11
4. Penularan melalui vektor, misalnya nyamuk, lalat, tikus, dan kutu
Nasution, 2012
2.1.3. Pencegahan Terjadinya Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini membutuhkan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring, dan program yang termasuk:
1. Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara mencuci
tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan aseptik, sterilisasi dan desinfektan
2. Mengontrol resiko penularan dari lingkungan
3. Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang
cukup, dan vaksinasi 4.
Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif 5.
Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit, dan mengontrol penyebarannya Ducel
et al
., 2002
2.2. Bakteri
2.2.1. Definisi Bakteri
Bakteri termasuk dalam golongan prokariota, ukurannya sangat kecil dalam ukuran mikron dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Bentuk
bakteri bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat kokus, batang basil, dan ada yang berbentuk spiral. Inti dari bakteri terdiri atas DNA dan RNA, dan tidak
memiliki pembungkus inti. Dinding selnya terdiri atas peptidoglikan, berkembangbiak secara belah pasang, dapat dibiakkan pada perbenihan buatan
serta dapat dihambat dengan antibiotika. Beberapa bakteri ada yang dapat bergerak aktif karena memiliki flagela Dzen
et al
., 2003. Bakteri adalah organisme terkecil yang dapat hidup bebas. Masing-masing
spesies bakteri yang berbeda yang mendiami atau menginfeksi manusia berkisar dari 0,1 sampai 10 µm. Sebagian besar bakteri berbentuk bulat memiliki diameter
0,5 sampai 2 µm, dan sel berbentuk batang pada umumnya 0,2 sampai 2 µm. ukuran yang kecil dan hampir tidak berwarna merupakan sifat dasar dari bakteri
Universitas Sumatera Utara
12
sehingga membutuhkan pewarnaan untuk visualisasi dengan mikroskop cahaya atau menggunakan mikroskop elektron Pottinger
et al
., 2014. Bentuk morfologi yang utama adalah bulat, batang, bengkok atau batang
bengkok, dan spiral. Bakteri berbentuk bulat atau oval disebut cocci dan tersusun bergerombol atau rantai. Bakteri berbentuk batang disebut bacilli dan dapat
tersusun lurus atau melengkung. Bacilli yang kecil dan pleomorfik menyerupai cocci biasa disebut coccobacilli. Bakteri yang berbentuk spiral dapat kaku atau
fleksibel dan bergelombang Pottinger
et al
., 2014.
2.2.2. Struktur Bakteri
Gambar 2.1. Struktur Bakteri Pottinger
et al
., 2014 1.
Inti atau nukleus Badan inti tidak mempunyai dinding inti atau membran inti. Di
dalamnya terdapat benang DNA DNA fibril. Benang DNA ini disebut kromosom yang panjangnya kira-kira 1 mm Assani, 2010.
Kromosom sebagai pusat informasi genetik yang mengatur semua kegiatan dari bakteri tersebut, termasuk metabolisme maupun yang
Universitas Sumatera Utara
13
menentukan sifat resistensi terhadap suatu antimikroba. Sel bakteri terkadang juga mempunyai materi genetik ekstrakromosom yang berupa
small cyclic
DNA yang berada diluar inti dan disebut plasmid. Plasmid secara otonom dapat mengadakan replikasi serta dapat berpindah tempat
atau dipindahkan dari satu bakteri ke bakteri yang lain. Contoh plasmid adalah
R-plasmid
yang membawa sifat resisten terhadap suatu antibiotika Dzen
et al
., 2003. 2.
Sitoplasma Sel prokariota tidak mempunyai mitokondria atau kloroplas
sehingga enzim-enzim untuk transpor elektron tidak bekerja di membran sel tetapi pada lamelae yang berada di bawah membran sel Assani, 2010.
3. Membran Sitoplasma
Disebut juga membran sel yang komposisinya terdiri dari fosfolipid dan protein. Membran sel dari semua jenis prokariota tidak
mengandung sterol, kecuali Genus
Mycoplasma
. Di tempat-tempat tertentu pada membran sitoplasma terdapat cekungan atau lekukan ke dalam
convoluted invagination
yang disebut mesosom. Ada dua jenis mesosom: i.
Septal mesosom: berfungsi dalam pembelahan sel. Kromosom bakteri DNA melekat pada septal mesosom.
ii. Lateral mesosom Assani, 2010.
Membran sitoplasma adalah lapisan tipis yang terletak disebelah dalam dinding sel, tersusun oleh 60 protein dan 40 lipid yang
umumnya berupa fosfolipid. Membran sitoplasma merupakan barier yang fungsinya mengatur keluar masuknya bahan-bahan dari dalam sel atau dari
luar sel, dan hanya bahan-bahan tertentu saja dapat melewatinya. Sifat tersebut dinamakan semipermeabilitas membran sitoplasma.
Bahan-bahan yang dapat melewati membran sitoplasma antara lain adalah air, asam amino, beberapa gula sederhana; sedangkan protein tidak
dapat melewati membran sitoplasma karena molekulnya besar. Bahan- bahan yang larut dalam lemak dengan mudah dapat keluar masuk sel,
sedangkan ion-ion masuk ke dalam sel melalui kanal-kanal tertentu.
Universitas Sumatera Utara
14
Masuknya bahan-bahan ke dalam sel juga dapat menggunakan
protein carrier
protein pembawa. Fungsi membran sitoplasma yang lain adalah mengatur masuknya
bahan-bahan makanan atau nutrisi yang diperlukan bakteri untuk menghasilkan energi. Pada membran sitoplasma bakteri, dapat ditemukan
enzim-enzim yang mampu mengkatalisir reaksi kimia yang berkaitan dengan proses pemecahan
breakdown
bahan makanan untuk menghasilkan energi.
Membran sitoplasma juga merupakan target dari beberapa jenis antimikroba, misalnya golongan polimiksin. Sedangkan, bahan-bahan
kimia yang dapat merusak dinding sel juga dapat merusak membran sitoplasma misalnya alkohol dan amonium kwaterner. Selain itu, membran
sitoplasma juga ikut berperan dalam reaksi pewarnaan Dzen
et al
., 2003. 4.
Dinding Sel Struktur dan fungsi dinding bakteri adalah tanda dari prokariot.
Dinding sel bertanggung jawab atas bentuk sel bakteri. Dinding ini melindungi sel dari gangguan mekanik dan dari ledakan yang disebabkan
oleh tekanan turgor akibat hipertonisitas di dalam sel yang berhubungan dengan lingkungan Pottinger
et al
., 2014. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfer,
karena adanya transpor aktif yang menyebabkan tingginya konsentrasi larutan di dalam sel. Karena adanya dinding sel kuman yang relatif sangat
kuat, maka meskipun tekanan osmotiknya tinggi, sel kuman tidak pecah Assani, 2010. Dinding sel bakteri terlihat kuat karena adanya komposisi
lapisan yang mengandung berbagai substansi misalnya
murein
,
mucopeptide
, atau peptidoglikan semua adalah sinonim Brooks
et al
., 2001.
Selain berfungsi untuk mempertahankan bentuk bakteri, dinding sel juga berfungsi dalam menentukan sifat pewarnaan, antigenisitas
maupun patogenisitas bakteri. Struktur dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan bakteri Gram negatif. Dinding sel bakteri dapat dirusak
Universitas Sumatera Utara
15
oleh antibiotika yang bekerja pada dinding sel misalnya golongan penisilin dan sefalosporin. Bahan lain yang dapat merusak dinding sel bakteri antara
lain adalah enzim lisozim yang terdapat pada air mata, lapisan mukosa, dan saliva Dzen
et al
., 2003. Dinding sel memainkan peran penting dalam pembelahan sel dan
juga membantu memulai biosintesanya sendiri. Pada lapisan dinding sel terdapat elemen antigenik utama permukaan sel, dan salah satu
komponennya lipopolisakarida dinding sel gram negatif yang berfungsi aktif sebagai endotoksin nonspesifik dari bakteri gram negatif Brooks
et al
., 2001. Endotoksin akan dilepas bila bakteri tersebut selnya rusak atau bakteri tersebut mati Dzen
et al
., 2003. 5.
