pernah dijumpai darah pada tinja ?

1. Ya 2. Tidak

4. Apakah anak pernah mendapat zink sebelumnya ?

1. Ya 2. Tidak

5. Penyakit yang pernah diderita sebelumnya:

... ...

LAMA RAWATAN DI RUMAH SAKIT SETELAH SEMBUH:


(60)

6. Pemantauan Lama Diare dan Frekuensi Buang Air Besar (BAB)

Nomor Sampel : ... Nama Pasien : ... Umur : ... L / P Tanggal Masuk : ... Lama Rawatan : ... Hari

Hari Rawatan Frekuensi BAB (x/jam)

Diare (jam) Efek samping

Pemantauan konsistensi buang air besar (BAB)

A Tinja cair /diare


(61)

C Tinja sedikit cair / masih diare

D Tinja normal


(62)

(63)

(64)

8. Prosedur pembuatan sediaan tinja mikroskopis

Alat : Objek gelas, dek gelas, lidi atau cotton but, pipet kaca Reagensia : Larutan eosin 1-2%

Cara membuat :

1. Ambil objek gelas yang bersih, kering, bebas debu, bebas lemak, dan juga dek gelas.

2. Ambil sedikit tinja dengan menggunakan lidi atau cotton but dan oles kan secara tipis pada objek gelas.

3. Tetes kan larutan eosin 1-2% dengan menggunakan pipet kaca pada olesan tinja sampai menutupi seluruhnya.

4. Tutup olesan tinja yang telah ditetesi larutan eosin 1-2% dengan menggunakan dek gelas, dan sediaan siap dibaca dibawah mikroskop dengan pembesaran 200 kali.


(65)

9. Riwayat Hidup.

Nama lengkap : dr. hafaz Zakky Abdillah Tanggal lahir : 23 Oktober 1983

Tempat lahir : P.Siantar

NIP : 19831023 201001 1 019

Alamat : Jln. K.L. Yos Sudarso Km 6,8 no 18a Medan

Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SDN 112134 R. Prapat, tamat tahun1995

2. Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 2 R.Prapat, tamat tahun 1998

3. Sekolah Menegah Atas di SMU Negeri 3 Medan, tamat tahun 2001 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, tamat tahun

2007

Riwayat Pekerjaan :

1. CPNS PEMKO Medan 2010

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2007 s/d 30-12-2007 2. Pendidikan Tahap I : 01-01-2008 s/d 30-12-2008 3. Pendidikan Tahap II : 01-01-2009 s/d 30-12-2009 4. Pendidikan Tahap III : 01-01-2010 s/d 30-12-2010 5. Penelitian : Agustus sampai November 2009


(1)

6. Pemantauan Lama Diare dan Frekuensi Buang Air Besar (BAB) Nomor Sampel : ... Nama Pasien : ... Umur : ... L / P Tanggal Masuk : ... Lama Rawatan : ... Hari

Hari Rawatan Frekuensi BAB (x/jam)

Diare (jam) Efek samping

Pemantauan konsistensi buang air besar (BAB)


(2)

C Tinja sedikit cair / masih diare

D Tinja normal


(3)

(4)

(5)

8. Prosedur pembuatan sediaan tinja mikroskopis

Alat : Objek gelas, dek gelas, lidi atau cotton but, pipet kaca Reagensia : Larutan eosin 1-2%

Cara membuat :

1. Ambil objek gelas yang bersih, kering, bebas debu, bebas lemak, dan juga dek gelas.

2. Ambil sedikit tinja dengan menggunakan lidi atau cotton but dan oles kan secara tipis pada objek gelas.

3. Tetes kan larutan eosin 1-2% dengan menggunakan pipet kaca pada olesan tinja sampai menutupi seluruhnya.

4. Tutup olesan tinja yang telah ditetesi larutan eosin 1-2% dengan menggunakan dek gelas, dan sediaan siap dibaca dibawah mikroskop dengan pembesaran 200 kali.


(6)

9. Riwayat Hidup.

Nama lengkap : dr. hafaz Zakky Abdillah Tanggal lahir : 23 Oktober 1983

Tempat lahir : P.Siantar

NIP : 19831023 201001 1 019

Alamat : Jln. K.L. Yos Sudarso Km 6,8 no 18a Medan Pendidikan

1. Sekolah Dasar di SDN 112134 R. Prapat, tamat tahun1995

2. Sekolah Menegah Pertama di SMP Negeri 2 R.Prapat, tamat tahun 1998

3. Sekolah Menegah Atas di SMU Negeri 3 Medan, tamat tahun 2001 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, tamat tahun

2007

Riwayat Pekerjaan :

1. CPNS PEMKO Medan 2010

Pendidikan Spesialis

1. Adaptasi di BIKA FK. USU : 01-12-2007 s/d 30-12-2007 2. Pendidikan Tahap I : 01-01-2008 s/d 30-12-2008 3. Pendidikan Tahap II : 01-01-2009 s/d 30-12-2009 4. Pendidikan Tahap III : 01-01-2010 s/d 30-12-2010 5. Penelitian : Agustus sampai November 2009