Pengeruh Variasi Ketebalan Tanah Pada Uji Pathogenisitas Genoderma.sp Terhadap munculnya Penyakit Busuk Pangkal Batang Tanaman Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis Guinensis Jacq)

(1)

PENGARUH VARIASI KETEBALAN TANAH PADA UJI PATOGENISITAS

Ganoderma.sp TERHADAP MUNCULNYA PENYAKIT BUSUK PANGKAL

BATANG PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq)

SKRIPSI

NUR HIDAYAH NASUTION 030802022

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2007


(2)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH VARIASI KETEBALAN TANAH PADA UJI PATHOGENISITAS Ganoderma.sp TERHADAP MUNCULNYA PENYAKIT BUSUK

PANGKAL BATANG PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq)

Kategori : SKRIPSI

Nama : NURHIDAYAH NASUTION Nomor Induk Mahasiswa : 030802022

Program Studi : SARJANA (S-1) KIMIA Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juni 2007

Komisi Pembimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Dra.Emma Zaidar Nst,M.Si Drs.Ribu surbakti,MS

NIP.131 653 985 NIP. 130 872 290

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

DR.Rumondang Bulan,MS NIP.131 459 466


(3)

PERNYATAAN

PENGARUH VARIASI KETEBALAN TANAH PADA UJI PATOGENISITAS

Ganoderma.sp TERHADAP MUNCULNYA PENYAKIT

BUSUK PANGKAL BATANG PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Nopember 2007

NUR HIDAYAH NASUTION 030802022


(4)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah kehadirat ALLAH SWT Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang, dengan limpahan hidayah dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini dengan sebaik – baiknya dalam waktu yang telah ditetapkan.

Pada kesempatan ini Penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada Orang tua tercinta Ayahanda Harun Nasution dan Ibunda tersayang Asni Tanjung, dan kakak – kakakku Faridah Hanum, Siti Maryam, M.Hasyim, Umi Kalsum, Nurhasanah, M.Muammar, Rahmawati, Bang Juretno, Bang Basron, dan Bang M.Basyir terima kasih untuk semua dukungan moril, materil, kasih sayang, perhatian dan do′a yang selalu diberikan kepada penulis.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Drs. Ribu Surbakti.MS selaku Pembimbing I dan Dra.Emma Zaidar Nst.Msi selaku Pembimbing II, yang telah memberikan panduan, bimbingan dan dukungan penuh kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini.

2. Ketua dan Sekretaris Departemen Kimia, DR.Rumondang Bulan.MS dan Drs.Firman Sebayang.MS yang telah membantu mensahkan skripsi ini.

3. Ibu DR.Rumondang Bulan Nst.MS selaku dosen wali serta seluruh staf pengajar dan pegawai departemen Kimia FMIPA USU.

4. Sahabat – sahabatku Umri, Lisa, Intan, Aisyah, Ai, Zurahmi, Debby, William, Siska, Puput serta rekan – rekan angkatan 2003 dan 2004 terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

5. Dan tidak lupa pula kepada teman - teman seperjuangan di Laboratorium BIOKIMIA/KBM (Asisten) : Bang Budi, Kak Ummah, Kak Jelita, M.Arsyad,Wiwi, Afriniyanti (Mona), Aminah Asrah, Ika Toya, Kak Pia, dan Kak Pika.

6. Adik – adik kos Gg.Aman : Mona, Yanie, Rahmi, Sri, ade, dan Desi. Terima kasih ya atas dukungan serta semangat – semangat yang telah diberikan kepada penulis.

Untuk semua itu penulis berdoa semoga ALLAH SWT membalas kebaikan – kebaikan yang telah diberikan kepada penulis.


(5)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, disebabkan karena keterbatasan literatur serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukan untuk kesempurnann skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Akhirnya kepada ALLAH SWT jualah kita berserah diri, semoga ALLAH SWT selalu menunjukkan jalan yang lurus kepada kita.

Medan, Nopember 2007


(6)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pada uji pathogenisitas Ganoderma.sp terhadap munculnya penyakit busuk pangkal pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq), yang bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp. Ganoderma.sp diinokulasikan pada media selektif Potato Dextro Agar (PDA), dan direplanting pada media selektif PDA baru. Kemudian diinokulasikan pada media kayu akasia (Acacia siberania) sebagai sumber infeksi pada tanaman kelapa sawit dengan variasi penanaman yaitu variasi ketebalan tanah 5 cm, 10 cm, dan 15 cm. dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada ketebalan tanah 5 cm pada bulan ke 2 minggu ke 2 telah menunjukkan gejala penyerangan busuk pangkal batang dan matipada bulan ke3 minggu ke 2.Sedangkan pada ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm telah menunjukkan gejala penyerangan busuk pangkal batang lebih cepat dibandingkan dengan ketebalan tanah 5 cm, yaitu pada ketebalan tanah 10 cm pada bulan ke 2 minggu ke 4 dan mati pada bulan ke 4 minggu ke 2, sedangkan pada ketebalan tanah 15 cm pada bulan ke4 minggu ke 3 dan mati pada bulan ke 6. Hal ini disebabkan karena Ganoderma.sp telah mengalami fase Lag (fase adaptasi), sehingga Ganoderma.sp mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan akan menyerang kelapa sawit pada ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm.


(7)

THE INTRODUCTION STUDY OF INFLUENCE OF THE SOIL THICKNESS VARIATION ON THE PATHOGENISITAS TEST OF GANODERMA.sp TO BASAL STEAM ROT DESEASE ON THE OIL PALM PLANTS

ABSTRACT

The research on the pathogenisity test of Ganoderma.sp to desease of basal stem rot at the oil palm plants (Elaeis guinensis Jacq) has been carried out, the aim was to know the way of spreading of the basal stem rot desease by Ganoderma.sp. Ganoderma.sp inoculated to the selective media of Potato Dextro Agar, and replanted on a new selective media of Potato Dextro Agar. After that it was inoculated to the acacia wood (Acacia siberania) as source of infection of the oil palm plants, with varieties of plantation that the soil thickness were 5 cm , 10 cm,and 15 cm. From the research it was found that the 5 cm soil thickness at the second week and second month showed the sign of attack on the basal stem rot and died at the third month and second week. While for the 10 cm and 15 cm soil thickness showed sign of attack on the basal stem rot it was faster than the 5 cm soil thickness was the 10 cm soil thickness at the second month and fourth week and died at the fourt month and second week, while for 15 cm soil thickness at the fourth month and third week and died at the sixth month .These were by the caused Ganoderma.sp as the Lag phase, so Ganoderma.sp would growth and attacked the oil palm plants quickly at the 10 cm and 15 cm soil thickness.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL

PERSETUJUAN

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Pembatasan masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Manfaat Penelitian 3 1.6 Metodologi Penelitian 4 1.7 Lokasi Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Jamur (Fungi) 5 2.2Ganoderma.sp 6 2.2.1 Jenis – jenis Ganoderma.sp 7 2.2.2 Ciri – Ciri Ganoderma.sp 2.2.3Bentuk dan Sifat Ganoderma.sp 8 2.2.4 Klasifikasi Ilmiah Ganoderma.sp 9

2.2.5 Kandungan Senyawa Aktif dalam Ganoderma.sp 9

2.3Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq) 9 2.3 Bagian Tanaman 10 2.3.1.1 Akar 10

2.3.1.2 Batang 11 2.3.1.3 Daun 11

2.3.1.4 Bunga 12

2.3.1.5 Biji 12 2.4 Penyakit – Penyakit pada Kelapa sawit 12

2.4.1 Penyakit Busuk Pangkal Batang 12

2.4.2 Busuk Batang Atas 14


(9)

2.5 Proses Penyerangan Patogen Terhadap Tumbuhan 14 2.5.1 Perusakan Dinding Sel Tumbuhan Inang 14

2.5.1.1 Kutikula 14

2.5.1.2 Selulosa 15

2.5.1.3 Pektin 15

2.5.1.4 Lignin 16

2.5.1.5 Hemiselulosa 16

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Bahan – Bahan 17

3.2 Alat – Alat 17

3.3 Prosedur Penelitian 17

3.3.1 Penyiapan Media 17

3.3.2 Penyiapan Inokulum Jamur Ganoderma.sp 17 3.3.3 Penyiapan Inokulum pada Media Kayu Akasia 17 3.3.4 Infeksi Jamur Ganoderma.sp pada Kelapa sawit 17

