Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling t
PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA DI TANAH DATAR SKRIPSI
Diajukan kepada Jurusan Tarbiyah Program Studi Kependidikan Islam/ Bimbingan dan Konseling sebagai Syarat Mencapai Gelar Sarjana
dalam Bidang Bimbingan Konseling
FITRIA OSNELA NIM. 10 103 056 MAHASISWA PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM/BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN TARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR 2015
Sebuah Persembahan
Oleh Fitria Osnela
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Qs. Ar- Ra’d: 11
Tuhan satu-satunya tempat bergantung dan menggantungkan harapan. Maka, persembahan pada Tuhan Yang Esa dan Tinggi tak mungkin cukup hanya dengan satu paragraf kata-kata. Qul huwa allaahu ahad. Ya Allah sampaikan sholawat dan salam kepada Rasulullah, Allahumma salli'ala Muhammad.
Setiap orang selalu punya cara tersendiri untuk mencapai sebuah tempat yang ingin ia tuju. Begitupun aku yang hanya memiliki kaki, maka berjalan adalah caraku untuk sampai pada tempat ini. Tak peduli seberapa lambat aku berjalan, aku yakin bahwa aku akan sampai.
Airmata Amak yang mengalir saat itu adalah pelecut bagiku agar terus berjalan. Ya, semestinya ketika itu aku pulang dengan penyesalan dan maaf. Hingga aku menyadari bahwa orangtua adalah orang yang paling terluka atas pilihan yang pernah kuambil. Amak, yang merelakan uang belanja perminggunya dikurangi agar aku bisa berangkat ke kampus. Hanya untuk satu harapan: anak-anaknya tidak akan melewati hidup seperti yang ia lalui. Lalu, aku menatap pada Abak -lelaki setengah abad lebih- yang mendedikasikan hidup dan tenaganya untuk keluarga. Lelaki yang meyakini bahwa nasib akan berubah dengan sesuatu yang bernama: Pendidikan. Sungguh, ucapan terimakasih dan sebuah persembahan di atas kata-kata belum akan mampu membalas pengorbanan itu.
Uni, satu-satunya kakak sebagai tempat berbagi, berjenaka, bahkan bertengkar. Dari uni, aku mendengar, melihat, dan belajar banyak hal, hingga aku tahu bahwa aku harus memutuskan sendiri pilihan yang terbaik bagiku.
Etek, yang sudah seperti Amak bagiku. Adik-adik tercinta: Ira Marni, Minarti Juwita, Wiwi Ade Safitri, Windi Aweni Putri, Reval,
Amanda, dll yang mengajariku apa itu mengasihi. Milikilah impian, lalu gapai impian itu.
Idealita, aku belajar banyak hal besar di tempat kecil ini: persahabatan, kasih sayang, pengorbanan, bagaimana memahami, dan mengenal diri sendiri, dll. Meninggalkan tak berarti membenci atau tidak lagi peduli. Ketika satu persatu pergi meninggalkanku dan
salah satu berkata: “idea telah mati,” aku segera menganggap itu sebagai: aku tidak diterima di sini, aku butuh penerimaan. Aku terlambat menyadari bahwa meninggalkan tidak selalu berarti
membenci atau tidak lagi peduli. Aku terlambat menyadari bahwa orang-orang akan selalu memberikan pengaruh, akan tetapi keputusan untuk terpengaruh atau tidak ada pada tangan kita sendiri.
Lalu, aku mengenal seseorang yang kuanggap Abang: Chardinal Putra. Setiap perjumpaan dengan beliau adalah motivasi dan semangat bagiku.
HMI Cabang Batusangkar, kebahagiaan dan kebanggaan ketika mengingat kembali masa-masa itu. Terimakasih teman-teman, Kakanda dan Ayunda untuk semua kebahagiaan itu.
Permato (Persatuan Mahasiswa Kota Sawahlunto), rantau yang menyatukan kita. Epi, Dona, Riky, Ari, Nana, Ises, Suci, dll, mimpi belum lagi usai.
Orang-orang yang mengajari arti persahabatan. Dila, Anis, Yesi, Ii, Pina, Murni, Isti, Iwat, dan teman- teman BK’10 A B & C yang tak bisa disebutkan satu demi satu. Setiap orang butuh oranglain dalam hidupnya.
Penghuni kos cantik, khususnya kamar 2 yang memberikan kegembiraan tersendiri di sela-sela kuliah dan penyusunan skripsi yang menguras emosi. Kak Wel, Icha, Ayu, Laisa, Bunga, dll.
Aku tak mungkin sampai pada tahap ini jika tanpa bimbingan Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing akademikku selama menuntut ilmu di kampus tercinta ini. Beliaupun merangkap sebagai pembimbing 2 skripsiku. Dan Bapak Ardimen, M.Pd., Kons yang membimbingku sebagai pembimbing 1. Banyak sekali bantuan dan ilmu yang beliau berikan padaku. Sebelum sampai pada tahap skripsi ini, ada banyak dosen yang memberikan ilmunya padaku selama delapan semester lebih. Hanya demi satu tujuan: menjadikan profesi ini bermartabat. Terimakasih, Bapak dan Ibu.
Pada perjalanan ini, aku membiarkan hatiku untuk mencintai sebuah hati. Dan mungkin, aku tidak akan pernah percaya jika tidak merasakan sendiri tentang bagaimana rasanya membenci namun merindukan di saat yang sama. Perasaan yang tumpang tindih dan keberanian untuk mengakui bahwa itu adalah yang pertama. Meski pada akhirnya, yang pertama mungkin saja tak selalu menjadi yang terakhir.
Selagi masih ada kehidupan, perjalanan tak akan pernah usai. Dan di setiap perjalanan, akan selalu ada cerita yang mengiringinya. (Limo Kaum, Februari 2015)
ABSTRAK
PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA
DI TANAH DATAR
OLEH: FITRIA OSNELA
Masalah pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar, yang meliputi pengetahuan dan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah „Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar‟. Adapun tujuan penelitian ini adalah ‘untuk mengetahui bagaimana pemahaman guru Bimbingan dan Konseling terhadap pelayanan arah peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar‟.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode “ Field Resea rch ” (penelitian lapangan) yang bersifat deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini yaitu Guru Bimbingan dan Konseling di kegiatan MGBK di Tanah Datar berjumlah 20 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan adalah total sampling.
Hasil penelitian secara umum, dua puluh orang (seratus persen) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap Pelayanan Arah Peminatan. Jika dikelompokkan per indikator, dua puluh orang (seratus persen) Guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap konsep dasar Pelayanan Arah Peminatan. Pada indikator aspek arah peminatan, Sembilan belas orang (Sembilan puluh lima persen) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap aspek arah peminatan, sedangkan satu orang (lima persen) kurang paham. Pada indikator langkah pokok pelayanan arah peminatan, dua puluh orang (seratus persen) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap langkah pokok Pelayanan Arah Peminatan. Pada indikator pelaksana pelayanan arah peminatan, dua puluh orang (seratus persen) guru Bimbingan dan Konseling paham terhadap pelaksana pelayanan arah peminatan.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “PEMAHAMAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP
PELAYANAN ARAH PEMINATAN PADA KEGIATAN MGBK SMA DI TANAH DATAR ”.
Skripsi ini ditulis untuk menyelesaikan kuliah penulis guna meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Kependidikan Islam/Bimbingan Konseling, Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Batusangkar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada kedua pembimbing, yaitu Bapak Ardimen, M.Pd., Kons
selaku pembimbing I dan Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd selaku pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga selesai.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua STAIN Batusangkar Bapak Dr. H. Kasmuri, M.A, Ketua Jurusan Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd dan Ketua Program Studi Bimbingan Konseling Bapak Dasril, S.Ag., M.Pd beserta jajarannya yang
telah memberikan fasilitas dan layanan dalam proses perkuliahan dan penyelesaian. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf administrasi STAIN Batusangkar
Penulis juga mengucapkan terimakasih pada Ketua dan Koordinator MGBK Kabupaten Tanah Datar (Bapak Joko Sobrang, S.Pd.I dan Bapak Drs. Edial Yuspita, MM) beserta guru-guru BK anggota MGBK yang sudah memberikan izin dan membantu
proses penelitian skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Epi Raflis dan ibunda Eli Warni, Uni Silvia Roza, etek Yus Marni, dan adik-adik Ira, Ita, Wiwi, serta seluruh sanak famili yang dengan sepenuh perhatian telah mendidik, mendampingi, dan memberikan dukungan kepada penulis hingga selesainya studi ini. Kiranya karya ini proses penelitian skripsi ini. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Epi Raflis dan ibunda Eli Warni, Uni Silvia Roza, etek Yus Marni, dan adik-adik Ira, Ita, Wiwi, serta seluruh sanak famili yang dengan sepenuh perhatian telah mendidik, mendampingi, dan memberikan dukungan kepada penulis hingga selesainya studi ini. Kiranya karya ini
Penulis mohon maaf, jika dalam skripsi ini terdapat kekhilafan dan kekeliruan, baik teknis maupun isinya. Kritik yang konstruktif dan sehat sangat penulis harapkan demi sempurnanya skripsi ini.
Batusangkar, Februari 2015
Penulis,
FITRIA OSNELA NIM. 10 103 056
As pek Arah Peminatan…………………………….. 64
3. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Langkah Pokok PAP …………………………………
65
4. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap
Pelaksana PAP ……………………………………….. 67
C. Pembahasan……………………………………………………. 69
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………. 72 B. Saran…………………………………………………………...
72
DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman
2 Tingkat Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap 60 Pelayanan Arah Peminatan
3 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling
61 terhadap PAP
4 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling
62 terhadap Konsep Dasar PAP
5 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling
64 terhadap Aspek Arah Peminatan
6 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling
66 terhadap Langkah Pokok PAP
7 Gambaran Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling
67 terhadap Pelaksana PAP
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Kisi-Kisi Instrumen Penelitian dan Soal Tes Pemahaman Lampiran 2 : Lembaran Validasi Instrumen Penelitian
Lampiran 2 : Absen Pengisian Instrumen Penelitian Lampiran 3
: Surat Rekomendasi Izin Melakukan Penelitian dari P3M
Lampiran 4 : Surat Rekomendasi/ Keterangan Melakukan Penelitian dari
KESBANGPOL
Lampiran 5 : Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari Ketua MGBK SMA Tanah Datar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan bukanlah suatu perkara mudah. Seluruh elemen masyarakat memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan mutu pendidikan. Di Indonesia, salah satu lembaga pendidikan formal yang bertanggung jawab meningkatkan kualitas manusia Indonesia adalah sekolah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran
mendidik, melatih, dan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk mewujudkan tujuan pendidikan.
untuk
membimbing,
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tidak terlepas dari tujuan pendi dikan nasional, yakni “ untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratif serta bertanggung 1 jawab.” Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan
adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik. Berkembangnya potensi tersebut bertujuan agar peserta didik dapat menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan lain sebagainya.
