Motif dalam Hikayat Hang Tuah

5. Motif dalam Hikayat Hang Tuah

Motif merupakan landasan berpikir dari masalah-masalah yang menjadi penggerak di dalam cerita. Motif menggerakkan tokoh-tokoh dalam membentuk alur cerita. Seperti halnya dalam cerita-cerita lama lainnya, dalam HHT pun terdapat berbagai motif sastra dalam arti yang luas, umpamanya mimpi, tapa, ramalan, dan lain-lain. Unsur-unsur itu mempunyai dua fungsi:

a. Sebagai tanda pengenal yang tepat dalam konvensi sastra Melayu. Pembaca atau pendengar mengharapkan bersua dengan unsur-unsur tersebut yang tempatnya dalam cerita sudah tidak asing lagi bagi mereka.

b. Sebagai motif cerita mempunyai fungsi tertentu, yang menggerakkan dan mendorong cerita lebih lanjut.

Dalam Hikayat Hang Tuah terdapat motif-motif sebagai berikut.

a. Motif Angka

Menarik perhatian bahwa di dalam HHT di sekitar 286 tempat terdapat penggunaan angka antara 2 sampai dengan 10 dengan segala kelipatan dan kombinasinya.

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

Angka 1 yang pada umumnya hanya dipakai sebagai kata bantu bilangan seekor, sebuah, sekeping, sebidang, dan sebagainya untuk menyatakan sesuatu benda yang berwujud, dalam pembicaraan ini tidak dihitung. Seperti tertera di bawah ini, banyaknya tempat dan macamnya kombinasi.

Untuk hal-hal tertentu digunakan angka-angka lima kali atau lebih sebagai berikut: orang

: 3 - 4 - 5 - 6 - 8 , istimewa banyak 7 - 30 - 40 hari/malam : 3 - 5 - 7 , istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40 senjata

: 4 - 8 - 100 , istimewa banyak 7 - 10 - 20 - 40 perahu

: 4 - 3 - 6 - 17, istimewa banyak 10 - 40 ukuran depan kati, hasta, dan sebagainya: 4 - 5 - 6 - 10 - 20 gajah kenaikan: 1000

b. Motif Mahkota

Mahkota adalah tanda kebesaran raja yang utama, lambang tahta kerajaan. Dalam teks HHT kita jumpai dua kali motif makota. Motif yang pertama hanya sebagai tanda pengenal dalam kebiasaan sastra Melayu, sedang motif yang kedua adalah motif cerita yang menunjukkan arah cerita, yang mengabdi kepada tema pokok. Anda perhatikan motif tersebut di bawah ini!

Sang Pertala Dewa dari keinderaan mendapat dari tuan Puteri Gemala Rakna Pelinggam seorang anak laki-laki, amat baik parasnya serta keluar dengan membawa mahkotanya sekali (1 : 6).

Mahkota di sini tanda kebesaran raja, tempat segala kebaktian Hang Tuah ditumpahkan. Jatuhnya mahkota berarti runtuhnya kerajaan dan jatuhnya makota ini oleh pengarangnya disamakan waktunya dengan jatuhnya keris Hang Tuah yang disambar oleh buaya putih.

Motif mahkota di sini membayangkan sebelumnya kepada raja, Hang Tuah, dan semua orang Melayu serta semua pembaca, bahwa unsur-unsur dalam tema pokok menghadapi masa keruntuhannya. Di sini pun tanda-tanda itu secara tegas dinyatakan, bahwa baginda selama hilang makotanya gila- gila sakit kepala dan tubuhnya demam, sehingga ia pun tahulah akan dirinya.

c. Motif Fitnah

Motif fitnah menggerakkan Raja Malaka mengutus Hang Tuah membunuh raja Inderapura. Sesampai di Inderapura Hang Tuah menyuruh segala orang mencari yang membunuh Sang Si Tuah. Mana yang bertemu habis diambil, ditangkap, dan dibawa turun ke perahu. Di sini kita lihat, ayah Sang Si Tuah dibunuh Hang Tuah karena ia durhaka, tetapi anak berhak akan kesetiaan Hang Tuah. Pembelaan terhadap anak Hang Jebat berarti:

1) kesetiaan Hang Tuah terhadap sahabat karibnya,

2) sebagai motif cerita untuk memperlihatkan bahwa Hang Tuah dalam berbakti kepada tuannya meniadakan diri dan keluarga. Buktinya anaknya sendiri baru mendapat arti setelah Hang Tuah dibuang dan mundur.

Bab II ~ Transportasi

Dengan membawa sejumlah orang hukuman dari Inderapura Hang Tuah kembali ke Malaka. Raja sangatlah suka cita dan memeluk leher Hang Tuah.

Motif ikan todak dan motif fitnah yang mengenai Sang Si Tuah ini pun dipakai untuk menojolkan kebaktian Hang Tuah kepada raja. Kesimpulan motif firnah:

1) merupakan motif pusat sepanjang teks,

2) dipakai untuk menunjukkan secara jelas kebaktian Hang Tuah,

3) dipakai sebagai motif cerita yang menggerakkan cerita lebih lanjut, antara lain ke arah kebesaran kerajaan Keling yang turut mengangkat martabat Malaka.

4) sangat erat berkaitan dengan motif melindungi yang difitnah oleh Bendahara, Raja Muda satu kali dan Hang Tuah dua kali. Apabila Bendahara tidak memberi perlindungan kepada Raja Muda dan Hang Tuah, cerita tidak berkembang ke arah tema pokok.

5) dipakai untuk memperlihatkan dengan jelas watak-watak pelaku utama.

Latihan

1. Secara mandiri, coba Anda mendeskripsikan kembali tokoh-tokoh dan perwatakan dalam Hikayat Hang Tuah!

2. Setelah Anda simpulkan, Anda hubungan antartokoh di atas sehingga dapat membentuk alur cerita!

3. Berdasarkan penggalan Hikayat Hang Tuah di atas, berlatihlah mendeskripsikan kembali latar yang ada, baik itu latar waktu, latar tempat, maupun latar sosial.

Tugas Mandiri

Carilah sebuah contoh hikayat yang ada di perpustakaan sekolah Anda! Setelah itu, tentukan unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam hikayat tersebut! Kerjakan secara berkelompok (3-4 orang) dan hasilnya serahkan kepada guru!

Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas XI - Prodi IPA - IPS

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24