Universitas Sumatera Utara
ini mungkin belum selesai sampai usia seseorang menginjak usia 20 tahun awal, yang mungkin dapat membantu menjelaskan mengapa emosi kuat
dalam masa remaja seringkali membuat remaja tidak dapat mengambil keputusan secara rasional dan mengapa remaja berperilaku lebih impulsif
dibandingkan dengan orang dewasa. Bukti ini mungkin memiliki implikasi penting bagi penanganan remaja oleh pihak berwajib saat mereka
melakukan tindakan kejahatan. Kebanyakan remaja tidak mengalami gejolak emosional,
kemarahan, atau pemberontakan yang ekstrem, tidak membenci orang tua mereka dan tidak menderita karena rendahnya harga diri. Namun, konflik
dengan orang tua, mood swing dan depresi serta perilaku sembrono memang meningkat pada masa remaja. Teman sebaya berperan sangat
penting. Anak laki-laki cenderung untuk mengekspresikan masalah emosional mereka dalam bentuk agresivitas dan perilaku antisosial
lainnya; anak perempuan cenderung untuk menginternalisasi masalah mereka dan menjadi depresi atau mengembangkan gangguan makan.
2.1.6 Prestasi Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya Slameto, 2013:2.
Pengertian belajar secara lebih mendalam yaitu, merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, perubahan tersebut terjadi melalui
pengalaman atau latihan, perubahan tersebut harus relatif mantap merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang dan
tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kehidupan baik secara fisik maupun psikis, seperti:
perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalahberpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap Purwanto, 2013:85.
Universitas Sumatera Utara
Pada kenyataannya proses belajar dan hasil belajar atau prestasi belajar tidak dapat dipisahkan. Winkel menyatakan prestasi performance
menampakkan hasil belajar. Hasil belajar seseorang tidak langsung terlihat, tanpa seseorang tersebut melakukan sesuatu yang menampakkan
kemampuan yang telah diperoleh melalui belajar. Kemampuan yang dimaksudkan oleh Winkel adalah kemampuan kognitif yang meliputi
pengetahuan dan pemahaman; kemampuan sensorik-motorik yang meliputi ketampilan melakukan rangkaian gerak-gerik badan dalam urutan
tertentu; kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan nilai, yang meresapi perilaku dan tindakan.
Belajar adalah suatu aktivitas mentalpsikis, berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, menghasilkan perubahan dalam
pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat relatif konstan dan berbekas. Perubahan itu dapat berupa suatu
hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa hasil yang utama; dapat juga berupa hasil
sebagai efek sampingan. Proses belajar dapat berlangsung dengan penuh kesadaran, dapat juga tidak Winkel, 1996:51-55.
Pengertian belajar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2002:895 adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Berdasarkan hal itu,
prestasi belajar siswa dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di
sekolah. b.
Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan
atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi. c.
Prestasi belajar siswa dibuktikan dengan ditujukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas
Universitas Sumatera Utara
siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya Tu’u, 2004:75.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar: 1.
Faktor luar, terdiri dari lingkungan alam dan sosial dan instrumental kurikulumbahan pembelajaran, gurupengajar, sarana dan fasilitas,
administrasimanajemen. 2.
Faktor dalam, terdiri dari fisiologi kondisi fisik dan kondisi panca indera dan psikologi bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan
kemampuan kognitif Purwanto, 2013:107. Pada awalnya, Gagne mengklasifikasikan jenis-jenis belajar ke
dalam sistematika yang dikenal dengan “Delapan Tipe Belajar”. Sistematika ini memusatkan perhatian pada hasil belajar yang diperoleh,
bukan pada proses belajar yang yang dilalui untuk sampai pada hasil belajar tersebut. Sistematika ini memuat tahapan belajar mulai dari belajar
sinyal, belajar perangsang-reaksi dengan mendapatkan penguatan, belajar membentuk rangkaian gerak-gerik, belajar asosiasi, belajar diskriminasi
yang jamak, belajar konsep, belajar kaidah dan belajar memecahkan masalah Winkel, 1996:90-97.
Gagne kemudian mengganti sistematika ini dengan sistematika lain yang hanya mengenal lima jenis belajar. Hasil belajar yang diperoleh
masih menjadi pusat perhatian, tetapi hasil itu di pandang sebagai kemampuan internal capability seseorang. Aspek proses belajar,
perhatian khusus yang diberikan pada syarat yang harus dipenuhi pelajar supaya proses belajar dapat berhasil internal condition, dan pada syarat-
syarat yang harus dipenuhi dalam lingkungan di mana proses belajar berlangsung agar benar-benar efisien external condition merupakan hal-
hal yang ditinjau dalam “Lima Jenis Belajar” tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Dalam sistematika “Lima Jenis Belajar”, Gagne tidak menyusunnya secara hierarkis, di mana jenis belajar yang satu menjadi
landasan bagi jenis belajar yang lain. Kelima kategori hasil belajar yang dikemukakan oleh Gagne adalah Winkel, 1996:97-105:
1. Informasi verbal verbal information, kemampuan seseorang
untuk menuangkan pengetahuannya ke dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan dengan orang lain.
2. Kemahiran intelektual intellectual skill, kemampuan
berhubungan dengan lingkungan dan diri sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan lambangsimbol.
Kemahiran intelektual ini terbagi lagi ke dalam empat subkemampuan yaitu:
• Diskriminasi jamak multiple discrimination, kemampuan
membedakan suatu obyek dengan obyek lainnya dengan cara mengamati. Selama mengamati, dibentuk berbagai
persepsi atau hasil mental dari pengamatan. •
Pengertian concept, kemampuan memberikan satuan arti mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri sama.
Orang yang memiliki konsep akan mampu menempatkan obyek ke dalam golongan tertentu kalsifikasi.
• Kaidah rule, kemampuan menggabungkan dua konsep
atau lebih yang dapat menghasilkan suatu ketentuan yang merepresentasikan suatu keteraturan atau penguasaan
beberapa konsep yang relevan. •
Prinsip higher-order rule, kemampuan menggabungkan beberapa kaidah yang dapat dijadikan prinsip pemecahan
masalah. 3.
Pengaturan kegiatan kognitif cognitive strategy, kemampuan seseorang mengatur dan mengarahkan aktivitas mentalnya.
Pengaturan kegiatan kognitif mencakup penggunaan beberapa konsep dan kaidah yang sudah dimiliki terutama saat menghadapi
Universitas Sumatera Utara
suatu masalah. Orang yang memiliki kemampuan ini akan dapat belajar secara efisien dan efektif.
4. Keterampilan motorik motor skill, kemampuan untuk melakukan
suatu gerak-gerik jasmani secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme yaitu rangkaian gerak-
gerik berlangsung teratur dan berjalan dengan lancar dan supel. 5.
Sikap attitude, kemampuan mengambil tindakan terutama saat kemungkinan untuk bertindak sedang terbuka.
2.2 Kerangka Konsep