Fagositosis Peran Antibodi Kuning Telur (IgY) Sebagai Anti Adhesi dan Opsonin Untuk Pencegahan Serangan Mutan Streptococcus Serotipe d (Streptococcus Sobrinus)

14 koloni. Beberapa strain menunjukkan α hemolisis atau non hemolisis pada agar darah. S. sobrinus dapat memfermentasi manitol, inulin, dan laktosa namun bervariasi pada kemampuan memfermentasi sorbitol, melibiose, dan raffinose. S. sobrinus tidak memproduksi amonia dari arginin serta tidak menghidrolisis eskulin. Habitat primer S. sobrinus adalah pada gigi manusia. Setelah berkolonisasi pada gigi, bakteri ini dapat terdeteksi di saliva, lidah, membran mukosa oral, bahkan gigi palsu dan peralatan kedokteran gigi Gronroos 2000. Hubungan filogenetik S. sobrinus dengan bakteri streptococcus oral lainnya ditunjukkan pada Gambar 5. Streptococcus sobrinus bersifat patogen pada hewan coba dan merupakan salah satu penyebab utama karies gigi pada manusia Sneath et al. 1986, Michael et al. 1990. S. sobrinus umumnya ditemukan bersama-sama dengan S. mutan. Beberapa penelitian menunjukkan prevalensi yang berbeda mengenai keberadaan S. sobrinus. Prevalensi S. sobrinus di laporkan dalam jumlah yang sedikit, namun pada subjek spesifik prevalensinya lebih tinggi dibandingkan S. mutan Gronroos 2000. Sukrosa dan enzim glikosiltransferase berperan penting dalam kolonisasi S. sobrinus pada permukaan gigi Loesche 1986. Molekul adhesi yang bertindak sebagai perantara perlekatan S. sobrinus adalah antigen III atau disebut antigen protein permukaan Spa A. Spa A memiliki berat molekul 185000 Da Robert et al. 1991. Enzim glikosiltransferase GTF berperan sebagai inisiator pembentukan plak gigi. S. sobrinus memiliki GTF-S dan GTF-I Loesche 1986. Selain GTF dan molekul adhesi, S. sobrinus memiliki glucan binding protein GBP yang merupakan mediator asosiasi dinding sel bakteri karena protein ini dapat berikatan dengan α 1-6 glukan. S. sobrinus memiliki GBP 2, GBP 3, dan GBP 5 Smith et al. 1998.

2.4 Fagositosis

Fagositosis merupakan mekanisme pertahanan tubuh yang bersifat non spesifik Kresno 2001. Menurut Kuby 1997, fagositosis adalah proses pergerakan dan penghancuran benda asing yang dilakukan oleh sel-sel fagositik. Sementara itu Baratawidaja 2006 menyatakan bahwa fagositosis ialah proses yang melibatkan pengenalan antigen mikroba, menelan, mencerna, dan mendegradasi mikroba. Sel- sel fagosit antara lain sel polimorfonuklear netrofil, eosinofil, basofil dan sel 15 mononuklear makrofag. Sel fagosit , misalnya makrofag berfungsi untuk menelan dan menghancurkan partikel asing dengan proses endositosis. Sel ini membersihkan dan menghancurkan bakteri tertentu, sel-sel rusak, sel tumor, benda koloid dan molekul besar Bellanti 1993. Sel fagosit menelan mikroba dengan cara endositosis dan proses pembentukan fagosom. Setelah mikroba terperangkap di dalam kantung fagosom, mikroba dihancurkan dengan proses oksidasi reduksi, kondisi asam, atau lisozim yang menyebabkan gangguan metabolisme mikroba. Proses fagositosis dapat berjalan dengan baik apabila sel fagosit berada dekat dengan partikel bakteri. Untuk mencapai hal tersebut, sel fagosit harus bergerak menuju sasaran. Pergerakan ini dirangsang oleh zat atau mediator tertentu yang disebut faktor kemotaktik leukotaktik. Faktor kemotaktik berasal dari bakteri, netrofil makrofag, atau komplemen. Selain faktor kemotaktik, proses fagositosis dipermudah oleh opsonisasi Kresno 2001. Gambar 6 Proses Opsonisasi dan Fagositosis Bakteri Anonim c 2007 16 Opsonisasi adalah proses pelapisan antigen oleh suatu substansi yang disebut opsonin agar lebih mudah untuk difagosit. Opsonin ialah substansi yang berikatan dengan antigen dan menginduksi terjadinya fagositosis oleh makrofag atau netrofil Clayman 1989. Dua substansi yang berperan pada opsonisasi adalah antibodi dan komplemen. Opsonisasi dengan antibodi imunoglobulin atau komplemen mempermudah fagositosis karena sel fagosit memiliki resptor untuk fraksi Fc dari imunoglobulin serta reseptor C3 dari komplemen. Hal ini mempererat hubungan antara sel fagosit dan sasaran Kuby 1997. Proses opsonisasi dan fagositosis ditunjukkan pada Gambar 6. 17 III M ETODOLOGI P ENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu