1
BAB SATU PROLOG
1. Latar Belakang Masalah
MASA TAHUN 1946 merupakan suatu masa yang cukup kritis dalam awal Pemerintahan Republik, Mr.T.M. Hasan, Gubernur Sumatera, mencoba menampung aspirasi kaum bangsawan melalui
kebijaksanaan rekonsialisainya. Sangat dipenulisngkan, kebijakan Pemerintah Republik ternyata tidak berhasil. Para pendukung Republik yang menganut garis keras mengambil jalan pintas untuk
mengenyahkan golongan bangsawan dengan sistem feodalnya melalui revoluasi sosial pada bulan Maret 1946.
Revolusi sosial ternyata susah dikendalikan dan menyambar siapa saja yang dipandang berbau feodal dan kolonial, termasuk birokrat-
birokrat Republik yang hanya memakai “dasa”. Revolusi sosial telah memakan korban berpuluh-puluh aristokrasi Negara KeSultanan Serdang, tetapi semangat untuk tetap
menjadi nomor satu di “rumahnya sendiri” tidak pernah surut dari mereka. Lebih jauh revolusi sosial telah membuat Republik mendapat nama buruk dari peristiwa tersebut.
Konflik kelas dan etnis merupakan unsur penting dalam proses dekolonisasi di Negara KeSultanan Serdang . Konflik itu tetap menjadi kekuatan destabilisasi hingga periode pasca kolonial. Konflik antar
penduduk asli dengan kaum pendatang, antara orang Melayu dengan non Melayu, telah menjadi ciri-ciri khusus yang mewarnai peristiwa politik internal di wilayah Negara KeSultanan Serdang . Konflik itu
juga telah mewarnai hubungan politik antara Jakarta dan Negara KeSultanan Serdang.
1
2. Batasan Masalah
Buku ini akan merekontruksikan peristiwa-peristiwa seputar runtuhnya Negara KeSultanan Serdang. Pertanyaan-pertanyaan yang hendak dijawab adalah : pertama, faktor-faktor apa yang melatarbelakangi
munculnya Negara KeSultanan Serdang. Kedua, bagaimanakah proses pelepasan diri dari KeSultanan Deli, hingga menjadi negara Negara KeSultanan Serdang. Ketiga, faktor-faktor apa yang mempercepat
dan menghambat runtuhnya Negara KeSultanan Serdang.
Pada dasarnya kausalitas peristiwa sejarah tidaklah memiliki suatu batasan yang mutlak, baik dari aspek periodisasi maupun cakupan masyarakat yang diakibatkannya, namun demikian agar suatu studi
sejarah dapat dilaksanakan secara lebih mendalam, perlu dibuat batasan-batasan khusus. Dengan demikian dapat ditelusuri langkah-langkah reconaissance identifikasi masalah dan feasibility
kemungkinan-kemungkinan yang dapat dilakukan dalam penelitian.
2
Ruang lingkup geografi sebagai unit analisis buku ini adalah Negara KeSultanan Serdang.
3
Meskipun demikian buku ini akan memperhatikan aspek-aspek supra lokal. Potret sejarah lokal Sumatera Utara
justru menjadi bagian yang sangat mempengaruhi potret sejarah nasional. Dalam buku ini akan tampak
1
Herberth Feith. The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. New York : Cornell University
Press, 1962, hlm. 393-396
2
Sartono Kartodirdjo, Pemikiran dan Perkembangan Histografi Indonesia Suatu Alternatif. Jakarta;
Gramedia, 1982, hlm. 89.
3
Kesultanan Serdang yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah daerah bekas
Kabupaten Deliserdang,
yang sekarang menjadi bagian Kabupaten Serdang Bedagai.
2 jelas bahwa terjadi saling pengaruh yang sangat kuat antara peristiwa-peristiwa lokal dan nasional dalam
konteks sejarah Negara KeSultanan Serdang. Unit analisis studi ini adalah pertumbuhan negara, tetapi mengingat luasnya problematika di seputar
Ketatanegaraan Melayu di Negara KeSultanan Serdang , maka sasaran buku ini akan dibatasi pada Sumber Hukum Material Daulat
–Durhaka, Sistem Demokrasi atau Kedaulatan KeSultanan, Asas Pembagian Kekuasaan, Hakikat Pemisahan Diri dari KeSultanan Deli, Sejarah Perkembangan
Ketatanegaraan KeSultanan, Bentuk dan Sistem Pemerintahan, Struktur, Sistem dan Susunan Kelembagaan Negara dalam memperjuangkan, mengembangkan dan mempertahankan Negara
KeSultanan Serdang.
3. Tujuan Penulisan