13. Indeks Derajat Kepekaan adalah indeks yang menunjukkan tingkat keterkaitan ke depan suatu sektor terhadap sektor lainnya.
14. Ekspor dan impor barang dan jasa adalah transaksi ekonomi antara penduduk Kabupaten Kudus dengan penduduk luar Kabupaten Kudus,
baik luar negeri maupun luar wilayah Kabupaten Kudus.
Pembangunan Wilayah Kudus
Potensi Sektor-sektor Perekonomian Wilayah Kudus
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Masalah Sumber : Diolah dari BPS dan BKPPD Kabupaten Kudus, 2001
III. METODE PENELITIAN
Sektor Pertanian Sektor Non Pertanian
Sektor Padi Sektor Non Padi
Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau
Sektor Non Pertanian Lainnya
OUTPUT INPUT
INPUT OUTPUT
INPUT OUTPUT
Analisis Input-Output
Analisis Keterkaitan
Analisis Deskriptif
Analisis Dampak Pengganda
Rasio Input Antara
Rasio Permintaan Antara
Forward Linkage
Backward
Linkage
Indeks Derajad Kepekaan
Indeks Daya Penyebaran
Sektor Kunci 1 dan 1
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang memusatkan diri pada
pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yang aktual kemudian data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
dianalisis Surakhmad, 1994.
B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian
Daerah penelitian diambil secara sengaja purposive yaitu Kabupaten Kudus dengan pertimbangan bahwa selain karena daerah tersebut memiliki
Tabel Input-Output Tahun 2000, daerah tersebut juga memiliki potensi di sektor industri dengan sumbangan sebesar 59,83. Walaupun demikian,
seperti telah dijelaskan sebelumnya, ada keterkaitan antara sektor industri dengan sektor pertanian 3,38 terutama sektor padi sebagai kontributor
kedua pada sektor pertanian yaitu sebesar 1,04 dengan luas lahan pertanian lebih dari 50 persen dari luas wilayah Kabupaten Kudus diharapkan dapat
memberikan kontribusi lebih besar dalam pembangunan daerah.
C. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder, yang diperoleh dari Kantor BPS Kabupaten Kudus dan Bappeda Kabupaten Kudus.
Adapun data yang digunakan adalah data Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Kudus Tahun 2002, Tabel Input-Output Kabupaten
Kudus Tahun 2000 serta data Kudus Dalam Angka Tahun 2002.
D. Metode Analisis Data
1. Penyusunan Tabel I-O Penyusunan Tabel I-O Kabupaten Kudus Tahun 2002 dengan cara
melakukan up-dating Tabel I-O Kudus Tahun 2000. Adapun teknik up- dating yang dilakukan adalah dengan menggunakan Metode RAS yaitu
dengan persamaan berikut :
A
t
= r . A
o
. s
dimana : A
o
: matriks koefisien tahun dasar A
t
: matriks koefisien tahun-t r
: pengali barispengganda subtitusi s
: pengali kolompengganda pabrikasi Alat bantu dalam penelitian ini menggunakan “software” Program
GRIMP-Micro Version 5.00.01. Dengan program ini akan diperoleh Tabel I-O terbaru hasil up-dating dengan :
a. Memasukkan angka-angka Tabel I-O Kabupaten Kudus 2000 dengan mengagregasikan menjadi 18 sektor dari 19 sektor seperti terlihat
dalam Tabel 3.1. dan Biaya Antara Kabupaten Kudus Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2002.
b. Memasukkan Permintaan Akhir kode:301-305, Input Primer kode:201-205 dan Impor kode:200 ke dalam tabel tersebut.
c. Memilih menu ‘adjust’ dan memilih submenu RAS. d. Proses RAS dilakukan dengan memilih bagian mana saja yang akan di
RAS, dalam hal ini yang disesuaikan adalah 18 sektor yang ada, dengan kata lain yang di-adjust adalah permintaan antara dan input
antara saja, hal ini karena data yang tersedia hanya menunjukkan perubahan dari kedelapanbelas sektor tersebut. Setelah itu
memasukkan jumlah input dan output yang akan digunakan dengan menyebutkan jumlah kolom dan baris.
