Peubah yang dapat dikendalikan

2.2.2.9. Pengisian bahan Peledak

Jumlah pemakaian bahan peledak sangat mempengaruhi terhadap hasil peledakan, terutama dengan tingkat fragmentasi yang dihasilkan. Hal yang berpengaruh dalam pengisian bahan peledak dalam lubang ledak yaitu :

i. Konsentrasi Isian (loading density) Konsentrasi isian merupakan jumlah isian bahan peledak yang digunakan dalam kolom isian (PC) lubang ledak. Untuk menghitung lubang ledak maka harus ditentukan dulu jumlah isian bahan peledak tiap meter panjang kolom isian (loading density). Untuk menghitung loading density dapat digunakan rumusan sebagai berikut :

de = 0,508 De 2 (SG) ………………………….……................. (2.26)

Dimana :

de = loading density (kg/m) De = diameter lubang ledak (inchi)

SG = specific gravity bahan peledak yang digunakan Sehingga jumlah bahan peledak yang digunakan dalam satu lubang

ledak dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

E = de x PC …………………………....………….................. (2.27) Dimana :

E = jumlah bahan peledak tiap lubang ledak (kg) De = loading density dari bahan peledak yang digunakan (kg/m) PC

= panjang kolom isian (m)

ii. Powder Factor (Pf) Powder factor atau specific charge merupakan perbandingan antara jumlah bahan peledak yang digunakan terhadap jumlah batuan yang diledakkan. Pf

= E / V …………………………………………………….. (2.28) Dimana

Pf = powder factor (kg / ton)

V 3 = berat batuan yang diledakkan (m )

E = berat bahan peledak yang digunakan (kg)

Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan, struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Pada tabel 2.5 dapat diketahui hubungan antar densitas batuan dengan nilai powder factor , dan pada tabel 2.6 diketahui hubungan powder factor dengan beberapa jenis batuan.

Bila pengisian bahan peledak terlalu banyak akan mengakibatkan jarak stemming menjadi kecil sehingga menyebabkan terjadinya batuan terbang (flyrock) dan ledakan tekanan udara (airblast). Sedangkan bila pengisian terlalu kecil maka jarak stemming menjadi besar sehingga menimbulkan bongkah dan backbreak di sekitar dinding jenjang.

2.3. Hasil Peledakan

2.3.1. Target Produksi

Target produksi merupakan jumlah batuan yang diledakkan yang dihitung dari luas area dan kedalaman lubang ledaknya. Persamaan umum yang digunakan untuk menentukan target produksi peledakan adalah :

V = B x S x L ..................................................................................... (2.29)

dengan :

V = Berat batuan yang diledakkan, m 3

B = Burden, m L

= Tinggi jenjang, m S = Spacing, m

• Perhitungan produksi peledakan / bulan :

× sasaran ( produksi 100 % − % pembongkar an )

• Perhitungan produksi pembongkaran / peledakan :

produksi peledakan / = bulan jumlah peledakan / bulan ........................................................................... (2.31)

• Perhitungan panjang jenjang :

(r × B × L × dr )

Di mana : P

= panjang jenjang,meter

V = sasaran produksi, ton r

= jumlah baris

B = burden, meter

L = tinggi jenjang, meter

3 dr = densitas batu granit 2,62 ton / m

• Penentuan jumlah lubang tembak :

r  .................................................................................... (2.33) S  Di mana :

P = panjang jenjang,meter N

= jumlah lubang tembak r

= jumlah baris

2.3.2. Tingkat Fragmentasi Batuan

Tingkat fragmentasi batuan merupakan tingkat pecahan material dalam ukuran tertentu sebagai hasil dari proses peledakan. Untuk memperkirakan distribusi fragmentasi batuan hasil peledakan secara teori dapat digunakan persamaan Kuznetsov (1973), sebagai berikut :

X =A x -0,63   x Q x ( E / 115 ) ………........................ (2.34)

 Q  Dimana :

X = rata – rata ukuran fragmentasi (cm)

A = faktor batuan (Rock Factor)

V = volume batuan yang terbongkar (m 3 )

Q = jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak

E = Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk ANFO = 100

Untuk menentukan faktor batuan (RF), terlebih dahulu dilakukan pembobotan batuan berdasarkan nilai Blastability Index (BI). Parameter yang digunakan dalam pembobotan batuan dapat dilihat pada tabel 2.7.

Nilai Blastability Index (BI) dan faktor batuan (RF) dicari dengan persamaan sebagai berikut : Nilai Blastibility Index (BI) 4) :

BI = 0,5 x ( RMD + JPS + JPO + SGI + H ) …………........................... (2.35)

Nilai Rock Faktor (RF) : RF = 0,12 x BI ………………………………………………………..... (2.36)

Untuk menentukan fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan persamaan Roslin – Ramler , yaitu :

R = e -(X/Xc) x …………………………………………........................ (2.37)

X Xc =

Dimana : R x

= prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)

X = ukuran ayakan (cm) n

= indeks keseragaman

Besarnya n didapatkan dengan persamaan berikut :

B = burden (m) De = diameter bahan peledak (mm) W = standard deviasi dari keakuratan pemboran (m)

A = ratio perbandingan spasi dengan burden PC = panjang isian (m) L = tinggi jenjang (m)

Tabel 2.5

Pembobotan massa batuan untuk peledakan 4)

PARAMETER PEMBOBOTAN

1. Rock mass description (RMD)

1.1. Powdery/friable

1.3. Totally massive

2. Joint plane spacing (JPS)

2.1. Close (spasi < 0,1 m)

2.2. Intermediate (spasi 0,1 – 1 m)

2.3. Wide (spasi > 1 m)

3. Joint plane orientation (JPO)

3.2. Dip out of face

3.3. Strike normal to face

3.4. Dip into face

4. Specific grafity influence ( SGI ) SGI = 25 x SG – 50

5. Hardness ( H )

Nilai “n” mengindikasikan tingkat keseragaman distribusi ukuran fragmentasi hasil peledakan. Nilai “n” umumnya antara 0,8 sampai 2,2 dimana semakin besar nilai “n” maka ukuran fragmentasi semakin seragam sedangkan jika nilai “n” rendah mengindikasikan ukuran fragmentasi kurang seragam.

