HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum KPRI di Kabupaten Jepara

Pada awalnya tujuan pendirian Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) adalah didasarkan pada dorongan untuk membantu meringankan beban pegawai negeri dalam memenuhi kebutuhannya serta meningkatkan kesejahteraannya. Pegawai negeri adalah orang yang mengabdikan diri pada negara, karenanya masalah kesejahteraan selayaknya menjadi perhatian. Namun bukan berarti masalah keuntungan dikesampingkan.

Selain tujuan yang lebih bersifat materi tersebut, didirikannya KPRI juga ditujukan pada upaya pendidikan berorganisasi. Pendidikan berorganisasi ini diarahkan pada penghayatan dan pengamalan jiwa-jiwa koperasi sebagai soko guru perekonomian nasional. Dengan kondisi demikian, diharapkan tumbuhnya militansi jiwa berkoperasi pada pegawai negeri anggotanya.

Koperasi Pegawai Republik Indonesia yang menjadi anggota Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia di Wilayaah Kabupaten Jepara berjumlah

46 KPRI. Data terakhir pada tahun 2004 mengenai unit usaha unit usaha yang telah diselenggarakan oleh KPRI yang terambil sebagai sampel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3. Unit Usaha pada KPRI Sampel di Kabupaten Jepara

No Nama KPRI

Unit Usaha

1 KPPD

1 Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

2 ADIL

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit Perkaplingan

3 JAYA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit Persewaan Gedung

4 KALINGGA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit Persewaan Gedung

5 KENCANA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

6 WASPADA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

7 SETYO MARSUDI AMAL

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

8 PENGAYOMAN

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit pemasok Bahan Makanan

9 BHAKTI

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

10 HIKMAH

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit Foto Copy

4. Unit Wartel

11 PELITA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

3. Unit Wartel

12 BUDI DAYA MINA

1. Unit Simpan Pinjam

2. Unit Pertokoan

Sumber : Data Laporan RAT KPRI di Kabupaten Jepara Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa KPRI yang terambil sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki unit usaha simpan pinjam dan pertokoan yang Sumber : Data Laporan RAT KPRI di Kabupaten Jepara Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa KPRI yang terambil sebagai sampel dalam penelitian ini memiliki unit usaha simpan pinjam dan pertokoan yang

4.2 Keadaan Finansial pada KPRI di Kabupaten Jepara

Keadaan finansial di KPRI Kabupaten Jepara yang terambil dalam sampel rata-rata sudah mempunyai permodalan yang besar. Terutama asset dalam bentuk pertokoan yang merupakan tanah milik sendiri. Tingkat finansial KPRI di Kabupaten Jepara dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Keadaan Finansial pada KPRI Sampel di Kabupaten Jepara

Unit Usaha Unit Simpan Pertokoan Lainnya Asset

Pinjam

1 7 - 100 juta – 250 juta

< 100 juta

1 2 - 250 juta – 500 juta

2 2 4 500 juta – 750 juta

1 > 750 juta

7 1 1 Jumlah

12 12 6 Sumber : Laporan Keuangan KPRI di Kabupaten Jepara yang diolah

Berdasarkan tabel 4 di atas, diperoleh gambaran bahwa semua koperasi mempunyai unit usaha simpan pinjam sebagai pokok usahanya disamping juga usaha pertokoan. Namun tidak semuanya mempunyai asset dalam usaha lain-lain misalnya perkaplingan, sewa-menyewa dan lain-lain.

4.3. Keanggotaan pada KPRI di Kabupaten Jepara

Keanggotaan KPRI yang terambil sebagai sampel dalam penelitian di Kabupaten Jepara pada tahun 2002, 2003 dan 2004 dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Keanggotaan Rata-Rata pada KPRI Sampel di Kabupaten Jepara Tahun 2002 - 2004

No Keanggotaan KPRI

Jumlah KPRI

Jumlah 12 Sumber : Laporan pertanggung Jawaban KPRI

Berdasarkan Tabel 5, tersebut diatas diketahui bahwa ada 6 KPRI yang mempunyai jumlah anggota antara 49-280 orang, 4 KPRI yang mempunyai jumlah anggota antara 281-512 orang, 1 KPRI yang mempunyai jumlah anggota antara 513-744 orang dan 1 KPRI yang mempunyai jumlah anggota antara 977- 1208 orang.