Tujuan pendidikan yang hendak dicapai tersebut tidak terlepas dari peran guru sebagai pendidik yang bersentuhan langsung dengan peserta didik. Sementara itu, yang dimaksud dengan pendidik adalah “tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang
1 Depdiknas, Unda ng-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tenta ng Sistem Pendidikan Na siona l , (Bandung: Citra Umba ra, 2003), h. 22 1 Depdiknas, Unda ng-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tenta ng Sistem Pendidikan Na siona l , (Bandung: Citra Umba ra, 2003), h. 22
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.”
kekhususannya,
serta
Berdasarkan uraian tersebut dapat dipahami bahwa konselor merupakan salah satu pendidik. Konselor merupakan salah satu sebutan bagi guru yang mengampu bidang Bimbingan dan Konseling. Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu komponen pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran, mengingat Bimbingan dan Konseling sebagai suatu kegiatan helping relationship yang diberikan kepada individu pada umumnya dan kepada peserta didik khususnya. Kegiatan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Prayitno mengungkapkan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling terhadap sejumlah
peserta didik”. 2 Dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah-
sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, serta yang berhak secara penuh dalam penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Adapun tugas Guru Bimbingan dan Konseling antara lain:
1. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan
2. Merencanakan program bimbingan
3. Melaksanakan segenap layanan bimbingan
4. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan
5. Menilai proses dan hasil pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan
6. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
7. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yang dilaksanakan
8. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan. 3
2 Prayitno, Pa ndua n Kegia ta n Pengawa sa n Bimbinga n dan Konseling di Sekola h, (Jaka rta: Rineka Cipta, 2001), h. 8 3 Dewa Ketut Sukardi, Penga nta r Pelaksa naa n Progra m Bimbinga n da n Konseling di Sekolah, (Jakarta :Rine ka Cipta, 2000), h.56
Kutipan di atas dipahami bahwa Guru Bimbingan dan Konseling memiliki tugas yang begitu komplit. Tugas yang telah dijabarkan di atas masih belum sempurna, sebab peningkatan kualitas pendidikan yang dibarengi dengan perubahan kurikulum menambah tugas baru bagi guru, khususnya Guru Bimbingan dan Konseling. Hal ini disebabkan karena penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah berkaitan dengan kurikulum pendidikan. Sebab kurikulum merupakan suatu alat untuk membantu mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum menjadi pedoman bagi pendidik dalam rangka mengembangkan potensi peserta didik, agar terwujud manusia yang berkualitas sebagaimana tujuan pendidikan itu sendiri.
Undang-undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal I Ayat 19 menjelaskan tentang ku rikulum, yaitu“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu”. 4 Uraian tersebut dapat dipahami bahwa kurikulum merupakan
akumulasi rencana berikut tujuan, isi, bahan pelajaran, serta berbagai metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebagai seperangkat rencana, kurikulum dapat berubah seiring berubahnya kebutuhan dan kompleksitas sebuah Negara. Setidaknya, di Indonesia sendiri perubahan kurikulum juga melibatkan unsur politis yang diawali dengan pergantian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sejak Indonesia merdeka, pendidikan nasional telah mengalami sembilan kali perubahan kurikulum diantaranya “Rencana Pelajaran 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975/1976, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum Berbasis
4 Sisdiknas, UU No 20 ta hun 2003, (Jaka rta: Sinar Grafika, 2003), h. 5
Kompetensi tahun 2002 dan 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).” 5
Perubahan-perubahan kurikulum hingga Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sepertinya belum mampu menjamah tujuan pendidikan nasional dan masih kurang relevan terhadap kebutuhan masyarakat dewasa ini, sehingga pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan memandang perlu untuk menelurkan kembali sebuah kurikulum baru yang dikenal dengan sebutan kurikulum 2013. Pengembangan kurikulum 2013 ini dilakukan dengan mengintegrasikan nilai- nilai karakter melalui pembelajaran tematik.
Kurikulum 2013 mulai diberlakukan pada bulan Juli 2013 lalu. Implementasi kurikulum 2013, khususnya terkait dengan Bimbingan dan Konseling telah diatur oleh Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 81A Tahun 2013. Sementara itu, pada tahun 2013 ini juga telah ditetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 69 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan Nomor 70 tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan terkait dengan pilihan kelompok peminatan, pilihan mata pelajaran, pilihan mata pelajaran lintas kelompok, dan pendalaman mata pelajaran.
Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai peranan penting membantu peserta didik dalam memilih dan menetapkan arah peminatan. Pemilihan dan penetapan arah peminatan peserta didik ini dalam implementasi kurikulum 2013 dikenal dengan sebutan Pelayanan Arah Peminatan. Pelayanan Arah Peminatan peserta didik adalah:
Upaya untuk membantu peserta didik dalam memilih dan menjalani program atau kegiatan studi dan mencapai hasil sesuai dengan kecenderungan hati atau keinginan yang cukup atau bahkan sangat kuat terkait dengan program pendidikan/pembelajaran yang diikuti pada satuan pendidikan dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MAN/SMALB, SMK/MAK). Dalam
5 Sholeh Hidayat, Pengemba ngan Kurikulum Ba ru, (Bandung: PT. Re ma ja Rosdakarya, 2013), h. V
Pelayanan ini, peserta didik memahami potensi dan kondisi diri sendiri, memilih dan mendalami mata pelajaran/kelompok peminatan mata pelajaran, memahami dan memilih arah pengembangan karir, dan menyiapkan diri serta memilih
pendidikan lanjutan dan karir sampai ke Perguruan Tinggi. 6
Pelayanan Arah Peminatan dalam panduan umum pelayanan Bimbingan dan Konseling pada satuan pendidikan dasar dan menengah yaitu:
Pelayanan yang secara khusus tertuju kepada peminatan/ lintas minat/ pendalaman minat peserta didik sesuai dengan konstruk dan isi kurikulum yang ada. Arah peminatan/lintas minat/pendalaman minat ini terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan segenap perangkat (jenis layanan dan kegiatan pendukung) yang ada dalam
pelayanan BK. 7
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa Pelayanan Arah Peminatan merupakan pelayanan yang ditujukan kepada peserta didik untuk memilih pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, peminatan pendalaman materi mata pelajaran, arah karir yang ada dan studi lanjutan yang terkait dengan bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar, dan karir dengan menggunakan jenis layanan dan kegiatan pendukung yang ada dalam pelayanan BK.