2.3.3. Efek Peledakan

Efek peledakan yang dimaksud adalah pengaruh adanya peledakan terhadap lingkungan sekitarnya yang berkaitan dengan keamanan. Efek peledakan yang ditimbulkan adalah getaran tanah, batu terbang dan suara ledakan.

2.3.3.1. Getaran Tanah

Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elestis. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula Getaran tanah (ground vibration) terjadi pada daerah elestis. Sesuai dengan sifat elastis material maka bentuk dan volume akan kembali pada keadaan semula

Dua faktor prinsip yang mempengaruhi tingkat getaran hasil ledakan suatu muatan bahan peledak yaitu ukuran (jumlah) muatan dan jarak. Apabila muatan ditambah maka tingkat getaran akan bertambah, tetapi hubungan ini bukan merupakan hubungan yang sederhana, misalnya muatan dua kali lipat jumlahnya tidak menghasilkan getaran yang dua kali lipat. Begitu juga dengan pengaruh jarak terhadap tingkat getaran, apabila jarak dari tempat peledakan bertambah maka getaran akibat peledakan semakin kecil.

Untuk mengetahui besarnya ground vibration yang timbul akibat kegiatan peledakan, dapat menggunakan teori yang dikemukakan oleh George Berta (1990). Teori ini mempertimbangkan beberapa faktor antara lain : faktor impedansi, faktor coupling, faktor perubahan, jumlah bahan peledak yang digunakan, energi perunit massa bahan peledak, jarak, bobot isi batuan, kecepatan seismik dan tipe kelompok batuan. Dari beberapa faktor tersebut kemudian dibuat rumusan perhitungan yaitu sebagai berikut :

1) Faktor impedansi ( η 2 ): ( 2 Ι c − Ι r )

dengan :

η 1 = Faktor impedansi Ic = Impedansi bahan peledak

Ir = Impedansi batuan Jika impedansi batuan mendekati impedansi bahan peledak, maka faktor impedansi akan mendekati harga 1, akan tetapi pada umumnya selalu lebih kecil dari 1, ini artinya bahwa tidak semua energi yang dihasilkan akan diteruskan pada batuan. Nilai impedansi untuk bahan peledak dapat dilihat pada Tabel 2.8 dan nilai impedansi untuk batuan dapat dilihat pada Tabel 2.9.

2) Faktor coupling ( η 2 ):

Faktor coupling dalam hal ini merupakan fungsi dari “coupling ratio” atau perbandingan antara diameter lubang ledak dengan isian bahan peledak ( φ f / φ c ) dimana besaran coupling ratio ini akan menurunkan tekanan gas hasil peledakan yang dengan sendirinya akan memperkecil energi yang diteruskan pada batuan. Faktor coupling dinyatakan oleh persamaan sebagai berikut :

2 = φ f φ e ............................................................... (2.41)

dengan :

η 2 = Faktor coupling φ f = Diameter lubang ledak φ c = Diameter isian bahan peledak

e = 2,72

dari persamaan diatas, maka secara otomatis η 2 akan mendekati harga 1 jika φ c mendekati harga φ f dan η 2 akan turun dengan besarnya coupling ratio. Pemanfaatan fenomena tekanan dinamik sebagai fungsi dari coupling ratio

dalam teknologi peledakan dikenal dengan istilah “decoupling” yaitu dengan meningkatkan copling ratio, atau dengan kata lain menggunakan cartridge dengan diameter yang lebih kecil dari diameter lubang ledak.

3) Faktor breake ( η 3 ): Faktor breake ini menyatakan besarnya perubahan energi dari bahan peledak yang diubah menjadi getaran, yang diperkirakan sekitar 40%. Jadi besarnya faktor perubahan ( η 3 ) adalah 0,40 jika peledakan dilakukan terbuka (berhubungan dengan udara luar) dan jika didalam tanah η 3 < 0,40.

4) Kelompok batuan Kelompok dari tiap-tiap batuan ini dibagi dalam 3 kelompok berdasarkan karakteristik atau sifat-sifat kekerasan dari batuan tersebut, yaitu batupasir dan kerikil, aluvial kompak, batuan keras dan batuan beku yang kompak.

