Bentuk Pemerintahan Negara Kesultanan Serdang Susunan Pemerintahan Negara Kesultanan Serdang
Jepang. Sultan Sulaiman juga segera mengibarkan bendera merah putih ketika mendengar proklamasi 17 Agustus 1945 melalui gubernur Sumatera Timur, TM Hassan, Sultan mengirimkan sebuah telegram
kepada Presiden Soekarno yang menyatakan Negara KeSultanan Serdang serta seluruh daerah taklukannya mengakui kekuasaan pemerintah Republik Indonesia dan dengan segala kekuatan akan
mendukungnya.
Pada masa ini, semua kerajaan bumiputera di Indonesia sudah dijajah Belanda. Pemerintah Hindia Belanda membuat Politik Kontrak 1907 dengan Kerajaan Serdang yang berada di bawah protektorate.
Ia tidak boleh berhubungan dengan pemerintah asing dan rakyatnya adalah rakyat asli Serdang saja. Mahkamah Kerajaan tidak boleh menghukum rejam, atau potong tangan atau hukuman dera cambuk.
Hukuman mati dan hukum buang harus dengan seizin pemerintah Hindia Belanda. Semua hasil negeri diambil 50 oleh Pemerintah Hindia Belanda.
Sultan Sulaiman terkenal sebagai raja yang selalu melawan dan sabotase setiap tekanan Belanda dan bersimpati kepada gerakan kemerdekaan Indonesia. Karena pemerintahannya yang banyak sekali untuk
pembangunan dan pendidikan serta kesehatan rakyat, maka ketika baginda sakit di tahun 1927, ribuan rakyat berkunjung ke Istana Kota Galuh Perbaungan. Baginda melindungi rakyatnya dari kekerasan
Jepang yang mau menangkap pemuda untuk dijadikan romusha kerja paksa dan wanita gyanfu.
Ketika diproklamasikan kemerdekaan Indonesia 17-8-1945, Baginda segera mengirim telegram kepada Presiden Sukarno, bahwa Kerajaan Serdang berdiri dan akan mempertahankan Republik
Indonesia. Tetapi di daerah Sumatera Timur berkecamuk kegiatan pengaruh kaum komunis yang mensponsori diadakannya coup “Revolusi Sosial”. Banyaklah raja-raja dan bangsawan yang ditangkap
dan dibunuh dan istana direbut dan dibakar. Sultan Sulaiman selamat dijaga oleh Tentera Republik Indonesia di istana tetapi karena sakit dan usia tua baginda mangkat 13-10-1946 dan dimakamkan oleh
Pemerintah Republik Indonesia dengan kehormatan dan diiringi ribuan rakyat. Sejak 3 Maret 1946 oleh
“Revolusi Sosial” itu lenyaplah semua kerajaan yang ada di Sumatera Timur dan Aceh. Berdasarkan pasal 18D UUD 1945 perobahan ke-2 sistem Kerajaan seperti zaman Belanda tidak berlaku lagi.