4.4 Deskripsi Variabel Penelitian

4.4.1 Tingkat Perputaran Kas

Perputaran kas adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam kas dan bank dalam satu periode akuntansi. Perputaran kas diketahui dengan membandingkan antara jumlah pendapatan dan pemberian pinjaman dengan jumlah kas rata-rata. Dengan demikian tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada kas atau setara kas menjadi kas kembali melalui penjualan atau pendapatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6.

Tingkat Perputaran Kas pada KPRI Sampel di Kabupaten Jepara

Tahun 2002-2004

Kelas Interval

Frekuensi

Prosentase Total

Sumber : Laporan pertanggung Jawaban KPRI

Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui kondisi perputaran kas yang ada pada KPRI di Kabupaten Jepara. Tingkat perputaran kas pada masing- masing KPRI sampel di Kabupaten Jepara tahun 2002-2004 dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa perputaran kas tertinggi terjadi pada rentang 37,23 - 43,23 kali yaitu sebanyak 2,78%. Ini berarti bahwa kas dapat terkumpul kembali dalam Berdasarkan hasil perhitungan di atas diketahui kondisi perputaran kas yang ada pada KPRI di Kabupaten Jepara. Tingkat perputaran kas pada masing- masing KPRI sampel di Kabupaten Jepara tahun 2002-2004 dari tabel 6 tersebut dapat diketahui bahwa perputaran kas tertinggi terjadi pada rentang 37,23 - 43,23 kali yaitu sebanyak 2,78%. Ini berarti bahwa kas dapat terkumpul kembali dalam

4.4.2 Tingkat Perputaran piutang

Perputaran piutang adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam piutang dalam satu periode akuntansi. Dengan demikian, tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanam pada piutang menjadi kas kembali melalui penagihan. Perputaran piutang pada KPRI di Kabupaten Jepara terjadi karena adanya transaksi penjualan kredit kepada pihak lain dan pemberian kredit kepada pihak lain dan dalam keadaan berputar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 sebagai berikut.

Tabel 7. Tingkat Perputaran Piutang pada KPRI di Kabupaten Jepara Tahun 2002-2004

Kelas Interval Frekuensi Prosentase Total

Sumber : Laporan pertanggung Jawaban KPRI

Dari tabel 7, diketahui bahwa selama tahun 2002-2004 tingkat perputaran piutang tertinggi terjadi pada rentang 1,74 – 1,94 kali yaitu sebanyak 5,56%. Ini berarti bahwa waktu rata-rata piutang yang terdapat pada modal kerja terkumpul kembali paling cepat dalam waktu 186 - 207 hari. Dalam tabel 7 tersebut, juga diketahui bahwa selama tahun 2002-2004 tingkat perputaran piutang terendah terjadi pada rentang 0,24 - 0,44 kali yaitu sebanyak 36,11%. Ini berarti bahwa piutang yang tertanam pada modal kerja terkumpul kembali memerlukan waktu 818-1.636 hari.

