Telaah Pustaka BAB 1 KOSTRUKSI NEGARA KESULTANAN SERDANG, 1723-1946

5 Di samping itu, karena periode ini masuk dalam masa revolusi nasional, maka perlu dipakati teori revolusi integratif. Geertz merumuskan revolusi integratif sebagai berhimpunnya kelompok-kelompok primordial yang tradisional dan berdiri sendiri, ke dalam unit kemasyarakatan yang lebih besar dan kerangka acuannya bukan lokal, tetapi lingkup bangsa, dalam arti seluruh masyarakat di bawah perlindungan suatu pemerintahan baru. 19 Oleh karen itu revolusi integratif adalah suatu proses yang memunculkan kelompok-kelompok primordial ini menjadi kesatuan politik yang lebih besar dan bercabang pengorganisasiannya. Wawasan kelompok primordial ini menjadi lebih luas dari lingkup lokal ke lingkup negara nation state yang supra lokal. Ikatan primordial dalam penjelasan Geertz diperluas ke tingkat politik nasional. Apa yang sebelumnya merupakan suatu kesatuan politik dengan ukuran kecil, memiliki otonomi relatif dan bersifat primordial, selanjutnya dianggap terbaur integrate ke dalam kesatuan politik yang tunggal. Ciri-ciri kesatuan yang baru adalah adanya pemisahan antara bidang kepentingan golongan dengan bidang kepentingan umum berdasarkan kewarganegaraan. Sementara itu menurut pandangan Liddle 20 integrasi nasional memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi horizontal yaitu masalah yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan suku, rasa, agama, aliran dan sebagainya. Kedua, adalah dimensi vertikal yaitu masalah yang muncul dan berkembang menjadi terbentuknya jurang, pemisah antara golongan elit nasional yang lebih kecil jumlahnya dengan massa rakyat yang besar jumlahnya. Kedua dimensi ini menurut pendapatnya mempengaruhi pembentukan nation state.

5. Telaah Pustaka

Bahan –bahan literatur yang kiranya relevan dengan kajian yang akan penulis teliti adalah karya dari Anthony Reid; The Blood Of The People Revolution And The End Of Traditional Rule In Northern Sumatra, yang diterjemahkan oleh Tim PSH Pustaka Sinar Harapan. Dalam karyanya ini hal –hal yang dapat penulis ambil adalah mengenai kajian dari susunan daulat raja –raja Melayu; dalam karya ini digambarkan bagaimana keahlian khas raja –raja Melayu dalam menjalin hubungan dengan penduduk yang suka merompak dan suku –suku lain yang lebih besar jumlahnya tanpa mengorbankan nilai–nilai adat kebiasaan dari raja –raja Melayu tersebut. Yang lebih penting dalam karya ini juga menggambarkan pelopor –pelopor revolusi di Sumatera Timur tersebut. Disamping The Blood Of The People Revolution And The End Of Traditional Rule In Northern Sumatra yang diterjemahkan ini, Revolusi Nasional Indonesia juga menjadi kerangka analisa utama penulis dalam penulisan buku ini disamping karya –karya pendukung lainnya. Karya selanjutnya yang penulis pakai adalah karya dari Tengku Luckman Sinar dalam Sari Sejarah Serdang. Pada karya ini, penulis merasa terbantu untuk mengerti akan latarbelakang dan mengenai daerah –daerah yang masuk kedalam wilayah kerajaan Serdang tersebut. Disamping Sari Sejarah Serdang; Jati Diri Melayu juga penulis pakai karena dengan adanya karya ini penulis lebih memahami akan budaya politik Melayu yang kiranya membantu penulis dalam memahami akan Negara KeSultanan Serdang . Selanjutnya tulisan dalam Denyut Nadi Revolusi yang menguraikan disekitar Sumatera Timur menjelang proklamasi dan setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Izharry Agusjaya Moenzir dalam Tengku Nurdin : Bara Juang Nyala Di Dada; karya ini menguraikan bagaimana perjalanan hidup seorang bangsawan revolusioner dari kehidupan dalam istana hingga terjun langsung kekancah pertempuran untuk mendukung revolusi Indonesia di Sumatera Timur tersebut. 