3.4 Analisis Data
3.4.1 Kadar Zat ekstraktif
Pengolahan data pada penentuan kadar zat ekstraktif dilakukan dengan Microsoft Excel 2007 dan SAS 9.1. Model rancangan percobaan yang digunakan
pada penelitian ini adalah faktorial RAL Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor, yaitu: faktor A bagian suren beureum dengan 4 taraf yaitu kayu teras,
kayu gubal, daun, dan ranting dan faktor B metode ekstraksi dengan 2 taraf yaitu maserasi dan sokletasi yang masing-masing menggunakan 3 kali ulangan. Model
rancangan percobaan statistik yang akan digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Y
ijk
= µ + α
i
+ β
j
+ αβ
ij
+ ε
ijk
Dimana : i = kayu teras, kayu gubal, daun, ranting; j = maserasi, sokletasi;
k = 1, 2, 3 Y
ijk
= Nilai pengamatan pada bagian suren beureum ke-i, metode ekstraksi ke-j, dan ulangan ke-k.
µ = Rataan umum
α
i
= Pengaruh utama bagian suren beureum β
j
= Penngaruh utama metode ekstraksi εijk = Pengaruh acak yang menyebar normal 0,σ
ε 2
Perlakuan yang dinyatakan berpengaruh terhadap respon dalam analisis sidik ragam, kemudian diuji lanjut dengan menggunakan Duncan Multiple Range
Test DMRT. Analisis dilakukan dengan menggunakan bantuan program komputer SAS 9.1.
3.4.2 Bioaktivitas
Hasil pengamatan jumlah larva udang yang mati digunakan untuk menghitung mortalitas, yaitu dengan menggunakan rumus:
Keterangan: MA = Mortalitas teramati
N1 = Jumlah larva udang awal N2 = Jumlah larva udang yang mati setelah pengujian
Nilai mortalitas teramati kemudian dikoreksi dengan kontrol. Nilai perhitungan mortalitas terkoreksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus dari
Abbot 1925 dalam Sari 2002 :
Keterangan : MT = Mortalitas terkoreksi
Ma = Mortalitas teramati Mk = Mortalitas kontrol
Data mortalitas yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menggunakan Minitab 14 dengan teknik analisis probit untuk mengetahui Lethal concentration
LC
50
dengan selang kepercayaan 95. Meyer et al. 1982 menyatakan bahwa apabila didapatkan LC
50
≤ 30 ppm, maka ekstrak sangat toksik dan berkorelasi mengandung senyawa bioaktif antikanker. Dari hasil pengujian BSLT dapat
diketahui fraksi golongan senyawa ekstrak etanol daun, ranting, kayu teras, dan kayu gubal mengandung senyawa bioaktif antikanker.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Kadar Zat Ekstraktif Ekstrak Etanol
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi suren beureum dengan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi menghasilkan ekstrak rata-rata 4, 46 -
13,11 Tabel 1. Berdasarkan BKT serbuk kayunya, semua bagian suren beureum kayu teras, kayu gubal, daun, dan ranting tergolong ke dalam kategori
kadar ekstraktif tinggi. Hal ini didasarkan pada klasifikasi kelas komponen kimia kayu Indonesia Lestari dan Pari 1990 yang menyatakan bahwa kadar zat
ekstraktif kayu termasuk kelas tinggi jika kadar ekstraktifnya lebih besar dari 4, kelas sedang jika kadar ekstraktif 2
– 4, dan kelas rendah jika kadar ekstraktifnya kurang dari 2.
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi antara bagian suren beureum dan metode ekstraksi terhadap rendemen ekstrak
yang dihasilkan Lampiran 5. Namun, setiap faktor bagian pohon dan metode ekstraksi berpengaruh nyata terhadap rendemen ekstrak yang dihasilkan
Lampiran 6. Tabel 1 Kandungan Ekstrak Etanol Bagian Suren Beureum T. sinensis
1
Bagian Pohon Metode Ekstraksi
Rata-rata
2
Maserasi Sokletasi
Kayu Teras 6,49
6,63 6,56 C
Kayu Gubal 4,46
4,55 4,51 D
Daun 13,11
13,53 13,32 A
Ranting 8,96
9,77 9,36 B
Rata-rata
2
8,25 b 8,62 a
8,44
1
- rataan dari 3 kali ulangan, berat kering tanur
2
- A, B, C, D hasil uji lanjut Duncan pada bagian pohon - a dan b hasil uji lanjut Duncan pada metode ekstraksi
- selang kepercayaan 95 α=0,05
Hasil uji lanjut Duncan pada bagian suren beureum menunjukkan bahwa ekstraksi bagian kayu teras, kayu gubal, ranting dan daun menghasilkan rendemen
ekstrak yang berbeda satu dengan lainnya. Tabel 1 menunjukkan rendemen tertinggi dihasilkan dari ekstraksi bagian daun 13,32, diikuti dengan bagian
ranting 9,36, kayu teras 6,56, dan kayu gubal 4,51. Hasil penelitian