Adapun tingkat dan arah peminatan tersebut sebagai berikut:
1) Peminatan di SD/MI.
2) Peminatan di SMP/MTs.
3) Peminatan di SMA/MA.
4) Peminatan di SMK.
5) 8 Peminatan pasca SMA/MA dan SMK.
6 ABKIN, Pa ndua n Khusus…, h. 3 7 ABKIN, Pa ndua n Umum Pela ya na n Bimbingan dan Konseling pa da Sa tua n Pendidikan
Da sa r da n Menenga h (SD/MI/SDLB/, SMP/MTS/SMPLB, SMA/MANSMALB da n SMA/MAK , (ABKIN, 2013), h. 15
8 Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Pela tiha n Implementa si Kurikulum 2013 untuk Guru BK/Konselor, (Jakarta : ke mendikbud, 2013), h. 55-56
Kelima tingkatan dan arah peminatan di atas saling terkait satu sama lain, sehingga peserta didik benar-benar dapat memilih sekolah lanjutan yang sesuai dengan minatnya. Peminatan di SD/MI merupakan langkah awal Pelayanan Arah Peminatan yang dilakukan oleh guru kelas. Pelayanan Arah Peminatan ini ditujukan kepada peserta didik SD/MI yang akan melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Disini, guru kelas memberikan informasi mengenai SMP/MTs yang ada sehingga peserta didik terbantu dalam menentukan pilihan sekolah lanjutan nantinya.
Jenjang pendidikan SMP/MTs merupakan tingkatan kedua pelayanan arah peminatan. Pada jenjang ini, peserta didik kembali dibantu untuk memperoleh informasi yang cukup lengkap mengenai sekolah lanjutan yang ada berupa SMA/MA/SMK. Pada tingkat ini, informasi yang diberikan sudah cukup luas, yang meliputi “jenis dan penyelenggaraan masing- masing SMA/MA/SMK, pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran, peminatan pendalaman materi mata pelajaran dan arah karir yang ada, serta
kemungkinan studi lanjutannya”. 9 Pemberian informasi mengenai sekolah lanjutan pada jenjang
SMP/MTs ini akan membantu peserta didik dalam memilih sekolah yang tepat sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. Terlebih dengan cakupan informasi yang lebih luas, berikut bantuan Guru Bimbingan dan Konseling, peserta didik bisa mandiri dalam menentukan sekolah lanjutan mana yang tepat baginya. Dalam hal ini, peserta didik tentu saja perlu dibantu oleh Guru Bimbingan dan Konseling untuk memetakan potensi dan faktor pendukung apa yang dimiliki peserta didik sehingga pilihan sekolah lanjutan tersebut benar-benar tepat.
Peserta didik kembali dibantu dalam menentukan arah peminatan pada jenjang SMA/MA. Bantuan yang diberikan berupa penentuan pilihan peminatan kelompok mata pelajaran, peminatan lintas mata pelajaran,
9 Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Pela tiha n …, h. 55 9 Ke menterian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Pela tiha n …, h. 55
Guru Bimbingan dan Konseling juga perlu memberikan Pelayanan Arah Peminatan pasca SMA/MA/SMK. Pelayanan ini ditujukan kepada peserta didik yang akan melanjutkan studi ke Perguruan Tinggi. Pada tahap ini, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan informasi mengenai perguruan tinggi yang ada, sehingga peserta didik memiliki gambaran tentang perguruan tinggi mana yang akan menjadi pilihan studi lanjutannya.
Pelayanan Arah Peminatan ini tidak akan bermanfaat jika peserta didik tidak memahami tujuan pelayanan tersebut. Maka dari itu, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan pengertian dan penjelasan kepada peserta didik bahwasanya Pelayanan Arah Peminatan di SMA bertujuan agar peserta didik memahami dan mempersiapkan diri bahwa:
1) Pendidikan di SMA merupakan pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri di masyarakat.
2) Kemandirian tersebut (poin no 1) didasarkan pada kematangan pemenuhan potensi dasar, bakat, minat, dan keterampilan pekerjaan/karir.
3) Kurikulum SMA memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk memilih dan mendalami mata pelajaran tertentu sesuai dengan kecenderungan dasar bakat dan minat peserta didik, khususnya peminatan akademik.
4) Setamat dari SMA, peserta didik dapat bekerja di bidang tertentu yang masih memerlukan persiapan/pelatihan, atau melanjutkan pelajaran ke Perguruan Tinggi dengan memasuki program studi sesuai dengan pilihan/pendalaman mata
pelajaran sewaktu di SMA. 10
10 ABKIN, Pa ndua n Khusus …, h. 6
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa tujuan jangka panjang Pelayanan Arah Peminatan peserta didik untuk tingkat SLTA ini adalah agar peserta didik dapat melanjutkan studi/karir sesuai minat, potensi, bakat, dan memiliki keterampilan pekerjaan/karir sesuai dengan yang diminati agar peserta didik dapat hidup mandiri di masyarakat. Agar tujuan jangka panjang tersebut tercapai, ada beberapa langkah pokok yang perlu dilakukan Guru Bimbingan dan Konseling untuk melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.
Pertama, Pengumpulan data dan informasi. Guru Bimbingan dan Konseling perlu mengumpulkan data dan informasi peserta didik yang berkaitan dengan data diri baik berupa potensi dasar (intelegensi), bakat, minat, kegiatan hasil belajar, maupun data peserta didik yang berkaitan dengan kondisi keluarga dan lingkungan, serta informasi pendidikan lanjutan yang diminati peserta didik.