19 Clifford Geertz, “The Integrative Revolution Primordial Sentiments and Civil Politic on the NewState”, dalam Cliffor Geertxz ed, The Interpretation of Cultures, New York : Basic Books, 1973, hlm. 106. 20 R. William Liddle, Ethnicity, Party and National Integration : An Indonesia Case Study. Yale University Press, 1970 6 Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah cetakan ke –2 oleh Sartono Kartodirdjo; alasan penulis memilih bahan literatur ini oleh karena penulis untuk memahami penulisan buku ini membutuhkan salah satu pegangan metodologis dalam hal mempertanggungjawabkan secara ilmiah dari kajian yang penulis teliti. Dalam karya ini banyak hal yang dapat penulis ambil untuk lebih memperkuat landasan kajian yang penulis teliti seperti untuk konsep dan perspektif sejarah Teori dan Metodologi Sejarah serta pengertian pendekatan –pendakatan yang dilakukan ilmu sejarah terhadap ilmu–ilmu sosial lainnya. Selain karya dari Sartono; penulis juga menggunakan bahan –bahan literatur lain untuk metode dari penulisan sejarah. Karya yang penulis anggap sangat membantu juga adalah karya –karya sejarah yang di sunting dari beberapa makalah yang digabungkan kedalam satu karya seperti Pemahaman Sejarah Indonesia : Sebelum dan Sesudah Revolusi oleh William H. Frederick dan Soeri Soeroto. Dalam karya ini yang dapat penulis ambil sebagai penambah untuk mengarahkan penulis kiranya menuju kearah kesempurnaan dalam pengkajian dari permasalahan yang penulis teliti; seperti, empat unsur dalam pemikiran sejarah yang merupakan proses untuk dapat memahami masa lampau yang umum diakui di dunia masa kini sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindarkan. Selain unsur pemikiran sejarah hal –hal yang penulis ambil dalam karya ini adalah landasan utama daripada metode sejarah; bagian ini menerangkan bagaimanakah seorang historiograf dalam menangani bukti –bukti yang diyakini sebagai sesuatu dari bukti sejarah kemudian setelah didapat bukti –bukti tersebut bagaimana menghubungkan dari satu bukti ke bukti yang lainnya. Abdul Latiff Abu Bakar dalam Melaka dan Arus Gerak Kebangsaan Malaysia dalam karya ini ada diungkapkan mengenai budaya politik Melayu; untuk memahami akan budaya Melayu maka sangat tetaptlah kiranya penulis memakai tulisan Abdul Latiff Abu Bakar ini. Tim Pengumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan Pemerintahan DATI I Sumatera Utara dalam Draf Sejarah Perkembangan Pemerintahan propinsi Sumatera Utara, 1945 –1950. Karya ini menguraikan mengenai hal –hal Sumatera Utara dalam revolusi Indonesia. Karl J. Pelzer dalam Planter And Peasant, Colonial Policy And The Agrarian Strunggle In East Sumatera 1863-1947 atau Toen Keboen Dan Petani : Politik Kolonial Dan Perjuangan Agraria Di Sumatera Timur, 1863 –1947 yang diterjemahkan oleh J. Rumbo. Pada karya ini secara luas meguraikan kehidupan kaum bangsawan setelah kedatangan bangsa asing yang secara tidak langsung memperkenalkan keberadaan Sumatera timur tersebut. Selanjutnya tulisan dari Indera