Implikasi globalisasi di tingkat lokal: berpikir global bertindak lokal

5.3 Implikasi globalisasi di tingkat lokal: berpikir global bertindak lokal

Konsep “Berpikir Global Bertindak Lokal” yang sudah sangat dikenal ini adalah sebuah upaya untuk melampaui sentralisasi keseluruhan dengan mengatakan bahwa hal terse- but, kalaupun memang harus terjadi, harus dilakukan dalam konteks lokal. Berpikir global dan mempertimbangkan tidak hanya faktor domestik, tapi juga faktor-faktor in- ternasional sebagai integral untuk membuat keputusan saat ini, dalam pemerintahan, bisnis, dan organisasi tidak berarti kesamaan pikiran, atau hanya satu pendekatan. Ada teramat banyak cara dimana kita bisa berpikir dan bertindak secara global dan dengan melakukannya kita memahami dan memperkuat keberagaman global.

Dalam konteks ini, lokal bukanlah lawan dari global, tapi disatukan dan diperkaya den- gan impuls-impuls dan pengaruh-pengaruh global. Perlu disadari kenyataan baru ini merupakan bahan dialog antar negara dan budaya berdasarkan nilai-nilai dan perhatian yang sama.

Definisi pengembangan ekonomi lokal

Pengembangan ekonomi lokal (LED) adalah proses partisipatif yang mendorong dan memfasilitasi kemitraan antar pemegang saham lokal, memungkinkan desain gabungan dan implementasi strategi, utamanya berdasarkan penggunaan kompetitif sumber daya lokal, dengan tujuan utama untuk menciptakan lapangan kerja yang sesuai dan kegiatan pertahanan ekonomi berdasarkan eksploitasi sumber daya dan potensi setem- pat dan peluang dalam konteks global.

Pendekatan pengembangan lokal

Pendekatan LED memenuhi kebutuhan untuk memberikan respons efektif dan menang- gapi tuntutan tantangan globalisasi, menggunakan kesempatan yang ditawarkan oleh globalisasi dan potensi teknologi telekomunikasi dan informasi baru, sambil mencari cara mengatasi kesulitan-kesulitan pendekatan tradisional terhadap pengembangan di masa lalu.

6 Definisi ILO: verja produktif dibawah kondisi kepemilikan bebas, keamanan dan kemuliaan dimana haknya dil- indungi dan disediakan gaji yang cukup serta kesejahteraan social lainnya.

Pada tingkatan lokal hubungan antara tujuan sosial dan ekonomi jauh lebih jelas, karena keduanya mengarah pada satu tujuan akhir yaitu kesejahteraan masyarakat, perawatan dan perbaikan kondisi untuk kehidupan yang lebih baik di tempat yang sama, termasuk untuk generasi di masa depan. Sehingga perhatian pada kesamaan gender, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, perlindungan pekerja, nilai-nilai kewirausahaan, dan lingkungan merupakan bagian dari strategi yang sama.

Pada tingkat lokal, sebenarnya, pemegang saham lokal: • tahu sumber daya apa saja yang bisa mereka gunakan dan tahu bagaimana

menggunakannya; • tahu kebutuhan khusus mereka untuk pengembangan dan bagaimana mer-

esppon kebutuhan tersebut; • Bisa mendapatkan dan mengatur sumber daya, berkat kedekatan yang saling

membutuhkan dan kesamaan kepentingan dan tujuan. • Bisa melobi dan mencari sumber-sumber lain.

Praktek pengembangan lokal: contoh

Praktek-praktek LED dapat di lihat hampir di setiap bagian dunia. Pada level kuantitatif LED meningkat konstan, keberhasilan ini didapat karena hasil dan proses yang diak- tifkan ditetapkan untuk mencapai keberhasilan tersebut. Tetapi timbul banyak kebin- gungan yang berkaitan dengan penentuan strategi LED karena tidak adanya persetu- juan parameter oleh pengembang ekonomi agar mampu membuat suatu garis pemisah antara apa yang bisa atau yang sebaiknya tidak diintervensi LED, untuk alasan yang berbeda. Inisiatif untuk mendukung SME, proyek bangunan masyarakat, program kredit- mikro ialah contoh yang jelas untuk hal ini.

The Kecamatan Development Program / KDP (Program Pengembangunan di Ke- camatan) ialah program nasional pemerintahan Indonesia, di implementasi oleh Ke- mentrian Dalam Negeri, kantor pengembangan masyarakat yang ditujukan untuk men- gurangi kemiskinan, memperkuat pemerintahan lokal, dan lembaga masyarakat, serta memperbaiki kepemerintahan lokal. KDP dimulai pada tahun 1998 pada saat kekacauan politik dan krisis keuangan. Akhir-akhir ini, KDP ada ditahap phase ke tiga, dan diharapkan berjalan sampai tahun 2009.

Program ini dibiayai melalui anggaran belanja pemerintah, sumbangan dana, dan pin- jaman dari Bank Dunia. Bank Dunia memberi pinjaman kira-kira Rp 500 juta sampai Rp. 1,5 triliun (kira-kira US$ 50.000 sampai US$ 150.000) untuk kota-kota kecil (kecama- tan) tergantung pada besarnya populasi. Desa-desa bersatu dalam perencanaan par- tisipatif dan proses pengambilan keputusan mengalokasi sumber-sumber keuangan un- tuk kebutuhan pembanguan mereka secara bertahap dan berdasarkan prioritas. Fokus KDP adalah untuk masyarakat kumuh Indonesia yang miskin.

Prinsip-prinsip utama:

Partisipasi / INKLUSI. Penekanannya adalah partisipasi masyarakat, terutama rakyat miskin dan wanita. Partisipasi harusnya punya dasar lebih luas, melalui keputusan lokal yang dibuat oleh perangkat desa.

• Transparansi. KDP menekankan transparansi dan membagi informasi melalui lingkaran proyek. Pembuatan keputusan dan manajemen keuangan sebaiknya

terbuka dan dibagi kepada masyarakat. • Daftar terbuka. Setiap desa dapat mengajukan kegiatan, namun usulan tidak

untuk perorangan. • Kompetisi pendanaan. Sebaiknya terbuka, kompetisi yang sehat antar desa

dalam dana bantuan KDP. • Desentralisasi. Pembuat keputusan dan manajemen diangkat pada tingkat lokal.

Sederhana. Tidak ada aturan yang rumit, hanya strategi yang sedehana dan menggunakan metoda.

Semua KDP memiliki tujuan kegiatan yaitu memberi kebebasan kepada desa untuk memilih sendiri jenis proyek apa yang mereka butuhkan dan inginkan.

Dari tahun 1998 sampai tahun 2006. KDP sudah membantu 34.233 desa miskin di In- donesia, Besar bantuan kira-kira 49% dari 69.956 desa.

KDP Coverage from 1998 - 2006

Source: The World Bank Globalisasi adalah alasan untuk menghidupkan indentitas kultur lokal di beberapa