BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Lateks
Sebanyak 90 dari karet alam dihasilkan dari hevea brasiliensis dan 10 dari guayule. Karet alam merupakan suatu cairan. Pohon yang berusia 1-1,5 tahun
ditransplantasikan di kebun dan dibiarkan tumbuh hingga 4-5 tahun. Pada usia tersebut, pohon mulai menghasilkan lateks. Lateks memiliki pH 6,5-7, dan densitas
0,95 gcm
3
. Sehubungan dengan reaksi enzimatik dan oksidasi lateks menggumpal saat dipindahkan dari kebun ke pabrik. Sejumlah amoniak, natrium sulfida,
formaldehida atau asam borat ditambahkan sebagai pencegahan. Komposisi lateks dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1. Komposisi lateks
Material Penyusun Komposisi
Material padat Protein dan fosfoprotein
Resin Asam – asam lemak
Karbohidrat Garam-garam anoganik
3,0 – 3,8 1,0 – 2,0
2,0 1,0
1,0 0,5
Sumber : Bhatnagar, 2004
Poliisoprena adalah gabungan dari unit-unit monomer hidrokarbon C
5
H
8
isoprena yang membentuk rantai panjang dan jumlahnya sangat banyak. Karet alam
adalah makro molekul poliisoprena yang bergabung dengan ikatan kepala ke ekor. Konfigurasi dari polimer ini adalah konfigurasi “cis” dengan susunan ruang yang
teratur, sehingga rumus dari susunan karet adalah 1,4 cis poliisoprena. Susunan ruang demikian membuat karet mempunyai sifat kenyal. Adapun rumus bangun dari
isoprena dan cis 1,4 poliisoprena dapat dilihat di bawah ini:
CH
3
CH
2
= C CH = CH
2
Gambar 2.1. Monomer isoprena
Gambar 2.2. cis 1,4 poliisoprena Stevens, 2001
2.1.1. Prakoagulasi Lateks
Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalan-gumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini sering terjadi di areal
perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengolahan. Bila hal ini
terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami
prakoagulasi hanya dapat diolah menjadi karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya
pun rendah.
Pabrik atau tempat pengolahan karet yang membuat karet jenis ribbed smoked sheets atau RSS rata-rata menggunakan amonia dan natrium sulfit sebagai
antikoagulan. Untuk membuat karet jenis crepe, antikoagulan yang biasa digunakan adalah soda atau natrium sulfit. Sedangkan formaldehida walau dapat digunakan
H CH
2
C C
CH
3
CH
2
n
untuk jenis ribbed smoked sheet dan crepe, tetapi pemakaiannya kurang dianjurkan Penulis PS,2007.
Lateks segar ketika baru disadap dari pohon bersifat sedikit basa atau netral. Lateks segar dapat dengan cepat berubah menjadi asam akibat kerja bakteri.
Pembentukan asam organik menetralisasi muatan negatif pada partikel karet dan lateks terkoagulasi secara otomotis. Akan tetapi hal ini harus dicegah, biasanya
dengan penambahan 0,7 amoniak Loganathan, 1998.
2.1.2. Pengolahan Lateks Pekat
Lateks kebun umumnya mengandung kadar karet KKK antara 25-35 . Lateks ini belum dapat dipasarkan karena masih terlalu encer dan belum sesuai untuk digunakan
sebagai bahan industri karet pada umumnya. Dengan demikian, lateks ini perlu dipekatkan terlebih dahulu hingga memiliki kadar karet kering 60 atau lebih. Lateks
dengan KKK 60 atau lebih ini dikenal dengan sebutan lateks pekat concentrated latex. Proses pembuatan dan pemasaran lateks pekat ini telah sejak lama dikenal,
sehingga produk jenis ini bukanlah hal yang baru. Lateks pekat merupakan bahan baku industri karet yang paling fleksibel
dibandingkan dengan sit, krep ataupun karet remah yang telah tersedia dalam bentuk tertentu. Namun demikian, bentuk lateks pekat mempunyai beberapa kerugian karena
volumenya cukup besar dan masih mengndung kadar air yang cukup tinggi, yang menimbulkan kesulitan dalam pengangkutan dan meningkatkan biaya cukup tinggi.
Proses pembuatan lateks pekat secara garis besar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : pemusingan centrifuging dan pendadihan creaming Penulis PS, 2007.
2.1.2.1. Pengolahan Lateks Pekat Pusingan
Pada umumnya pengolahan lateks pekat dengan cara pusingan ditujukan untuk memproduksi lateks pekat amoniak tinggi HA-centrifuge. Urutan pengolahannya
adalah sebagai berikut : 1 Penerimaan lateks kebun
Lateks dari kebun harus dijaga kebersihannya dengan selalu menggunakan peralatan yang bersih. Lateks diterima dalam bak penerimaan melalui saringan 80 mesh, diukur
jumlahnya dan diaduk merata. Kemudian diambil contoh untuk menentukan KKK dan kadar VFA-nya. Ke dalam lateks ditambahkan 2 – 3 gram amoniak per liter lateks,
kemudian diaduk. Apabila dikehendaki, sebelum dimasukkan ke dalam alat pusingan, lateks dapat dialirkan melalui pusingan pembersih clarificator.