3.4 Bagan Penelitian 18

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 22

4.2 Pembahasan 23

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 26

5.2 Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 28


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Jenis – Jenis jamur Ganoderma.sp 6

Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Aktif Ganoderma.sp 9

Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa sawit dengan

Ketebalan Tanah 5cm 30

Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa sawit dengan

Ketebalan Tanah 10cm 31

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa sawit dengan


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1 Struktur Selulosa dan produk uraiannya 15 Gambar 2 Perombakan Selulosa Oleh Enzim Selulase 24

Gambar 3 Jamur Ganoderma.sp 33

Gambar 4 Inokulasi Jamur Ganoderma.sp dengan perendaman klorox 0,75%

selama 1menit pada media PDA 33

Gambar 5 Inokulasi Jamur Ganoderma.sp dengan perendaman klorox 0,75%

selama 2 menit pada media PDA 33 Gambar 6 Inokulasi Jamur Ganoderma.sp dengan perendaman klorox 0,75% selama 3 menit pada media PDA 33 Gambar 7 Inokulasi Jamur Ganoderma.sp dengan perendaman klorox 0,75% selama 4 menit pada media PDA 33 Gambar 8 Inokulasi Jamur Ganoderma.sp dengan perendaman klorox 0,75% selama 5 menit pada media PDA 33 Gambar 9 Replanting Miselia Jamur Ganoderma.sp pada media PDA 34 Gambar10 Inokulasi Miselia Jamur Ganoderma.sp Pada media Kayu Akasia 34

Gambar11 Sampel dan Blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 2 minggu 35 Gambar12 Sampel dan Blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 2 minggu 35 Gambar13 Sampel dan Blanko ketebalan 15cm umur 2 bulan 2 minggu 35 Gambar14 Sampel dan Blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 4 minggu 36 Gambar15 Sampel dan Blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 4 minggu 36 Gambar16 Sampel dan Blanko ketebalan 15cm umur 2 bulan 4 minggu 36 Gambar17 Sampel dan Blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 2 minggu 37 Gambar18 Sampel dan Blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 2 minggu 37 Gambar19 Sampel dan Blanko ketebalan 15cm umur 3 bulan 2 minggu 37 Gambar20 Sampel dan Blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 4 minggu 38 Gambar21 Sampel dan Blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 4 minggu 38 Gambar22 Sampel dan Blanko ketebalan 15cm umur 3 bulan 4 minggu 38 Gambar23 Sampel dan Blanko ketebalan 5cm umur 4 bulan 2 minggu 39 Gambar24 Sampel dan Blanko ketebalan 10cm umur 4 bulan 2 minggu 39 Gambar25 Sampel dan Blanko ketebalan 15cm umur 4 bulan 2 minggu 39 Gambar26 Jamur Ganoderma.sp yang tumbuh diatas permukaan tanah


(12)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian pada uji pathogenisitas Ganoderma.sp terhadap munculnya penyakit busuk pangkal pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis jacq), yang bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp. Ganoderma.sp diinokulasikan pada media selektif Potato Dextro Agar (PDA), dan direplanting pada media selektif PDA baru. Kemudian diinokulasikan pada media kayu akasia (Acacia siberania) sebagai sumber infeksi pada tanaman kelapa sawit dengan variasi penanaman yaitu variasi ketebalan tanah 5 cm, 10 cm, dan 15 cm. dari hasil penelitian diperoleh bahwa pada ketebalan tanah 5 cm pada bulan ke 2 minggu ke 2 telah menunjukkan gejala penyerangan busuk pangkal batang dan matipada bulan ke3 minggu ke 2.Sedangkan pada ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm telah menunjukkan gejala penyerangan busuk pangkal batang lebih cepat dibandingkan dengan ketebalan tanah 5 cm, yaitu pada ketebalan tanah 10 cm pada bulan ke 2 minggu ke 4 dan mati pada bulan ke 4 minggu ke 2, sedangkan pada ketebalan tanah 15 cm pada bulan ke4 minggu ke 3 dan mati pada bulan ke 6. Hal ini disebabkan karena Ganoderma.sp telah mengalami fase Lag (fase adaptasi), sehingga Ganoderma.sp mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan akan menyerang kelapa sawit pada ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm.


(13)

THE INTRODUCTION STUDY OF INFLUENCE OF THE SOIL THICKNESS VARIATION ON THE PATHOGENISITAS TEST OF GANODERMA.sp TO BASAL STEAM ROT DESEASE ON THE OIL PALM PLANTS

ABSTRACT

The research on the pathogenisity test of Ganoderma.sp to desease of basal stem rot at the oil palm plants (Elaeis guinensis Jacq) has been carried out, the aim was to know the way of spreading of the basal stem rot desease by Ganoderma.sp. Ganoderma.sp inoculated to the selective media of Potato Dextro Agar, and replanted on a new selective media of Potato Dextro Agar. After that it was inoculated to the acacia wood (Acacia siberania) as source of infection of the oil palm plants, with varieties of plantation that the soil thickness were 5 cm , 10 cm,and 15 cm. From the research it was found that the 5 cm soil thickness at the second week and second month showed the sign of attack on the basal stem rot and died at the third month and second week. While for the 10 cm and 15 cm soil thickness showed sign of attack on the basal stem rot it was faster than the 5 cm soil thickness was the 10 cm soil thickness at the second month and fourth week and died at the fourt month and second week, while for 15 cm soil thickness at the fourth month and third week and died at the sixth month .These were by the caused Ganoderma.sp as the Lag phase, so Ganoderma.sp would growth and attacked the oil palm plants quickly at the 10 cm and 15 cm soil thickness.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ganoderma.sp adalah jamur pangkal batang yang bersifat saprofit dan juga bersifat pathogen pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jack) di Sumatera Utara, Indonesia. Telah banyak metode – metode kontrol yang telah digunakan untuk memberantas penyakit ini, tetapi tidak satupun yang memuaskan.

Untuk Indonesia Penyakit Busuk Pangkal Batang oleh Ganoderma.sp adalah penyakit yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit dewasa ini. Karena penyakit ini semakin lama semakin meningkat. Kelapa sawit yang ditanam sesudah kelapa sawit (atau kelapa) setelah beberapa generasi akan mendapat serangan yang lebih berat dari penyakit Busuk pangkal batang.

Infeksi atau penularan penyakit ini terjadi melalui kontak akar tanaman sehat dengan sumber infeksi didalam tanah seperti potongan akar padat dan batang yang mengandung koloni patogen.(Haryono,2000)

Di Sumatera Utara, di kebun kelapa sawit yang setengah umur (lebih kurang berumur 15 tahun) kadang – kadang separoh dari pohonnya mati. Memang dalam hal ini kerugian hasil tidak sampai 50%, karena adanya peningkatan hasil dari pohon – pohon disekitar tempat yang kosong. Tetapi, produksi kebun akan menurun drastis bila 10 – 20% dari pohonnya mati. Hal ini disebabkan karena akar tanaman sudah berkurang fungsinya dan pokok – pokok yang terserang berat banyak yang tumbang sebelum mencapai umur ekonominya.(Turner,1981a)

Menurut Venkatarayan (1936), jenis Ganoderma.sp penyebab busuk pangkal batang kelapa sawit dapat menyerang 44 jenis tanaman, yang termasuk kedalam 34 genus, antara lain: Kelapa, Pinang, dan Kelapa sawit. Meskipun demikian yang


(15)

memegang peranan penting sebagai sumber infeksi bagi tanaman kelapa sawit adalah tunggul – tunggul kelapa dan kelapa sawit itu sendiri.(Khairuddin,1993)

Memang ada kemungkinan bahwa busuk pangkal batang diberbagai daerah bukan disebabkan oleh satu jenis Ganoderma.sp saja, namun dari penelitian yang dilakukan oleh Ho dan Nawawi (1985) membuktikan bahwa dari ratusan tubuh buah Ganoderma.sp yang dikumpulkan dari berbagai tempat di Semenanjung Malaysia, semuanya termasuk kedalam jenis Ganoderma boninense. Tetapi dengan pengamatan yang teliti dengan mikroskop electron yang dilakukan oleh Hashim (1990) diketahui bahwa disamping Ganoderma boninense di Malaysia terdapat Ganoderma tornatum. Menurut Khairuddin (1993) Ganoderma philippi (G.pseudoferrum) dan Ganoderma luchidum tidak dapat menyerang kelapa sawit.