Kedua, Guru Bimbingan dan Konseling perlu memberikan layanan informasi atau orientasi Arah peminatan. Ketiga, melaksanakan identifikasi dan penetapan arah peminatan. Keempat, Guru Bimbingan dan Konseling perlu mengadakan langkah penyesuaian melalui layanan konseling perorangan dan atau layanan lain serta kegiatan pendukung yang relevan baik terhadap peserta didik maupun orangtuanya. Terakhir, Guru Bimbingan dan Konseling perlu mengadakan monitoring dan tindak lanjut.
Pelayanan Arah Peminatan akan bisa berjalan dengan baik, jika Guru Bimbingan dan Konseling sebagai pelaksana layanan “dapat bekerja sama dengan petugas yang berwenang menyelenggarakan tes intelegensi dan tes bakat, Guru Mata Pelajaran, wali kelas, orangtua, serta kepala
satuan pendidikan.” 11 Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling tidak bekerja sendiri dalam melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan, namun bekerja sama dengan berbagai pihak
11 ABKIN, Pa ndua n Khusus …, h. 23 11 ABKIN, Pa ndua n Khusus …, h. 23
keterampilan dan nilai- 12 nilai.” Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa Guru Bimbingan
dan Konseling dalam menjalankan tugasnya harus memiliki keunggulan- keunggulan agar mampu menjadi pendidik yang mengayomi dan menjadi panutan bagi peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya tahu, mengerti, dan memahami tugasnya sebagai seorang Guru Bimbingan dan Konseling. Prayitno menjelaskan:
Terselenggaranya dengan baik semua layanan Bimbingan dan Konseling serta kegiatan pendukung di sekolah ditunjang oleh
pengenalan dan pemahaman yang baik tentang pelayanan Bimbingan dan Konseling oleh berbagai pihak yang berkait (Kanwil/kandep, kabid, pengawas, kepala dan guru).Karena itu semua pihak bertanggung jawab atas pengembangan pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, demi keberhasilan optimal seluruh peserta didik. 13
Berdasarkan penjelasan di atas dipahami bahwa pelayanan Bimbingan dan Konseling akan dapat terlaksana dengan baik jika berbagai pihak terkait memiliki pengenalan dan pemahaman yang baik pula tentang pelayanan Bimbingan dan Konseling tersebut. Peter Salim dan Yeni Salim mengemukakan bahwa “pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau pelaksanaan, proses atau
cara, memahami atau memahamkan.” 14 Dari uraian Peter dan Yeni Salim terlihat bahwa sebelum adanya pemahaman maka perlu pengetahuan
12 Syofyan S. Wilis, Konseling Individua l, Teori dan Praktek, (Bandung: Alfabeta, 2004), h. 79
13 Prayitno, dkk (et. a l)., Seri Pe ma ndu Pelaksana an BK di Sekola h Menengah Kejuruan (SMK), (Padang: TP, 1995), h. 220 14 Peter Sa lim dan Yeni Sa lim, Ka mus Besa r Ba ha sa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press , 1991), h. 1076 13 Prayitno, dkk (et. a l)., Seri Pe ma ndu Pelaksana an BK di Sekola h Menengah Kejuruan (SMK), (Padang: TP, 1995), h. 220 14 Peter Sa lim dan Yeni Sa lim, Ka mus Besa r Ba ha sa Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Modern English Press , 1991), h. 1076
Terkait dengan pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan, maka pemahaman yang dimaksud adalah bahwa Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan mempunyai pengertian yang tepat dan komprehensif mengenai peranannya masing- masing, menyadari akan peranannya tersebut serta melaksanakan peran tugasnya itu sesuai dengan posisi masing- masing. Dengan adanya pengertian yang tepat serta pelaksanaan tugas yang terorganisir dari Guru Bimbingan dan Konseling maka akan sangat menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan Pelayanan Arah Peminatan. Deve Meiler (dalam Fitri Yanti) juga mengungkapkan bahwa:
Pemahaman merupakan hal dari intelektuel yaitu; penciptaan makna berfikir, menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan
saraf baru dan belajar, ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif. Tubuh membuat makna baru lagi bagi dirinya sendiri.Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pemahaman dan pemahaman
menjadi kearifan. 15
Pengertian di atas dapat dipahami bahwa pemahaman merupakan bagian intelektual manusia, yang meliputi: penciptaan makna berfikir, menyatakan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar, serta menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif. Oleh karena itu, pemahaman merupakan hal yang sangat penting.
Kegiatan Pelayanan Arah Peminatan tidak akan bisa terlaksana jika Guru Bimbingan dan Konseling tidak memahami tentang segala aspek yang terkait dengan kegiatan pelayanan ini. Sebab, Guru Bimbingan dan Konseling sebagai pelaksana utama memiliki peran dan tanggung jawab penuh terhadap kegiatan Pelayanan Arah Peminatan ini. Oleh karena itu,
15 Fitri Yanti, Pe ma ha ma n Guru Kela s tentang BK di SDN se Keca ma tan Lima Ka um, (Skripsi Sa rjana, Progra m Studi KI/BK STAIN Batusangkar, 2004. Tida k d iterbit kan), h. 5 seperti
dikutip Deni Gusriyanti, Pe ma ha ma n Guru Pe mbimbing terha da p Kegia tan Konferensi Ka sus di SMAN 7 Pa dang , (Skripsi Sarjana, Progra m Studi KI/ BK STAIN Batusangkar, 2011. Tidak diterbitkan), h. 10
Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya memahami dengan baik segala aspek yang berkaitan dengan kegiatan pelayanan.
Fenomena di lapangan terkait dengan pengetahuan Guru Bimbingan dan Konseling terhadap kurikulum 2013 dan kaitannya dengan berbagai aspek yang berhubungan dengan Pelayanan Arah Peminatan, penulis dapatkan melalui observasi dan wawancara terhadap beberapa Guru Bimbingan dan Konseling, salah satunya di MAN 2 Batusangkar.
