menyatakan bahwa CMA mampu meningkatkan penyerapan P, Zn, Cu, NH
4
, K, Ca yang selanjutnya dimanfaatkan oleh tanaman melalui proses metabolisme yang
memungkinkan peningkatan biomassa bibit dan tanaman. Akar yang bermikoriza mempunyai kandungan auksin yang lebih tinggi yang memungkinkan peningkatan
pertumbuhan akar. Selanjutnya terjadinya penambahan berat basah akar menurut Harran dan
Ansori 1993 karena secara tidak langsung CMA dapat meningkatkan pembentukan dan penyebaran akar tanaman melalui hifa eksternal yang
mengakibatkan meningkatnya serapan unsur hara oleh tanaman. Selain itu, apabila CMA menginfeksi jaringan akar tanaman maka CMA akan ada selama tanaman
tersebut hidup. Kerusakan akar akibat luka pada jaringan akar adalah akibat proses infeksi dan parasitasi nematoda yang mengakibatkan berat basah akar
menjadi berkurang. Semakin tinggi populasi nematoda dalam akar menyebabkan nekrosis akar juga semakin banyak. Blake 1961 dalam Jumjunidang et al.
2009 menyatakan bahwa nematoda tidak akan keluar dari akar selama nematoda tersebut masih dapar menyerang dan makan pada bagian akar yang masih sehat.
5. Populasi akhir R. similis
Data populasi akhir R. similis berdasarkan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 5. Pengaruh pemberian CMA terhadap populasi akhir R. similis pada 60 hsi
Perlakuan Jumlah Populasi Akhir Nematoda
PfPi Akar, Bonggol, Tanah
M0R0F0
0,00e 0,00e
M1R0F0
0,00e 0,00e
M0R1F0
2641,00a 8,80a
M0R0F1
0,00e 0,00e
M1R1F1
681,00b 2,27b
M2R1F2
759,00b 2,53b
M2R2F1
512,00c 1,71c
M1R3F2
164,00d 0,55d
M1R2F3
181,00d 0,60d
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji jarak Duncan. Angka di dalam kurung adalah
hasil Transformasi �� + 0,5. PfPi = laju pertambahan populasi nematoda, dimana
Pf adalah populasi akhir dan Pi adalah populasi awal.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa populasi akhir R. similis pada setiap pengamatan menunjukkan bahwa pemberian CMA berpengaruh nyata dibanding
perlakuan yang tidak diberi CMA. Populasi akhir R. similis tertinggi adalah pada perlakuan M0R1F0 hanya diinokulasikan R. similis sebesar 2641 dan jumlah
populasi akhir R. similis terendah adalah pada perlakuan M1R3F2 inokulasi CMA, 1 minggu kemudian diinokulasi dengan F. oxysporum f.sp. cubense dan 1
minggu kemudian diinokulasi dengan R. similis sebesar 164. Hal ini menunjukkan bahwa CMA yang diaplikasikan mampu menekan faktor reproduksi
nematoda dengan tingkat penekanan yang bervariasi, sehingga mempengaruhi jumlah populasi akhir nematoda. Menurut Linderman 1994 dalam Jumjunidang
2009 yang menyatakan bahwa terjadinya penekanan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti peningkatan status nutrisi tanaman, perubahan mikroba
pada rizosfir, kompetisi nutrisi dan tempat penetrasi serta perubahan anatomi dan biokimia dalam akar akibat infeksi CMA. Kondisi ini membuat lingkungan yang
tidak cocok untuk kehidupan nematoda seperti perubahan biokimia sel akar. Menurut Elsen et al. 2001 dalam Jumjunidang 2009, perubahan biokimia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
akibat infeksi CMA adalah meningkatnya enzim kitinase, peroksidae, asam amino, dan senyawa fitoaleksinfenol, serta terjadinya lignifikasi pada sel
endodermis akar. Fenol diketahui sebagai senyawa aktif yang memegang peranan penting terhadap penekanan mikroba, termasuk nematoda yang menyerang
jaringan tanaman Forgain dan Gowen, 1996 ; Jumjunidang, 2009. Senyawa fenol dapat membuat suatu lingkungan yang toksik untuk perkembangbiakan
nematoda yang dibuktikan dengan menurunnya jumlah telur dan individu yang terbentuk di dalam akar pada tanaman yang mengandung senyawa fenol lebih
tinggi Valette et al. 1998; Jumjunidang, 2009. Pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perbedaan waktu pemberian CMA
mempengaruhi faktor reproduksi R. similis. Faktor reproduksi pada M1R1F1 M2R1F2 dan M2R2F1 masing-masing adalah 2,27, 2,53 dan 1,71 berbeda nyata
dengan perlakuan M1R3F2 dan M1R2F3 yaitu masing-masing 0,55 dan 0,60. Dari hasil ini terlihat bila inokulasi R. similis pada minggu pertama, nematoda
telah menginfeksi tanaman. Dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa CMA yang diaplikasikan pada minggu kedua masih mampu berpenetrasi ke dalam jaringan
akar dan dapat menekan faktor reproduksi nematoda R. similis yang terdapat pada perlakuan M2R1F2 sebesar 2,27. Selain waktu menginokulasikan, perbedaan
kemampuan masing-masing CMA juga mempengaruhi perkembangan nematoda. Hal ini dapat dikarenakan isolat yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
isolat campuran dikarenakan dalam penelitian tidak dilakukan identifikasi genus CMA. Hal ini memungkinkan terdapatnya perbedaan spesies dari CMA dan
jumlah spora yang terkandung di dalam isolat. Setiap jenis CMA mempunyai tingkat kolonisasi yang berbeda pada akar tanaman inang, yang selanjutnya
memberikan pengaruh yang berbeda pula dalam menciptakan kondisi yang tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
sesuai untuk perkembangan R. similis, seperti produksi senyawa fenol, lignifikasi dinding sel, serta kondisi lain yang bersifat menghambat Khalil et al. 1999;
Jumjunidang, 2009.
6. Populasi spora CMA