24
mendekati level jenuh hingga mencapai KAT 0,627 m
3
m
3
, sedangkan MAT dekat
permukaan tanah hingga pada kedalaman 0,1 m. KAT mulai berkurang dengan berakhirnya musim penghujan di bulan Mei 2009. Bahkan KAT mencapai titik
layu permanen pada tanggal 12 September 2009 sebesar 0,32 m
3
m
3
. Selanjutnya KAT meningkat menjadi 0,335 m
3
m
3
pada tanggal 15 September 2009 dengan adanya hujan sebesar 10,2 mm. KAT kemudian mencapai titik terendah sebesar
0,289 m
3
m
3
pada tanggal 3 Oktober 2009. Dengan adanya hujan sebesar 2 mm 4 Oktober 2010, KAT naik menjadi 0,299 m
3
m
3
. Selanjutnya hujan hari berikutnya sebesar
45,6 mm 5 Oktober 2009 menyebabkan KAT naik menjadi 0,415 m
3
m
3
dan MAT naik dari -0,744 m menjadi -0,125 m. Dengan masuknya musim hujan, KAT selalu berada diatas 0,4 m
3
m
3
. Sedangkan pada musim hujan, MAT meningkat hingga terjadi genangan seperti
pada tanggal 31 Desember 2009 genangan mencapai 0,139 m.
4.3. Parameter Model KBDI di Lahan Basah
Perhitungan KBDI dimulai pada KAT maksimum terukur yaitu pada tanggal 9 April 2010. Pada tanggal tersebut KAT sebesar 0.627 m
3
m
3
atau setara dengan indeks kekeringan sebesar 43. Secara konseptual Keetch dan Byram 1968
menyarankan perhitungan KBDI dimulai pada KBDI 0 yaitu pada kondisi curah hujan mingguan lebih dari 150 mm. Penelitian ini memulai perhitungan KBDI
dengan KBDI awal sebesar 43 pada kondisi kadar air tanah maksimum
terukur. Angka tersebut diperoleh melalui Persamaan 9 lihat Bab III, sub bahasan Metode. Perhitungan KBDI selanjutnya menggunakan Persamaan 5.
Berdasarkan faktor hujan, pengembangan model KBDI menggunakan dua metode:
a. Model 1
=
R – 5,1 Optimasi dengan Solver dalam Ms. EXCEL antara
dengan menghasilkan nilai RMSE sebesar 16 dengan R
2
sebesar 0,694. Hasil optimasi parameter model KBDI disajikan pada Tabel 7. Secara
umum, parameter untuk menghitung tidak banyak berubah seperti
parameter aT berubah dari 0,968 menajdi 1,1714. Hasil optimasi menghasilkan persamaan baru untuk menghitung faktor kekeringan
25
wilayah Baung, OKI Persamaan 11. Persamaan 12 selanjutnya digunakan untuk menghitung KBDI Model 1 di Sungai Baung. Data
untuk Model 1 disertakan pada Lampiran 2.
, ,
, ,
, ,
…… Pers. 11
, …..… Pers. 12
b. Model 2 [
= ]
Optimasi dengan Solver dalam Ms. EXCEL antara dengan
menghasilkan nilai RMSE sebesar 14 dengan R
2
sebesar 0,7546 lihat Tabel 7. Hasil optimasi parameter model KBDI disajikan pada Tabel
7. Hasil optimasi menghasilkan persamaan baru untuk menghitung faktor kekeringan
wilayah Baung, OKI Persamaan 13. Persamaan 14 selanjutnya digunakan untuk menghitung KBDI model
2 di Sungai Baung. Data untuk Model 1 disertakan pada Lampiran 3.
, ,
, ,
, ,
… Pers. 13
, 6
…… Pers.
14
Optimasi parameter model KBDI memberikan nilai parameter yang berbeda. Untuk Model 2, parameter
yaitu sebesar 0,001, Tabel 7 dalam perhitungan
lihat Persamaan 13 cenderung meminimalkan peranan suhu udara maksimum dibandingkan dengan parameter
0,0572 pada Model 1. Nilai maksimum
untuk Model 1 yaitu 80, sedangkan Model 2 yaitu 62. Angka ini menunjukkan Model 1 lebih sensitif terhadap perubahan suhu udara
maksimum. Pada penghitungan
untuk Model 2, nilai maksimum dari yaitu 26 dan nilai minimum yaitu 0. Nilai
maksimum yaitu pada saat curah hujan maksimum sebesar 107 mm pada tanggal 12 April 2009. Nilai ini berbeda dengan
26
Model 1 yang memberikan sebagai curah hujan netto sebesa 101,9 pada saat
curah hujan mencapai 107 mm. Dengan demikian Model 2 cenderung untuk mengurangi pengaruh curah hujan terhadap kelembaban tanah. Gambar 4
menyajikan hubungan antara faktor curah hujan dengan curah hujan. Pada
Model 1, nilai berbanding lurus dengan besarnya curah hujan. Sedangkan pada
Model 2 nilai cenderung bertambah secara eksponensial terhadap jumlah curah
hujan pada hari tersebut. Tabel 7. Hasil optimasi parameter KBDI
Parameter
Buchholz dan Weidemenn
2000 Penelitian ini
Variabel Model 1
Model 2 2000 2000
2000 0,9680 1,1714
0,6995 0,0875 0,0572
0,0010 8,3000 8,2750
8,2954 1,5552 1,7588
3,9932 10,8800 10,8804
10,8800 0,001736 0,0046
0,0079 - -
106,9342 - -
0,0027 - 120
120,0700 - 0,2160
0,2170 - 0,8840
0,9099 - 84
36 RMSE -
16 14
R
2
- 0,6940
0,7546
Hasil optimasi pada Model 1 memberikan nilai parameter baru untuk variable
dimana parameter dan
berturutan bernilai 120 dan 0,216. Faktor muka air tanah
memberikan pengurangan maksimum sebesar 102 setara dengan pengurangan maksimum KBDI karena faktor hujan. Kondisi ini
terjadi pada tanggal 11 April 2010 dimana terjadi genangan setinggi 4,6 cm. Untuk Model 2, parameter
dan berturutan bernilai 120,07 dan 0,217.
27
Model 2 memberikan nilai yang relatif setara dengan Model 1. Nilai maksimum dan minimum dari
yaitu 102 dan -21 untuk kedua Model.
Gambar 4. Grafik hubungan antara
dengan curah hujan untuk Model 1 dan Model 2.
Pada MAT dengan kedalaman lebih dari 0.659 m lihat Gambar 5, memberikan nilai negatif sehingga berdampak pada nilai KBDI semakin
meningkat. Nilai ini dapat memberikan jawaban bagaimana cara menjaga hutan dari bahaya kebakaran. Jika dalam pengelolaan hutan mampu mempertahankan
kedalaman MAT di atas -0,659 m, maka kemungkinan bahaya kebakaran hutan akan berkurang. Angka -0,659 m merupakan kedalaman kritis untuk pengelolaan
air pada lahan basah.
Gambar 5. Pengaruh MAT terhadap Indeks KBDI pada Model 1 dan Model 2.
28
4.4. KBDI Harian S. Baung