4.4.3 Tingkat Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan adalah perputaran sejumlah modal kerja yang tertanam dalam persediaan dalam waktu periode akuntansi. Tingkat perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya modal kerja yang tertanan pada persediaan (yang berupa harga pokok ) dijual atau diganti kembali melalui penjualan. Harga Pokok Penjualan adalah faktor yang diperhatikan dalam penilaian tingkat perputaran persediaan karena harga pokok adalah nilai persediaan tersebut sebenarnya sebelum penambahan laba. Tingkat perputaran persediaan yang dicapai dapat dilihat pada tabel 8 berikut :

Tabel 8. Tingkat Perputaran Persediaan pada KPRI Sampel di Kabupaten Jepara Tahun 2002-2004

Kelas Interval

Frekuensi Prosentase

Sumber : Laporan pertanggung Jawaban KPRI

Dari tabel 8, diketahui bahwa selama tahun 2002-2004 tingkat perputaran persediaan tertinggi terjadi pada rentang 14,65 – 17,25 kali dengan prosentase sebanyak 5,56%. Sehingga waktu persediaan yang terdapat pada modal kerja terkumpul kembali paling cepat memerlukan waktu 21–25 hari. Dalam tabel 8 tersebut juga diketahui bahwa selama tahun 2002 - 2004 tingkat perputaran persediaan terendah terjadi rentang 1,15 – 3,75 kali yaitu sebanyak 55,56%. Ini berarti bahwa persediaan yang tertanam pada modal kerja terkumpul kembali dalam waktu 96-313 hari.

4.4.4 Tingkat Rentabilitas Ekonomi

Rentabilitas ekonomi merupakan gambaran kemampuan badan usaha dalam memperoleh laba / sisa hasil usaha ( SHU ) dengan seluruh asset yang dimilikinya. Rentabilitas ekonomi KPRI diketahui dengan membandingkan antara SHU yang diperoleh dengan seluruh asset yang digunakan pada periode tertentu.

Dengan demikian, rentabillitas ekonomi dapat digunakan sebagai ukuran efisiensi penggunaan seluruh asset yang dimilikinya untuk memperoleh SHU dalam satu periode akuntansi. Tingkat rentabilitas ekonomi yang dicapai oleh KPRI di Kabupaten Jepara pada tahun 2002-2004 dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Tingkat Rentabilitas Ekonomi KPRI Sampel di Kabupaten Jepara Tahun 2002 – 2004

Kelas Interval

Frekuensi Prosentase

Sumber : Laporan pertanggung Jawaban KPRI

Dari tabel 9, diketahui bahwa selama tahun 2002-2004 tingkat rentabilitas ekonomi tertinggi terjadi pada rentang 8,66 – 10,16 yaitu sebanyak 13,89%. Ini berarti bahwa setiap Rp. 1.000.000,00; aktiva yang digunakan akan menghasilkan SHU rata-rata sebesar Rp. 86.600,00;-Rp. 101.600,00;. Dan tabel 9 tersebut, juga diketahui bahwa tingkat rentabilitas ekonomi terendah selama tahun 2002-2004 terjadi pada rentang 1,66-3.16 yaitu sebanyak 38,89%, yang berarti bahwa setiap Rp. 1.000.000,00; aktiva yang digunakan akan menghasilkan SHU rata-rata sebesar Rp. 16.600,00 - Rp. 31.600,00.

4.5 Hasil Regresi Linier Berganda

Hasil analisis regresi menggunakan program SPSS diperoleh koefisien

untuk variabel bebas X 1 = 0,072, X 2 = 2,048, X 3 = 0,176 dan konstanta sebesar

1,207 sehingga model persamaan regresi yang diperoleh adalah Y = 1,207 + 0,072 X 1 + 2,048 X 2 + 0,176 X 3 . Model persamaan secara parsial diuji keberartiannya menggunakan uji t dan diperoleh t untuk variabel perputaran kas sebesar 3,058 dengan probabilitas 0,004 < 0,05, yang berarti variabel tersebut signifikan. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh perputaran kas yang positif terhadap rentabilitas KPRI. Nilai t untuk variabel perputaran piutang diperoleh sebesar 3,569 dengan probabilitas 0,001<0,05, yang berarti bahwa variabel tersebut signifikan, sehingga dapat disimpulkan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap rentabilitas KPRI. Besarnya t untuk variabel perputaran persediaan sebesar 2,607 dengan probabilitas 0,014 < 0,05, sehingga hipotesis diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh yang signifikan dan positif perputaran persediaan terhadap rentabilitas KPRI. Hasil analisis ini dapat dilihat pada output SPSS release 12 berikut:

Tabel 10. Model regresi antara tingkat perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap rentabilitas dengan program SPSS release 12

Coefficients a

Unstandardized

Standardized

Collinearity Statistics Model

Coefficients

Coefficients

Tolerance VIF 1 (Constant)

B Std. Error

.553 1.808 a. Dependent Variable: y

Model regresi Y = 1,207 + 0,072 X 1 + 2,084 X 2 + 0,176 X 3 diuji keberartiannya mengunakan uji F yang diperoleh F hitung 35,568 dengan probabilitas 0.000. Probabilitas tersebut juga lebih kecil daripada taraf kesalahan 0,05, yang berarti bahwa X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap Y.

Tabel 11 Uji Keberartian model persamaan regresi antara tingkat perputaran Kas, Piutang dan Persediaan terhadap rentabilitas dengan menggunakan SPSS release 12

ANOVA b

Sum of

Model

F Sig. 1 Regression

Squares

df Mean Square

35.568 .000 a Residual

a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: y

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas. Hasil analisis regresi diperoleh besarnya

koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.769 dan koefisien korelasi 0.877. Besarnya koefisien determinasi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh yang diberikan oleh

variabel perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap rentabilitas secara simultan sebesar 76,9%, sedangkan sisanya 23,1% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil analisis tersebut dapat dilihat dari output SPSS berikut:

Tabel 12.

Hasil Koefisien determinasi dan koefisien korelasi antara tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap rentabilitas

Model Summary b

Durbin- Model

Adjusted

Std. Error of

R Square

R Square

the Estimate

Watson

1.948 a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2

b. Dependent Variable: y

Sehingga dapat disimpulkan tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan semuanya berpengaruh langsung terhadap rentabilitas. Dengan kata lain rentabilitas dipengaruhi oleh tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan di KPRI Kabupaten Jepara tahun 2002 – 2004.

4.6 Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas Berdasarkan hasil nilai VIF dan Tolerancenya bahwa angka VIF sebesar 1.613, 1.801 dan 1.808 dan nilai tolerancenya yaitu 0.620, 0.555 dan 0.553.

Tabel 13.

Pengujian Multikolinieritas dengan menggunakan Program SPSS release 12

Coefficients a

Unstandardized

Standardized

Collinearity Statistics Model

Coefficients

Coefficients

Tolerance VIF 1 (Constant)

B Std. Error

.014 .553 1.808 a. Dependent Variable: y

Sedangkan jika dilihat dari angka korelasi antar variabel diperoleh nilai korelasi seperti nampak pada tabel berikut :

Tabel 14.

Korelasi Antar variabel dengan menggunakan Program SPSS release 12

Correlations

x3 Pearson Correlation

.617 1.000 Sig. (1-tailed)

Dari hasil pengujian korelasi antar variabel independent sebagaimana pada tabel diatas menunjukkkan korelasi-korelasi yang rendah yaitu berada di bawah 0,8. Dengan demikian disimpulkan tidak adanya multikolinieritas dalam model regresi.

b. Autokorelasi Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang dihasilkan, varians sampelnya dapat menggambarkan varians populasi sehingga dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen.

Berdasarkan hasil perhitungan komputer program SPSS pada Lampiran nilai uji DW dengan tingkat signifikansi 5 % (0,05) diperoleh nilai dl = 1,29 dan du = 1,65. Terbukti bahwa nilai uji Durbin Watson = 1,988 berada di daerah tidak ada autokorelasi yaitu terletak di antara du

(1,65) dan 4-du (2,35) sehingga dapat disimpulkan bahwa pada persamaan regresi dalam penelitian ini tidak terjadi autokorelasi.

Tabel 15.

Uji Durbin Watson dengan menggunakan program SPSS release 12

Model Summary b

Std. Error of Durbin- Model

Adjusted

R Square

R Square

the Estimate Watson

1.31078 1.948 a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 b. Dependent Variable: y

1 .877 a .769

4.7 Pembahasan Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa secara bersama ada pengaruh signifikan antara tingkat perputaran kas, piutang dan persediaan terhadap rentabilitas pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kabupaten Jepara Tahun 2002-2004 yaitu sebesar 76.9%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

1. Tingkat Perputaran Kas. Perputaran Kas (Cash Turnaver ) adalah perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata (Riyanto, 1999 : 95). Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efesiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efesiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan didalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah 1. Tingkat Perputaran Kas. Perputaran Kas (Cash Turnaver ) adalah perbandingan antara sales dengan jumlah kas rata-rata (Riyanto, 1999 : 95). Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efesiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efesiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kas kembalinya kas yang telah ditanamkan didalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas tertinggi di Kabupaten Jepara antara 30,23 - 36,23 kali setiap tahunnya. Hal ini berarti bahwa rata-rata kas tertanam dalam modal kerja terkumpul kembali dalam waktu 8 -10 hari.

Tingkat perputaran kas pada koperasi di Kabupaten Jepara ini terjadi karena adanya penerimaan kas dan volume penjualan tunai yang tinggi. Tingginya tingkat perputaran kas ini menunjukkan bahwa koperasi efisien dalam penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Makin tinggi tingkat perputaran kas berarti makin cepat kembalinya kas masuk pada perusahaan. Dengan demikian kas akan dapat dipergunakan lagi untuk membiayai kegiatan operasional sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi lebih besar. Besarnya laba yang diterima akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi besar. Sehingga, tingkat perputaran kas secara langsung mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi.

Untuk mengetahui periode pengumpulan kas tersebut efektif atau tidak, maka dibuat tabel kriteria penafsiran agar diketahui atas periode pengumpulan kas yang sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Berdasarkan lampiran deskripsi prosentase diperoleh gambaran sebagai berikut.

Tabel 16

Kriteria Penafsiran Periode Pengumpulan Kas Interval Kategori

32.3 < skor < 42.4 sangat efektif

22.3 < skor < 32.3 efektif

12.3 < skor < 22.3 kurang efektif

2.2 < skor < 12.3 tidak efektif

Berdasarkan tabel 16 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata periode pengumpulan kas sebesar 12,9 kali termasuk kategori kurang efektif.

2. Tingkat Perputaran Piutang Perputaran piutang yang tinggi menunjukkan bahwa koperasi

lebih efisien dalam memutarkan komponen modal kerja yaitu piutangnya. Rendahnya perputaran piutang ini disebabkan karena banyaknya piutang yang tidak dapat ditagih pada waktunya. Banyaknya piutang yang tidak dapat ditagih pada waktunya menyebabkan, pendapatan yang berasal dan piutang menjadi kecil ataupun rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang tertinggi terjadi pada rentang 1,74 – 1,94 kali. Sehingga waktu piutang yang terdapat pada modal kerja terkumpul kembali dalam waktu 186-207 hari. Sedangkan tingkat perputaran piutang terendah terjadi pada rentang 0,24-0,44 kali. Ini berarti piutang yang tertanam pada modal kerja terkumpul kembali memerlukan waktu 818 - l.636 hari.

Kecilnya pendapatan ini akan mengakibatkan SHU koperasi menjadi kecil. SHU yang kecil ini akan berakibat pada besar kecilnya rentabilitas ekonomi yang dicapai oleh koperasi yang bersangkutan. Perputaran piutang yang rendah atau kecil pada KPRI di Kabupaten Jepara juga disebabkan karena KPRI di Kabupaten Jepara masih lunak dalam menetapkan kebijaksanaan pengembalian piutang dan kebijaksanaan bunga pinjaman yang ditetapkan. Sehingga aliran penjualan dan pendapatan yang diterima dari piutang ini menjadi kecil atau sedikit. Sesuai teori Riyanto (1999:90 ) bahwa periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung kepada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang ini berarti tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang yang kecil menunjukkan bahwa koperasi belum efisien dalam memutarkan komponen piutangnya. Karena kekurangan efisienan tersebutlah yang menyebabkan rentabilitas ekonomi menjadi kecil.