Kapsul Banyaknya sel bakteri mengelilingi dirinya dengan satu hidrofilik
gel atau jenis lainnya. Kapsul hidrofilik biasanya polisakarida. Kapsul memberikan beberapa proteksi untuk bakteri. Tetapi fungsi utamanya pada
bakteri patogen adalah proteksi dari sistem imun. Kapsul tidak berperan dalam pertumbuhan dan multiplikasi. Sintesis kapsul sangat bergantung
pada kondisi pertumbuhan Pottinger
et al
., 2014. Kapsul merupakan suatu lapisan tipis, berada diluar dinding sel dan
secara kimiawi tersusun atas polisakharida, polipeptida, atau kedua- duanya. Kapsul tidak dimiliki oleh semua bakteri dan kekompleksan
susunan kimiawinya tergantung dari spesies bakteri. Kapsul dapat melindungi bakteri dari proses fagositosis. Kapsul juga menentukan
derajat keganasan atau virulensi bakteri, artinya bakteri yang mempunyai kapsul lebih virulen dibandingkan yang tidak memiliki kapsul. Selain itu,
kapsul juga bersifat antigenik Dzen
et al
., 2003. 6.
Flagel Flagel adalah bagian kuman yang berbentuk seperti benang, yang
umumnya terdiri dari protein dengan diameter 12-30 nanometer. Flagel adalah alat pergerakan Assani, 2010. Flagela tersusun dari protein yang
disebut flagelin. Flagel dapat menyebar di sekeliling sel disebut
Universitas Sumatera Utara
16
peritrichous
dari bahasa Yunani
trichos
adalah rambut, pada satu kutub polar atau
monotrichous
, atau pada kedua ujung sel
lophotrichous
. Panjangnya sampai 20 µm, tipis, kaku, dan masing-masing berbentuk
spiral Pottinger
et al
., 2014. 7.
Pili atau
fimbriae
Pili atau
fimbriae
adalah struktur tambahan yang melekat pada permukaan dinding sel tetapi lebih pendek dari flagella serta lebih halus.
Pili tersusun dari protein yang disebut pilin dan biasanya dimiliki oleh bakteri Gram negatif. Pili yang berfungsi sebagai alat untuk menempelkan
dirinya pada sel hospes disebut
colonizing factor
. Selain itu, ada pili yang berperan di dalam proses pemindahan materi genetik dari salah satu
bakteri ke bakteri yang lain, disebut
sex pili
Dzen
et al
., 2003. 8.
Endospora Beberapa bakteri Gram positif dalam keadaan tertentu dapat
membentuk
resting cells
yang disebut endospora spora. Pembentukan spora akan terjadi apabila nutrisi esensial yang diperlukan tidak memenuhi
kebutuhan untuk pertumbuhan bakteri. Prosesnya disebut sporulasi. Spora bukan merupakan alat reproduksi dan apabila keadaan menjadi baik
kembali atau nutrisi esensial telah terpenuhi maka spora tersebut akan berubah menjadi bakteri lagi bentuk vegetatif dan prosesnya disebut
germinasi. Dalam dunia kedokteran, spora banyak menimbulkan masalah karena sulit dirusak baik oleh pemanasan maupun bahan kimia. Selain itu,
spora juga sulit diwarnai kecuali dengan pewarnaan khusus Dzen
et al
., 2003.
Endospora tersebut kecil, sangat kering, secara metabolik tidak bergerak yang dihasilkan oleh beberapa bakteri sebagai respon terhadap
keterbatasan nutrien. Beberapa bakteri pembentuk spora sangat penting dalam kedokteran, menyebabkan beberapa penyakit seperti antraks, gas
gangren, tetanus, dan botulisme Pottinger
et al
., 2014.
Universitas Sumatera Utara
17
2.2.3. Klasifikasi Bakteri