Tabel 2.6

Data karakteristik bahan peledak 10)

Bobot isi

Impedansi

Energi per unit massa

3 6 -2 -1 (kg/m ) 10 (kg.m s )

(MJ/kg)

ρ e Ic ε GOMMA A

4,00 INDROPENT D

7,47 PROFIL X

Tipe kelompok batuan 10)

Kf Water logged sands and gravels

Type of Ground

0,11 – 0,13 Compacted aluviums

0,06 – 0,09 Hard and compact rock

Dari faktor-faktor tersebut diatas dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh “Berta” dalam usaha menetukan hubungan antara faktor-faktor tersebut maka tingkat getaran tanah dapat dicari dengan persamaan sebagai berikut :

1 x η 2 x η 3 x ε x 10 V =

R 5 KfxLogRx π x ρ rxC R 5 KfxLogRx π x ρ rxC

V = Getaran tanah (m/s) Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay(kg) R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m) ε = Energi perunit massa (j/kg) ρ

3 r = Bobot isi batuan (g/cm )

C = Kecepatan gelombang seismik (m/s)

Dari tipe kelompok batuan diatas dapat ditentukan besarnya frekwensi getaran yang dihasilkan oleh kegiatan peledakan. Frekwensi disini adalah untuk menetukan besarnya perambatan gelombang pada batuan, yaitu dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut :

-1 F = (Kf log R) ...................................................................... (2.43) dengan :

F = Frekuensi (Hz) Kf = Tipe kelompok batuan R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju, (m)

3.3.3.2 Batu Terbang

Batu terbang (flyrock) yaitu batu yang terlempar secara liar pada saat terjadi peledakan. Fly rock dapat terjadi oleh beberapa sebab, yaitu :

a. Burden dan spasi yang tidak cukup

b. Jumlah isian terlalu banyak

c. Pengaruh struktur geologi, seperti kekar, retakan dan sebagainya

d. Penempatan lubang bor yang tidak tepat

e. Stemming yang tidak cukup, baik itu panjang maupun ukuran material stemming .

f. Kesalahan pola penyalaan dan waktu tunda

g. Lantai jenjang yang kotor Lundborg et al. (1975) mengemukakan teorinya dalam menghitung jarak

maksimum flyrock yang terjadi pada fragmentasi batuan pada kondisi optimum.

Gambar 2.9 memperlihatkan hubungan antara jarak maksimum lemparan batuan dengan specific charge (q) yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

Lmax = 143 D (q – 0,2) ........................................................ (2.44) dengan : Lmax = Jarak lemparan maksimum (m)

D = Diameter lubang ledak (inchi) q

= Specific charge (kg/m 3 )

Gambar 2.8 Hubungan Jarak Maksimum Lemparan Batuan dengan Specific Charge 10)

2.3.3.2.Ledakan udara

Ledakan udara (air blast) adalah gelombang tekanan yang dirambatkan di atmosfer dengan kecepatan di atas kecepatan suara di udara. Airblast tidak terdengar seperti biasa, tetapi merupakan gelombang tekanan yang terjadi pada atmosfir yang terindikasi oleh suara frekuensi tinggi, frekuensi rendah bahkan yang tidak terdengar sekali pun. Kerusakan karena air blast dan gangguan langsung yang diakibatkannya berhubungan dengan rencana peledakan, cuaca, kondisi lapangan dan reaksi manusia. Pada kondisi cuaca tertentu dan rencana peledakan yang kurang sempurna dapat menghasilkan air blast yang merambat sampai jarak jauh. Efek Airblast terhadap manusia dan struktur bangunan dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.9 Efek Air Blast Terhadap Manusia dan Struktur Bangunan 4)

Airblast diukur dengan satuan dB (decibels) atau psi (pounds per squareinch). Persamaannya : dB = 20 log (P/Po)........... ........................................................... (2.45)

1/3 -1/2 P = 3,3 (R / Q ) ......................................................... (2.46) dengan :

dB = Level suara (KPa) P = Overpressure (KPa)

-8 Po = Overpressure paling lemah yang dapat terdengar (2.10 Kpa) R = Jarak titik ledak ke sensor yang dituju (m)

Q = Jumlah bahan peledak yang digunakan per delay (kg)

Objek Design Tujuan

• Fragmentasi€Batuan€€€€€€€€€€€Maksimal€ • Getaran€Tanah€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€Minimal€ • Air€Blast€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€Minimal€ • Flying€Rock€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€Minimal €

Parameter Lokasi

• Geologi€€€€€€€€€€€€

• Sifat€dan€Kekuatan€Batuan€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ • Stuktur€Diskontinuitas€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ • Kondisi€Cuaca€

• €Air€Tanah€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€

Parameter Design

• Diameter€lubang€ledak€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ • Dimensi€dan€Konfigurasi€Peledakan€€€€€€ • Kedalaman€lubang€ledak€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ • Arah€peledakan€ • Kedalaman€Subdrilling€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€€ • Sistim penyalaan

• Kemiringan€lubang€ledak€ • Urutan penyalaan • €Tinggi€Stemming€

• Bidang bebas • Tinggi€jenjang€€€€€€

• Tipe bahan peledak • Pola€Peledakan€

• Energi bahan peledak • Perbandingan€Burden€dan€Spasi€€ • Metode pemuatan Air tanah

Proses Peledakan

Lubang ledak terisi

Tidak

Tujuan Tercapai

Ya

Pola Produksi

Gambar 2.10

Logika Diagram alir Perancangan Peledakan 2)

2.4. Microsoft Visual Basic versi 6.0

2.4.1. Pengertian Microsoft Visual Basic versi 6.0

Microsoft Visual Basic versi 6.0 merupakan bahasa pemrograman yang berbasis Microsoft Windows, sebagai bahasa pemrogramaan yang mutakhir, Microsoft Visual Basic versi 6.0 dirancang untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam Microsoft Windows. Microsoft Visual Basic versi 6.0 juga merupakan bahasa pemrograman Object Oriented Programing (OOP), yaitu pemrograman yang berorientasi pada objek.