Demikian pula dari penelitian Abadi (1987) dan Dharmaputra(1987) diketahui bahwa penyebab busuk pangkal batang kelapa sawit dibeberapa kebun kelapa sawit di Sumatera Utara adalah Ganoderma boninense, meskipun di antaranya terdapat variasi pada pertumbuhannya.

Ganoderma.sp berkembang paling baik pada suhu 27 – 30o C dan pH 3,5 – 5,0. Jamur ini mudah diisolasi dari akar atau batang yang sakit dengan memakai media selektif. Selain secara morfologis, dewasa ini telah diusahakan beberapa cara untuk membedakan bermacam – macam jenis dari isolat Ganoderma.sp dengan memakai teknik serologi dengan antibodi poliklonalnya dan dengan penandaan DNAnya.(Abadi,A.L,1987)

Meskipun Ganoderma.sp membentuk banyak tubuh buah, sampai sekarang peran sporanya belum diketahui dengan jelas. Namun pada umumnya dianggap bahwa spora (Basidiospora) tidak dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit, sehingga diduga bahwa dengan spora ini jamur dapat berkembang pada tunggul – tunggul atau kayu – kayu yang seterusnya bahan – bahan ini dapat menjadi sumber infeksi bagi kelapa sawit sehat. Jadi spora lebih berfungsi untuk menyebarkan sumber infeksi.(Haryono,2000)


(16)

1.2 Permasalahan

Ganoderma.sp merupakan salah satu jamur kayu yang keberadaannya telah lama diketahui di Indonesia, yang dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit. Ganoderma.sp dapat ditemukan mulai dari ketinggian 300 m dari permukaan laut. Penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp ini adalah penyakit terpenting bagi perkebunan kelapa sawit, karena Ganoderma.sp bersifat patogen yang menyebabkan matinya tanaman kelapa sawit. Sehingga akan menurunkan produktifitas perkebunan dengan drastis jika 10 – 20 % dari pohonnya mati. Untuk itu peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pola penyerangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit oleh Ganoderma.sp sampai munculnya gejala – gejala penyerangan dari berbagai variasi ketebalan tanah.

1.3 Pembatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada pengamatan pola penyebaran Ganoderma.sp hasil isolasi pada media PDA(Potato Dextro Agar) yang ditumbuhkan pada media kayu akasia, untuk diinfeksikan pada bibitan kelapa sawit dengan variasi ketebalan tanah terhadap uji patogenisitas isolat murni Ganoderma.sp terhadap munculnya penyakit busuk pangkal batang.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

- Untuk mengetahui cara isolasi jamur Ganoderma.sp untuk mendapatkan isolat murninya

- Untuk mengetahui pengaruh variasi ketebalan tanah terhadap uji patogenisitas Ganoderma.sp dengan adanya penyakit busuk pangkal batang pada kalapa sawit


(17)

1.5 Manfaaat Penelitian

1. Untuk Memberikan informasi bagaimana penyerangan jamur Ganoderma.sp dalam bentuk isolat murninya terhadap tanaman kelapa sawit pada penyakit busuk pangkal batang

2. Untuk memberikan informasi bahwa penyerangan Ganoderma.sp dapat menyebabkan matinya tanaman kelapa sawit.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Biokimia FMIPA USU. Jamur Ganoderma.sp diinokulasi pada media PDA (Potato Dextro agar) dan pemurniannya dengan cara mereplanting pada media PDA baru. Inokulum Ganoderma.sp diinokulasikan pada media kayu akasia lalu diinfeksikan pada tanaman kelapa sawit di pembibitan, lalu diamati perubahan yang terjadi sampai muncul gejala penyerangan.

Adapun variabel bebas pada penelitian ini adalah variasi ketebalan tanah sedangkan, variabel terikat adalah berapa lama gejala infeksi penyerangan jamur Ganoderma.sp mulai teramati.

Pengambilan data dilakukan dengan mengukur diameter batang dengan menggunakan jangka sorong, mengukur panjang daun, dan lebar daun.

1.7 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di laboratorium Biokimia FMIPA USU.


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jamur (Fungi)

Jamur adalah organisme eukariotik, berspora, tidak berklorofil, berupa sel atau benang – benang halus yang disebut dengan hifa. Kumpulan hifa disebut dengan miselium. Pada umumnya jamur berkembangbiak secara seksual dan aseksual. (Tjitrosoepomo,1994)

Karena jamur tidak mempunyai zat warna untuk melakukan fotosintesis dan kemosintesis, maka jamur mendapatkan makanannya untuk energi dan pembangunan tubuh dengan cara hidup sebagai parasit (pada organisme lain atau) atau sebagai saprofit (dengan menguraikan bahan organik yang mati).(Tjitrosoepomo,1994)

Sebagaimana organisme eukariotik lain, vesikel sitoplasma pada jamur berperan dalam pembentukan dinding sel. Vesikel ini berupa prekursor dan enzim yang dibutuhkan untuk pembuatan dinding sel. Dinding sel jamur disusun oleh polisakarida, protein dalam jumlah yang relative kecil, lemak dan ion – ion inorganik. Polisakarida pada jamur berbentuk mikrofibril. Mikrofibril merupakan struktur utama dari dinding sel jamur yang terdiri atas jalinan rantai – rantai polisakarida yang bersilangan membentuk anyaman. (Rajarathanam,1998)

Mikrofibril pada jamur tersusun dari kitin dan selulosa. Kitin merupakan polimer tidak bercabang dari N-Acetilglukosamin dan dihubungkan melalui ikatan β 1,4. Kitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel jamur kelas Ascomycetes, Basidiomycetes, deutromycetes,dan citridiomycetes. Selulosa adalah polimer tidak bercabang dari glukosa yang dihubungkan melalui ikatan 1,4 β – glikosida dan ada pada kelas Oomycetes, Basiodiomycetes, hyphochytridiomycetes dan Ascomycetes. (Garraway and Robert,1984)


(19)

2.2 Ganoderma.sp

Ganoderma.sp adalah Basidiomycetes, yang merupakan famili polyporaceae. Asal mulanya, jamur tersebut tumbuh pada kayu atau pokok – pokok yang tebal. Ganoderma.sp dapat diperoleh di gunung – gunung yang mempunyai kelembaban yang tinggi. Ganoderma.sp dalam bahasa Jepang dikenal dengan Reisi, sedangkan dalam bahasa Cina dikenal dengan “Ling zhi”. Ganoderma.sp juga disebut dengan “A one Medicine” karena tidak mengandung efek samping.

2.2.1 Jenis – jenis Ganoderma

Tabel 2.1 Jenis – Jenis Ganoderma Jenis Ganoderma Warna

G. Luchidum Merah

G. Sinense Hitam

G. Oregonense Biru G. Applanatum Putih

G. Tsugae Kuning

G. Neo-japanicum Ungu

2.2.2 Ciri – ciri Ganoderma :

2.2.2.1 Ganoderma lucidum : The Lingzhi atau Reishi

Ganoderma ini merupakan jamur yang paling terkenal. Ganoderma ini memiliki bentuk yang mirip dengan bentuk piring. Permukaannya mempunyai warna, dari merah kecoklat merah. Pada saat muda, lapisan luar berwarna putih kewarna kuning dan batangnya mempunyai warna yang sama.

2.2.2.2 Ganoderma tsugae

Bentuk Ganoderma ini lebih kurang sama dengan bentuk Ganoderma luchidum. Permukaan yang paling atas mempunyai warna merah orange yang berkilat. Pada


(20)

mulanya jamur berwarna putih, apabila semakin besar warnanya akan berubah menjadi kuning dan pada akhirnya berwarna merah orange.

2.2.2.3 Ganoderma boninense

Ganoderma ini berwarna dari ungu tua menjadi hitam dan Ganoderma memiliki batang yang panjang sekitar delapan inchi. Bentuknya seperti bentuk piring, permukaannya berwarna putih dan menjadi coklat bila tua.

2.2.2.4 Ganoderma aplanatum

Ganoderma ini tidak mempunyai batang dan tumbuh diatas batang – batang kayu. Jamur yang baru tumbuh berwarna kuning muda kecoklat, dan akhirnya berubah menjadi coklat bila tua.

2.2.2.5 Ganoderma oregonense

Ganoderma ini berwarna merah coklat keungu coklat dimana batangnya juga

mempunyai warna yang serupa.

