BAB I PENDAHULUAN UMUM
Latar Belakang
Cekaman kekeringan merupakan salah satu cekaman terluas yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi di area pertanian. Hal ini dapat dilihat
dari beberapa faktor cekaman abiotik ternyata presentasi cekaman kekeringan merupakan faktor cekaman terluas yaitu sekitar 26, kemudian diikuti cekaman
mineral 20, cekaman suhu rendah 15, sedangkan sisanya adalah cekaman biotik yaitu 39 Kalefetoglu Ekmekci 2005. Pada daerah tropis, kondisi
cekaman kekeringan mengakibatkan penurunan hasil jagung sekitar 17 - 60 Monneveux et al. 2005.
Beberapa faktor penyebab terjadinya kekeringan adalah ketersedian air tanah yang semakin menurun, perubahan iklim yang tidak menentu seperti
anomali iklim El-Nino yang menyebabkan kemarau yang lebih panjang, sehingga tidak selamanya lahan pertanaman ideal untuk pertumbuhan. Dampak kekeringan
pada tanaman jagung di Indonesia terlihat dari produktivitas jagung yang rendah pada: a lahan kering beriklim kering seperti di Nusa Tenggara, b pertanaman
jagung kedua pada lahan kering beriklim lembabbasah, dan c lahan sawah tadah hujan setelah padi tanpa dukungan irigasi yang cukup. Hasil rendah karena curah
hujan yang rendah terdapat di Jawa seperti di Sumenep, Madura dengan produktivitas 2.03 t ha
-1
dan Gunung Kidul 2.36 t ha
-1
. Pada Zone iklim D3 dan D4 yang bulan basahnya hanya 3 - 4 bulan seperti di NTB dan NTT hasil rata-
rata jagung pada tahun 2003 masing-masing 2.57 dan 2.63 t ha
-1
Deptan 2004. Menurut Dahlan 2001 pertumbuhan tanaman jagung memerlukan curah hujan
rata-rata 25 mm per minggu, namun petani sering menanam jagung awal musim hujan, sehingga sering mengalami kekeringan pada awal pertumbuhan, sedangkan
pada akhir musim hujan kekeringan terjadi pada akhir pembungaan sampai pengisian biji.
Salah satu strategi pengembangan jagung pada lahan yang sering mengalami kondisi defisit air adalah perakitan varietas toleran terhadap cekaman
kekeringan. Langkah awal untuk perakitan varietas tersebut adalah melakukan
seleksi terhadap genotipe jagung yang telah ada untuk mengetahui toleransinya pada kondisi cekaman kekeringan. Untuk mendukung seleksi toleransi genotipe
jagung terhadap cekaman kekeringan diperlukan informasi mendasar mengenai mekanisme ketahanan tanaman jagung terhadap cekaman kekeringan sehingga
proses seleksi dapat berjalan secara efisien dan efektif. Pendekatan utama yang sering digunakan untuk melihat kemampuan
tanaman beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan adalah: a kemampuan akar mengabsorbsi air secara maksimal dengan perluasan dan kedalaman
perakaran; b kemampuan tanaman mempertahankan turgor melalui penurunan potensial osmotik sel Tardieu 1997 dalam Sopandie 2006. Menurut Dubrovsky
dan Go´mez-lomeli 2003 bahwa strategi tanaman toleran menghadapi kondisi cekaman kekeringan dimulai pada saat fase perkecambahan dan pertumbuhan
vegetatif untuk membentuk formasi akar yang dalam dan percabangan akar yang banyak. Perakaran tersebut berpengaruh positif terhadap absorbsi air. Hal ini
merupakan ciri penting dari sifat tanaman yang toleran kekeringan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa beberapa varietas jagung yang memiliki akar
primer yang lebih dalam ternyata mampu mengabsorbsi air lebih banyak Weele et al. 2000. Selain melakukan modifiksi perakaran pada kondisi cekaman
kekeringan, tanaman jagung juga melakukan mekanisme pengaturan tekanan osmotik sel dengan cara akumulasi solut kompatibel di dalam sel. Salah satu
senyawa solut tersebut adalah prolin. Menurut Sharp dan Davies 1979 menyatakan bahwa prolin berkontribusi lebih dari 50 pada osmotic adjustment
OA di akar primer jagung. Metode simulasi cekaman kekeringan pada media tanam umumnya
menggunakan larutan osmotikum yaitu polietilena glikol polyethylen glycol, PEG 6000 yang telah digunakan pada tanaman cabai, gandum, tomat, tembakau,
padi dan jagung Verslues et al. 2006. Hal ini dikarenakan PEG dapat mengontrol tingkat penurunan potensial air Michel Kaufman 1973 dan tidak
meracuni tanaman karena PEG tidak dapat masuk ke dalam jaringan perakaran tanaman Verslues et al. 1998. Seleksi genotipe toleran cekaman kekeringan pada
fase vegetatif pada tanaman tembakau, kedelai, kacang tanah menggunakan PEG
6000 dengan konsentrasi 5 dan 10 Widoretno et al. 2002; Adisyahputra et al. 2005.