Penulis melakukan wawancara di sekolah ini pada 19 Desember 2013 lalu. Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa, “ di MAN 2
Batusangkar akan dilaksanakan kurikulum 2013 pada semester depan. Menurutnya, perbedaan mendasar pada Bimbingan dan Konseling dalam kurikulum 2013 hanya terletak pada jam pelajaran. Pada kurikulum 2013, Guru Bimbingan dan Konseling diberikan waktu di kelas sebanyak 12 jam pembelajaran perminggu, sementara pada kurikulum sebelumnya (KTSP- red) Bimbingan dan Konseling tidak memiliki jam masuk kelas. Kemudian, mengenai pemberian layanan, menurutnya tetap sama dengan yang biasanya. Perbedaan mendasar hanya terletak pada jam masuk ruangan. Menurutnya, ini merupakan peningkatan dalam bidang BK karena adanya jam masuk ruangan untuk Guru Bimbingan dan
Konseling.” 16 Fenomena selanjutnya penulis dapatkan di SMAN 2 Rambatan
yang merupakan lokasi PLKP-S Penulis. Di sekolah ini ada dua orang Guru Bimbingan dan Konseling. Salah satu Guru Bimbingan dan Konseling yang merupakan pamong penulis memberikan tugas pada Penulis dan rekan berupa RPL dan Program yang sesuai dengan format kurikulum 2013 sebagai pertinggal. Menurut Guru BK tersebut hal ini dilakukannya agar nanti ketika kurikulum 2013 sudah dilaksanakan pada awal semester, maka beliau sudah ada contoh bagaimana format dan bentuk program tersebut.
Penulis juga melakukan wawancara terhadap Guru BK lainnya, informasi yang penulis dapatkan adalah “ beliau sudah mengetahui adanya
kegiatan Pelayanan Arah Peminatan dalam kurikulum 2013, namun belum mengetahui bagaimana pelaksanaannya. Beliau mengaku masih dalam proses mempelajari buku panduan mengenai kurikulum 2013 yang ada padanya.”
Hasil wawancara dan pengamatan yang telah penulis lakukan tersebut menyiratkan bahwa ada guru Bimbingan dan konseling yang belum sepenuhnya memahami pelayanan arah peminatan. Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti: Pemahaman Guru Bimbingan dan
Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan
MGBK SMA di Tanah Datar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi, di antaranya:
1. Sikap Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar
2. Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar
3. Pelaksanaan Pelayanan Arah Peminatan pada kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar
C. Batasan Masalah
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas dan untuk tidak menimbulkan kerancuan dalam penelitian ini, maka dalam penelitian ini
penulis membatasi pada “Pemahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar .”
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Pemahaman Guru
Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada
Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar ? ”.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah “untuk mengetahui bagaimana pe mahaman Guru Bimbingan dan Konseling terhadap Pelayanan Arah Peminatan pada Kegiatan MGBK SMA di Tanah Datar .”
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan mempunyai daya guna dan manfaat sebagai berikut:
a. Teoritis yaitu untuk mengembangkan teori-teori yang berhubungan dengan pemahaman dan Pelayanan Arah Peminatan
b. Praktis yaitu dapat digunakan oleh konselor sekolah sebagai bahan evaluasi dalam melaksanakan kurikulum 2013 bidang Bimbingan dan Konseling dan sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa dalam melaksanakan Pelayanan Arah Peminatan.
c. Praktis yaitu untuk mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam pada bidang ilmu Bimbingan dan Konseling.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemahaman
Menurut W.J.S Poerwadarminta , “Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal.” 17 Dari pendapat ini
dipahami bahwa pemahaman merupakan suatu keadaan dimana seseorang benar-benar mengerti terhadap suatu hal. Seseorang mengerti terhadap suatu objek karena kemampuannya dalam menangkap makna- makna yang terkandung dari objek bersangkutan.
Peter Salim dan Yeni Salim mengatakan bahwa “pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian atau pengetahuan dan perbuatan atau
pelaksanaan, proses atau cara, memahami atau memahamkan.” 18 Dapat dipahami bahwa pemahaman menurut Peter dan Yeni Salim adalah perpaduan
antara pengetahuan/pengertian dan perbuatan/pelaksanaan, pemahaman merupakan sebuah proses, dan dilakukan dengan sebuah usaha yaitu usaha untuk memahami atau memahamkan sesuatu yang ingin dipahami.
Berdasarkan penjelasan Peter dan Yeni Salim, diketahui bahwa pemahaman juga berarti pengertian. Pengertian itu sendiri me nurut Abu Ahmadi adalah “ hasil proses berpikir yang merupakan rangkuman sifat-sifat pokok dari suatu barang atau kenyataan yang dinyatakan dalam suatu
perkataan.” 19 Maksudnya, pengertian didapatkan dari proses berpikir seseorang terhadap suatu objek yang melingkupi setiap bagian-bagian dari objek tersebut,
baik itu karakteristik, jenis, sifat, dan lainnya sehingga seseorang dapat menyampaikan pengertian yang sudah didapatkannya melalui kata-kata.
