Guru Bimbingan dan Konseling
3. Karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling
Prayitno menjelaskan karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling yang profesional adalah:
a. Konselor harus memulai karirnya sejak hari-hari pertama menampilkan diri sebagai konselor sekolah dengan program kerja yang jelas dan siap untuk melaksanakan program tersebut.
b. Konselor sekolah harus selalu mempertahankan sikap profesional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor
dengan personil sekolah lainnya dan dengan siswa.
c. Adalah tanggung jawab konselor untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya kedalam kegiatan nyata.
d. Konselor sekolah, agar dapat bekerja secara efektif, harus memahami tanggungjawabnya kepada semua siswa, baik siswa- siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan.
e. Konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan
kadar yang cukup parah dan siswa-siswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penggunaan program-
29 Permendikbud RI, No 81 A … h. 77 29 Permendikbud RI, No 81 A … h. 77
pelayanan lainnya. 30
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa konselor yang profesional memiliki karakteristik tersendiri, dimana seorang konselor menampilkan diri dengan program kerja yang jelas dan siap melaksanakan program semenjak hari pertama memegang peranan sebagai konselor. Kemudian dalam kesehariannya di sekolah, Guru Bimbingan dan Konseling harus mampu mempertahankan sikap profesional, memahami dan melaksanakan perannya, serta mengembangkan kompetensi untuk menunjang pelaksanaan peran. Peran tersebut dapat berupa penanganan terhadap siswa-siswa yang gagal yang menimbulkan gangguan, maupun bantuan dalam mengembangkan potensi siswa yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan layanan.
Munro, dkk., memberikan pendapat tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling dengan mengemukakan bahwa: Walaupun tidak ada pola yang tegas tentang karakteristik Guru
Bimbingan dan Konseling tetapi sekurang-kurangnya seorang Guru Bimbingan dan Konseling hendaklah memiliki sifat-sifat luwes, hangat, dapat menerima orang lain, terbuka, dapat merasakan penderitaan orang lain, mengenal dirinya sendiri, tidak berpura-pura, menghargai orang lain dan objektif 31 .
Berdasarkan uraian di atas, dijelaskan bahwa tidak ada pola tegas tentang karakteristik Guru Bimbingan dan Konseling. Namun demikian, konselor profesional hendaklah memiliki ciri atau sifat yang dapat menunjang terlaksananya proses konseling secara baik. Sifat tersebut dapat berupa luwes yang artinya terbuka dan menerima diri klien, hangat yang artinya memberikan kenyamanan pada klien, memahami dan merasakan penderitaan klien serta tidak berpura-pura di hadapan klien.
30 Prayitno, Pro fesiona lisa si Konseling da n Pendidikan Konselor, (Jakarta: P2LPTK. 1987), h. 91 31 Munro dkk (et.a l), Penyuluha n (Counseling) Sua tu Pendeka tan Berda sarkan Ketera mpilan, (Ja karta: Gha lia Indonesia, 1985), h. 29
Berdasarkan uraian tentang karakteristik konselor profesional di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik konselor yang profesional adalah konselor yang mampu menunjukkan sikap profesionalnya di lapangan, yaitu memahami dan melaksanakan perannya secara nyata, memahami tanggung jawabnya terhadap siswa dan senantiasa mengembangkan kompetensi yang ia miliki. Selanjutnya seorang konselor profesional harus memiliki sifat-sifat yang mampu menunjang terlaksananya kegiatan konseling yang ideal. Seperti sifat hangat, empati, mengenal dirinya sendiri, menghargai orang lain, tidak memperlihatkan kepura-puraan dan sebagainya.
4. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling dalam pelaksanaannya banyak sekali, salah satunya adalah keberhasilan dalam proses konseling. Dalam hal ini, Gladding (dalam Namora) menjelaskan ada lima faktor yang mempengaruhi keberhasila n dalam proses konseling yaitu:
a. Struktur, konsep mengenai karakteristik, kondisi, prosedur, dan parameter konseling yang disepakati oleh konselor dan klien.
Struktur digunakan untuk memperjelas hubungan antara konselor-klien, melindungi hak masing- masing, menunjukkan arah, dan menjamin konseling berhasil.
b. Inisiatif, dipandang sebagai motivasi untuk berubah. Klien yang memiliki inisiatif untuk mempercepat kesembuhannya
dalam proses konseling akan memudahkan konselor dalam menangani permasalahan yang dihadapinya.
c. Tatanan (Setting) fisik, mambantu terciptanya klien yang kondusif. Hal yang perlu dilakukan oleh konselor adalah bagaimana membuat ruang klien nyaman dan memberikan ketenangan pada klien. Konselor yang profesional diharapkan memiliki keterampilan untuk menyiapkan ruangan yang memungkinkan klien merasa aman, tenang, relaks, dan senang.
d. Kualitas klien, karakteristik klien dan kesiapannya menjalani proses konseling.
e. Kualitas konselor, pihak yang paling memahami akan dibawa kemana arah konseling dan mengetahui sejauh mana tingkat
keberhasilan konseling. 32
Berdasarkan kutipan di atas terdapat lima hal yang mempengaruhi keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling dalam proses layanan
konseling. Pertama stuktur, yaitu pengantar yang dilakukan oleh konselor agar klien memahami apa da n bagaimana proses konseling. Struktur menjadi komponen penting dalam keberhasilan konseling, karena melalui penstrukturanlah klien dapat memahami proses konseling serta perannya, sehingga segala keraguan dan kebingungan klien dapat dicegah. Kedua inisiatif yaitu keinginan dari diri klien untuk berubah jika klien memiliki inisiatif maka hal ini akan mempercepat klien dalam mencapai kehidupan yang efektif sehari-hari (terentaskannya permasalahan).
Ketiga, tatanan ( setting), yaitu upaya konselor dalam menciptakan ruangan yang nyaman bagi kelangsungan proses pemberian layanan. Keempat, kesiapan klien. Klien benar-benar siap untuk menerima pelayanan konseling akan menampilkan sikap dan tingkah laku yang kondusif terhadap penggunaan teknik-teknik konseling secara efektif. Selanjutnya kualitas konselor juga ditentukan oleh kemampuan konselor dalam menerapkan teknik konseling jika konselor ahli dalam menggunakan teknik maka keberhasilan konseling lebih mudah diraih.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan Guru Bimbingan dan Konseling itu sendiri menurut Namora Lumongga Lubis adalah: “a) kemampuan konselor, b) hubungan konselor dan klien, c) jenis konseling yang digunakan”. 33 Jadi dapat dipahami bahwa
kemampuan konselor merupakan hal penting yang sangat menentukan kelancaran proses pelayanan konseling. Selanjutnya hubungan yang tercipta atau terbentuk antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan
32 Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 69 33 Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 75 32 Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 69 33 Na mora Lu mongga Lubis, Mema ha mi. . ., h. 75
Dewa Ketut Sukardi dan Desak P.E. Nila Kusmawati juga menyebutkan adanya penilaian keberhasilan terhadap program Bimbingan dan Konseling yang didasarkan pada:
a. Ada tidaknya jenis program; bimbingan pribadi, bimbingan belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir.
b. Ketepatan program yang memang dibutuhkan oleh siswa dalam sekolah pada semester yang bersangkutan atau ketepatan prioritas program yang dipilih.
c. Kelengkapan isi tiap jenis program, yaitu materi yang terinci, pendekatan atau metode, waktu, dan audiens. 34
Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling harus memiliki program di sekolah. Keberhasilan program tersebut dinilai melalui ada tidaknya program untuk bidang bimbingan yang ada. Setelah program dibuat, perlu dilihat apakah program yang dibuat sudah tepat untuk peserta didik, sehingga program yang dibuat tidak mubazir. Selanjutnya yang perlu diperhatikan dalam penilaian keberhasilan sebuah program adalah kelengkapan isi tiap jenis program. Jika ketiga hal di atas sudah ada dalam sebuah program, maka program tersebut dinilai sudah berhasil.