Nitrat dan Nitrit Kimia

53 Gambar 5.4 Konsentrasi nitrat di Sungai Ciujung Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi nitrat rata-rata di perairan Sungai Ciujung di 16 titik pengamatan pada saat debit kecil 14.55 m 3 detik adalah 1.158 mgL, dengan konsentrasi nitrat tertinggi terjadi pada km 9.25 di Kragilan 2 3.3 mgL . Sementara pada saat debit sungai besar 94.47 m 3 detik, konsentrasi nitrat rata-rata adalah 2.325 mgL, dengan konsentrasi tertinggi terjadi pada km 6 di Cijeruk 1 4.8 mgL. Hasil analisis nitrat dari ke enam belas titik pengamatan seluruhnya memenuhi kriteria mutu air kelas II baik pada saat debit sungai kecil maupun besar. Nilai rata-rata konsentrasi nitrat tertinggi saat debit kecil ditemukan di lokasi Cijeruk 1 sedangkan nilai terendah ditemukan di daerah Cijeruk 2 dan Kamaruton 2, hal ini terjadi karena adanya perbedaan aktivitas dan kondisi alam yang berbeda serta adanya lahan pertanian pada daerah tersebut. Profil penyebaran konsentrasi nitrat Sungai Ciujung di enam belas titik lokasi pada saat debit sungai kecil dan besar disajikan pada Gambar 5.4. Keberadaan nitrat tersebut diduga berasal dari penggunaan pupuk pada lahan pertanian dekat sungai. Dugaan tersebut didasarkan atas beberapa laporan tentang kontaminasi nitrat pada air sungai akibat limbah pertanian, buangan domestik, dan limbah peternakan. Fakta lain yang teramati adalah nilai rata-rata konsentrasi nitrat pada saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau, hal tersebut dapat disimpulkan bahwa konsentrasi nitrat pada musim hujan lebih tinggi dari musim kemarau karena air hujan dapat membilas deposit nitrat yang terdapat pada permukaan tanah, namun konsentrasi nitrat juga dapat menurun drastis jika terjadi musim hujan berkepanjangan. Selain itu tingginya kadar nitrat pada musim hujan disebabkan meningkatnya nilai DO, sebaliknya penurunan konsentrasi nitrat pada musim kemarau kemungkinan diakibatkan oleh penyerapan fitoplankton. 2 4 6 8 10 12 NO 3 - m g L Lokasi Kemarau Hujan KMA Kelas II 54 Gambar 5.5 Konsentrasi Nitrit di Sungai Ciujung Hasil pengukuran konsentrasi nitrit N-NO 2 perairan Sungai Ciujung pada musim kemarau saat debit kecil rata-rata berkisar 0.005 – 1.696 mgL, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0.138 mgL. Nilai rata-rata konsentrasi nitrit tertinggi ditemukan di lokasi Kragilan 2 dan nilai rata-rata konsentrasi nitrit terendah ditemukan di lokasi Karang Jetak. Konsentrasi nitrit perairan Sungai Ciujung pada saat debit besar rata-rata berkisar 0.065 – 0.129 mgL, dengan nilai rata-rata keseluruhan 0.138 mgL. Nilai rata-rata konsentrasi nitrit tertinggi di musim hujan ditemukan di lokasi Kragilan 2, hal ini diduga akibat adanya aktivitas penduduk yang berada di sekitar 500 m bantaran sungai. Jumlah penduduk di lokasi ini paling tinggi dibandingkan lokasi lainnya yaitu 1,513 jiwa sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab konsentrasi nitrit di lokasi ini tinggi. Konsentrasi nitrit rata-rata terendah di musim hujan ditemukan di lokasi Nagara, hal ini terjadi karena adanya perbedaan aktivitas dan kondisi alam disamping tingginya jumlah penduduk yang ada di daerah tersebut. Nitrit di dalam air dapat berasal dari nitrifikasi bahan organik yang mengandung nitrogen seperti protein. Selain itu dapat juga dari proses reduksi nitrat pada kondisi anaerob. Fakta lain yang teramati adalah nilai rata-rata kadar nitrit pada saat musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau, hal tersebut dapat terjadi karena perubahan dari ammonia menjadi nitrit yang akan dipercepat dengan adanya air, oksigen, dan organisme yang disebut nitrosomonas. Beberapa jenis limbah seperti limbah industri kertas adalah sumber utama dari pencemaran nitrit di dalam air. Nitrit bersifat tidak stabil di dalam air sehingga pada kondisi tertentu dapat berubah menjadi amonia atau dioksidasikan menjadi nitrat. Karena itu, nitrit disebut sebagai senyawa intermediate antara amonia dan nitrat. Nitrit dapat menjadi salah satu sumber nitrogen bagi tumbuh- tumbuhan dan menjadi salah satu penyebab utama eutrofikasi. Eutrofikasi mempengaruhi estetika di danau, sungai dan menyebabkan bau dan masalah penampilan Kanu et al. 2011. 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 NO 2 - m g L Lokasi Kemarau Hujan KMA Kelas II 0.000 0.200 0.400 0.600 0.800 1.000 1.200 1.400 1.600 1.800 55