Pemahaman juga dapat berarti pengetahuan akan suatu hal, maka Lorens Bagus memiliki beberapa makna yang terkandung dari pengetahuan, yaitu:
17 W.J.S. Poerwadarminta, Ka mus Be sa r Ba ha sa Indonesia , (Jakarta: Ba la i Pustaka, 1994), h. 714 18 Peter Salim dan Yen i Sa lim, Ka mus Besa r Ba ha sa Indonesia Kontemporer , (Jakarta :
Modern English Press, 1991), h. 1076 Modern English Press, 1991), h. 1076
b. Keakraban atau perkenalan dengan sesuatu dari pengalaman aktual
c. Apa yang dipelajari
d. Persepsi jelas tentang apa yang dipandang sebagai fakta, kebenaran atau kewajiban
e. Informasi dan atau pelajaran yang dipelihara dan diteruskan oleh peradaban.
f. Hal-hal yang ada dalam kesadaran (keyakinan, gagasan, fakta, bayangan, konsep, paham, pendapat) yang dibenarkan dengan cara tertentu dan dengan demikian dipandang sebagai benar.
g. Proses kehidupan yang diketahui oleh manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri.
h. Dalam arti luas, pengetahuan berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek, tetapi dalam arti sempit pengetahuan hanya berarti putusan yang benar dan pasti (kebenaran, kepastian). 20
Berdasarkan penjelasan di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan bermakna pengenalan akan sesuatu yang diperoleh baik dari pengalaman aktual maupun dari apa yang dipelajari, pengetahuan juga bisa bermakna sebagai persepsi yang jelas terhadap fakta, kebenaran, atau kewajiban, pengetahuan bahkan juga didapatkan dari informasi dan pelajaran, sehingga dalam arti luas pengetahuan dapat berarti semua kehadiran intensional objek dan subjek yang ada dalam pemikiran manusia.
Kartini Kartono juga menyebutkan bahwa “pemahaman sebagai kegiatan penalaran dengan menggunakan akal budi dalam hal ini yang terpenting adalah pemahaman mengenai sesuatu yang dicantumkan dalam
ingatan.” 21 Pemahaman yang dimaksud oleh Kartini Kartono merupakan sebuah kegiatan penalaran dengan akal budi mengenai sesuatu yang
dicantumkan dalam ingatan. Akal merupakan daya pikir seseorang, sementara akal budi merupakan pikiran yang sehat. Jadi, pemahaman dapat terjadi apabila menggunakan kemampuan pikiran yang sehat. Dengan pikiran yang sehat seseorang melihat suatu objek (pengetahuan) kemudian mencantumkannya dalam pikiran sehingga objek tersebut tersimpan dalam memori. Deve Meiler (dalam Fitri Yanti) mengungkapkan bahwa:
20 Lorens Bagus, Ka mus Filsa fa t, (Ja karta: PT. Gra media , 1996), h. 803 21 Kart ini Kartono, Psikologi Umum, (Bandung: CV. Mandar Maju, 1990), h. 64
Pemahaman merupakan hal dari intelektual yaitu penciptaan makna berfikir, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik emosional dan intuitif tubuh membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sasaran yang dipergunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi
pengetahuan menjadi pemahaman dan pemahaman menjadi kearifan. 22
Makna yang lebih luas ditemukan pada penjelasan Deve Meiler. Dipahami bahwa terjadinya pemahaman disebabkan oleh kemampuan intelektual seseorang. Kemampuan intelektual tersebut secara neurologi merupakan sebuah proses yang terjadi di dalam otak manusia. Otak manusia memiliki kemampuan yang tidak terbatas, ketika manusia hendak memahami suatu objek maka otak mulai bekerja dengan menciptakan jaringan-jaringa saraf baru. Setelah itu, otak akan mengait- hubungkan antara satu hal dengan hal lainnya sehingga membentuk makna baru bagi individu. Hingga pada akhirnya, seseorang yang memiliki pemahaman yang baik dan benar pada setiap bidang kehidupan akan menjadi seseorang yang arif.
B. Guru Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 74 Tahun 2008 diketahui bahwa pelaksana pelayanan konseling di sekolah
adalah “Guru Bimbingan dan Konseling dan konselor atau konselor dengan beban kerja sesuai dengan beban kerja Guru Bimbingan dan
Konseling dan 23 konselor atau konselor”. Dengan demikian, pelayanan konseling tidak dilaksanakan oleh semua guru, apalagi guru yang tidak
memiliki atau kekurangan jam pelajaran di sekolah, hanya guru yang
22 Fit ri Yanti, Pema ha ma n Guru Kela s tentang BK di SDN se Keca ma ta n Lima Ka um, (Skripsi Sa rjana, Progra m Studi KI/BK STAIN Batusangkar, 2004. Tidak diterb itkan), h. 5 seperti
dikutip Deni Gusriyanti, Pe ma ha ma n Guru Pe mbimbing terha da p Kegia tan Konferensi Ka sus di SMAN 7 Pa da ng , (Skripsi Sarjana, STAIN Batusangkar, Jurusan Tarbiyah Program Studi KI/BK,, tidak diterb itkan, 2011), h.10
23 Peraturan Pe me rintah No mo r 74 Tahun 2008, http: // sertifikasiguru. unm.ac.id/dokumen /PP% 2074% 20Tahun%202008%20Tentang%20Guru. pdf
(d iakses pada 20 Desember 2013) (d iakses pada 20 Desember 2013)
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengkualifikasikan bahwa konselor adalah pendidik, maka Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (SKAKK) memberikan batasan siapa itu pemegang profesi konselor, yaitu sarjana Bimbingan dan Konseling (S-1 BK) yang telah menamatkan program PPK (Pendidikan Profesi Konselor. 24
Berdasarkan kutipan di atas dapat dipahami bahwa guru pembimbing atau konselor sekolah termasuk tenaga pendidik. Namun demikian, Permendiknas No. 27 Tahun 2008 di atas memberi batasan bagi pemegang profesi konselor. Tidak semua pendidik dapat memegang profesi konselor. Tenaga yang berwenang memegang profesi ko nselor adalah individu yang memiliki latar belakang pendidikan sarjana Bimbingan Konseling (S1 BK) yang telah menamatkan program PPK (Pendidikan Profesi Konselor). Hal ini menunjukkan bahwa profesi konselor haruslah dipegang oleh individu yang berkompeten di bidangnya setelah melalui jenjang pendidikan yang ditetapkan.
