Analisa FTIR

3.3 Analisa FTIR

3.2 Analisa XRD Analisa ini bertujuan untuk mengetahui ada Perubahan warna dipengaruhi oleh asam

tidaknya ikatan yang terjadi antara asam oleat yang digunakan, karena setelah

oleat dengan SrTiO 3 yang disintesis. dilakukan pemanasan diatas titik didih

Pada pengamatan FTIR adanya ikatan antara asam oleat serbuk kembali menjadi putih.

SrTiO 3 dengan asam oleat dengan dibuktikannya Kondisi ini menyebabkan terhambatnya -1 adanya pita serapan pada 2922,93 cm dan

pembentukan STO oleh asam oleat yang 2851,23 cm -1 menunjukan vibrasi simetri dan dibuktikan oleh hasil karakterisasi XRD

asimetri CH 2 alifatik. Bukti bahwa adanya dimana puncak-puncak STO tidak muncul

ikatan antara STO dan asam oleat pada setiap sintesis yang dilakukan.

dibuktikan dengan adanya dua karakteristik -1

pita serapan pada 1546,17 cm dan 1511,70 cm -1 vibrasi stretch COO - ditemukan dalam spektrum STO. Karakteristik puncak ini

c ditandai dengan adanya stretch vibrasi karboksilat anion dengan permukaan STO. 7-

b 8 Hasil ini menunjukan bahwa adanya

Intensitas (a.u)

ikatan diantara permukaan STO dengan

asam oleat selama proses solvotermal.

20 2 ( o ) 40 60 3.4 Pengukuran hantaran listrik SrTiO 3 Pengukuran konduktivitas listrik STO dilakukan dengan menggunakan LCR meter

Gambar 2. Hasil XRD STO dengan proses solvotermal suhu 160 o

dengan frekuensi 120Hz. Hasil pengukuran

yang didapatkan dari LCR meter adalah stándar STO (b) sebelum kalsinasi

C 24 jam (a)

(c) setelah kalsinasi nilai resistansi seperti pada tabel dibawah

ini :

Pola diffraksi STO

yang

disintesis

menggunakan capping agent (asam oleat) Tabel 2. Data hasil pengukuran konduktivitas dan STO setelah proses kalsinasi. Pola

listrik

diffraksi memperlihatkan bahwa sintesis

Suhu

Waktu

dengan menggunakan

Resista Kondukti menghambat terbentuknya kristalin STO

nsi ( Ω) vitas sehingga produk yang dihasilkan adalah

mal

mal

(S/cm) amorf, seperti yang digambarkan pada

0,0366 0,5256 difraktogram berwarna merah. STO amorf kemudian dikalsinasi sehingga didapatkan

18 jam(A)

0,0123 5,6584 STO kristalin difraktogram biru.

160 o C 24 jam(B)

36 jam(C)

Tabel 2 menunjukan bahwa material STO yang disintesis pada suhu 160 o

C selama 24 jam memiliki nilai resistansi paling kecil yaitu 0,01226 Ω sehingga memiliki hantaran listrik paling besar yaitu 5,6584 S/cm. Nilai hantaran listrik suatu material padat dipengaruhi oleh beberapa hal sehubungan dengan morfologinya yaitu masa jenis relatif yang terkait dengan ukuran partikel, pori dan lebar batas butiran. Suatu material

memiliki persen masa relatif (relative density) Gambar 3. Hasil FT-IR dengan perbandingan

yang tinggi jika memiliki pori yang kecil spektrum Capping Agent (CA) : STO

dan lebar batas butiran yang sempit. (1:1) dan (1:0) sebelum kalsinasi

Kalsinasi pada material akan meningkatkan masa jenis relatif karena partikel akan mengembang sehingga pori mengecil dan

a b menyebabkan material memiliki kepadatan

yang tinggi sehingga mampu meningkatkan hantaran

diatas, fenomena yang terjadi ternyata berbanding terbalik karena sampel B (160 o C

24 jam) dengan masa jenis relatif yang lebih

rendah ternyata memiliki hantaran listrik tertinggi. Fenomena ini bisa dijelaskan

Gambar 4. Hasil SEM SrTiO 3 setelah dilakukan dengan merujuk pada rumus hantaran

C 24 jam) (b) sampel C(160 listrik pada semikonduktor dimana: o

sintering (a) sampel B (160 o

C 36 jam)

 = n. e. 

