Disain Penelitian Jadwal Penelitian

Gambar 13. Vortex mixer Gambar 14. Water bath

3.5. Disain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental yang didisain mengikuti Rancangan Acak Lengkap RAL. Penelitian ini terdiri atas 3 kelompok perlakuan, yaitu: a Kelompok I P0 = terdiri dari 10 ekor mencit jantan dewasa yang tidak diberi perlakuan kelompok kontrol. b Kelompok II P1 = terdiri dari 10 ekor mencit jantan dewasa yang diberi paparan asap rokok elektrik A setiap hari selama 15 hari. c Kelompok III P2 = terdiri dari 10 ekor mencit jantan dewasa yang diberi paparan asap rokok elektrik B setiap hari selama 15 hari. Mencit ditempatkan ke dalam kelompok secara random. Universitas Sumatera Utara P2 →→→→→→→ Paparan asap rokok elektrik B →→→→→→→→→ P1 →→→→→→→ Paparan asap rokok elektrik A →→→→→→→→→ P0 →→→→→→→→→→→→ Kontrol →→→→→→→→→→→→ 0 hari 15 hari 3.6. Pelaksanaan Penelitian 3.6.1. Pemeliharaan hewan coba Pemeliharaan terhadap hewan coba dilakukan di kandang hewan Laboratorium Struktur Hewan Departemen Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara. Perlakuan terhadap hewan coba berpedoman pada prinsip-prinsip penelitian kesehatan yang menggunakan hewan menurut etis, prosedur dan standar yang dibuktikan dengan Ethical Clearance dari Komite Etik Penelitian Hewan Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara. Mencit diaklimatisasi selama 1 minggu dan ditempatkan di dalam kandang yang terbuat dari bahan plastik ukuran 40 x 30 x 13 cm yang ditutup dengan kawat kasa. Dasar kandang dilapisi dengan sekam padi setebal 0,5-1 cm dan diganti setiap 3 hari. Cahaya ruangan dikontrol persis 12 jam terang pukul 06.00 sampai dengan pukul 18.00 dan 12 jam gelap pukul 18.00 sampai dengan pukul 06.00, sedangkan suhu dan kelembaban ruangan dibiarkan berada pada kisaran alamiah. Pakan pelet komersial dan minum air PAM disuplai setiap hari secara berlebih. Universitas Sumatera Utara 3.6.2. Perlakuan hewan coba - Pemaparan dengan asap rokok elektrik diberikan ke dalam kandang perlakuan yang diisi dengan 10 ekor mencit, dilakukan 1 kali sehari dalam 24 jam selama 15 hari dan dimulai pada jam yang sama setiap harinya yaitu pukul 10.00 WIB. - Saat rokok elektrik dihisap, bagian Discofix-3 tree way yang terhubung dengan rokok elektrik bagian hisap diatur pada posisi on dan saluran keluaran asap menuju kandang perlakuan diatur pada posisi off sehingga asap rokok elektrik tertarik masuk ke dalam spuit naso gastric tube. - Asap yang terkumpul di dalam spuit naso gastric tube lalu dipompakan keluar menuju kandang perlakuan dengan mengatur ulang Discofix-3 tree way yaitu memposisikan bagian hisap asap rokok elektrik pada posisi off dan bagian saluran keluaran asap rokok elektrik pada posisi on sehingga asap rokok mnegalir masuk ke dalam kandang perlakuan pada saat dipompakan. - Lamanya waktu pemaparan asap rokok elektrik adalah lebih kurang 30 menit dan dilakukan sekitar 55 kali tarikan spuit naso gastric tube dalam setiap kali pemaparan asap rokok elektrik. Teknik dan cara pemaparan asap rokok elektrik diperlihatkan pada gambar berikut ini : Gambar 15a. Cara pemaparan asap rokok elektrik Universitas Sumatera Utara Gambar 15b. Cara pemaparan asap rokok elektrik

