13
III. METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan – FATETA IPB dimulai bulan Februari hingga bulan Juli 2010. Data pengamatan
lapang yang digunakan yaitu periode 1 April 2009 – 11 Mei 2010 diperoleh dari Stasiun Head Quarter HQ Baung, di kawasan HTI SBAWI, Kabupaten OKI –
Sumatra Selatan. HQ Baung merupakan kantor pusat PT SBAWI terletak pada koordinat geografis 105,3
BT dan 2,74 LS. SBAWI memperoleh lisensi untuk
mengelola hutan tanaman industri pada lahan basah di Kabupaten OKI pada tahun 2004. Tanaman HTI yang diusahakan yaitu Acacia crassicarpa.
Untuk lokasi lain di HTI menggunakan data pengamatan periode 1 Januari – 30 April 2010 yang meliputi Stasiun Air Sugihan, Sungai Beyuku, Bagan Rame,
Sungai Penyabungan, Lebong Hitam, Sungai Riding, Teluk Pulai, dan Teluk Daun. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1 dan lokasi terletak sekitar
dua jam perjalanan melalui sungai dari Kota Palembang
Gambar 1. Peta lokasi HTI-SBAWI di Kabupaten OKI, Sumatera Selatan.
14
3.2. Bahan dan Alat
Penelitian ini menggunakan seperangkat alat software dan hardware sebagai berikut:
a. Ms. Office 2003 License: MBG2X-K7D2F-99JDG-Q4TB3-GVQHQ
b. ArcView 3.3 c. Ms. Visual Basic 6.0
d. MapObject 2.0 e. Logger HIOKI 3641
f. Logger Decagon Em50 g. TD Diver
h. Meteran Untuk membangun sistem berbasis spasial, peta yang dibutuhkan yaitu: peta batas
HTI, peta distrik HTI dan peta lokasi stasiun pengamatan. Logger Hioki digunakan untuk monitoring suhu udara maksimum. Logger Decagon Em50
digunakan untuk mengukur curah hujan dan kadar air tanah, sedangkan TD Diver digunakan untuk mengukur kedalaman muka air tanah.
3.3. Monitoring Data Cuaca, Kandungan Air Tanah dan Water
Pengembangan sistem peringkat bahaya kebakaran hutan di HTI-SBAWI memerlukan seperangkat alat yang telah dijelaskan pada Sub Bab 3.2. Alat-alat
tersebut dilengkapi dengan sensor dan logger yang mampu memonitor data pengamatan dengan resolusi satu jam. Data pengamatan tersebut diunduh setiap
bulan untuk diolah dalam MS. Excel agar mendapatkan format data yang diinginkan. Data pengamatan diolah berdasarkan bulan pengamatan. Data curah
hujan diakumulasikan selama periode 24 jam 00.00 – 23.00 untuk mendapatkan data curah hujan harian pada hari tersebut. Suhu udara maksimum pada hari
tersebut digunakan sebagai input model KBDI yang diperoleh dengan mencari suhu tertinggi yang terjadi selama periode 24 jam. Data ketinggian muka air
tanah dan kadar air tanah yang digunakan yaitu data pada pengamatan pukul 23.00 sebagai data input model untuk hari tersebut. Data tersebut diolah dalam MS.
Excel dengan VBA for Excel. Contoh format data tersedia di Lampiran 2.
15
Untuk lokasi pengamatan di distrik lain dalam HTI-SBAWI menggunakan peralatan manual. Data curah hujan diamati dengan ombrometer dengan waktu
pencatatan pada pukul 07.00 waktu setempat. Data kedalaman muka air tanah diukur dengan meteran pada pukul 07.00 waktu setempat. Sedangkan suhu udara
maksimum diukur dengan termometer pada pukul 13.30 waktu setempat.
3.4. Pengembangan Model Modified-KBDI