Pendekatan Masalah
Dalam melakukan seleksi untuk menentukan toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan selalu dihadapkan pada banyaknya galur yang diuji
di lapang, sehingga perlu dicari suatu metode seleksi dini yang bertujuan mengurangi jumlah galur pada pengujian di lapang. Seleksi dini untuk menduga
toleransi genotipe jagung dilakukan pada fase perkecambahan dan vegetatif pada kondisi cekaman kekeringan dengan cara memberikan larutan PEG ke dalam
media tanam Verslues et al. 2006. Toleransi terhadap cekaman kekeringan melibatkan oleh banyak sifat,
maka untuk memperoleh metode seleksi yang efektif perlu dilakukan serangkaian percobaan indentifikasi sifat toleransi cekaman kekeringan. Selanjutnya dilakukan
pemilihan karakter seleksi yang secara representatif dinilai dapat mengelompokkan respon genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. Menurut
Banziger et al. 2000 karakter yang digunakan untuk seleksi toleransi genotipe jagung sebaiknya a berkorelasi dengan hasil, b sebagai penyebab yang
berkaitan terjadinya penurunan hasil, c stabil bila diukur dalam periode tertentu, d mudah dan murah untuk diukur.
Evaluasi toleransi tanaman terhadap cekaman kekeringan biasanya dilakukan dengan dua pendekatan: 1 secara langsung, dengan mengamati
pengaruh langsung cekaman kekeringan terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan daya hasil; 2 secara tidak langsung, dengan mengamati berbagai peubah
morfologi dan fisiologi yang terkait dengan sifat toleransi terhadap cekaman kekeringan. Adanya respon genotipe jagung yang berbeda pada kondisi cekaman
kekeringan menunjukkan peluang untuk mendapatkan genotipe jagung yang toleran terhadap cekaman kekeringan.
Respon genotipe jagung pada kondisi cekaman PEG kekeringan yang diukur dari keragaan karakter kuantitatif pada fase perkecambahan dan vegetatif
dapat digunakan untuk menduga toleransi genotipe jagung pada kondisi cekaman
kekeringan, namun permasalahan yang dihadapi apakah hasil pendugaan tersebut konsisten dengan hasil seleksi pada kondisi cekaman kekeringan di lapang.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mempelajari respon genotipe toleran dan peka terhadap cekaman kekeringan.
2. Menentukan konsentrasi PEG 6000 yang dapat menapis toleransi genotipe
jagung terhadap cekaman kekeringan pada fase perkecambahan dan vegetatif. 3.
Menentukan karakter seleksi pada fase perkecambahan, vegetatif dan generatif yang dapat digunakan sebagai indikator toleransi genotipe jagung terhadap
cekaman kekeringan.
4. Mengevaluasi metode seleksi genotipe jagung pada kondisi cekaman PEG
6000 dan karakter seleksi pada fase perkecambahan dan vegetatif untuk menduga toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan.
Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah mempercepat siklus seleksi toleransi genotipe jagung dalam program perbaikan atau perakitan varietas jagung toleran
cekaman kekeringan .
Hipotesis
1. Terdapat konsentrasi PEG 6000 yang dapat digunakan untuk menapis
toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan. 2.
Terdapat karakter kuantitatif yang dapat digunakan sebagai indikator toleransi genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan, baik pada fase
perkecambahan, vegetatif dan generatif. 3.
Kombinasi konsentrasi PEG dan karakter seleksi pada fase perkecambahan dan vegetatif merupakan metode seleksi yang dapat mengevaluasi toleransi
genotipe jagung terhadap cekaman kekeringan.
Penapisan genotipe jagung pada kondisi cekaman kekeringan
Metode seleksi
Fase perkecambahan Fase vegetatif
Fase vegetatif – generatif
Genotipe toleranpeka dan karakter kuantitatif sebagai
kriteria seleksi Genotipe toleranpeka dan
karakter kuantitatif sebagai kriteria seleksi
Gambar 1. Bagan alur penelitian Cekaman kekeringan dengan
larutan PEG 6000 dilakukan di labotarium dan rumah kaca
Cekaman kekeringan dengan pengairan di lapang dan rumah kaca
Metode seleksi dini dan karakter kuantitatif sebagai kriteria seleksi genotipe jagung
terhadap cekaman kekeringan Konsistensi hasil seleksi pada fase
perkecambahan dan vegetatif dengan hasil seleksi di lapang pada kondisi cekaman
kekeringan
Bagan Alur Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA