2.6 Disfungsi Seksual Perempuan Pasca Persalinan
Masa pasca persalinan membawa banyak perubahan dalam kehidupan seorang perempuan. Perubahan fisik dan tanggung jawab
pasca kelahiran bayi seringkali mempengaruhi kondisi emosional dan pada akhirnya berpengaruh pada kehidupan sehari-hari termasuk dalam
masalah seksual. Fungsi seksual pasca persalinan dapat terpengaruh oleh beberapa faktor seperti cedera perineum, neuropati pudendal,
kekeringan vagina akibat laktasi, hingga perubahan dalam hubungan, fungsi dan gaya hidup.
5,6,7,8
Berbagai penelitian mendapatkan hasil yang berbeda mengenai waktu untuk memulai kembali aktivitas seksual pascapersalinan. Barret
dan rekan mendapatkan bahwa pada enam bulan pasca persalinan 89 perempuan telah memulai aktivitas seksualnya kembali, dengan adanya
peningkatan morbiditas seksual pasca persalinan.
8
Penelitian Glazener menemukan aktivitas seksual dimulai sejak 6 minggu pasca persalinan,
dengan insiden disfungsi seksual pascapersalinan sebesar 53 pada 8 minggu pertama, dan menurun menjadi 43 pada 1 tahun kemudian.
7
Insiden disfungsi seksual perempuan pascapersalinan bervariasi antara 22-86.
5,6,8
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi disfungsi seksual pasca persalinan adalah:
1. Cara persalinan Cara persalinan banyak dilaporkan mempengaruhi fungsi seksual
pasca persalinan. Kejadian cedera pada jalan lahir pada persalinan pervaginam dikatakan sebagai salah satu faktor utama disfungsi
seksual pasca persalinan. Johanson dan rekan melaporkan peningkatan signifikan dalam dispareunia setelah persalinan
pervaginam dengan bantuan alat forsep atau vakum dibandingkan persalinan spontan pervaginam atau seksio sesaria: dispareunia
menetap lebih dari enam bulan terjadi 3,4 untuk persalinan spontan tanpa perlukaan dan seksio sesaria, 10 dengan
episiotomi dan 14 untuk pervaginam dengan bantuan alat atau operatif.
19
Lydon-Rochelle dan rekan menemukan bahwa kembalinya aktivitas seksual pada 7 minggu pasca persalinan
antara persalinan dibantu alat adalah sebesar 40 dibandingkan dengan 29 pada persalinan spontan dengan p0,04; serta tidak
ada perbedaan yang signifikan dalam kembalinya hubungan seksual antara seksio sesaria dengan persalinan spontan.
20
Sementara itu, satu studi di Australia melaporkan bahwa perempuan yang menjalani persalinan pervaginam dibantu alat
cenderung mengalami nyeri perineum dan masalah seksual hingga enam bulan pasca persalinan dibandingkan perempuan yang
mengalami persalinan pervaginam spontan.
21
Universitas Sumatera Utara
2. Robekan perineum Robekan perineum saat persalinan merupakan penyebab utama
terjadinya komplikasi pasca persalinan seperti nyeri perineum, prolaps organ panggul, gangguan pada fungsi usus dan kandung
kemih, serta juga disfungsi seksual.
22
Banyak perempuan yang mengalami nyeri perineum menetap mengeluhkan adanya
gangguan pada fungsi seksualnya. Tindakan episiotomi sendiri pada persalinan pervaginam ternyata berdampak buruk bagi fungsi
seksual perempuan di kemudian hari.
23
Efek dari episiotomi yang membahayakan fungsi seksual telah banyak dilaporkan dalam
literatur. Penelitian Buhling dan rekan di Jerman menyimpulkan bahwa perempuan yang mengalami dispareunia pada enam bulan
pasca persalinan ternyata menjalani episiotomi atau persalinan pervaginam dengan bantuan alat.
24
Oboro dan Tabowei juga menemukan bahwa perempuan primipara di Nigeria yang
mengalami cedera perineum cenderung mengalami dispareunia pada 3 bulan pasca persalinan.
14
Penelitan lain menemukan bahwa perempuan dengan ruptur perineum grade III atau IV ternyata
kurang aktif secara seksual pada 1 tahun pasca persalinan dibandingkan perempuan dengan perineum yang intak.
25
Demikian pula pada penelitian Signorello di Amerika Serikat, yang
menyimpulkan bahwa robekan perineum derajat dua, dengan atau tanpa episiotomi, meningkatkan insiden dispareunia pada 3 bulan
pasca persalinan.
26
Sementara penelitian yang dilakukan oleh
Universitas Sumatera Utara
Rogers dan rekan pada persalinan dengan cedera jalan lahir spontan tanpa episiotomi menemukan bahwa tidak ada
perbedaan dalam hal aktivitas seksual dan fungsi seksual pasca persalinan jangka pendek pada robekan perineum derajat rendah
tanpa trauma sampai dengan derajat I maupun derajat tinggi derajat II-IV.
27
3. Menyusui Pengaruh faktor menyusui terhadap fungsi seksual pasca
persalinan dapat bersifat positif maupun negatif. Master dan Johnson menemukan bahwa perempuan menyusui memiliki tingkat
aktivitas seksual dan keinginan untuk kembali aktif secara seksual yang lebih tinggi.
19
Pasien yang menyusui melaporkan peningkatan erotisme akibat pembesaran payudara dan aktivitas menghisap dari
bayi.
28,29
Di sisi lain, menyusui dapat menurunkan aktivitas seksual akibat nyeri payudara, nyeri pasca persalinan, penurunan sekresi
vagina dan keluarnya ASI.
12,30
Penelitian Visness dan Kennedy menemukan bahwa rata-rata perempuan yang menyusui kembali
berhubungan seksual dalam 8 minggu pasca persalinan.
31
4. Depresi Perempuan dengan depresi dilaporkan lebih sedikit memulai
aktivitas seksual pada enam bulan pasca persalinan dan lebih sering mengalami masalah seksual.
32
Universitas Sumatera Utara
5. Tingkat Pendidikan Perempuan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi dihubungkan
dengan kejadian disfungsi seksual yang lebih rendah,
3
namun penelitian Fajewonyomi dan rekan di Nigeria mendapatkan
sebaliknya: disfungsi seksual lebih banyak dialami oleh perempuan dengan tingkat pendidikan lebih tinggi.
33
2.7 Penilaian Disfungsi Seksual dengan Female Sexual Function