9 yang dikeluarkan terlalu banyak, serta menambah frekuensi defekasi Sanchez de
Medina, dkk., 1997.
2.1.4 Manfaat tumbuhan
Tanaman pinang memiliki banyak manfaat, misalnya daun pinang sebagai obat antidiabetes Mondal, dkk., 2012, bijinya sebagai obat antifertilitas
Aulanni’am, dkk., 2007, antelmintik Tiwow, dkk., 2013, antibakteri, antivirus Joshi, dkk., 2012, antioksidan Zhang, dkk., 2009 dan lain-lain. Batang pinang
dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan dan saluran air, sedangkan serabut buah secara tradisional digunakan sebagai obat gangguan pencernaan,
edema dan beri- beri, serta dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan kuas gambar atau kuas alis mata Dalimartha, 2009.
2.2 Simplisia dan Ekstrak
2.2.1 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan mineral. Simplisia nabati adalah simplisia berupa
tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali
dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan Ditjen POM, 2000.
2.2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengesktraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
10 sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian, sehingga memenuhi baku yang telah ditetapkan Ditjen POM, 1995.
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut, sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dengan pelarut cair. Senyawa aktif
yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Senyawa aktif yang dikandung
simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 2000.
Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu:
1. Cara dingin, yaitu:
a. Maserasi adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan kamar.
Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu terus menerus. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut
setelah dilakukan penyarian maserat pertama dan seterusnya. b.
Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna exhaustive extraction, yang umumnya dilakukan
pada temperatur ruangan kamar. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya
penetesan atau penampungan esktrak, terus menerus sampai diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan.
11 2.
Cara panas, yaitu: a.
Refluks adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Proses pengulangan umumnya dilakukan pada residu pertama sampai 3-5 kali, sehingga
termasuk proses ekstraksi sempurna. b.
Sokletasi adalah proses penyarian simplisia menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat soklet, sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.
c. Digesti adalah proses penyarian simplisia dengan pengadukan kontinu
pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
°C. d.
Infundasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air
mendidih, temperatur terukur 96-98 °C selama waktu tertentu 15-20
menit. e.
Dekoktasi adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut air pada waktu yang lebih lama
≥30 menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.3 Diare