M1R2F2 baru muncul pada 30 hsi dan 45 hsi. Menurut Dell 2006 hal ini terjadi karena CMA mampu memberikan perlindungan terhadap patogen primer seperti
F. oxysporum f.sp. cubense dan R. similis yang menyerang akar tanaman. Abbot dan Robson 1984 menyatakan bahwa CMA menggunakan semua kelebihan
karbohidrat dan eksudat akar lainnya yang menyebabkan terciptanya lingkungan
yang tidak menguntungkan bagi pertumbuhan patogen. Sharda dan Rodrigues
2009 mengemukakan bahwa tanaman yang bermikoriza, mengandung
isoflavonoid lebih tinggi sehingga tanaman lebih tahan terhadap serangan patogen karena senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan patogen tanah.
3. Keparahan penyakit F. oxysporum f.sp cubense
Data analisa sidik ragam keparahan penyakit F. oxysporum f.sp cubense dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :
Tabel 3. Keparahan penyakit F. oxysporum f.sp cubense
Perlakuan Tingkat keparahan penyakit
15 hsi 30 hsi
45 hsi 60 hsi
M0R0F0 0,000,71
0,000,71c 0,000,71c
0,000,71c M1R0F0
0,000,71 0,000,71c
0,000,71c 0,000,71c
M0R1F0 0,000,71
0,000,71c 0,000,71c
0,000,71c M0R0F1
8,892,71 17,784,22a
26,675,21a 35,565,92a
M1R1F1 0,000,71
13,333,72a 13,333,72a
13,333,72b M2R1F2
8,892,71 13,333,72a
13,333,72b 13,333,72b
M2R2F1 4,441,71
8,892,71b 8,892,71b
8,892,71b M1R3F2
4,441,71 4,441,71b
8,892,71b 8,892,71b
M1R2F3 0,000,71
0,000,71c 8,892,71b
8,892,71b
Keterangan: Angka yang diikuti dengan huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 berdasarkan uji jarak Duncan. Angka di dalam kurung adalah
hasil Transformasi �� + 0,5.
Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa keparahan penyakit sudah terlihat 15 hsi yaitu pada perlakuan M0R0F1 hanya diinokulasikan F. oxysporum f.sp
cubense sebesar 8,89, M2R2F1 inokulasi F. oxysporum f.sp cubense pada minggu pertama dan 1 minggu kemudian diinokulasikan CMA dan R. similis
sebesar 4,44, M2R1F2 inokulasi R. similis pada minggu pertama dan 1 minggu
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
kemudian diinokulasikan CMA dan F. oxysporum f.sp cubense sebesar 8,89 dan pada M1R3F2 inokulasi CMA pada minggu pertama, 1 minggu kemudian
diinokulasikan F. oxysporum f.sp cubense dan 1 minggu kemudian diaplikasikan R. similis sebesar 4,44. Sedangkan pada perlakuan M1R1F1 inokulasi CMA,
R. simillis dan F. oxysporum f.sp cubense baru terlihat pada 30 hsi sebesar 13,33, dan pada perlakuan M1R2F3 inokulasi CMA pada minggu pertama, 1
minggu kemudian diinokulasikan R. similis dan 1 minggu kemudian diaplikasikan F. oxysporum f.sp cubense baru terlihat pada 45 hsi sebesar 8,89.
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat keparahan penyakit F. oxysporum fsp. cubense tertinggi adalah pada perlakuan M0R0F1. Hal ini
disebabkan karena pada perlakuan tersebut hanya diinokulasikan F. oxysporum fsp. cubense tanpa disertakan CMA sebagai agens pengendali hayati yang dapat
menghambat pertumbuhan dan perkembangan patogen. Kondisi ini menyebabkan tingkat keparahan penyakit menjadi lebih besar dibanding dengan perlakuan yang
menggunakan CMA yang mampu meningkatkan ketahanan tanaman terhadap patogen. Menurut Soenartiningsih dan Talancea 1997 CMA dapat menghasilkan
antibiotik, misalnya fenol, quinine dan berbagai phytoalexine yang berperan
dalam penghambatan perkembangan patogen tanaman.
Pada Tabel 3 terlihat pemberian mikoriza dapat menekan keparahan penyakit, yaitu persentase keparahan penyakit tidak lagi meningkat sampai akhir
penelitian. Misalnya pada M1F1R1 dan M2R1F2 persentase keparahan penyakit tetap 13,33 sampai 60 hsi. Pada M2R2F1, M1R3F2 dan M1R2F3 persentase
keparahan penyakit tetap 8,89 sampai 60 hsi. Hal ini menunjukkan bahwa CMA mampu menekan perkembangan penyakit F. oxysporum fsp. cubense. Kobayashi
dan Branch 1991 dalam Suharti et al. 2011 menyatakan bahwa mekanisme
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
CMA dalam mengendalikan berbagai jenis patogen dapat terjadi secara langsung berupa kompetisi dan antibiosis dan secara tidak langsung melalui induksi
ketahanan. Menurut Pfleger Linderman, 2000 dalam Suharti et al. 2011, mekanisme secara langsung disebabkan pertumbuhan propagul infektif dari CMA
yang dapat menghalangi patogen pada akar tanaman. Mekanisme tidak langsung adalah melalui respon fisiologis dan biokimia dengan terjadinya perubahan
aktivitas enzim dan peningkatan senyawa kimia yang menghambat perkembangan patogen.
4. Berat basah akar g