e. Fenol

Fenol berada di lingkungan karena proses alam maupun aktivitas manusia. Kehadiran fenol dalam ekosistem berhubungan dengan produksi dan degradasi berbagai pestisida dan limbah industri. Senyawa ini beracun, mutagenik dan karsinogen terhadap manusia dan organisme hidup lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi fenol di Sungai Ciujung saat debit kecil berkisar 0.002 – 0.121 mgL, dengan rata-rata 0.015 mgL. Konsentrasi fenol tertinggi ditemukan di lokasi Ragas Masigit 2 dan terendah saat debit sungai kecil terdapat di lokasi Nagara. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan aktivitas warga pada daerah tersebut. Daerah Ragas Masigit 2 dilewati oleh seluruh outlet limbah industri, terdapat aktivitas pencucian karung yang dilakukan masyarakat setempat serta adanya lahan pertanian seluas 55.5 ha. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap konsentrasi fenol pada perairan Sungai Ciujung. Sedangkan pada daerah Nagara belum terdapat aktivitas industri, namun terdapat lahan pertanian seluas 16.3 ha. Konsentrasi fenol perairan Sungai Ciujung pada saat debit tinggi berkisar 0.001 – 0.008 mgL, dengan nilai rata-rata 0.003 mgl. Konsentrasi fenol tertinggi terdapat di lokasi Pegandikan dan terendah di lokasi Nagara. Hal ini diduga terjadi karena senyawa fenol terbawa ke lokasi Pegandikan dari lokasi sebelumnya pada saat debit sungai naik dan adanya perbedaan aktivitas serta kondisi alam yang berbeda. Hasil pengukuran konsentrasi fenol Sungai Ciujung di enam belas titik lokasi pada saat debit rendah dan tinggi disajikan pada Gambar 5.6. Gambar 5.6 Konsentrasi fenol di Sungai Ciujung Senyawa fenol di lingkungan dapat berasal dari limbah rumah tangga maupun industri. Sumber fenol dapat berasal dari desinfektan dan antiseptik dan obat kumur yang dibebaskan ke lingkungan melalui limbah rumah tangga. Senyawa fenol juga merupakan zat yang penting dalam industri seperti industri farmasi, industri resin fenolat dan berbagai industri kimia lainnya yang menjadi sumber cemaran fenol di lingkungan. 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 F en ol m gL Lokasi Kemarau Hujan KMA Kelas II 0.000 0.020 0.040 0.060 0.080 0.100 0.120 0.140 56

f. Senyawa AOX

Senyawa AOX pada umumnya berasal dari tempat pembuangan sampah dan limbah industri pulp dan kertas. Senyawa ini bersifat racun dan sulit terdegradasi secara biologis Suprihatin dan Suparno 2013. Hasil analisis senyawa AOX dalam sampel air Sungai Ciujung disajikan pada Gambar 5.7 Kandungan senyawa AOX pada 16 titik lokasi berkisar antara 0 mgL sampai 0.0481 mgL dengan rata-rata pada saat debit sungai kecil adalah 0.0814 mgL 81.4 µgL . Hasil ini lebih tinggi dibandingkan konsentrasi yang umumnya terkandung dalam air permukaan yang berkisar antara 10 - 30 µ gL Mohammed 2007. Adanya buangan Senyawa AOX ke lingkungan dari sumber tertentu menunjukkan adanya ancaman yang signifikan terhadap manusia dan biota yang ada diperairan. Senyawa AOX merupakan organohalogen yang bersifat karsinogenik, mutagenik, dan persisten Asplund dan Grimvall 1991. Gambar 5.7 Konsentrasi senyawa AOX di Sungai Ciujung Negara Indonesia belum menetapkan baku mutu untuk parameter senyawa AOX baik untuk badan air maupun effluent limbah cair industri, sehingga baku mutu mengacu pada baku mutu untuk air permukaan kelas II Negara Jerman yang mempersyaratkan maksimum 0.025 mgL Frąckiewicz 2010. Gambar 5.7 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi senyawa AOX pada musim kemarau, di lokasi hulu sampai km 13.75 Kamaruton 2 memenuhi baku mutu, namun setelah lokasi tersebut Kamaruton 1 sampai ke hilir tidak memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan. Peningkatan konsentrasi senyawa AOX di lokasi ini disebabkan karena adanya buangan limbah cair dari 2 dua industri kertas yang berada di Kragilan 2 dengan debit 40,600 m 3 hari dan di Kamaruton 2 dengan debit 40,000 m 3 hari, dimana beban pencemaran yang berasal dari industri tersebut untuk parameter senyawa AOX berturut-turut sebesar 8.9 x 10 -5 kghari dan 7.2 kghari. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Erhardt dan Prüeß 2001, bahwa salah satu sumber utama senyawa AOX adalah industri pulp dan kertas, dan industri ini di Finlandia bertanggung jawab sekitar 50 dari emisi halogen organik total ke lingkungan. 0.000 0.100 0.200 0.300 0.400 0.500 0.600 AO X m g L Lokasi Kemarau Hujan KMA Kelas II 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000