Prayitno mengungkapkan dalam redaksi lain bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah “guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan Bimbingan dan
Konseling 25 terhadap sejumlah peserta didik”. Dapat disimpulkan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah pelaksana utama pelayanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah-sekolah yang mempunyai tugas, tanggung jawab, serta yang berhak secara penuh dalam penyele nggaraan Bimbingan dan Konseling di sekolah.
24 Prayitno, Wa wa sa n Profesiona l Konseling , (Padang: UNP, 2009), h. 66 25 Prayitno, Pa ndua n Kegia ta n Penga wa san Bimbinga n da n Konseling di Sekolah.
(Jaka rta: Rineka Cipta, 2001), h. 8
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru Bimbingan dan Konseling
Kegiatan Bimbingan dan Konseling diselenggarakan oleh pejabat fungsional yang secara resmi dinamakan Guru Bimbingan dan Konseling atau konselor sekolah. Kegiatan Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan atau pelayanan fungsional yang bersifat profesional atau keahlian dengan dasar keilmuan dan teknologi. Untuk itu, Guru Bimbingan dan Konseling tentunya memiliki tugas dan tanggung jawab yang jelas. Sebagai pelaksana utama, tenaga inti dan ahli, Guru Bimbingan dan Konseling bertugas:
9. Memasyarakatkan pelayanan Bimbingan
10. Merencanakan program bimbingan
11. Melaksanakan segenap layanan bimbingan
12. Melaksanakan kegiatan pendukung bimbingan
13. Menilai proses dan hasil pelayanan dan kegiatan pendukung bimbingan
14. Melaksanakan tindak lanjut berdasarkan hasil penilaian
15. Mengadministrasikan layanan dan kegiatan pendukung bimbingan yag dilaksanakan
16. Mempertanggungjawabkan tugas dan kegiatan dalam pelayanan Bimbingan kepada Koordinator Bimbingan. 26
Berdasarkan kutipan di atas dijelaskan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Guru Bimbingan dan Konseling perlu menjelaskan hal- hal yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling baik kepada siswa maupun personil sekolah. Setelah itu Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas untuk merancang program konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswanya. Konselor bisa menggunakan instrument dalam konseling baik tes maupun non tes, instrumen ini bisa digunakan untuk melihat kebutuhan siswa.
Guru Bimbingan dan Konseling perlu membuat program pelayanan konseling. Selain itu, Guru Bimbingan dan Konseling juga menyelenggarakan program yang dibuatnya tersebut melalui layanan- layanan dalam konseling dan melakukan berbagai kegiatan pendukung,
26 De wa Ketut Suka rdi, Penga nta r Pelaksana an Progra m Bimbingan da n Konseling di sekola h, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), h.56 26 De wa Ketut Suka rdi, Penga nta r Pelaksana an Progra m Bimbingan da n Konseling di sekola h, (Jakarta:Rineka Cipta, 2000), h.56
Guru Bimbingan dan Konseling juga bertugas mengadministrasikan kegiatan Bimbingan Konseling kepada para kliennya, sehingga klien memahami kegiatan apa saja yang akan dilakukannya selama proses Bimbingan dan Konseling. Hal ini akan menghilangkan keraguan atau kebimbangan klien selama mengikuti kegiatan konseling. Semua tugas dan tanggung jawab Guru Bimbingan dan Konseling yang telah diuraikan di atas haruslah dipertanggung jawabkan kepada pihak-pihak yang terkait. Hal ini menunjukkan bahwa tugas dan tanggung jawab guru Bimbingan dan Konseling bukanlah hal yang bersifat lepas. Dalam artian tidak adanya pertanggung jawaban.
Guru Bimbingan dan Konseling memikul tanggung jawab yang diarahkan pada satu tujuan yaitu memenuhi kebutuhan klien serta mensejahterakan klien secara psikologis. Adap un tanggung jawab konselor menurut Namora Lumongga Lubis adalah:
(konfidensialitas) , kerahasiaan berhubungan dengan pengendalian informasi yang diterima dari seseorang. Sebuah informasi dikatakan konfidensia l jika dianggap tidak perlu diketahui pihak lain sehingga seharusnya tidak disampaikan ke publik. Konselor bertanggung jawab menjaga kerasiaan ini untuk menjaga kepercayaan klien terhadapnya serta menjamin perlindungan rasa aman klien.
a. Menjaga
kerahasiaan
b. Memiliki kompentesi, kompetensi profesional disesuaikan dengan bidang-bidang yang dipelajari oleh konselor secara formal. Jadi apabila konselor menghadapi klien di luar bidang yang dipelajarinya, konselor harus merujuknya kepada konselor atau pihak lain yang dipandang lebih berkompeten dan mengetahui permasalahan klien secara jelas dan mengerti bagaimana mengatasinya.
c. Nilai hidup konselor, nilai-nilai hidup adalah permasalahan etis yang kerap muncul dalam konseling apabila konselor tidak bijaksana dan bersikap kaku memegang nilai hidupnya, maka ia c. Nilai hidup konselor, nilai-nilai hidup adalah permasalahan etis yang kerap muncul dalam konseling apabila konselor tidak bijaksana dan bersikap kaku memegang nilai hidupnya, maka ia
d. Mengutamakan kebutuhan klien, pada dasarnya diperlukan kesadaran yang matang pada diri seorang konselor untuk melihat dan mengenal dirinya lebih dalam. Hal ini penting karena melalui kesadaran inilah, konselor memahami bahwa ada konflik-konflik, harapan, dan kebutuhan pada dirinya yang belum tercapai dan terselesaikan. Apabila hal ini dibiarkan, maka secara tidak langsung konselor telah menghalangi klien
mencapai perubahan. 27