yang menghasilkan kesimpulan dan estimasi yang bermanfaat bagi para pengguna.
2.2. Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan, analisis keuangan harus melakukan pemeriksaan terhadap kesehatan
keuangan perusahaan. Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini adalah rasio keuangan, yang menghubungkan dua data keuangan dengan jalan
membagi satu data dengan data yang lain. Menurut Andriyani 2008, analisis rasio adalah salah satu cara
pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu
antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Menurut Munawir 2002, rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dan dengan menggunakan alat analisis ini akan dapat
menjelaskan atau memberi gambaran kepada para penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama
apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Sedangkan menurut Riyanto 2001, rasio
keuangan adalah alat yang dinyatakan dalam aritmathical term yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan dua data, bila dihubungkan
dengan masalah keuangan maka data tersebut adalah hubungan matematik antara pos keuangan dengan pos yang lainnya atau jumlah-jumlah di
neraca dengan jumlah-jumlah di laporan laba rugi atau sebaliknya, maka yang timbul adalah rasio keuangan.
Perhitungan rasio digunakan karena dengan cara ini akan diperoleh perbandingan yang lebih berguna daripada melihat angka saja. Menurut
Riyanto 2001 pada dasarnya terdapat dua 2 macam cara pembandingan dalam analisis rasio keuangan, yaitu :
a. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-
waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara
pembandingan tersebut akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun.
b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industry untuk waktu
yang sama. Perbankan merupakan bisnis jasa yang tergolong dalam industri
kepercayaan dan mempunyai rasio-rasio keuangan yang khas. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 610PBI2004 tanggal 12 April2004
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dijelaskan bahwa pengukuran kinerja keuangan berdasarkan penilaian tingkat
kesehatan bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor yaitu Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitivity of market risk.
Empat dari enam aaspek tersebut yaitu Capital, Asset, Earning, Liquidity dinilai menggunakan rasio keuangan. Berikut adalah rasio yang digunakan
untuk menilai faktor-faktor tersebut 1. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum ini juga dikenal dengan istilah Capital Adequacy Ratio CAR. Capital adequacy ratio sendiri
adalah rasio kecukupan modal yang menunjukkan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen
bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko-risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya
modal bank Kuncoro dan Suhardjono 2002. Dengan kata lain kewajiban penyediaan modal minimum adalah rasio kinerja bank yang
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risko.
Menurut Widjanarto 2003, bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada : 1 Jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat
padanya, 2 Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya, 3 Total aktiva suatu bank, semakin besar aktiva semakin bertambah pula
risikonya, 4 Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.
Selain itu menurut Widjanarto 2003, posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki dengan : 1 Memperkecil komitmen pinjaman yang
digunakan, 2 Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga risiko semakin berkurang, 3 Fasilitas bank
garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa komisi yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besarnya dengan
pinjaman ada baiknya dibatasi, 4 Komitmen LC bagi bank-bank devisa yang belum benar-benar memperoleh kepastian dalam
penggunaannya atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien sebaiknya juga dibatasi, 5 Penyertaan yang memiliki risiko 100
perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat optimal atau tidak, 6 Posisi aktiva dan inventaris diusahakan agar tidak berlebihan dan
sekedar memenuhi kelayakan, 7 Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public,dan pinjaman subordinasi
jangka panjang dari pemegang saham. Hasibuan 2004, CAR menurut standar Bank Indonesia minimum sebesar 8, jika kurang
dari itu maka akan dikenakan sanksi oleh bank sentral. 2.
Non Performing Loan Non performing loan atau kredit bermasalah pada dasarnya terjadi
akibat kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok kredit beserta bunga yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. Menurut Siamat 2004, kredit bermasalah atau Non Performing Loan
adalah pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal diluar kemampuan
kendali debitur. Menurut Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 1211DPNP tanggal 31
Maret 2010 Non Performing Loandapat dihitung dengan cara membagi jumlah non performing loan dengan total kredit yang
dimiliki bank tersebut.