dalam Peranan Deli Spoorweg Maatchappij Sebagai Alat Transportasi Perkebunan Di Sumatera Timur, 1883 –1940 dalam Buletin Historisme edisi No. 9 bulan Januari ditahun 1998. Dalam tulisan ini diuraikan bagaimana suatu perusahaan perkebunan dapat membuka kota seperti kota Medan, Binjai, Tebing Tinggi dan lain –lain. Disamping karya Peranan Deli Spoorweg Maatchappij Sebagai Alat Transportasi Perkebunan Di Sumatera Timur, 1883 –1940 didalam buletin yang sama di edisi No. 11 pada bulan Januari ditahun 1999 dengan tulisan Perkebunan Tembakau Deli, 1863 –1891 menguraikan bahwa dengan ditemukannya tanaman tembakau yang berkualitas sangat membantu Sumatera Timur dalam pemasukan devisa ke kas dibanyak negara di Sumatera timur. George Mc Turnan Kahin dalam Nationalism And Revolution In Indonesia, atau Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik : Nasionalisme Dan Revolusi Di Indonesia yang diterjemahkan oleh Nin Bakdi Soemanto. Dalam karya ini digambarkan bagaimana awal –awal dari revolusi Indonesia sampai pengakuan kedaulatan Belanda atas keberadaan Indonesia. Panitia Konfrensi Internasional dalam Denyut Nadi Revolusi Indonesia. Karya ini menguraikan bagaimana sebenarnya gerakan –gerakan revolusioner yang dilakukan oleh rakyat dalam revolusi Indonesia yang mewabah diseluruh wilayah Indonesia. 7 Ben Anderson dalam Java In A Time Of Revolution Occuption And resistences, 1944 –1946 atau Revolusi Pemuda : Pendudukan Jepang dan Perlawanan Di Jawa, 1944 –1946 yang diterjemahkan oleh Jiman Rumbo. Dalam karya ini penulis merasa terbantu dalam memahami akan latarbelakang pemuda menjadi radikal. Karya ini juga menguraikan bagaimana hubungan Tan Malaka melalui persatuan perjuangannya yang dalam kenyataannya organisasi perjuangan ini dituduh sebagai otak dari tragedi tahun 1946 di Sumatera. Biliver Singh dalam Dwifungsi ABRI : The Dual Function Of The Indonesian Armed Forces, atau Dwifungsi ABRI : Asal –Usul, Aktualisasi dan Implikasinya Bagi Stabilitas dan Pembangunan yang diterjemahkan oleh Robert Hariono Imam menguraikan bagaimana sebenarnya kelahiran militer dan peran militer Indonesia dalam politik Indonesia di jaman revolusi, khsususnya kebijakan –kebijakan yang dibuat oleh angkatan darat. Ulf Sundhaussen dalam Road To Power : Indonesian Military Politics, 1945 –1967 atau Politik Militer Indonesia : Menuju Dwifungsi ABRI yang diterjemahkan oleh Hasan Basari. Dalam karya ini diuraikan bagaimana sebenarnya latarbelakang terbentuknya militer Indonesia dan latarbelakang prajurit dan perwiranya menurut suku, agama, dan latarbelakang didikan militer yang mereka dapatkan tersebut serta perkembangan militer itu sendiri. Revolusi yang terjadi di Negara KeSultanan Serdang merupakan gambaran Revolusi yang penuh dengan konflik. Untuk itu penulis merasa perlu menganalisis peristiwa ini melalui teori konflik. Trio karya yang dapat menjadi acuan untuk menganalisi permasalahan ini berupa karya dari Ralf Dahrendorf dalam Class and Class Conflik In Industrial Societiey yang diterjemahkan oleh Ali Mandan dalam Konflik dan Konflik dalam Masyarakat Industri : Sebuah Analisa Kritik. Pada karya ini penulis merasa terbantu untuk mengerti akan doktrin –doktrin Marxian dilihat dari sudut perubahan historis dan wawasan sosiologis; strukstur sosial dan perubahan –perubahan sosial, perubahan sosial dan pertentangan kelas, pertentangan