e. Maximum Iteration yang digunakan adalah 50 kali dengan Maximum
Tolerance sebesar 1000, hal ini karena besarnya nilai angka yang diolah.
f. Penyeimbangan balancing total input dan total output dilakukan pada baris impor yang berfungsi sebagai residu artinya diisi setelah semua
sel terisi. g. Dengan menggunakan perbandingan input antara terhadap input total
akan diperoleh koefisien input yang akan digunakan dalam proses penyusunan Tabel I-O Kabupaten Kudus Tahun 2002 dengan
menggunakan program Microsoft Excel.
Tabel 3.1. Agregasi Sektor Perekonomian dalam Tabel I-O Kabupaten Kudus Tahun 2002 18x18 sektor
KODE 18 SEKTOR
NAMA SEKTOR KODE 19
SEKTOR 1
Padi 1 2
Tanaman Bahan Makanan Lainnya 2
3 Tanaman Perkebunan
3 4
Peternakan dan hasil-hasilnya 4
5 Kehutanan 5
6 Perikanan 6
7 Pertambangan dan Penggalian
7 8
Industri Makanan, Minuman dan Tembakau 8
9 Industri Lainnya
9,10 10
Listrik, Gas dan Air Minum 11
11 Bangunan 12
12 Perdagangan 13
13 Restoran dan Hotel
14 14
Pengangkutan dan Komunikasi 15
15 Lembaga Keuangan, Real Estate dan Jasa
Perusahaan 16
16 Pemerintahan Umum dan Pertahanan
17 17 Jasa-jasa
18 18
Kegiatan Yang Belum Jelas Batasannya 19
Sumber : Diolah dari Tabel Input-Output Kabupaten Kudus Tahun 2000
Adapun alur penyusunan Tabel I-O Kabupaten Kudus Tahun 2002, dapat dilihat dalam skema sebagai berikut :
Tabel I-O Kabupaten Kudus 19x19 Tahun 2000
Gambar3.1. Alur Penyusunan Tabel Input-Output Kabupaten Kudus Tahun 2002
2. Analisis Keterkaitan a. Keterkaitan ke Belakang
Untuk mengetahui dampak dari perubahan permintaan akhir suatu sektor terhadap output seluruh sektor ekonomi di suatu wilayah atau negara,
dengan melihat keterkaitan ke belakang backward linkage-nya. Besarnya keterkaitan ke belakang tersebut, diperoleh dari persamaan
berikut :
r
j =
i
b
ij
Dimana : r
j
: Keterkaitan ke belakang sektor-j Tabel I-O Kabupaten Kudus
18x18
RAS Biaya Antara Kabupaten Kudus
tahun 2002 dan data Nilai Input- Output
I-O Kabupaten Kudus Kasar
Microsoft Excel
I-O Kabupaten Kudus Tahun 2002
Penyesuaian terhadap Impor
Alat Bantu Grimp Micro Version 5.00.01
b
ij
: elemen matriks kebalikan dari baris ke-i kolom ke-j Adapun ukuran yang digunakan untuk melihat tingkat keterkaitan ke
belakang sektor tersebut digunakan Indeks Daya Penyebaran, dengan persamaan sebagai berikut :
j
=
ij j
i ij
i
b b
n
Dimana :
j
: Indeks Daya Penyebaran sektor-j b
ij
: elemen matriks kebalikan dari baris ke –i kolom ke-j n
: banyaknya sektor matriks Dengan kriteria BPS, 1995:
Jika
j
= 1 ; maka keterkaitan ke belakang sektor-j sama dengan rata- rata keterkaitan ke belakang seluruh sektor ekonomi.