2 Pemusingan Lateks dimasukkan ke dalam alat pusingan centrifuge misalnya “Separator A.B.
laval” buatan Stockholm atau “Westphalia” dan “Titan” buatan Kopenhagen. Lateks yang dialirkan ke dalam alat pusingan oleh daya sentrifuge yang
berputar dengan kecepatan 6000-7000 rpm, dipisahkan menjadi dua bagian yaitu lateks pekat dan serum.
Lateks pekat hasil pemusingan yang mengalir menuju tangki pencampur dibubuhi dengan bahan pemantap. Bahan ini umumnya berupa larutan 10-20 NH
4
Laurat sejenis sabun dengan dosis 0,05 . Fungsi dari larutan ini adalah untuk meningkatkan kemampuan lateks pekat hasil pemusingan. Selanjutnya dalam tangki
pengangkut lateks pekat ditambah dengan NH
3
sehingga kadar NH
3
dalam lateks menjadi 0,7 atau lebih.
3 Penyimpanan lateks pekat Lateks pekat hasil pusingan meskipun telah ditambah dengan bahan pemantap, lateks
itu masih belum siap dipasarkan. Lateks pekat itu perlu diperam disimpan dahulu selama 2 minggu atau lebih. Pemeraman ini dimaksudkan agar bahan pemantap
berfungsi efektif. Selama pemeraman perlu diaduk setiap hari untuk menjaga agar tidak terjadi pengendapan. Pengadukan dilakukan dengan pengaduk rpm rendah 30 –
60 rpm dan dilakukan selama 15 – 30 menit. Volume setiap tangki penyimpanan sebaiknya dapat menampung hasil olahan
selama 3 atau 6 hari bila dilakukan system sadap 3 hari sekali 12 – 3 . Hal ini dimaksudkan agar mutu lateks pekat dari tangki satu dengan yang lain akan sama.
4 Pengemasan Pada umumnya pengemasan lateks pekat dilakukan dalam drum besi atau plastic
volume 200 liter. Bila menggunakan drum besi perlu terlebih dahulu diberi bahan pelapis di bagian dalamnya. Pelapisan dengan lilin atau bitumen pada bagian dalam
drum mutlak diperlukan meskipun dengan konsekuensi penambahan biaya dan tenaga. Pada prinsipnya pengemasan lateks pekat harus dilakukan dalam wadah yang
sesuai, bersih, kering dan tertutup rapat, disamping tersimpan dalam tempat yang sejuk demi untuk menjaga mutu lateks tidak cepat menurun Penulis PS, 2007.
2.1.2.2. Pengolahan Lateks Pekat Dadih
Metode pemekatan lateks ini menggunakan bantuan bahan kimia yang berperan sebagai bahan pendadih. Jadi, berbeda dengan cara pusingan yang menggunakan alat
mekanis. Urutan pengolahan lateks dadih adalah sebagai berikut :
1 Penerimaan lateks Lateks diterima dalam tangki-tangki melalui saringan. Untuk dapat diolah menjadi
lateks pekat yang baik, sangat diperlukan bahan lateks kebun yang baik. Lateks ini harus telah diawetkan dengan bahan pengawet sedini mungkin yaitu dengan
menambahkan NH
3
dengan kadar ≥ 0,7 . Disamping itu, untuk mendapatkan hasil
pendadihan yang baik sesuai dengan mutu standar, diperlukan bahan lateks kebun dengan KKK
≥ 30 . 2 Pendadihan
Bahan lateks kebun yang telah dibubuhi dengan bahan pengawet dan telah disaring itu, dimasukkan ke dalam tangki pendadihan. Ke dalam tangki pendadih dimasukkan
bahan pendadih yaitu 140 cc larutan tepung Konyaku 1 atau 60 cc larutan ammonium alignat 1 untuk tiap liter lateks. Kemudian diaduk merata dengan alat
pengaduk yang berputar dengan kecepatan antara 200 – 400 rpm selama 20 – 60 menit.
Setelah diaduk merata didiamkan selama beberapa waktu 3 – 4 minggu untuk memberi kesempatan partikel-partikel karet terkumpul pada bagian atas dan skim di
bagian bawah. Skim dari bagian bawah dikeluarkan untuk dialirkan ke dalam bak pengumpul skim. Proses pendadihan yang baik akan menghasilkan skim berkadar
karet antara 3 – 5 . 3 Penyimpanan dan pengemasan
Penyimpanan dan pengemasan lateks dadih sama seperti yang dilaksanakan pada lateks pusingan. Skim sebagai limbah pengolahan lateks pekat biasanya diolah
tersendiri dan dijual dalam bentuk bekuan basah atau dalam bentuk krep. Krep skim ini termasuk gumpalan mutu rendah yang dapat diolah menjadi karet remah.
Selain kedua cara pengentalanseperti yang telah diuraikan di atas, masih dikenal satu cara lagi yaitu melalui proses penguapan. Pada dasarnya cara pengentalan
dengan penguapan adalah menguapkan air yang ada dalam lateks. Sebagai bahan pemantap dan pengawet digunakan sabun kalium dan basa KOH Penulis PS,2007.
2.2. Karet