3.6.3. Pengamatan

Setelah 15 hari perlakuan, masing-masing hewan coba dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Selanjutnya dilakukan pengamatan sebagai berikut : Pengambilan sekresi cauda epididimis. Untuk mendapatkan sperma di dalam sekresi cauda epididimis dilakukan menurut Soehadi dan Arsyad 1983 sebagai berikut: hewan percobaan dikorbankan dengan cara dislokasi leher dan selanjutnya dibedah. Kemudian organ testis beserta epididimis sebelah kanan diambil dan diletakkan ke dalam cawan petri yang berisi NaCl 0,9 . Di bawah mikroskop bedah dengan pembesaran 400 kali, cauda epididimis dipisahkan dengan cara memotong bagian proximal corpus epididimis dan bagian distal vas deferens. Selanjutnya cauda epididimis dimasukkan ke dalam gelas arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9 , kemudian bagian proximal cauda dipotong sedikit dengan gunting lalu cauda ditekan dengan perlahan hingga sekresi cairan epididimis keluar dan tersuspensi dengan NaCl 0,9 . Suspensi sperma dari cauda epididimis yang telah diperoleh dapat digunakan untuk pengamatan yang meliputi: motilitas dan jumlah sperma. Universitas Sumatera Utara Pengamatan motilitas sperma. Suspensi spermatozoa yang diperoleh biarkan terlebih dahulu selama 5 menit pada suhu kamar selanjutnya teteskan suspensi ini pada kamar hitung Improved Neubauer dan diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran lensa objektif 40 kali. Periksa 4 – 6 lapangan pandang untuk mendapat 100 spermatozoa secara berurutan yang kemudian diklasifikasi sehingga menghasilkan persentase setiap kategori motilitas. Pengamatan jumlah sperma. Suspensi sperma yang telah diperoleh terlebih dahulu dihomogenkan. Selanjutnya diambil sebanyak 10 µl sampel dan dimasukkan ke dalam kotak-kotak hemositometer Improved Neubauer serta ditutup dengan kaca penutup. Di bawah mikroskop cahaya dengan perbesaran 400 kali, hemositometer diletakkan dan dihitung jumlah sperma pada kotakbidang A,B,C,D, dan E. Hasil perhitungan jumlah sperma kemudian dimasukkan ke dalam rumus penentuan jumlah spermaml suspensi sekresi cauda epididimis sebagai berikut: Jumlah sperma = N 2 x 10 5 sperma ml suspensi dimana, N = jumlah sperma yang dihitung pada kotak A,B,C,D,dan E. Gambar 16. Kamar hitung Improved Neubauer Zaneveld dan Fulgham, 1986 Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan kadar MDA. Pemeriksaan kadar MDA testis mencit dilakukan pada hari ke-16 setelah perlakuan pada semua kelompok. Testis dihomogenkan dalam 5 ml larutan buffer phosphate pH 7,2. Metode pemeriksaan MDA yang telah dimodifikasi sebagai berikut Hsieh et all., 2006 : a Reagensia : 1 2-Thiobarbituric acid Merck; Cat. No. 1.08180.0025 2 1,1,3,3-Tetramethoxypropane 99 Sigma; Cat. No. 108383 500 µM 3 Acetic acid glacial 4 Sodium hydroxide NaOH 5 Aquadest b Persiapan reagensia : 1. TBABuffer Reagent TBABuffer Reagent terdiri dari : 0,67 g 2-thiobarbituric acid dilarutkan dalam 100 mL aquadest, selanjutnya 0,5 g sodium hydroxide dan 100 mL asam asetat glacial. 2. Standard MDA Sebanyak 250 µL 1,1,3,3-tetramethoxypropane Malondialdehyde bis 500 µM dilarutkan dalam 750 µL aquadest untuk memperoleh larutan stok MDA 125 µM. Selanjutnya dari larutan stok MDA 125 µM dilarutkan dalam aquadest dan dibuat 8 seri standar yang dapat dilihat pada tabel berikut ini : Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Persiapan Standar MDA Spektrofotometer Nomor standard Konsentrasi MDA µM Volume MDA standard µL Volume pelarut µL 8 50 400 600 7 25 200 800 6 10 80 920 5 5 40 960 4 2,5 20 980 3 1,25 10 990 2 0,625 5 995 1 0 1000 c Prosedur uji : 1 Sebanyak 500 µl sampel atau standar MDA dimasukkan dalam tabung ependorf yang masing-masing telah diberi label. 2 Ditambahkan 0,5 ml aquadest pada masing-masing tabung. 3 Kemudian ditambahkan 0,5 ml TBA Buffer Reagent. 4 Selanjutnya masing-masing tabung diinkubasi di dalam waterbath dengan suhu 95 C selama 60 menit. 5 Setelah diinkubasi, masing-masing tabung dikeluarkan dari waterbath dan setelah dingin masing-masing tabung disentrifugasi dengan kecepatan 7000 rpm selama 10 menit. 6 Supernatan diambil untuk selanjutnya dianalisis dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 534 nm. 3.7. Analisa Data dan Pengujian Hipotesis Semua data dipresentasikan dalam bentuk rata-rata ± simpangan baku rata- rata ± SD. Dilakukan uji normalitas dan homogenitas data. Data terdistribusi Universitas Sumatera Utara normal dan homogen diuji dengan ANOVA. Bila terdapat perbedaan nyata dilanjutkan dengan Post Hoc analisis Bonferroni taraf 5 untuk melihat perbedaan antar kelompok kontrol dan masing-masing perlakuan. Semua analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS software. Dalam penelitian ini, hanya perbedaan rata-rata pada taraf 5 yang dianggap berbeda nyata signifikan.

