melewati pipa samping alat soklet dan mengalami pendinginan ketika melewati kondensor. Pelarut yang berkondensasi tersebut akan jatuh pada bagian dalam alat
soklet yang berisi sampel yang telah dibungkus kertas saring. Sehingga seluruh senyawa yang ingin diekstrak dari sampel tersebut akan tertarik dan ditampung
pada labu tempat pelarut awal. Proses ini berlangsung terus-menerus sampai diperoleh hasil ekstraksi yang diinginkan. Keuntungan menggunakan metode ini
adalah pelarut yang digunakan jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan metode maserasi Houghton dan Rahman 1998.
Fangel dan Wegener 1995 menyatakan bahwa ekstraksi kayu meliputi sejumlah besar senyawa yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan
menggunakan pelarut polar dan non-polar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan pelarut yang berbeda seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau
campuran pelarut-pelarut tersebut.
2.4 Zat Ekstraktif
Sjostrom 1998 mendifinisikan zat ekstraktif sebagai beraneka ragam komponen kayu, meskipun biasanya merupakan bagian kecil, larut dalam pelarut-
pelarut organik netral atau air. Ekstraktif dapat dipandang sebagai konstituen kayu yang tidak tersetruktur, hampir seluruhnya terbentuk dari senyawa-senyawa
ekstraseluler dan berbobot molekul rendah. Proporsi ekstraktif bervariasi mulai kurang dari 1 sebagai contoh
poplar hingga lebih dari 10 sebagai contoh redwood berdasarkan berat kering tanur kayu. untuk beberapa jenis dari daerah tropis bisa terdapat sekitar 20.
Adanya variasi tidak hanya terdapat diantara spesies, tetapi juga dalam pohon yang sama, terutama diantara kayu gubal dan kayu teras Tsoumis 1991.
Biasanya bagian-bagian yang berbeda dari pohon yang sama, yaitu batang, cabang, akar, kulit kayu, dan daun, berbeda banyaknya jumlah maupun komposisi
ekstraktif Sjostrom 1998. Distribusi, komposisi dan bioaktivitas zat ekstraktif yang terdapat di bagian kulit luar outerbark berbeda dengan kulit bagian dalam
innerbark, bagian kayu gubal sapwood maupun bagian kayu terasnya Thompson et al. 2006.
Hillis 1987 menjelaskan bahwa jumlah zat ekstraktif pada pohon didaerah tropis dan subtropis lebih banyak dari pada pohon didaerah sedang
temperate. Jumlah zat ekstraktif pada hardwood lebih banyak dibandingkan conifer wood Kayu daun jarum. Riset terhadap 480 sampel Pinus echinata yang
hidup pada kondisi dan umur berbeda menunjukkan bahwa umur mempunyai pengaruh yang sangat dominan dalam jumlah zat ekstraktif. Selain itu juga
dipengaruhi pelarut yang melarutkan, karena zat ekstraktif sering berada sembunyi dibelakan dinding sel, tergantung derajat polimerisasi dan in-
solubilitasnya. Senyawa bioaktif merupakan senyawa yang mempunyai aktivitas biologis
terhadap organisme lain atau pada organisme yang menghasilkan senyawa tersebut. Senyawa bioaktif hampir selalu toksik pada dosis yang tinggi.
Wiryowidagdo 2000 menjelaskan bahwa golongan senyawa kimia dalam tanaman yang berkaitan dengan aktifitas antikanker dan antioksidan antara lain
adalah golongan alkaloid, terpenoid, polifenol, flavonoid dan juga senyawa resin.
2.5 Brine Shrimp Lethality Test BSLT