3. Return on Assets ROA Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
lembaga keuangan dalam memperoleh keuntungan laba sebelum pajak yang dihasilkan dari rata-rata total aset lembaga keuangan yang
bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan sehingga kemungkinan
suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional
sebelum pajak. Sedangkan rata-rata total asset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva.
Menurut Muljono dalam Andriayani 2008, perubahan rasio ROA dapat disebabkan antara lain : 1 Lebih banyak asset yang digunakan,
sehingga menambah operating income dalam skala yang lebih besar, 2
Adanya kemampuan
manajemen untuk
mengalihkan portofoliosurat berharga kejenis yang menghasilkan income yang
lebih tinggi, 3 Adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan 4 Adanya pemanfaatan asset-asset yang semula tidak produktif menjadi
asset produktif. Menurut Hasibuan 2004 dalam kerangka penilaian kesehatan bank, Bank Indonesia akan memberikan nilai maksimal 100
sehat apabila bank memiliki ROA sebesar 1,50. 4. Return on Equity ROE
Rasio ini digunakan untuk mengukur kinerja manajemen lembaga keuangan dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan
laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai lembaga keuangan sehingga kemungkinan
suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba setelah pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi
pajak sedangkan rata-rata total ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki lembaga keuangan, perhitungan modal inti dilakukan
berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku.
5. Net Interest Margin
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan
bunga bersih. Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Semakin besar rasio ini maka
meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. 6. Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional
Rasio yang sering disebut rasio efisiensi ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen lembaga keuangan dalam
mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan lembaga keuangan yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu lembaga keuangan dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya.
Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
7. Loan To Deposit Ratio LDR Loan to deposit rasio adalah rasio keuangan bank yang berhubungan
dengan aspek likuiditas. Menurut Kasmir 2004, rasio LDR merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke
masyarakat atau kredit yang diberikan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Sedangkan menurut
Simorangkir 2004, Loan to Deposit Ratio adalah merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan dengan dana pihak ketiga
termasuk pinjaman yang diterima, tidak termasuk pinjaman subordinasi. LDR digunakan untuk mengetahui kemampuan pihak
bank dalam membayar kembali kredit yang diberikan kepada debitur. LDR disebut juga rasio kredit terhadap total dana pihak ketiga yang
digunakan untuk mengukur dana pihak ketiga yang disalurkan dalam
bentuk kredit. Dana pihak ketiga merupakan dana simpanan masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, dan
tabungan. Kredit yang diberikan adalah semua realisasi kredit dalam rupiah dan valuta asing yang diberikan bank. Penyaluran kredit
merupakan kegiatan utama bank, oleh karena itu sumber pendapatan utama bank berasal dari kegiatan ini.
Tujuan penting dari penghitungan LDR adalah untuk mengetahui serta menilai sampai berapa jauh bank memiliki kondisi sehat dalam
menjalankan operasi atau kegiatan usahanya. Siamat 2004, LDR merupakan bagian dari rasio likuiditas dimana manajemen bank yang
konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang relatif rendah, namun sebaliknya bila LDR melebihi batas toleransi dapat dikatakan
manajemen bank sangat ekspansif atau agresif. Bank dapat dikatakan likuid apabila :
1. Bank tersebut memiliki cash assets sebesar ketentuan yang akan digunakan untuk memenuhi likuiditasnya.
2. Bank tersebut memiliki cash assets lebih kecil dari yang tersebut diatas, tetapi bank yang bersangkutan memiliki assets lain
khususnya surat berharga yang dapat dicairkan sewaktu-waktu tanpa mengurangi nilai pasarnya.
3. Bank tersebut mempunyai kemampuan menciptakan cash assets baru melalui berbagai bentuk hutang.
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari LDR pada suatu bank adalah sekitar 85. Menurut Peraturan Bank
Indonesia Nomor 1219PBI2010 tentang giro wajib minimum pada Bank Indonesia dalam rupiah dan valas, ditetapkan bahwa standar
minimum dari LDR adalah 78 dan maksimum adalah 100.
2.3. Signaling Theory