3.8. Jadwal Penelitian

Keseluruhan kegiatan penelitian dari persiapan sampai pada penulisan hasil penelitian adalah lebih kurang 7 minggu. Urutan kegiatan dan jadwal pelaksanaan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4. Jadwal Penelitian Minggu No. Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 1 Persiapan √ √ 2 Pelaksanaan √ √ √ 3 Analisa Data √ 4 Penulisan Hasil √ Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian 4.1.1. Motilitas sperma mencit Setelah dilakukan penilaian terhadap motilitas sperma mencit pada tiap kelompok maka didapatkan hasil seperti yang terlihat pada tabel 5 di bawah ini : Tabel 5. Rata-Rata Persentase Motilitas Sperma Motilitas sperma Kelompok perlakuan Kategori a Kategori b Kategori c Kategori d Kategori a+b P0 20,88 ± 4,32 22,13 ± 5,44 15,50 ± 12,93 41,50 ± 14,86 43,01±0,88 a P1 2,38 ± 2,00 3,50 ± 2,88 14,50 ± 7,52 79,63 ± 10,39 5,88±0,79 b P2 3,50 ± 5,53 1,38 ± 2,20 12,38 ± 9,50 82,75 ± 9,08 4,88±1,50 b Nilai dalam X ±SD X , rata-rata; SD, standar deviasi; tabel pada kolom kategori a+b untuk perlakuan yang berbeda diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji 5 ; P0, kontrol tidak diberi perlakuan; P1, paparan asap rokok elektrik A selama 15 hari; P2, paparan asap rokok elektrik B selama 15 hari; kategori a, jika sperma bergerak cepat dan lurus ke depan gerak maju sangat baik; kategori b, jika geraknya lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus gerak lemah; kategori c, jika tidak bergerak maju; kategori d, jika sperma tidak bergerak. Dari tabel 5 di atas terlihat bahwa persentase motilitas sperma mencit kelompok P2 yang mendapat paparan asap rokok elektrik B 4,88±1,50 lebih sedikit dibandingkan motilitas sperma mencit kelompok P1 yang mendapat paparan asap rokok elektrik A 5,88±0,79 dan kelompok P0 yang merupakan kelompok kontrol 43,01±0,88. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa motilitas sperma mencit kelompok P2 berbeda nyata dibandingkan dengan motilitas sperma mencit kelompok P0 dan berbeda tidak nyata dibandingkan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Gambaran Histologis Pulmo Mencit Jantan (Mus Musculus L.) Setelah Dipapari Asap Rokok Elektrik

9 102 61

Pengaruh Pemberian Tocopherol Terhadap Kadar Testosteron, Jumlah Sperma, dan Berat Testis Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L.) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

3 65 88

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Jumlah, Morfologi Dan Motilitas Sperma Serta Kadar Malondialdehyde (MDA) Testis Mencit Jantan Dewasa (Mus musculus L) Yang Mendapat Latihan Fisik Maksimal

0 66 81

Pengaruh Pemberian Vitamin E Terhadap Gambaran Histologis Testis Dan Jumlah Sel Sperma Mencit (Mus musculus, L.) Yang Dipapari Tuak

2 64 72

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN E TERHADAP JUMLAH SEL SPERMATOGENIK DAN DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS MENCIT JANTAN (Mus musculus L) YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK

0 13 68

PENGARUH VITAMIN E TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT JANTAN (Mus musculus L) YANG DIPAPARKAN ASAP ROKOK

1 51 65

PERBANDINGAN EFEK ASAP ROKOK KONVENSIONAL DAN ROKOK HERBAL TERHADAP MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional Dan Rokok Herbal Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus).

0 4 15

PERBANDINGAN EFEK ASAP ROKOK KONVENSIONAL DAN ROKOK HERBAL TERHADAP MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT Perbandingan Efek Asap Rokok Konvensional Dan Rokok Herbal Terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit (Mus Musculus).

0 3 13

Pengaruh Rokok Terhadap Kualitas Sperma Mencit Jantan (Mus musculus, Strain Jepang).

0 0 6

GAMBARAN HISTOLOGIS PULMO MENCIT JANTAN (Mus musculus L.) SETELAH DIPAPARI ASAP ROKOK ELEKTRIK SKRIPSI NANIN TRIANA

0 0 13