I V. Kesimpulan

dimana  adalah hantaran listrik, n adalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah elektron, e adalah elektron negatif

maka dapat diambil beberapa kesimpulan : dan  adalah mobilitas elektron. 11 Sintesis senyawa STO dengan penambahan

Pada setiap sampel STO yang asam oleat sebagai capping agent dengan dihasilkan memiliki jumlah elektron yang

solvotermal menghambat sama karena tidak dilakukan pendopingan,

proses

pertumbuhan kristal sehingga produk yang sehingga yang mempengaruhi hantaran

terbentuk berupa amorf. Kalsinasi pada listrik hanya mobilitas elektronnya. Sampel

suhu 550 o

C selama 4 jam pada produk

amorf mampu membuat produk menjadi dikarenakan mobilitas elektronnya yang

B memiliki hantaran

yang

tinggi

material polikristalin. Hantaran listrik tinggi dibandingkan sampel C, hal ini

tertinggi diperoleh pada produk yang asumsikan ukuran kristal sampel B lebih

C selama 24 jam, hal besar dari sampel C sehingga elektron

sintesis pada suhu 160 o

ini diasumsikan bahwa elektron memiliki memiliki jarak pergerakan yang lebih jauh

jarak pergerakan yang panjang. yang mengakibatkan hantaran listriknya menjadi tinggi.

V. Ucapan terima kasih

3.5 Analisa SEM Penulis mengucapkan terimakasih kepada Analisa SEM senyawa STO dilakukan pada analis laboratorium dan semua pihak yang

sampel pelet setelah proses sintering pada membantu dalam penelitian ini. suhu 800 o

C selama 4 jam dengan perbesaran 5000 x. Gambar 4 (a dan b) memperlihatkan

Referensi

bahwa kedua sampel memiliki kepadatan

1. Wan, C. L., Wang, Y. F., Wang, N., yang tinggi dengan ukuran partikel yang

Putri, Y. E., Norimatsu, W., Kusunoki, kecil. Berdasarkan perhitungan masa jenis

M., and Koumoto. K., 2012, Layered relatif

Structure Metal Sulfides as Novel didapatkan masa relatif sampel B (160 o

pada kedua

material

maka

thermoelectric materials, in: D.M. jam) sebesar 85,76% dan C (160 o

C 24

Modules, System and sebesar 92,07%. Morfologi kedua sampel

C 36 jam)

Rowe,

Application in Thermoelectric, CRC juga menunjukkan adanya pori dengan

Press: Boca Raton, FL. penyebaran yang tidak merata. Ukuran

2. Ohta, S., Nomura, T., Ohta, H., partikel kedua sampel tidak bisa diketahui

Koumoto, K. J :Appl. Physic, 97 : dikarenakan ukuran partikel yang terlalu

034106-1 −034106-4. kecil berada pada rentangan 500 nm-1m.

3. Idayati,

Fansuri., H, 2008 , Perbandingan Hasil Sintesis Oksida Provskite La 1-x Sr x C o O 3- δ dari 3 variasi

E.,

metoda

(sol-gel, solid state, kopresipitasi), Jurusan Kimia FMIPA, ITS.

4. Zou, D., Yunya, L., Shuhong, X., Lin, J., 2013 , Effect of strain on thermoelectric

properties of SrTiO 3 . Journal Elsevier.

5. Arif, N., Septia E, M., Hanani, D., Robby, H., and Ilham, 2013, Modul 3 Termoelektrik. Jurusan Fisika, Institut Teknologi Bandung.

6. Tamrakar, R., Ramrakharni, M., and Chandra, B. P, 2008, Effect of Capping agent concentration on photophysical properties of Zinc Sulfida Nanocrystal., The open Nanosciene Journal , 2 12-16.

7. Lakista, D, 2009, Sintesis dan kajian sifat listrik membran kitosan dengan variasi konsentrasi kitosan. Jurusan Fisika. IPB.

8. Yustikawati, Y, 2012, Sintesis dan karakteristik keramik CSZ berdasarkan pengaruh

penambahan

Na 2 CO 3 .,

Universitas Pendidikan Indonesia.

9. Park, N. H., Wang, Y., Seo, W ,S., Dang, F.,Wan, C., and Koumoto. K, 2013, Solution

synthesis

and

growth mechanism of SrTiO 3 mesocrystal.

CrystEngComm , 15, 679

10. Vamella, S., Astuti, 2015, Pengaruh temperatur kalsinasi karbon aktif berbasis tempurung kemiri terhadap sifat listrik anoda baterai litium., J. Fisika, Universitas Andalas.

11. Arifin, Irwan, 2004, Elektronika 1, 9-12.