4.2 Penetapan Kadar 4.2.1 Panjang Gelombang Maksimum Larutan Rhodamin B
Penentuan panjang gelombang maksimum larutan Rhodamin B dilakukan pada konsentrasi 2 ppm dengan rentang panjang gelombang 450-750 nm. Hasil penentuan
panjang gelombang maksimum larutan Rhodamin B diperoleh λ maksimum pada 557 nm. Kurva serapan larutan Rhodamin dapat dilihat pada Gambar 1. Panjang gelombang
maksimum yang diperoleh ini berbeda dengan yang terdapat dalam sertifikasi BPOM yaitu 554 nm. Perbedaan panjang gelombang sebesar 3 nm masih dalam batas toleransi
yang diperkenankan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV 1995 yaitu ± 3 nm. Ini berarti bahwa panjang gelombang ini dapat diterima untuk analisis Rhodamin B pada
sampel.
4.2.2 Kurva Waktu Kerja Larutan Rhodamin B
Pada penentuan waktu kerja larutan baku Rhodamin B diperoleh waktu pengukuran yang stabil sebanyak dua kali, antara lain dimulai dari menit ke-9 sampai
menit ke-11, dan menit ke 18 sampai menit ke 20. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Dari data waktu kerja, diperoleh data yang mempunyai kesamaan angka 4
desimal lebih dari satu kali, sehingga diambil waktu kerja yang terbaik adalah waktu kerja menit ke 9 sampai ke 11.
4.2.3 Kurva Kalibrasi Larutan Rhodamin B
Pembuatan kurva kalibrasi larutan Rhodamin B dilakukan dengan membuat larutan dengan berbagai konsentrasi pengukuran yaitu 1; 1,5; 2; 2,5; dan 3 ppm,
kemudian diukur serapannya pada panjang gelombang 557 nm. Linearitas kurva kalibrasi larutan Rhodamin B dapat dilihat pada Gambar 4. Data pengamatan dan perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran 4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4. Kurva kalibrasi Larutan Rhodamin B secara Spektrofotometri sinar
Tampak pada Panjang Gelombang 557 nm Dari perhitungan kurva kalibrasi diperoleh persamaan garis Y = 0,2267X + 0,009
dengan koefesien korelasi r sebesar 0,9995. Koefisien korelasi ini dapat diterima karena memenuhi syarat yang telah ditetapkan yaitu 0,9950. Dari hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa konsentrasi berbanding lurus dengan absorbansi dengan kata lain meningkatnya konsentrasi maka absorbansi juga akan meningkat.
4.2.4 Kadar Rhodamin B pada Sampel
Penetapan kadar Rhodamin B dilakukan dengan menggunakan spektrofotometri sinar tampak. Hasil penetapan kadar Rhodamin B pada sampel dapat dilihat pada Tabel 5.
Hasil perhitungan kadar, analisa statistik dan analisa kadar Rhodamin B dalam sampel dapat dilihat pada lampiran 5, 6, 7, 8 dan 9.
Tabel 5. Kadar Rhodamin B pada sampel
No Sampel
Kadar Rhodamin B mcgg
Standar Deviasi
1 Kembang gula dari SDN
030307 Tiga lingga 6,3479 ± 0,0064
0,0020 2
Kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil
5,8036 ± 0,0138 0,0032
3 Kerupuk bulat dari SDN
030320 Lau pangguh 2,3958 ± 0,0076
0,0024
Universitas Sumatera Utara
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kadar Rhodamin B dalam sampel antara 2,3956 mcgg – 6,3479 mcgg, dimana kadar terendah diperoleh pada kerupuk bulat dari
SDN 030320 Lau pangguh dan kadar tertinggi diperoleh pada kembang gula dari SDN 030307 Tiga lingga 6,3479 mcgg dan dari kerupuk segi empat dari SDN 030311 Laumil
5,8036 mcgg. Hal ini sangat berbahaya, karena semakin besar kemungkinan Rhodamin ini masuk ke dalam tubuh dan memberikan efek toksik. Dimana LD
50
dari Rhodamin B ini adalah 89,5 mgkg Budavari, 2001.
4.3 Uji Validasi Metode Analisis