Transmisi Mutan Streptococcus Patogenitas Mutan Streptococcus

10 Studi epidemiologi menunjukkan bahwa hampir seluruh populasi manusia didunia membawa mutan streptococcus Loesche 1986. Gronroos 2000 memaparkan bahwa MS terdapat pada populasi dengan prevalensi karies mulai tinggi, rendah, dan sangat rendah. Mikroorganisme ini dibawa oleh 33-75 anak- anak dalam usia 4 tahun-an, dan 80-90 orang dewasa. Mutan streptococcus serotipe c S. mutan merupakan yang terbanyak ditemukan pada plak dan saliva dari manusia. Tabel 2 Karakteristik Grup Mutan Streptococcus Spesies Mol G + C Serotipe Polisakarida Dinding Sel S. mutans 36-38 c, e, f Rha, Glc S. rattus 41-43 b Rha, Gal, Gro S. sobrinus 44-46 d, g Rha, Glc, Gal S. cricetus 42-44 a Rha, Glc, Gal S. downei 41-42 h Belum diketahui S. macacae 35-36 c Belum diketahui S. ferus 43-45 c Rha, Glc Keterangan : Rha, rhamnose; Glc, glukosa; Gal, galaktosa; Gro, gliserol Sumber : Gronroos 2000 Mutan streptococcus bersifat asidogenik dan asidurik dan dapat melekat pada permukaan gigi. Bakteri ini memproduksi polisakarida intrasel dan ekstrasel dari sukrosa. Kariogenitas MS dipengaruhi oleh tiga kondisi yaitu : kemampuan kolonisasi pada permukaan gigi, kemampuan memproduksi asam lebih cepat daripada netralisasi lokal pada plak gigi, serta kemampuan MS membuat pH lebih rendah daripada pH kritis untuk melarutnya email gigi Seminario et al. 2005.

2.3.1 Transmisi Mutan Streptococcus

Pada saat manusia lahir, rongga mulut dalam keadaan steril namun dengan cepat terkontaminasi oleh bakteri dari lingkungan, biasanya berasal dari ibu saat menyusui pertama kali. Ekologi mulut berbeda pada tiap tahapan usia dan hal ini mempengaruhi komposisi mikroflora normal. S. salivarius dominan berada pada 11 rongga mulut 98 dari total mikroflora dalam mulut sampai dengan munculnya gigi usia 6-9 bulan. Erupsi gigi pada tahun pertama dipicu oleh kolonisasi S. mutan dan S. sanguis Todar 2002. Mikroflora normal memberikan beberapa keuntungan bagi inangnya, antara lain : 1 Mikroflora normal menempati lokasi yang tersedia sehingga menyulitkan bakteri yang bukan flora normal untuk kolonisasi, 2 Mikroflora normal memberi kontribusi dalam sintesis vitamin dan respon imun dengan menginduksi antibodi yang mungkin bereaksi silang dengan bakteri patogen, 3 Mikroflora normal memproduksi peroksidase dan bakteriosin. Mikroflora normal dapat menimbukan kerusakan pada inang apabila bakteri ini bersifat patogen oportunistik Todar 2002. Secara umum keberadaan mikroorganisme pada inang adalah melalui transmisi langsung dan tidak langsung melalui vektor. Patogen juga bisa ditransmisikan melalui makanan dan air. Saliva dianggap sebagai media transportasi terpenting dalam transmisi MS melalui kontak fisik. Ibu merupakan sumber infeksi utama terhadap bayinya. MS yang diisolasi dari pasangan ibu dan anak memiliki tingkat kesamaan strain 71, serta 51,4 genotipe MS yang ditemukan pada anak ditemukan pula pada ibunya. Dugaan yang lain adalah kolonisasi awal dipengaruhi diet bayi yang mengandung karbohidrat. Setelah MS mencapai kolonisasi secara stabil, maka bakteri ini akan terus berada pada rongga mulut Gronroos 2000.

2.3.2 Patogenitas Mutan Streptococcus

Mutan streptococcus memiliki beberapa sifat fisiologi dan biokimia yang melibatkannya sebagai inisiator karies gigi Todar 2002. Sifat-sifat tersebut antara lain : 1. Mutan streptococcus termasuk flora normal pada rongga mulut manusia dan biasanya muncul dalam jumlah besar. Bakteri ini sudah terkolonisasi pada permukaan gigi, bersama komponen saliva seperti mucin mereka membentuk lapisan tipis yang disebut pelikel email. Mucin yang terserap bertindak sebagai reseptor molekuler untuk ligan pada permukaan sel bakteri. 2. Mutan streptococcus memiliki enzim glikosiltransferase yang bertindak sebagai ligan bakteri untuk perlekatan dan mempolimerisasi glukosa yang berasal dari diet sukrosa menjadi glukan yang memicu munculnya formasi plak. 12 3. Mutan streptococcus memproduksi asam laktat dari diet karbohidrat yang menyebabkan demineralisasi email gigi. Mutan streptococcus memproduksi asam laktat dalam jumlah besar dan lebih toleran pada kondisi asam. 4. Mutan streptococcus menyimpan polisakarida dari diet sukrosa dan digunakan sebagai cadangan karbon dan energi sebagai sumber untuk produksi asam laktat. Bakteri ini juga membentuk intraseluler polisakarida yang disimpan di dalam sel dan kemudian dimetabolisme menjadi asam laktat. Gambar 4 Patogenitas Mutan Streptococcus Smith 2003 Kolonisasi bakteri pada permukaan gigi diawali dengan perlekatan adhesi bakteri pada permukaan gigi. Perlekatan bakteri streptococcus yang kariogenik pada permukaan gigi terbukti mengawali formasi plak dan akhirnya menyebabkan karies gigi Olson et al. 1972. Perlekatan diawali dengan interaksi antara protein bakteri molekul adhesi dengan reseptor permukaan gigi. Molekul adhesi umumnya adalah lektin yang berikatan dengan reseptor sakarida atau reseptor protein Gibbons 1989. Molekul adhesi ini sering dihubungkan dengan antigen III yang terdapat pada bakteri MS. Patogenitas MS Gambar 4 didasari terjadinya erosi mineral pada email gigi oleh asam laktat, yang merupakan produk akhir bakteri. Konsentrasi asam laktat dipengaruhi oleh jumlah streptococcus yang asidogenik pada plak gigi. Kemampuan GTF Protein pengikat glukan Molekul adhesi Reseptor saliva Sukrosa Glukan Permukaan gigi 13 MS untuk berikatan pada sintesis glukan dengan glikosiltransferase diduga merupakan faktor penting dalam perkembangan plak gigi yang mengandung bakteri ini Smith et al. 1998. Proses akumulasi bakteri pada plak di inisiasi oleh enzim glikosiltransferase. Sementara penyatuan MS dengan bakteri oral lainnya adalah melalui interaksi antar sel bakteri dan diperantarai oleh glucan binding protein Smith 2003. Pada kondisi nutrisi rendah MS mendegradasi polisakarida sukrosa, fruktosa, glukosa menjadi asam laktat dan menyebabkan larutnya email gigi Seminario et al. 2005, Bratthall 2004. Kombinasi plak gigi dan asam laktat yang menciptakan kondisi asam pada gigi serta melarutkan email gigi memicu terjadinya karies Wikipedia 2006 ; Mount Hume 2006.

2.3.3 Streptococcus sobrinus