2.2.3 Bentuk dan Sifat

Ganoderma.sp termasuk salah satu jamur kayu yang keberadaannya di Indonesia telah lama diketahui.Di Indonesia jamur ini dapat dijumpai di Jawa (kebun Raya Bogor, Gunung Gede, Kabupaten Garut), Riau, Pegunungan kerinci, Bali, Lombok, dan Sumbawa. Ganoderma.sp dapat ditemukan mulai dari ketinggian 300m dari permukaan laut hingga dataran tinggi. Dari 80 spesies Ganoderma.sp didunia yang telah diketahui berkhasiat obat, hanya spesies Ganoderma luchidum yang paling banyak digunakan sebagai obat karena mengandung bahan aktif berupa germanium hingga 2000ppm.

Ganoderma luchidum merupakan jenis jamur yang mempunyai badan buah. Bentuk badan buah Ganoderma lichidum seperti sendok atau alat mengambil sayur.


(21)

Jenis jamur ini memiliki tangkai yang membenam kedalam media atau substrat dengan ukuran panjang antara 3 – 10 cm. Diujung tangkai terdapat badan buah berbentuk setengah lingkaran.

Germanium merupakan unsur kimia yang dapat larut dalam air, memiliki sifat konduktor netral, dan mudah bersatu dengan electron lain. Dr. Li Shin-Chen, pakar farmasi cina dalam bukunya The Outline Of Herbal Medicine menggolongkan Ganoderma menjadi 6 jenis; lingzhi hitam, merah, ungu, putih, kuning, dan hijau. Dari 80 spesies Ganoderma.sp yang berkhasiat, hanya 6 jenis tadi yang diproses menjadi obat karena kandungan germaniumnya tidak kurang dari 800ppm.

Dilihat dari sifat hidupnya, Lingzhi termasuk jamur saprofitik karena tumbuh pada batang mati atau serbuk gergajian kayu. Selain itu, jamur lingzhi termasuk bersifat parasitik karena dapat tumbuh pada batang pohon yang masih hidup. Namun, pada akhirnya pohon yang ditumpanginya tersebut akan mati juga

2.2.3 Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Fungi

Phylum : Basidiomycota Kelas : Basidiomycetes Ordo : Polyporales Keluarga/Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma Spesies : Ganoderma sp

2.2.4 Kandungan Senyawa Aktif Dalam Ganoderma.sp

Ganoderma.sp adalah satu – satunya sumber yang dikenal dari suatu kelompok triterpen, dikenal sebagai asam yang ganoderik, yang mempunyai struktur molekular yang sama dengan hormon steroid. Ganoderma.sp merupakan suatu sumber dari


(22)

secara aktif biologis polisakarida yang dipercaya kaya akan khasiatnya sebagai obat, dan Ganoderma.sp juga mengandung :

Tabel 2.2 Kandungan senyawa aktif dalam Ganoderma.sp

Kandungan senyawa Aktif Ganoderma.sp

1. Polisakarida 7. Germanium

2. ergosterol 8. Vitamin

3. kumarin 9. Protein

4. lactones 10. Antikarsinogen

5. alkaloid 11. Antikanker/antitumor

6. asam ganoderik 12. Adenosin

(Suriawiria, 2001).

2.3. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit memiliki nama ilmiah Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari elaion yang dalam bahasa yunani berarti minyak. Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu Pantai Barat Afrika dan Jacq singkatan dari jacquin seorang Botanist dari amerika. Kelapa sawit berasal dari Afrika dan masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda yang ditanam di kebun raya Bogor. Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka pada 1911, yaitu di Sungai Liput (Aceh) , Kebun Tanah Itam Ulu dan Pulau Raja (Asahan) Sumatera.(Hadi,M.M,2004)

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang Utara – Sealatan 12o.Dan kelapa sawit juga tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, andosol, dan alluvial. Tanah yang baik untuk kelapa sawit berada pada pH 4,0 – 6,0 (Soehardjo, 1996).


(23)

Klasifikasi botani kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisio : Tracheophyta

Subdivisio : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotiledonae Ordo : Cocoideae Familia : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis gienensis Jacq Varietas : Dura, Psifera, Tenera

2.3.1. Bagian Tanaman

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, tanaman ini berumah satu atau monoecious, dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon. Bagian tanaman kelapa sawit, yaitu akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.

2.3.1.1. Akar

Akar pertama muncul dari biji yang telah berkecambah adalah radikula dengan panjang 15cm. Akar radikula tumbuh menjadi akar primer yang keluar dari bagian bawah batang dengan arah 45o dari permukaan tanah. Akar primer akan tumbuh menjadi akar skunder, tertier, dan kuarter yang berada dekat dengan permukaan tanah. Akar – akar tersebut berfungsi untuk menyerap air dan hara dari dalam tanah.

Akar sekunder dan akar tersier biasanya menyebar secara horizontal hingga radius yang sama dengan panjang daun, pada kedalaman kurang dari 150 cm, bahkan sebagian muncul kepermukaan tanah. Fungsi utama akar skunder adalah menjangkau unsur hara dan air dalam tanah.

Akar rambut adalah akar yang menempel pada akar sekunder dan tersier yang fungsi utamanya adalah menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah.(Hadi,M.M,2004)


(24)

2.3.1.2 Batang

Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dan dibalut oleh pangkal daun. Batang berbentuk silindris dengan diameter berkisar 45 – 60 cm pada tanaman dewasa. Batang belum terlihat sampai kelapa sawit berumur 3 tahun karena masih terbungkus pelepah yang belum tunas.

Bagian dalam batang merupakan serabut, yang dilengkapi jaringan pembuluh sebagai penguat batang dan menyalurkan hara. Fungsi batang adalah untuk menimbun hara dan pertumbuhan batang akan terlihat berubah diameternya bila terjadi flaktuasi dari status hara dalam tanaman tersebut.

2.3.1.3. Daun

Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun), pinnae (anak daun), dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varietas dan tipenya serta kondisi lingkungan. Rata – rata panjang pelepah tanaman dewasa dapat mencapai 9 m.

Jumlah anak daun pada satu pelepah berkisar antara 250 – 400 anak daun yang terletak dikiri kanan pelepah daun dan panjang dibandingkan anak daun yang letaknya diujung atau dipangkal. Setiap anak daun terdiri dari lidi dan dua helaian daun (lamina). Luas permukaan daun tanaman dewasa dapat mencapai 15 meter. Daun kelapa sawit berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan alat respirasi.

2.3.1.4. Bunga

Tanaman kelapa sawit setelah ditanam dilapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan, tergantung dari varietas dan tipe umur bibit serta kondisi lingkungan. Pembungaan kelapa sawit termasuk monococious artinya bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Tandan bunga jantan atau tandan bunga betina keluar dari setiap ketiak pelepah kelapa sawit.


(25)

2.3.1.5. Biji

Pembentukan buah terjadi setelah bunga betina dibuahi. Buah akan matang 5 – 6 bulan setelah terjadi penyerbukan. Jumlah buah dalam satu tandan bervariasi, tergantung umur tanaman. Pada tanaman dewasa satu tandan berisi ± 2000 buah (brondolan). Ukuran berat buah juga bervariasi, tergantung letaknya dalam tandan. Panjang buah dapat mencapai 5 cm dan beratnya 30 gram. Buah terdiri dari pericarp dan biji. Pericarp terdiri dari sabut (exocarp) dan daging buah (mesokarp) yang jika dipres akan mengeluarkan minyak. Biji dibalut oleh cangkang yang tebalnya tergantung dari jenis tanaman induknya dan inti dapat menghasilkan minyak inti sawit (Suyatno Risza,1994).

2.4 Penyakit – penyakit Pada Kelapa Sawit

Di Indonesia penyakit tanaman mulai mendapat perhatian dari pemerintah Hindia Belanda baru pada tahun 1877. Penyakit tumbuhan terjadi sebagai interaksi dari inang dengan patogen,dan lingkungan biotik serta abiotik yang lebih mendukung perkembangan dan penyebaran patogen. Hubungan patogen dengan inangnya lebih sering disebut sebagai hubungan parasitisme.(Meity suradji,2003)

2.4.1. Busuk Pangkal Batang

Penyakit busuk pangkal batang ini disebabkan oleh adanya jamur Ganoderma.sp.. Penyakit busuk pangkal batang dapat diketahui dari mahkota pohon. Dimana pohon ini mempunyai janur lebih banyak dari biasanya. Daun berwarna hijau pucat. Biasanya daun muda tidak membuka lebih dari tiga yang menyerupai tombak, pada masa lanjut dipangkal batang keluar badan buah (fruiting body), dan pokok – pokok yang terserang berat banyak yang tumbang sebelum mencapai umur ekonominya, dan juga produksi akan menurun secara drastis karena akar tanaman sudah berkurang fungsinya. Daun – daun tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung disekitar batang dan juga penyakit ini menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam. Pada penampang bagian batang yang terserang ini berwarna cokelat muda dengan jalur tidak teratur yang berwarna lebih gelap.