Visual Basic adalah salah satu development tool untuk membangun aplikasi dalam lingkungan windows. Dalam pengembangan aplikasi, Visual Basic menggunakan pendekatan visual untuk merancang user intervace dalam bentuk form, sedangkan untuk kodenya menggunakan bahasa basic yang cenderung mudah dipelajari. Visual Basic telah menjadi tool bagi para pemula maupun para developer. Dalam lingkungan Window’s User-intervace sangat memegang peranan penting, karena dalam pemakaian aplikasi yang kita buat, pemakai senantiasa berinteraksi dengan User-interface tanpa menyadari bahwa di belakangnya berjalan intruksi- instruksi program yang mendukung tampilan dan proses yang dilakukan. Pada pemrograman Visual, pengembangan aplikasi dimulai dengan pembentukan user intervace , kemudian mengatur properti dari objek yang digunakan dalam user interface , dan baru dilakukan penulisan kode program untuk menangani kejadian- kejadian (event). Tahap pengembangan aplikasi demikian dikenal dengan istilah pengembangan aplikasi dengan pendekatan Bottom Up.

2.4.2. Struktur Aplikasi Microsoft Visual Basic versi 6.0

Struktur aplikasi yang terdapat pada Microsoft Visual Basic versi 6.0 adalah sebagai berikut :

a. Form Merupakan window atau jendela di mana akan dibuat User-interface atau tampilan.(Gambar 2.12)

b. Toolbox Merupakaan tampilan berbasis grafis yang dimasukkan dalam form untuk membuat interaksi dengan pemakai.(gambar 2.13)

Project Window Menu Bar Main Tool Bar Form Desainer Code Window Properties window

Tool Box Immediate Window Watches Window Form Layout Window

Gambar 2.11

Lingkungan Kerja Microsoft Visual Basic versi 6.0 13)

Adapun secara garis besar fungsi dari masing-masing kontrol tersebut adalah sebagai berikut :

1) Pointer bukan merupakan suatu control, icon ini digunakan ketika anda ingin memilih kontrol yang sudah berada pada form.

2) PictureBox adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan gambar (image)

DIB(bitmap), CUR(cursor), WMF(metafile), EMF(enhanced metafile), GIF, dan JPG.

3) Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilakan text yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

4) Textbox adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal, atau banyak baris.

Gambar 2.12

Toolbox dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0 13)

5) Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container bagi kontrol lainnya.

6) CommandButton merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada setiap form, dan digunakan untuk membangkitkan event proses tertentu ketika pemakai melakukan diklik disana.

7) CheckBox digunakan untuk pilihan yang isinya bernilai yes/no, true/false.

8) OptionButton sering digunakan untuk pilihan yang hanya satu pilihan dari beberapa option.

9) ListBox mengandun sejumlah item dan user dapat memilih lebih dari lebih dari satu (bergantung pada properti multiselect).

10) ComboBox merupakan kombinasi dari textBox dan suatu ListBox di mana pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan.

11) HScrollbar dan VscrollBar digunakan untuk membentuk scrollbar berdiri sendiri.

12) Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non-visual.

13) DriveListBox, DirListBox, dan FileListBox sering digunakan untuk membentuk dialog box yang berkaitan dengan file.

14) Shape dan Line digunakan untuk menampilakan bertuk seperti garis, persegi, lingkaran dan sebagainya

15) Image berfungsi seperti ImageBox, tetapi tidak dapat digunakan sebagai container bagi kontrol lainnya. Sesuatu yang perlu diketahui bahwa kontrol Image menggunakan resource lebih kecil dibandingkan dengan PictureBox .

16) Data digunakan untuk data binding.

17) OLE dapat digunakan sebagai tempat bagi program eksternal seperti Microsoft Excel , Microsoft Word dan sebagainya .

c. Properties Merupakan nilai atau karakteristik yang dimiliki oleh sebuah objek visual basic. Tampilan properties dapat dilihat pada gambar 2.14.

Gambar 2.13

Properties dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0 13) Properties dalam Microsoft Visual Basic versi 6.0 13)

e. General Procedure Merupakan kode yang tidak berhubungan dengan objek. Kode ini harus diminta oleh aplikasi.

f. Metods Merupakan serangkaian perintah yang tersedia pada suatu objek yang diminta untuk mengerjakan tugas khusus.

g. Module Merupakan kumpulan dari prosedur umum, deklarasi variabel dan definisi konstanta yang digunakan oleh aplikasi.

Gambar 2.14

Jendela Source Program di Microsoft Visual Basic Versi 6.0 13)

2.4.3. Mengenal Data dan Variabel

Ketika seorang user (pengguna) menggunakan sebuah program komputer, seringkali komputer memintanya untuk memberikan informasi. Informasi ini kemudian disimpan atau diolah oleh komputer. Informasi inilah yang disebut dengan data.

Visual Basic 6.0 mengenal beberapa type data, antara lain :

a. string adalah tipe data untuk teks (huruf, angka dan tanda baca).

b. integer adalah tipe data untuk angka bulat.

c. single adalah tipe data untuk angka pecahan.

d. currency adalah tipe data untuk angka mata uang.

e. date adalah tipe data untuk tanggal dan jam.

f. boolean adalah tipe data yang bernilai TRUE atau FALSE.

Data yang disimpan di dalam memory komputer membutuhkan sebuah wadah. Wadah inilah yang disebut dengan variabel. Setiap variabel untuk menyimpan data dengan type tertentu membutuhkan alokasi jumlah memory (byte) yang berbeda.

Aturan di dalam penamaan variabel adalah sebagai berikut :

a. Harus diawali dengan huruf.

b. Tidak boleh menggunakan spasi. Spasi bisa diganti dengan karakter underscore.

c. Tidak boleh menggunakan karakter-karakter khusus (seperti : +, -, *, /, <, >).

d. Tidak boleh menggunakan kata-kata kunci yang sudah dikenal oleh Visual Basic

6.0 (seperti : dim, as, string, integer, dan lain-lain). Sebuah variabel hanya dapat menyimpan satu nilai data sesuai dengan tipe datanya. Untuk tipe data tertentu nilai_data harus diapit tanda pembatas. Tipe data string dibatasi tanda petik ganda. Tipe data date dibatasi tanda pagar. Tipe data lainnya tidak perlu tanda pembatas. Sebuah variabel mempunyai ruang-lingkup (scope) dan waktu-hidup (lifetime). Variabel yang nilai datanya bersifat tetap dan tidak bisa diubah disebut konstanta.

Ada 2 macam variabel dalam sebuah program, yaitu:

a. variabel global adalah variabel yang dapat dikenali oleh seluruh bagian program.

Nilai data yang tersimpan didalamnya akan hidup terus selama program berjalan.

b. variabel lokal adalah variabel yang hanya dikenali oleh satu bagian program saja. Nilai data yang tersimpan didalamnya hanya hidup selama bagian program tersebut dijalankan.

BAB III HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur. Melalui studi literatur akan dicari konsep-konsep dasar yang diperkirakan akan mengantar ke pemecahan masalah. Hasil penelitian ini diharapkan berupa perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai program bantu dalam studi kasus perhitungan perancangan peledakan berdasarkan pendekatan teori R.L.Ash dan C.J.Konya.

3.1. Lokasi penelitian

Dalam kegiatan perancangan dan pembuatan perangkat lunak peledakan ini, penelitian dilakukan di Laboratorium Simulasi dan Komputasi Pertambangan jurusan Teknik Pertambangan “Universitas Pembangunan Nasional” Yogyakarta.

3.2. Perancangan perangkat lunak

Pemrograman dalam bahasa visual basic 6 terdiri dari tiga tahapan. Pertama, tahap pembuatan form (tampilan muka program) beserta dengan pembuatan elemen- elemennya seperti ; menu, tombol, kotak teks, label dan lain-lain. Kedua, pemberian perintah dengan bahasa pemrograman visual basic 6.0 pada elemen-elemen yang telah dibuat dalam form. Ketiga, menjalankan program yang telah dibuat untuk mengetahui kesesuaian dengan perintah program yang diinginkan.

3.2.1. Perancangan antar muka

Perancangan antar muka (interface) merupakan tampilan program aplikasi yang digunakan oleh pemakai (user) untuk dapat berkomunikasi dengan komputer. Adapun yang menjadi rancangan antar muka dalam perancangan ini adalah rancangan menu utama program.

Ada beberapa form yang dirancang untuk mendukung perangkat lunak ini, yaitu : Form Splash, Form Utama, Form Geometri peledakan, Form Kamus, Form Referensi, Form Video Blasting, dan Form User manual. Bagan struktur perangkat lunak dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut.

Geometri Peledakan

Blasting Ash

Fragmentasi Batuan

Efek Peledakan

Geometri Peledakan

Fragmentasi Batuan

Blasting Konya

Efek Peledakan

Menu Utama Video Blasting

User Manual

Gambar 3.1

Bagan Struktur Perangkat Lunak

3.2.1.1. Form Splash

Form splash merupakan form yang pertama kali muncul pada saat program dijalankan. Dalam form ini akan ditampilkan nama judul perancangan yang akan dibuat dan gambar atau logo. Rancangan dari form splash diperlihatkan pada gambar 3.2 berikut.

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

Gambar 3.2 Tampilan Form Splash

ii . Timer Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non visual.

iii . Image Image adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan gambar pada form. iv . Progress Bar Progress Bar berfungsi untuk menampilkan indikasi dari proses yang sedang berjalan.

3.2.1.2. Rancangan Form Utama

Ketika program dijalankan, form utama akan menjadi jendela utama aplikasi. Untuk memudahkan pemakaian perangkat lunak maka disediakan beberapa menu utama, yakni : Form Blasting Ash, Form Blasting Konya, Form video Blasting , Form Kamus, Form Referensi, Form User manual, Exit. Rancangan form utama ini diperlihatkan pada gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Tampilan form utama

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

ii . Command Button Command Button merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika pemakai menekan tombol Command Button.

iii . Image Image adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan gambar pada form. iv . Shape dan Line Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk garis, lingkaran, persegi dan sebagainya. v . Timer Timer digunakan untuk proses background yang diaktifkan berdasarkan interval waktu tertentu yang merupakan kontrol non visual.

3.2.1.3. Form Rancangan Peledakan

Form Rancangan peledakan merupakan form inti dari perangkat lunak, form ini dibagi menjadi dua, yaitu : Form Blasting Ash (gambar 3.5) dan Form Blasting Konya. Berdasarkan arahan pekerjaan studi peledakan, ada beberapa macam data yang menjadi input dalam form ini, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir rancangan peledakan (lihat gambar 3.4).

Gambar 3.4 Tampilan form Input data

Gambar 3.5

Diagram alir Perancangan Perangkat Lunak

Mulai

Input data

-Karakteristik batuan, Jenis bahan peledak, Target produksi, Jumlah baris lubang ledak.

-Parameter pembobotan massa batuan, Faktor batuan.

Proses

Output

# Geometri€peledakan€ # Fragmentasi€batuan€ # Air€blast€ # Ground€vibration€ # Flying€rock€

# Rancangan€lubang€ ledak€ # Sasaran€produksi€

Selesai

Penjabaran alur ini dapat dijelaskan sebagai berikut ;

1. Input Data Form input ini berfungsi sebagai tempat untuk memasukkan data. Form input ini terdiri dari 2 bagian yaitu : Bagian pertama Pada bagian ini, pengguna diharuskan mengisi data-data tentang karakteristik batuan, jenis bahan peledak, dan data-data pendukung lainnya. Pada bagian ini komponen yang digunakan adalah :

i . Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

ii . Text box Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Combo Box Combo box merupakan kombinasi dari Text Box dan suatu List Box di mana pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan. iv . Command Button Command Button merupakan kontrol yang hampir sering ditemukan pada setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika pemakai menekan tombol Command Button v . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

Bagian kedua Pada bagian kedua, data yang menjadi input adalah data koreksi terhadap parameter batuan. Komponen yang digunakan pada bagian kedua adalah :

i . Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

ii . Text box Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Combo box Combo box merupakan kombinasi dari Text Box dan suatu List Box di mana pemasukan data dapat dilakukan dengan pengetikan maupun pemilihan. iv . Command Button Command Button merupakan kontrol yang hamper sering ditemukan pada setiap form, dan digunakan untuk mengeksekusi event proses tertentu ketika pemakai menekan tombol Command Button. v . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

2. Pemrosesan Data Algoritma Data sekunder selanjutnya diproses menggunakan algoritma bahasa pemrograman visual basic 6 dan akan menghasilkan nilai analisa geometri peledakan. Data diproses berdasarkan rumusan formula R.L.Ash & C.J.Konya. Penjelasan lebih lanjut telah diterangkan di bab II.

3. Output data Form ini (gambar 3.6) berfungsi sebagai tempat untuk menampilkan hasil perhitungan. Form ini terdiri dari empat bagian utama yaitu :

a. Geometri peledakan Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah geometri peledakan yang meliputi Burden, Spacing, Stemming, Kolom isian dan Powder factor. Komponen yang dipergunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

. Text box ii Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

vi . Shape dan Line Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.

Gambar 3.6 Tampilan form Output data

b. Fragmentasi batuan Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah Fragmentasi batuan yang meliputi Ukuran fragmentasi, Indeks keseragaman, Karakteristik ukuran, dan Prosentase bongkah.

Komponen yang dipergunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

. Text box ii Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

iv . Chart Chart adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan hasil dalam bentuk grafik.

c. Efek peledakan Pada form ini hasil yang ditampilkan adalah efek peledakan yang meliputi Airblast, Ground vibration, dan Flying rock. Komponen yang dipergunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

. Text box ii Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

d. Rancangan lubang ledak Pada form ini, hasil yang ditampilkan adalah rancangan lubang ledak. Komponen yang dipergunakan adalah :

i. label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

ii. paint Paint berfungsi untuk menampilkan secara visual dalam dua dimensi rancangan lubang ledak.

iii . Shape dan Line Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk garis, lingkaran, persegi dan sebagainya. iv . Text box Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

3.2.1.4. Form Kamus

Form kamus merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam

form ini akan ditampilkan kamus dunia petambangan. Rancangan form kamus ditampilkan pada gambar 3.7.

Gambar 3.7 Tampilan form Kamus

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai

. Text box ii Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Shape dan Line Shape dan Line adalah kontrol yang berfungsi untuk menampilkan bentuk garis, lingkaran, persegi dan sebagainya.

iv . HScroolbar dan VScroolbar HScroolbar dan VScroolbar adalah kontrol yang digunakan untuk membentuk scroolbar horizontal dan vertikal.

3.2.1.5. Form Referensi

Form referensi merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam form ini akan ditampilkan referensi yang berkaitan dengan ilmu teknik peledakan. Rancangan form referensi ditampilkan pada gambar 3.8. Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

. Text box ii Text box adalah kontrol yang mengandung string yang dapat diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu baris tunggal atau banyak baris.

iii . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

Gambar 3.8 Tampilan form Referensi

3.2.1.6. Form Video Blasting

Form Video Blasting merupakan form pendukung pada perangkat lunak. Dalam form ini akan ditampilkan kontrol multimedia dalam format yang telah tersedia dalam perangkat lunak. Rancangan form referensi ditampilkan pada gambar 3.8 berikut.

Gambar 3.9 Tampilan form Video Blasting

Pada bagian ini, komponen yang digunakan adalah :

i. Label Label adalah kontrol yang digunakan untuk menampilkan teks yang tidak dapat diperbaiki oleh pemakai.

. Windows media player ii Windows media player adalah kontrol multimedia yang dapat digunakan untuk menjalankan file multimedia dengan menggunakan format yang telah ditetapkan pada perangkat lunak.

iii . Frame Frame adalah kontrol yang digunakan sebagai container dari kontrol lainnya.

3.2.1.7. Form User manual

Form User manual merupakan form yang menampilkan tentang petunjuk penggunaan perangkat lunak.

3.3. Algoritma Program

Algoritma merupakan urutan langkah - langkah yang dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah yang dapat dituangkan dalam bentuk kalimat. Pendefinisian algoritma yang jelas dan teratur sangat diperlukan dalam perancangan perangkat lunak. Algoritma juga digunakan untuk menganalisa serta menjelaskan urutan dan hubungan antara kegiatan yang akan ditempuh unatuk menyelesaikan suatu permasalahan hingga mencapai suatu tujuan yang diinginkan.

Penyusunan algoritma (Lampiran C) inilah yang merupakan bagian terpenting dalam pembuatan perangkat lunak tanpa mengecilkan peranan penting bagian lain. Karena di sinilah ilmu Teknik Pertambangan akan di implementasikan untuk di susun sedemikian rupa sesuai dengan kaidah penyusunan kode program menurut struktur bahasa pemrograman visual basic 6.0 sehingga dapat menghasilkan output yang diharapkan. Tahapan penyusunan algoritma ditampilkan di gambar 3.10. Adapun langkah – langkah untuk menyusun kode program meliputi :

a. Mendefinisikan input data Yang dimaksud mendefinisikan input data adalah langkah-langkah yang ditempuh untuk mendeklarasikan data-data input yang dibutuhkan untuk pengolahan program. Deklarasi tersebut untuk membatasi data dalam bentuk

integer (bulat, antara -32768 s.d 32767), single (pecahan, antara -3,403823 x 10 38 s.d. -1,401298 x 10 -45 untuk negatif dan 1,401298 x 10 -45 s.d. 3,403823 x 10 38 utuk

positif), atau kedalam bentuk lainnya.

b. Mengimplementasikan kode program Pada langkah ini, data – data yang telah terdeklarasi akan diimplementasikan kedalam bahasa pemrograman visual basic 6.0 sehingga akan menghasilkan output sesuai yang diharapkan.

c. Pengkajian teoritis Di bagian inilah yang sering terjadi kesalahan sehingga menyebabkan program tidak berjalan sebagaimana mestinya atau program menghasilkan output yang c. Pengkajian teoritis Di bagian inilah yang sering terjadi kesalahan sehingga menyebabkan program tidak berjalan sebagaimana mestinya atau program menghasilkan output yang

d. Pengujian teknis Setelah program dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, maka langkah selanjutnya adalah menguji keakuratan analisa program dibandingkan dengan kontrol perhitungan manual.(lampiran B)

Studi Literatur

Data Sekunder

Deklarasi Variabel

Implementasi Algoritma

Perangkat Lunak

Pengkajiann Teoritis Pengujian Teknis

Studi Kasus

Gambar 3.10

Diagram Alir Tahapan Penyusunan Algoritma

3.4. Studi Kasus

Pada dasarnya hasil yang ingin dicapai dari perangkat lunak ini adalah bagaimana mengoptimalkan geometri peledakan, Rancangan lubang ledak, Powder Factor, Sasaran produksi, dan fragmentasi batuan, serta efek peledakan yang terdiri dari air blast, ground vibration, dan flying rock.

Untuk melakukan pengujian apakah perangkat lunak yang telah dibuat dapat bekerja sesuai dengan arahan pembuatannya, maka dilakukan studi kasus dengan menggunakan data hasil penelitian terdahulu. Studi kasus ini juga bermaksud untuk memberikan perbandingan hasil yang diperoleh jika data diolah secara manual atau dengan menggunakan perangkat lunak.

Dalam studi kasus yang dilakukan, data yang dipergunakan adalah data sekunder dari Kajian Teknis Peledakan yang dilakukan di PT CARAKA BERKAT SARANA, kepulauan Riau oleh saudara Lukman Nul Hakim (2006), dan Kajian

Teknis Peledakan yang dilakukan di PT SEMEN CIBINONG Tbk, Cilacap, Jawa tengah oleh saudara I Gusti Ngurah Agung Kurniawan (2004).

3.4.1. Implementasi perangkat lunak berdasarkan Teori R.L.Ash.

Perangkat lunak peledakan ini diberi nama Blasting Surface analisa, dan khusus dipergunakan dalam menganalisis Geometri peledakan, Powder Factor, Rancangan Lubang ledak, Fragmentasi batuan, dan Efek peledakan.

Dalam bab ini akan dibahas tentang studi kasus penggunaan perangkat lunak berdasarkan data sekunder yang diambil dari Kajian Teknis Peledakan yang dilakukan di PT CARAKA BERKAT SARANA, kepulauan Riau oleh saudara Lukman Nul Hakim (2006). Tampilan form input data dapat dilihat di gambar 3.11.

Contoh pemakaian form ini adalah sebagai berikut :

a. Pada bagian geometri peledakan masukkan data-data sebagai berikut : Bobot isi batuan standart

= 160 lb/cuft Bobot isi batuan yang diledakkan

= 156,22 lb/cuft Berat jenis bahan peledak

Berat jenis bahan peledak standart

VOD bahan peledak yang dipakai = 11803 fps

VOD bahan peledak standart = 11803 fps Diameter lubang ledak

= 3,5 inch Tinggi jenjang lubang ledak

= 5,5 m Spacing ratio

= 1,5 m Subdrilling ratio

= 0,2 m Stemming ratio

= 1,3 m Konstanta waktu tunda antar baris

= 11,50 ms Konstanta waktu tunda antar lubang ledak = 5,5 ms

b. Pada bagian fragmentasi batuan masukkan data-data sebagai berikut : Rock factor

= 7,53 RWS bahan peledak

= 100 Diameter bahan peledak

= 88,9 mm Nisbah spasi

= 1,22 Standart deviasi lubang bor

c. Pada bagian efek peledakan masukkan data-data sebagai berikut : Impedansi bahan peledak