Mengingat perputaran piutang KPRI di Kabupaten Jepara berpengaruh terhadap rentabilitas dan tergolong lambat.

Untuk mengetahui periode pengumpulan piutang tersebut efektif atau tidak, maka dibuat tabel kriteria penafsiran agar diketahui atas periode pengumpulan piutang yang sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Berdasarkan lampiran deskripsi prosentase diperoleh gambaran sebagai berikut.

Tabel 17

Kriteria Penafsiran Periode Pengumpulan Piutang Interval Kategori

1.3 < skor <

1.7 sangat efektif

1.0 kurang efektif

0.2 < skor <

0.6 tidak efektif

Berdasarkan tabel 17 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata periode pengumpulan piutang sebesar 0,9 kali termasuk kateori kurang efektif.

3. Tingkat Perputaran Persediaan Hasil penelitian rnenunjukkan bahwa perputaran persediaan tertinggi antara 14,65 – 17,25 kali setiap tahunnya, Atau dalam waktu 21-

25 hari KPRI dapat membeli dan menjual barang dagangannya. Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Jepara ini karena persediaan yang dimiliki oleh KPRI 25 hari KPRI dapat membeli dan menjual barang dagangannya. Pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Jepara ini karena persediaan yang dimiliki oleh KPRI

Tingginya tingkat perputaran persediaan pada KPRI di Kabupaten Jepara karena secara umum persediaan yang dimiliki adalah berupa persediaan barang - barang sembako, konsumsi rumah tangga seperti beras, gula, makanan, minuman, pakaian, kebutuhan, mencuci dan mandi, ATK dan sebagainya yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari - hari oleh anggota. Selain itu, faktor lain yang menyebabkan tingkat perputaran persediaan tinggi adalah beberapa KPRI dalam mengadakan barang adalah menggunakan system pesanan, maka persediaan akan menjadi kecil jumlahnya sedangkan volume penjualan menjadi tinggi dan laba menjadi bertambah. Dengan demikian efesiensi pada persediaan dan berpengaruh pada rentabilitas ekonorni (ROA). Sesuai Riyanto (1999:73 ) bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin pendek waktu terikatnya modal dalam persediaan, sehingga untuk memenuhi volume penjualan tertentu dengan naiknya tingkat perputaran dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil.

Meskipun secara umum tingkat perputaran persediaan KPRI di Kabupaten Jepara cukup tinggi namun ada beberapa KPRI yang memiliki jenis persediaan barang yang kurang dibutuhkan dan masyarakat Meskipun secara umum tingkat perputaran persediaan KPRI di Kabupaten Jepara cukup tinggi namun ada beberapa KPRI yang memiliki jenis persediaan barang yang kurang dibutuhkan dan masyarakat

Dengan jenis persediaan yang relatif banyak bukan persediaan kebutuhan pokok untuk konsumsi seperti peralatan elektronik tersebut maka persediaan barang yang dimiliki oleh koperasi tersebut akan lama jangka waktunya untuk dapat terjual sehingga tingkat perputaran persediaan yang rendah tentu akan merugikan bagi koperasi, karena dana akan menganggur lama pada investasi persediaan. Persediaan barang yang tingkat perputarannya rendah juga mengakibatkan akan turunnya nilai atau harga dan persediaan barang tersebut. Semakin lama persediaan barang berupa makanan atau minuman itu tidak terjual maka resiko kadaluwarsa persediaan barang tersebut akan semakin besar, sedangkan untuk jenis persediaan barang yang berupa peralatan elektronik dan lain-lain, Semakin lama tidak terjual maka nilai penyusutannya juga akan semakin besar disamping modelnya akan menjadi ketinggalan zaman dan pada akhirnya tidak layak jual dengan nilai yang tinggi.