Jika
j
1; maka keterkaitan ke belakang sektor-j lebih rendah
daripada rata-rata keterkaitan ke belakang seluruh sektor ekonomi
Jika
j
1 ; maka keterkaitan ke belakang sektor-j di atas rata-rata keterkaitan ke belakang seluruh sektor ekonomi.
b. Keterkaitan ke Depan
Untuk mengetahui dampak yang terjadi terhadap output suatu sektor sebagai akibat dari perubahan permintaan akhir pada masing-masing
sektor perekonomian, dengan melihat keterkaitan ke depan forward linkage-nya. Keterkaitan ke depan dapat dihitung dengan rumus :
s
i =
ij j
b
Dimana : s
i
: Keterkaitan ke depan sektor-i b
ij
: Elemen matriks kebalikan dari baris ke-i kolom ke-j Ukuran yang digunakan untuk melihat keterkaitan ke depan sektor
tersebut digunakan Indeks Derajat Kepekaan dengan persamaan sebagai berikut :
i
=
ij j
i ij
j
b b
n
Dimana :
i
: Indeks Derajat Kepekaan sektor –i b
ij
: Elemen matriks kebalikan dari baris ke –i kolom ke-j n
: Banyaknya sektor matriks Dengan kriteria BPS, 1995 :
Jika
i
= 1 ; Keterkaitan ke depan sektor-i sama dengan rata-rata keterkaitan ke depan seluruh sektor ekonomi
Jika
i
1 ; Keterkaitan ke depan sektor-i lebih rendah daripada rata-
rata keterkaitan ke depan seluruh sektor ekonomi Jika
i
1 ; Keterkaitan ke depan sektor-i di atas rata-rata keterkaitan
ke depan seluruh sektor ekonomi. 4. Analisis Deskriptif
a. Rasio Input Antara RIA Untuk mengetahui besarnya pemakaian barang dan jasa dari output
sektor yang lain digunakan habis untuk proses produksi sektor yang bersangkutan, dilakukan dengan menghitung besarnya Rasio Input
Antara RIA dengan persamaan :
RIA = 1 -
Output NTB
Dimana RIA : Rasio Input Antara
NTB : Nilai Tambah BrutoInput Primer Apabila suatu sektor mempunyai nilai RIA nilai RIA rata-rata maka
sektor tersebut mempunyai RIA yang relatif kecil. Suatu sektor yang mempunyai nilai RIA kecil berarti sektor tersebut memerlukan biaya
yang kecil dari nilai outputnya untuk menjalankan proses produksinya. Sedangkan jika suatu sektor mempunyai nilai RIA nilai RIA rata-rata
maka sektor tersebut mempunyai RIA yang relatif besar. Suatu sektor yang mempunyai nilai RIA besar berarti sektor tersebut memerlukan
biaya yang besar dari nilai outputnya untuk menjalankan proses produksinya BPS, 1997.
b. Rasio Permintaan Antara RPA Untuk mengetahui besarnya permintaan atas output suatu sektor yang
digunakan oleh sektor lain untuk proses produksinya, dilakukan dengan mencari besarnya Rasio Permintaan Antara RPA, dengan persamaan ;
RPA =
Permintaan Total
Antara Permintaan
Kriteria yang digunakan untuk menilai RPA yaitu apabila suatu sektor nilai RPA-nya 80 maka sektor tersebut dapat dikatakan
mempunyai RPA relatif tinggi. Suatu sektor mempunyai nilai RPA tinggi berarti output sektor tersebut banyak dibutuhkan dan
digunakan untuk proses produksi oleh sektor lain. Dan bila suatu sektor nilai RPA 20 maka sektor tersebut memiliki RPA relatif rendah.
Suatu sektor mempunyai nilai RPA rendah berarti output sektor tersebut tidak banyak dibutuhkan dan digunakan untuk proses produksi sektor
lain BPS dan BKPPD Kudus, 2001.
IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KUDUS
A. Keadaan Alam 1. Letak Geografis dan Wilayah Administratif