kelas dan revolusi, pemilikan dan kelas sosial; kepentingan kelompok, kelompok – kelompok yang bertentangan, struktur wewenang negara, peran birokrasi, wewenang politik dan kelas penguasa. Karya Anthony Giddens dan David Held, Pendekatan Klasik dan Kontemporer Mengenai Kelompok, Kekuasaan dan Konflik; serta karya dari Nel J. Smelser, Theory of Collecive Behavior. Konflik dapat dilihat sebagai interaksi antara dua atau lebih kelompok kekuatan yang memiliki kepentingan yang berlawanan. Inter aksi akan meningkat menjadi konflik. Jadi konflik merupakan bentuk paling ekstrem dalam persaingan atau kompetisi. Selain itu konflik juga dapat terjadi karena adanya kepentingan ekonomis, politik dan ideologi. Suatu sistem sosial dikatana berada dalam keadaan konflik, bila sistem itu mempunyai dua atau lebih tujuan yang saling bertentangan. Konflik juga dirumuskan sebagai proses perjuangan mencapai nilai dan tuntutan atas status kekuasaan dan sumber daya yang bertujuan untuk mengatasi, merusak atau menghancurkan saingannya. Secara konvensional, konflik dirumuskan sebagai kejadian atau peristiwa, pertarungan dengan atau tanpa kekerasan. Dengan demikian perlu dicari kausalitasnya baik sebab-sebab situasional maupun sebab-sebab langsung. S.N Eisenstadt dalam Revolution and The Transformation of Societies, yang diterjemahkan oleh Chandra Johan dalam Revolusi dan Transformasi Dalam Masyarakat. Pada karya ini penulis merasa terbantu untuk mengerti akan sebab musabab terjadinya revolusi atau perubahan yang revolusioner dengan mengemukakan kerangka kerja studi perbandingan peradapan. Karya ini di samping memberikan pandangan baru tentang kekhususan historis dan budaya revolusi sembari menganalisa proses terjadinya perubahan di dalam peradapan –peradapan besar. Bertumpu pada ajakan itu, Eisenstadt menarik kesimpulan bahwa perubahan revolusioner cendrung mengambil tempat pada negara –negara kerajaan feodal dan feodal kerajaan. Tan Malaka dalam Dari Penjara Ke Penjara pada Jilid 1, menguraikan bagaimana sebenarnya kehidupan seorang yang berasal dari bangsawan Minangkabau tertarik akan marxisme. Disamping karya Dari Penjara Ke Penjara pada Jilid 1, penulis juga memakai karya Tan Malaka yang lain yaitu Madilog. Dalam Madilog ini diuraikan bagaimana sebenarnya Tan Malaka dalam memahami marxisme dan dia 8 melihat bahwa marxis “internasional” yang kiranya tidak cocok dengan alam Indonesia. Dalam karya ini Tan Malaka mengatakan ba hwa “komunis Indonesia sudah tumbuh dari jaman Indonesia kuno dengan gotong –royong sebagai ciri khas utamanaya”. Dalam pengertian perjuangan kelas Tan Malaka menguraikan sebagai berikut : “pergerakan revolusioner Indonesia bertumpu pada kerjasama antara semua kelompok atau golongan yang mempunyai kepentingan bersama untuk mengalahkan musuh – musuh dari kelompok penentang”. Notosoetardjo dalam Dokumen –Dokumen Konfrensi Meja Bundar : Sebelum, Sesudah dan Pembubarannya. Dalam karya ini dapat dilihat gambaran bagaimana sebenarnya kebijakan yang diambil untuk politik nasional ditahun 1946 –1947 baik itu untuk muatan dalam negeri sendiri maupun untuk kebijakan luar negeri perjanjian dengan Belanda. Adnan Buyung Nasution dalam The Aspiration For Constitutional Government In Indonesia : A Socio –Legal Study Of The Indonesian Konstituante, 1956-1959, atau Aspirasi Pemerintahan Konstitusional Di Indonesia : Studi Sosio –Legal Atas Konstituante, 1956-1959 yang diterjemahkan oleh Sylvia Tiwon. Dalam karya ini yang dapat penulis ambil sebagai bahan pengkajian penulis ialah bahwa karya ini menguraikan mengenai latarbelakang proses ketatanegaraan Indoensia beserta pelaku –pelaku sejarah yang sangat berperan dalam menyusun ketatanegraan ini. Dalam karya ini juga diungkapkan bagaimana militer angkatan darat dengan mitra sipilnya menyususun undang –undang dasar yang akan diberlakukan untuk seluruh wilayah Indonesia ini. Seketariat Negara Republik Indonesia dalam 30 Tahun Indonesia Merdeka, dalam karya ini yang kiranya relevan sebagai bahan yang mendukung pengkajian penulis ini ialah mengenai campur tangan militer angkatan darat dalam kebijakan –kebijakan dari politik nasional yang dibuat oleh mitra sipilnya. Sudijono Sastoadmodjo dalam Perilaku Politik, dalam karya ini yang dapat penulis ambil sebagai salah satu bahan dari pengkajian ini ialah mengenai budaya politik Indonesia menurut Lucian Pye yang dikutip dalam karya ini; disamping itu karya ini lebih membantu penulis dalam memahami akan budaya politik para elit. Jon Elster dalam An Introductions To Karl Marx atau Marxisme : Analisis Kritis yang diterjemahkan oleh Sudarmaji. Pada karya ini penulis merasa terbantu untuk memahami apa sebenarnya marxisme itu. Samakah marxisme yang diterapkan oleh dunia internasional dengan marxisme yang diterapkan oleh para revolusioner di Indonesia. Ternyata marxisme yang sampai di Indonesia hanyalah dipakai sebagai wacana penggerak revolusi Indonesia dan bukan sebagai ideologi yang dilaksanakan untuk selamanya. Fransz Magnis Suseno dalam Etika Jawa : Sebuah Analisa Filsafi Tentang Kebijakan Hidup Jawa, dalam karya ini yang penulis ambil hanya untuk sebagai studi banding mengenai antara pemahaman kekuasaan menurut Jawa dengan pandangan kekuasaan menurut paham Melayu dan dalam karya ini juga ada ditampilkan pemahaman kekuasaan menurut Barat. Karya dari Muhammad Abduh dan kawan –kawan dalam Pengantar Sosiologi. Dalam karya ini dijelaskan bagaimana peranan sosiologi dalam menganalisa masyarakat secara umum maupun secara khusus. Karya R. William Liddle, Ethnicity, Party and National Integration : An Indonesia Case Study. Dalam karya ini dijabarkan bagaimana integrasi nasional memiliki dua dimensi. Pertama, dimensi horizontal yaitu masalah yang ditimbulkan oleh adanya perbedaan suku, rasa, agama, aliran dan sebagainya. Kedua, adalah dimensi vertikal yaitu masalah yang muncul dan berkembang menjadi terbentuknya jurang, pemisah antara golongan elit nasional yang lebih kecil jumlahnya dengan massa rakyat yang besar jumlahnya. Kedua dimensi ini menurut pendapatnya mempengaruhi pembentukan nation state. Karya Clifford Geertz dalam The Integrative Revolution Primordial Sentiments and Civil Politic on the NewState. Geertz merumuskan revolusi integratif sebagai berhimpunnya kelompok-kelompok primordial yang tradisional dan berdiri sendiri, ke dalam unit kemasyarakatan yang lebih besar dan 9 kerangka acuannya bukan lokal, tetapi lingkup bangsa, dalam arti seluruh masyarakat di bawah perlindungan suatu pemerintahan baru. Yang terahir karya dari Gorys Keraf dalam Komposisi. Pada karya ini, penulis merasa terbantu untuk mengerti akan cara –cara mengutip, cara membuat catatan kaki, penerapan catatan kaki dan singkatan serta penyusunan bibliografi.

6. Metodologi