Dengan kondisi yang demikian kemungkinan untuk memperoleh laba bagi KPRI akan semakin rendah dan akhirnya akan mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi yang akan menjadi lebih rendah juga. Jadi berpengaruhnya perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Jepara disebabkan karena koperasi lebih efisien dalam Dengan kondisi yang demikian kemungkinan untuk memperoleh laba bagi KPRI akan semakin rendah dan akhirnya akan mempengaruhi tingkat rentabilitas ekonomi yang akan menjadi lebih rendah juga. Jadi berpengaruhnya perputaran persediaan terhadap rentabilitas ekonomi pada KPRI di Kabupaten Jepara disebabkan karena koperasi lebih efisien dalam

Untuk mengetahui periode pengumpulan persediaan tersebut efektif atau tidak, maka dibuat tabel kriteria penafsiran agar diketahui atas periode pengumpulan persediaan yang sangat efektif, efektif, kurang efektif, dan tidak efektif. Berdasarkan lampiran deskripsi prosentase diperoleh gambaran sebagai berikut.

Tabel 18. Kriteria Penafsiras Periode Pengumpulan persediaan

Interval Kategori

13.2 < skor < 17.3 sangat efektif

9.2 < skor < 13.2 efektif

5.2 < skor <

9.2 kurang efektif

1.15 < skor < 5.18 tidak efektif

Berdasarkan tabel 18 tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata periode pengumpulan persediaan sebesar 5,2 kali termasuk kateori kurang efektif.

4. Tingkat Rentabilitas Ekonomi Dari tabel 9 diketahui bahwa tingkat rentabilitas ekonomi KPRI di Kabupaten Jepara tertinggi terjadi pada rentang 8,66% - 10,16% dan berada diatas standar rentabilitas ekonomi yang ditentukan oleh Depkop dan UKM, yaitu sebesar 8%. Tetapi secara umum KPRI di kabupaten Jepara masih belum mencapai efisien atau belum produktif dalam mengelola harta yang dimilikinya, karena rata-rata rentabilitas ekonomi sebesar 4,89%. Hal ini terjadi karena rendahnya pendapatan yang diperoleh dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, adanya inefisiensi dalam penggunaan aktivanya sehingga SHU yang dicapai relatif kecil.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran kas berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi karena adanya penerimaan kas dari volume penjualan tunai yang tinggi, dan tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi karena banyaknya penjuaan secara kredit yang menghasilkan piutang walaupun dalam jangka waktu yang relatif lama. Sedang tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap rentabilitas ekonomi karena adanya tingkat penjualan yang tinggi dimana barang dapat terjual baik secara tunai maupun kredit dalam waktu yang relatif cepat.

Menurut Riyanto (1999:37), rentabilitas ekonomi juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin dan turnover of operating assets .Profit margin adalah selisih antara penjualan bersih dengan biaya operasional ( Harga Pokok Penjualan + Biaya Administrasi + Biaya Penjualan + Biaya Umum) yang mana selisih tersebut dinyatakan dalam persentase dan penjualan bersih.

Sedangkan Turnover of operating assets adalah kecepatan berputarnya operating asset ( aktiva usaha) dalam satu periode tertentu. Turnover of operating assets diketahui dan pembagian total penjualan dibagi dengan rata-rata aktiva usaha yang dinyatakan dalam kali.

Berdasarkan pada keterangan tersebut maka faktor-faktor lain yang kemungkinan turut berpengaruh pada rentabilitas ekonomi KPRI di Kabupaten Jepara antara lain berupa faktor penjualan, harga pokok penjualan (HPP), biaya biaya usaha, aktiva serta biaya-biaya operasional organisasi, RAT, RAP dan sebagainya.