(26)

Pada waktu gejala pada daun mulai tampak, biasanya lebih dari separoh dari penampang pangkal batang membusuk. Dalam keadaan demikian tanaman sudah tidak dapat ditolong lagi.

Serangan Ganoderma.sp terhadap pohon kelapa sawit dimulai dengan infeksi akar, dan miselium kemudian menjalar ke pangkal batang, setelah itu penjalaran berlanjut sepanjang batang. Perkembangan jamur pada pangkal batang mengakibatkan berkurangnya aliran air dan unsur – unsur hara, dan laju berkurangnya semakin lama semakin besar. Oleh karena itu gejala yang tampak dari luar adalah layu daun dan gejala kekurangan hara.

Ganoderma.sp menular ketanaman sehat bila tanaman akar ini bersinggungan dengan tunggul pohon yang sakit.Meskipun Ganoderma.sp membentuk banyak tubuh buah, sampai sekarang peran sporanya belum diketahui dengan jelas. Namun pada umumnya dianggap bahwa spora tidak dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada tanaman kelapa sawit. Tetapi diduga spora jamur ini berkembang pada tunggul atau kayu – kayu, yang seterusnya bahan – bahan ini dapat menjadi sumber infeksi bagi kelapa sawit.Jadi spora lebih berfungsi untuk memencarkan sumber infeksi.

Dengan adanya penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp ini akan menyebabkan kerugian yang yang sangat besar yaitu pada areal seluas 1,4 juta hektar akan mencapai kerugian sebesar Rp.560 juta. Pengendalian penyakit ini sulit dilakukan karena serangannya sulit dideteksi.

http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_sawit.asp

2.4.2 Busuk Batang atas

Penyakit ini timbul pada tanaman yang berumur lebih dari 10 tahun, meskipun tanaman yang lebih muda mungkin terjangkit juga. Gejala – gejala tanaman ini adalah batang patah pada tinggi 1 meter atau lebih dari permukaan tanah. Pada bagian yang patah ini batang ternyata busuk.


(27)

Dibandingkan dengan pembusukan karena Ganoderma.sp, pada penyakit ini jaringan yang busuk berwarna coklat tua, sering dengan zone – zone yang lebih gelap, dan tampak seperti sarang lebah karena banyak mempunyai lubang.

Penyakit ini disebabkan oleh jamur phellinus noxius, yang juga disebut Fomes noxius Corner. Jamur ini sering disebut jamur akar coklat

2.4.3. Busuk Tandan

Penyebab busuk tandan adalah jamur Marasmius palmivorus. Dimana pada umumnya menyerang tanaman muda berumur 3 – 6 tahun. Pada tingkat awal infeksi terlihat benang – benang jamur berwarna putih mengkilat dipermukaan tandan buah. Dan pada tingkat serangan berat jamur telah masuk kedaging buah yang menyebabkan buah membusuk, warna buah menjadi coklat muda.(Haryono,2000)

2.5 Proses Penyerangan Patogen Terhadap Tumbuhan

Secara umum patogen menyerang tumbuhan dengan cara menghancurkan komponen penyusun sel inang dan merombak zat makanan yang terdapat didalam sel. Hal ini disebabkan karena adanya toksin berupa enzim yang bereaksi terhadap protoplasma dan mengganggu permeabilitas membran dan fungsi – fungsinya. Biasanya kontak pertama antara patogen dengan tumbuhan inang terjadi pada permukaan tumbuhan (dinding sel). Dinding sel tumbuhan terutama terdiri atas selulosa, kutikula, pektin, lignin, dan hemiselulosa.

2.5.1 Perusakan Dinding Sel Tumbuhan Inang 2.5.1.1 Kutikula

Kutikula terdiri atas kutin, satu poliester yang tidak larut dalam air. Kebanyakan dari kutikula adalah derivat hidroksi asam lemak dengan atom C16 dan C18. Enzim yang menguraikan kutin adalah kutinase. Dimana kutinase merupakan esterase yang dapat memutuskan hubungan ester antara molekul kutin dan melepaskan derivat – derivat asam lemak yang berasal dari kutin yang tak larut.


(28)

2.5.1.2 Selulosa

Setelah menembus kutikula secara enzimatik dan mekanis, jamur mencapai dinding luar sel yang terdiri dari selulosa. Kadar selulosa tumbuhan bervariasi dari sekitar 12 % pada jaringan tak berkayu seperti pada rumput – rumputan, 50% pada jaringan kayu dewasa dan sekitar 90% pada serat kapas.

Patogen menghancurkan selulosa dengan menghidrolisisnya menjadi molekul – molekul selebiosa dan selanjutnya akan menjadi glukosa oleh enzim selulase. Proses degradasi selulosa oleh enzim selulase ini dimulai dari pemutusan hubungan silang antara rantai – rantai selulosa oleh enzim satu selulase (C1). Selulase kedua (Exo-β-1,4-Glukanase dan endo-β-1,4-Glukanase) akan memecah selulosa menjadi rantai – rantai yang lebih pendek yaitu selebiosa. Kemudian selebiosa dipecah oleh enzim β-glukosidase menjadi glukosa. Patogen menghasilkan selulase untuk melunakkan dan menguraikan selulosa pada jaringan tumbuhan. Ini memudahkan penetrasi dan meluasnya patogen dalam jaringan dan menyebabkan rusak dan terurainya susunan sel. Selulase dihasilkan oleh jamur kelas Basidiomycetes.

Gambar.1 Struktur selulosa dan Produk uraiannya (selebiosa) (Trimurti dan Firdaus,2004)

2.5.1.3 Pektin

Pektin adalah bahan penyusun dinding sel yang paling penting setelah selulosa. Pektin adalah polisakarida yang sebagian besar terdiri dari rangkaian molekul galakturonan yang disertai dengan sejumlah kecil molekul galakturonan dan molekul ramnosa. Enzim pemecah pektin pada dinding sel tumbuhan adalah pektinase


(29)

yang memutuskan rantai pektin dengan menambahkan satu molekul air dan menghidrolisis molekul galakturonan.

2.5.1.4 Lignin

Lignin adalah polimer yang amorf, berbeda dengan karbohidrat dan protein dilihat dari susunan maupun sifatnya. Unit yang menjadi struktur dasar lignin adalah fenil propanoid. Jamur merusak lignin pada tumbuhan dengan menggunakan enzim ligninase.

2.5.1.5 Hemiselulosa

Sel mempunyai dinding primer yang banyak mengandung hemiselulosa, yaitu campuran kompleks dari polimer polisakarida yang tidak larut dalam air. Untuk menguraikan hemiselulosa jamur patogen menghasilkan enzim hemiselulase. ((Agrios,George.n.,1996)


(30)

BAB III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Alat – Alat

1. Alat – alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium 2. Neraca Analitis Metler P.M 400 3. Botol akuades

4. Autoklaf fiesher scientific

5. Inkubator Gallenkamp

6. Oven Gallenkamp

7. Ose 8. Pinset

9. Hot plate fiesher scientific 10. Jangka sorong

11. Kertas saring 12. Pipa PVC 13. Waterbath 14. Bunsen

3.2. Bahan – Bahan

1. Bibit Kelapa sawit

2. PDA (Potato Dextro Agar)

3. Alkohol Teknis

4. Akuades 5. Spiritus 6. Kayu akasia 7. Polybag 8. Tanah

9. Streptomycin sulfate 10. Aluminium Foil 11. Plastik polipropilen 12. Jamur Ganoderma.sp


(31)

3.3 Metode Penelitian 3.3.1. Pembuatan Media

3.3.1.1 Penyiapan Media PDA (Potato Dextro Agar)

Media yang digunakan adalah PDA (Potato Dextro Agar).11,7gram PDA ditambahkan 300 mL Akuades dalam gelas erlenmeyer, dipanaskan hingga mendidih.Disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 barr selama 2 jam.

3.3.1.2.Penyiapan Media Kayu Akasia

Kayu akasia dipotong dengan ukuran 4x10x5 cm. Dimasukkan kedalam Plastik PP (polypropilen) tahan panas dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 barr selama 2 jam.

3.3.2. Penyiapan Inokulum Jamur Ganoderma.sp

Jamur Ganoderma.sp dipotong dengan ukuran 1x1x1 cm. Direndam dengan clorox 0,75% dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4, 5 menit. Diinokulasikan kedalam media PDA (Potato Dextro Agar). Jamur diinkubasi dalam Inkubator dengan suhu 27oC selama 6 hari. Kemudian direplanting kedalam media PDA baru.diinkubasi pada suhu 27oC selama 6 hari.

3.3.3. Penyiapan Inokulum Pada Media Kayu Akasia

Biakan murni jamur Ganoderma.sp diinokulasikan ke media kayu akasia yang telah disterilisasi, diinkubasi dalam Inkubator pada suhu 27oC selama 6 hari.

3.3.4. Infeksi Jamur Ganoderma.sp Pada Kelapa Sawit

Miselia jamur Ganoderma.sp pada kayu akasia dimasukkan dalam polybag yang berisi tanah secukupnya. Ditambahkan tanah dengan variasi 5, 10, 15cm dari atas kayu akasia.lalu ditanam bibit kelapa sawit diatasnya. Diamati perubahannya.


(32)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1.Pembuatan Media PDA (Potato Dextro Agar)

ditambahkan 300 mL akuades dalam gelas erlenmeyer

dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk diautoklaf pada suhu 121oC dan tekanan 2 barr selama 2 jam

3.4.2.Inokulasi Jamur Ganoderma.sp

dipotong 1x1x1 cm

direndam dengan klorox 0,75% dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4, 5 menit

diangkat

dicuci dengan akuades

dikering anginkan diatas kertas saring didalam cawan petri

diinokulasikan ke media Potato Dextro Agar diinkubasi pada suhu 27o

C selama 6 hari

Jamur

Ganoderma.sp

Inokulum Ganoderma.sp

Hasil 11,7 g PDA


(33)

3.4.3.Pemurnian Inokulasi Jamur Ganoderma.sp

direplanting dalam media PDA baru dalam cawan petri

diinkubasi pada Inkubator pada suhu 27o 6 hari

C selama

3.4.4.Inokulasi Pada Media Kayu

dipotong dengan ukuran 4 x 10 x 5 cm dilubangi bagian tengahnya

dimasukkan dalam plastik Polipropilen tahan panas disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121o

tekanan 2 bar selama 2 jam

C dan

ditambahkan media PDA pada lubang kayu akasia

diinokulasikan miselia jamur Ganoderma.sp kedalam media kayu

diinkubasi pada suhu 27o

C selama 6 hari Inokulum

Ganoderma.sp pada media PDA

Hasil

Kayu Akasia

Media Kayu Akasia

Miselia Jamur Ganoderma.sp pada


(34)

3.4.5. Penularan Jamur Ganoderma.sp Pada Bibit Kelapa Sawit

ditambahkan tanah kedalam polybag dimasukkan miselium dengan ketebalan tanah 10 cm Ganoderma.sp pada ditana bibit kelapa sawit sehingga media kayu akasia

diperoleh ditambahkan tanah

dengan ketebalan 5, 10, 15 cm

ditanam bibit kelapa sawit

diatasnya sehingga diperoleh

diamati diamati diamati diamati perubahannya perubahannya perubahannya perubahan nya

Polybag yang telah diisi tanah secukupnya

Kelapasawit I

sebagai blanko Kelapa sawit II dengan ketebalan tanah 5cm dari

permukaan kayu akasia

Kelapa sawit III dengan

ketebalan tanah 10cm dari permukaan kayu akasia

Kelapa sawit IV dengan

ketebalan tanah 15cm dari permukaan kayu akasia


(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian pengaruh variasi ketebalan tanah dengan ketebalan tanah 5 cm, ketebalan tanah 10 cm, dan ketebalan tanah 15 cm dengan munculnya penyakit busuk pangkal batang yang diaplikasikan pada tanaman kelapa sawit yang telah diinfeksikan jamur Ganoderma.sp serta tanaman kelapa sawit tanpa infeksi jamur Ganoderma.sp memberikan hasil yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 4.1.Data hasil pengamatan tanaman kelapa sawit dengan ketebalan tanah 5 cm

Waktu Perlakuan Jenis pengamatan

(minggu) Blanko (control) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 Sampel 5

I Diameter Batang 1,3 1,1 1,0 1,0 1,2 1,2

Panjang Daun 11,0 8,8 9,1 10,9 7,9 10,3

Lebar Daun 1,9 1,2 1,2 1,2 1,0 1,1

(Data selengkapnya disajikan pada lampiran1)

Tabel 4.2. Data hasil pengamatan tanaman kelapa sawit dengan ketebalan tanah 10 cm

Waktu Perlakuan Jenispengamatan

(minggu) Blanko (control) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 sampel 5

I Diameter Batang 1,2 1,0 1,0 0,9 0,8 1,2

Panjang Daun 11,2 9,6 8,1 9,8 10,1 11,4

Lebar Daun 1,7 1,2 1,9 1,5 1,5 1,8

(Data selengkapnya disajikan pada lampiran1)

Tabel 4.3. Data hasil pengamatan tanaman kelapa sawit dengan ketebalan tanah 15 cm

Waktu Perlakuan Jenis Pengamatan

(minggu) Blanko (control) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 sampel 5

I Diameter Batang 1,0 1,0 1,1 1,0 1,2 1,1

Panjang Daun 9,8 10,2 11,9 12,6 12,2 9,7

Lebar Daun 1,5 1,6 1,4 1,5 1,7 1,5

(Data selengkapnya disajikan pada lampiran1)


(36)

Ganoderma.sp merupakan jamur tanah hujan tropik yang bersifat saprofit dan juga bersifat patogenik bila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh didekatnya, yang mengakibatkan penyakit busuk pangkal batang yang dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman tua.

Oleh karena itu, pada penelitian ini telah dilakukan inokulasi pada media potato dextro agar (PDA). Kemudian inokulum jamur Ganoderma.sp pada media PDA dinokulasikan pada media kayu akasia, sebagai sumber infeksi bagi tanaman kelapa sawit. Agar dapat menginfeksi akar tanaman sehat, jamur harus mempunyai nutrisi (makanan) yang cukup. Dalam percobaannya dengan tanaman bibit kelapa sawit, Navaratman (1966) dan Chee (1965) membuktikan bahwa terjadinya infeksi memerlukan inokulum (penular) yang paling sedikit berukuran 750cm3. Sedangkan untuk pohon yang lebih besar diperlukan inokulum yang lebih besar pula.(Haryono.S,2000)

Dari hasil pengamatan, pada kelapa sawit yang telah diinfeksikan jamur Ganoderma.sp dengan ketebalan tanah 5cm telah menunjukkan gejala – gejala penyerangan penyakit busuk pangkal batang pada minggu ke-8 (hari ke 60). Hal ini ditandai dengan daun – daun muda yang tidak membuka sehingga terbentuk seperti tombak, tanaman yang terserang terlihat lebih pucat, daun – daun tua layu dan patah terlebih dahulu dan menggantung disekitar batang. Selanjutnya dapat mengakibatkan tanaman tumbang.

Hal ini disebabkan karena melapuknya jaringan kayu pada bagian pangkal batang.(Haryono,2000). Dan untuk kelapa sawit pada ketebalan tanah 10 cm telah menunjukkan gejala – gejala penyerangan pada bulan ke 2 minggu ke 4 dan mati pada bulan ke 4 minggu ke 2, sedangkan pada ketebalan tanah 15 cm telah menunjukkan gejala penyerangan pada bulan ke 4 minggu ke 3 dan mati pada bulan ke 6. Hal ini diasumsikan bahwa jamur Ganoderma.sp merupakan jamur tular tanah yang bersifat saprofit, yang dapat hidup pada sisa – sisa atau bahan – bahan organik mati. Dimana jamur Ganoderma.sp akan menghasilkan enzim selulase yang akan mendegradasi selulosa pada kayu kelapa sawit dengan menghidrolisisnya menjadi molekul –


(37)

molekul glukosa, dimana enzim yang berperan adalah enzim selulase. secara umum proses degradasi selulosa dapat dilihat seperti bagan dibawah ini :

Gambar.2 Perombakan selulosa oleh enzim selulase (Trimurti dan Firdaus,2004)

Satu selulase (C1) akan memutuskan hubungan silang antara rantai – rantainya. Selulase kedua (Exo-β-1,4-Glukanase dan endo-β-1,4-Glukanase) akan memecah selulosa menjadi rantai – rantai yang lebih pendek yaitu selebiosa. Kemudian selebiosa dipecah oleh enzim β-glukosidase menjadi glukosa.(Trimurti dan Firdaus,2004). Dan glukosa inilah yang akan diserap oleh Ganoderma.sp sebagai sumber nutrisi untuk pertumbuhannya. Sehingga jamur Ganoderma.sp mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan akan menyerang tanaman kelapa sawit dengan ketebalan 10 cm dan 15 cm sedikit lebih cepat karena memiliki nutrisi (makanan) yang cukup untuk pertumbuhannya. Secara umum perombakan selulosa oleh Ganoderma.sp dapat dilihat pada skema dibawah ini

Hal ini ditandai dengan hasil pengukuran diameter batang, panjang daun, dan lebar daun yang tidak jauh berbeda yaitu pada tanaman kelapa sawit ketebalan 5 cm memiliki rata – rata diameter batang 1,6 cm, panjang daun 14 cm, dan lebar daun 2,94 cm.Untuk ketebalan tanah 10 cm memiliki rata – rata diameter batang 1,8 cm, panjang daun 16,28 cm, dan lebar daun 3,04. Dan ketebalan tanah 15 cm memiliki rata – rata diameter batang 2,04, panjang daun 17,2 cm, dan lebar daun 3,42. Sedangkan untuk blanko memiliki rata – rata diameter batang 3,34 cm, panjang daun 21,87 cm, dan lebar daun 4,23 cm.


(38)

Berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh susanto bahwa pokok–pokok yang terserang penyakit busuk pangkal batang oleh Ganoderma.sp biasanya akan mati pada masa 6 – 12 bulan.


(39)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian mengenai Pengaruh Variasi ketebalan tanah pada uji Patogenisitas Ganoderma.sp terhadap munculnya penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq) dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Biakan murni jamur Ganoderma.sp dapat diperoleh dengan cara mengisolasi jamur Ganoderma.sp pada media selektif yaitu media Potato Decstro Agar (PDA) dan dilakukan pemurnian dengan cara mereplanting jamur Ganoderma.sp pada media PDA baru.

2. Dari hasil yang diperoleh dilapangan, tanaman kelapa sawit yang telah diinfeksikan jamur Ganoderma.sp dengan ketebalan tanah 5 cm lebih dahulu

menunjukkan tanda – tanda penyerangan akibat penyakit busuk pangkal batang oleh jamur Ganoderma.sp yaitu pada bulan ke 2, minggu ke 2. Sedangkan untuk ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm menunjukkan gejala-gejala penyerangan lebih cepat dibandingkan dengan ketebalan tanah 5 cm,yaitu pada bulan ke 2, minggu ke 4 dan mati pada bulan bulan ke 4 minggu ke 2 dan ketebalan 15 cm pada bulan 4 minggu ke 3 dan mati pada bulan ke 6.Hal ini disebabkan karena Ganoderma.sp telah mengalami fase adaptasi, sehingga Ganoderma.sp akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dan akan menyerang kelapa sawit pada ketebalan tanah 10 cm dan 15 cm.

5.2. Saran

1. Disarankan kepada perkebunan – perkebunan kelapa sawit agar kelapa sawit yang ditanam pada lahan bekas kelapa sawit harus dibersihkan terlebih dahulu dan harus dilakukan pembakaran tunggul – tunggul bekas tanaman kelapa sawit, untuk mencegah tumbuhnya jamur Ganoderma.sp akibat perkembangbiakan dari spora Ganoderma.sp yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang.


(40)

2. Disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai cara pembasmian penyakit busuk pangkal batang oleh jamur Ganoderma.sp pada tanaman kelapa sawit.


(41)

Abadi,A.L. 1987. Biologi Ganoderma Boninense Pada Kelapa Sawit (Elaeis gueneensis Jacq) dan Pengaruh Beberapa Mikroba Tanah Antagonis terhadap Pertumbuhannya. Disertasi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Agrios,George.N.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan.Yogyakarta:Gadjah mada university Garraway.M.O and Evans.Robert.C.1984.Fungal Nutrition And Physiology,John

Willey and Sons, NewYork

Hadi,M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit.Edisi Pertama. Jakarta: Adicita Karya Nusa.

Hasyim,K. 1993. Basal Stem Rot Oil palm Cause by Ganoderma boninense. Unupdate. PORIM Intl.Palm Oil Congr.Agricultur

Rajarathanam.S.,M.N.J.Shashriekha an Z.Bano.1998.Biodegradative and Biosynthetic Capacities Of Mushrooms.Present and future Strategies.Crit.Rev.Biotech Risza,S. 1994. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktivitas, Yogyakarta: Kanisius Semangun,H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjahmada

University Press.

Soehardjo,H.H, Ishak,R.,Budiana,Lubis,E., Budiana, S., dan Kusumahadi, 1996, Vademecum Kelapa Sawit, PT. Perkebunan Nusantara IV, Bahjambi, Pematang Siantar.

Suriawiria,U. 2001. Budidaya Lingzhi dan Maitake Jamur Berkhasiat Obat. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Tjitrosoepomo,G. 1994. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjahmada University Press

Trimurti.h dan Firdaus.r.2004.Bakteri Patogenik Tumbuhan.Padang:andalas university Press

Turner. 1981. Oil Palm Diseases and Disorder. Kuala lumpur: Oxford University Press

Januari 2007.

http://www.ipard.com/penelitian/penelitian_sawit.asp 7


(42)

Tabel 4.1.Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit Ketebalan Tanah 5cm

Waktu Perlakuan

Jenis Pengamatan (minggu)

Blanko (kontrol)

Sampel 1

Sampel 2

Sampel 3

Sampel 4

Sampel 5


(43)

I Diameter Batang 1,3 1,1 1,0 1,0 1,2 1,2

Panjang Daun 11,0 8,8 9,1 10,9 7,9 10,3

Lebar Daun 1,9 1,2 1,2 1,2 1,0 1,1

II Diameter Batang 1,3 1,1 1,0 1,1 1,3 1,2

Panjang Daun 11,7 9,0 10,2 11,0 8,1 11,1

Lebar Daun 2,0 1,2 1,3 1,2 1,1 1,1

III Diameter Batang 1,8 1,2 1,1 1,1 1,3 1,3

Panjang Daun 12,2 10,8 11,0 12,0 8,7 12,5

Lebar Daun 2,2 1,3 1,5 1,3 1,1 1,2

IV Diameter Batang 2,0 1,2 1,1 1,15 1,4 1,3

Panjang Daun 14,1 12,7 12,5 13,5 9,0 13,2

Lebar Daun 2,8 1,5 1,5 1,3 1,2 1,2

V Diameter Batang 2,7 1,3 1,15 1,15 1,5 1,5

Panjang Daun 15,2 13,0 13,1 14,1 9,0 13,7

Lebar Daun 3,5 1,7 1,5 1,5 1,4 1,5

VI Diameter Batang 2,7 1,32 1,15 1,25 1,60 1,57

Panjang Daun 16,8 14,2 13,1 14,0 9,1 14,0

Lebar Daun 4,0 1,9 1,6 2,0 1,7 1,7

VII Diameter Batang 3,0 1,4 1,20 1,25 1,75 1,60

Panjang Daun 17,1 14,7 13,8 14,5 9,3 14,1

Lebar Daun 4,2 2,5 1,8 2,2 2,0 2,1

VIII Diameter Batang 3,1 1,5 1,25 1,30 1,8 1,60

Panjang Daun 17,5 15,1 14,1 15,0 9,7 14,5

Lebar Daun 4,7 2,5 2,0 2,8 2,3 2,5

IX Diameter Batang 3,3 1,51 1,25 1,30 1,84 1,62

Panjang Daun 18,2 15,0 14 15,2 10,0 14,5

Lebar Daun 4,0 3,2 2,0 3 2,3 3

X Diameter Batang 3,39 1,53 1,35 1,35 1,85 1,75

Panjang Daun 19,3 15,2 14,4 15,4 10,2 14,5

Lebar Daun 4,0 3,2 2,3 3,1 2,3 3

XI Diameter Batang 3,41 1,65 1,35 1,35 1,9 1,75

Panjang Daun 19,8 15,2 14,5 15,4 10,4 14,5

Lebar Daun 4,3 3,2 2,3 3,1 2,9 3,2

Tabel 4.2.Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit Ketebalan Tanah 10cm

Waktu Perlakuan JenisPengamatan

(minggu) Blanko (kontrol) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 sampel 5


(44)

I Diameter Batang 1,2 1,0 1,0 0,9 0,8 1,2

Panjang Daun 11,2 9,6 8,1 9,8 10,1 11,4

Lebar Daun 1,7 1,2 1,9 1,5 1,5 1,8

II Diameter Batang 1,4 1,1 1,1 1,0 1,0 1,3

Panjang Daun 11,9 10,2 8,4 10,2 10,8 11,8

Lebar Daun 2,1 1,3 2,1 1,9 1,6 2,1

III Diameter Batang 1,5 1,1 1,2 1,1 1,1 1,35

Panjang Daun 12,6 11,9 8,9 11,3 11,2 12,3

Lebar Daun 2,2 1,5 2,3 2,1 1,9 2,4

IV Diameter Batang 1,5 1,2 1,3 1,1 1,2 1,4

Panjang Daun 15,4 12,1 9,5 11,9 12,1 13,1

Lebar Daun 2,5 1,8 2,5 2,1 2,1 2,9

V Diameter Batang 1,9 1,2 1,4 1,2 1,25 1,5

Panjang Daun 16,1 12,6 10,7 12,3 12,8 14,5

Lebar Daun 2,6 2,2 2,7 2,2 2,3 3,0

VI Diameter Batang 2,2 1,3 1,6 1,2 1,3 1,6

Panjang Daun 16,7 13,9 11,5 12,8 13,3 14,9

Lebar Daun 2,8 2,2 2,9 2,2 2,5 3,3

VII Diameter Batang 2,4 1,35 1,7 1,3 1,5 1,7

Panjang Daun 17,5 14,1 11,9 13,9 13,8 15,2

Lebar Daun 3,1 2,4 3,0 2,2 2,5 3,4

VIII Diameter Batang 2,8 1,4 1,7 1,5 1,6 1,8

Panjang Daun 17,8 14,7 12,5 14,2 24,5 15,7

Lebar Daun 3,6 2,5 3,1 2,3 2,7 3,4

IX Diameter Batang 2,9 1,5 1,8 1,6 1,8 1,5

Panjang Daun 18,9 15,2 13,7 15,6 15,0 16,5

Lebar Daun 3,8 2,7 3,1 2,3 2,8 3,5

X Diameter Batang 3,1 1,5 14,6 1,7 1,9 2,1

Panjang Daun 19,3 15,9 1,9 16,1 15,1 17,3

Lebar Daun 4,3 2,9 3,2 2,4 2,9 3,1

XI Diameter Batang 3,6 1,5 1,8 1,7 1,9 2,1

Panjang Daun 19,9 16,2 15,3 16,7 15,3 17,9

Lebar Daun 4,5 3,1 3,2 2,5 2,9 3,5

Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Tanaman Kelapa Sawit Ketebalan Tanah 15cm

Waktu Perlakuan Jenis Pengamatan

(minggu) Blanko (kontrol) Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4 sampel 5


(45)

I Diameter Batang 1,0 1,0 1,1 1,0 1,2 1,1

Panjang Daun 9,8 10,2 11,9 12,6 12,2 9,7

Lebar Daun 1,5 1,6 1,4 1,5 1,7 1,5

II Diameter Batang 1,2 1,1 1,2 1,1 1,2 1,2

Panjang Daun 11,2 11,8 12,5 12,9 12,7 11,2

Lebar Daun 1,5 1,7 1,5 1,6 2,1 1,7

III Diameter Batang 1,3 1,2 1,2 1,6 1,3 1,3

Panjang Daun 11,9 12,4 13,7 13,2 13,1 11,6

Lebar Daun 1,6 1,9 1,6 1,6 2,4 2,1

IV Diameter Batang 1,5 1,2 1,3 1,2 1,4 1,4

Panjang Daun 14,7 12,8 14,1 13,5 13,4 11,8

Lebar Daun 1,8 1,9 1,6 1,7 2,6 2,5

V Diameter Batang 1,6 1,2 1,4 1,2 1,5 1,4

Panjang Daun 15,1 13,2 14,6 13,7 13,5 12,3

Lebar Daun 1,9 2,4 1,9 1,9 2,9 2,7

VI Diameter Batang 1,8 1,4 1,5 1,3 1,5 1,5

Panjang Daun 17,2 13,7 15,3 13,9 13,8 12,7

Lebar Daun 2,5 2,6 2,1 2,1 3,1 2,9

VII Diameter Batang 1,9 1,4 1,5 1,3 1,6 1,7

Panjang Daun 18,6 14,9 15,8 14,2 14,3 13,1

Lebar Daun 2,7 2,9 2,6 2,2 3,3 3,0

VIII Diameter Batang 2,9 1,5 1,7 1,4 1,6 1,8

Panjang Daun 20,1 16,1 16,9 14,7 14,5 13,3

Lebar Daun 2,7 3,1 2,9 2,2 3,4 3,1

IX Diameter Batang 3,0 1,6 1,8 1,4 1,7 1,9

Panjang Daun 22,3 16,9 17,1 15,1 14,9 13,5

Lebar Daun 3,0 3,5 3,2 2,6 3,6 3,1

X Diameter Batang 3,2 1,8 1,9 1,5 1,8 2,1

Panjang Daun 23,9 17,2 17,9 15,4 15,4 13,6

Lebar Daun 3,6 3,7 3,4 2,7 3,6 3,2

XI Diameter Batang 3,0 2,3 1,95 1,65 1,8 2,5

Panjang Daun 25,9 19.8 18,5 16,7 16,2 14,8


(46)

Gambar 3. Jamur Ganoderma.sp

Gambar 4. Inokulasi Jamur Ganoderma.sp Gambar 5. Inokulasi Jamur Ganoderma.sp pada media PDAdengan perendaman pada media PDA dengan perendaman klorox 0,75% selama selama 1 menit klorox 0,75% selama 2 menit

Gambar 6. Inokulasi Jamur Ganoderma.sp pada media PDA dengan perendaman klorox 0,75% selama 3 menit

Gambar 7.Inokulasi Jamur Ganoderma.sp Gambar 8. Inokulasi Jamur Ganoderma.sp pada media PDA dengan perendaman pada media PDA dengan perendaman


(47)

Gambar 9. Replanting Jamur Ganoderma.sp pada media Potato decstro agar (PDA)


(48)

Gambar 11. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 2 minggu

Gambar 12. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 2 minggu


(49)

Gambar 14. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 4 minggu

Gambar 15. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 4 minggu

Gambar 16. sampel dan blanko ketebalan 15cm umur 2 bulan 4 minggu


(50)

Gambar 16.Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 2 minggu

Gambar 17. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 2 minggu


(51)

Gambar 19. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 4 minggu

Gambar 20. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 4 minggu


(52)

Gambar 22. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 4 bulan 2 minggu

Gambar 23. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 4 bulan 2 minggu


(53)

Gambar 25. Jamur Ganoderma.sp yang tumbuh diatas permukaan


(1)

Gambar 11. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 2 minggu

Gambar 12. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 2 minggu


(2)

Gambar 14. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 2 bulan 4 minggu

Gambar 15. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 2 bulan 4 minggu

Gambar 16. sampel dan blanko ketebalan 15cm umur 2 bulan 4 minggu


(3)

Gambar 16.Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 2 minggu

Gambar 17. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 2 minggu


(4)

Gambar 19. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 3 bulan 4 minggu

Gambar 20. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 3 bulan 4 minggu


(5)

Gambar 22. Sampel dan blanko ketebalan 5cm umur 4 bulan 2 minggu

Gambar 23. Sampel dan blanko ketebalan 10cm umur 4 bulan 2 minggu


(6)

Gambar 25. Jamur Ganoderma.sp yang tumbuh diatas permukaan