= 1,84 kg.m -2 .s -1

-2 Impedansi batuan -1 = 11,10 kg.m .s Diameter lubang tembak

= 3,5 Diameter bahan peledak

= 3,5 Bearat bahan peledak / lubang tembak = 9,25 kg Jarak titik ledak dengan sensor = 300 m Faktor breake

= 0,15 Energi / unit massa

= 3,66 Densitas batuan 3 = 2620 kg/m

Nilai factor tipe kelompok batuan = 0,03 Kecepatan rambat seismik batuan = 4200 m/s Over pressure

= 0,012 PO

= 0,000000003 Jarak pengukuran

= 300 Jumlah muatan bahan peledak / delay = 92,5 kg = 300 Jumlah muatan bahan peledak / delay = 92,5 kg

Jumlah hari kerja / tahun

Persen pembongkaran

Sasaran produksi / tahun = 200000 bcm Jumlah peledakan / bulan

Gambar 3.11 Tampilan form Input Data Blasting Ash

Komponen lain yang digunakan dalam form ini adalah combo box yang harus dipilih dengan cara diklik. Komponen combo box ini dipergunakan untuk jenis data yang telah ditentukan.contoh penggunaan form ini adalah sebagai berikut : Penentuan spasi

= Peledakan dengan milisecond delay Tipe lubang tembak = Miring dengan sudut 70 derajat Jenis batuan = Limestone Jenis bahan peledak = ANFO

Setelah semua data terisi dengan benar, tekan tombol analisa untuk melihat hasil dari data yang telah diproses. Hasil analisa perangkat lunak ini terdiri dari empat bagian utama,yaitu : Geometri peledakan, Fragmentasi batuan, Efek peledakan, dan Perancangan lubang ledak.(Gambar 3.12) Contoh hasil analisis yang dilakukan oleh perangkat lunak berdasarkan input data di atas adalah :

a. Hasil analisa pada bagian geometri peledakan sebagai berikut : Af 1

Burden ratio

Apparent burden

Kedalaman lubang

= 6,4 m

Kolom isian

= 3,3 m

Loading density

= 5,3 kg/m

Waktu tunda antar baris

= 27,6 ms

Waktu tunda antar lubang

= 13,2 ms

b. Hasil analisa pada bagian fragmentasi batuan sebagai berikut : Ukuran ayakan

= 29,45 cm

Indeks keseragaman

Karakteristik ukuran

= 38,59 cm

Prosentase ukuran > 20

Prosentase ukuran > 40

Prosentase ukuran > 60

Prosentase ukuran > 80

Prosentase ukuran > 100

Prosentase ukuran < 20

Prosentase ukuran < 40

Prosentase ukuran < 60

Prosentase ukuran < 80

Prosentase ukuran < 100

Gambar 3.12

Tampilan form Hasil Output Blasting Ash

c. Hasil analisa pada bagian efek peledakan sebagai berikut : Faktor impedensi

Faktor coupling

Ground vibration = 1,46 mm/s Frekuensi

= 13,46 Hz

Specific charge = 0,35 kg/m 3 Lemparan maksimum

= 394 m

Diameter fragmen batuan

= 0,4 m

Scale distance = 66,33 m/kg Nilai perbandingan

Air blast = 132,04 dB Air blast = 132,04 dB

= 17,30 kg

Volume batuan yang terbongkar

= 46,51 m 3

Powder factor 3 = 0,37 kg/m

Gambar 3.13

Tampilan form Grafik Fragmentasi

Gambar 3.14

Tampilan form Rancangan lubang ledak

3.4.2. Implementasi perangkat lunak berdasarkan teori C.J.Konya.

Dalam bab ini akan dibahas tentang studi kasus penggunaan perangkat lunak berdasarkan data sekunder yang diambil dari Kajian Teknis Peledakan yang dilakukan di PT SEMEN CIBINONG Tbk, Cilacap, Jawa tengah oleh saudara I Gusti Ngurah Agung Kurniawan (2004).

Contoh pemakaian form ini adalah sebagai berikut :

a. Pada bagian geometri peledakan masukkan data-data sebagai berikut : Faktor koreksi jumlah baris lubang tembak = 0,90 Faktor koreksi posisi lapisan batuan

Faktor koreksi struktur geologi setempat = 1,1 Berat jenis bahan peledak

Berat jenis batuan

Relative bulk strength

Diameter lubang ledak

= 4,5 inch

Tinggi jenjang lubang ledak

= 10 m

Konstanta waktu tunda antar baris = 11,50 ms Konstanta waktu tunda antar lubang ledak

= 5,5 ms

b. Pada bagian fragmentasi batuan masukkan data-data sebagai berikut :

Rock factor

RWS bahan peledak

Diameter bahan peledak = 114,3 mm Nisbah spasi

Standart deviasi lubang bor

c. Pada bagian efek peledakan masukkan data-data sebagai berikut : Impedansi bahan peledak

= 1,84 kg.m -2 .s -1 -2 Impedansi batuan -1 = 11,10 kg.m .s

Diameter lubang tembak

Diameter bahan peledak

Bearat bahan peledak / lubang tembak

= 77,59 kg

Jarak titik ledak dengan sensor

= 300 m

Faktor breake = 0,15 Energi / unit massa

= 3,66 Densitas batuan

= 2620 kg/m 3 Nilai factor tipe kelompok batuan

= 0,03 Kecepatan rambat seismik batuan

= 4200 m/s Over pressure

= 0,012 PO

= 0,000000003 Jarak pengukuran

Jumlah muatan bahan peledak / delay = 92,5 kg

d. Pada bagian informasi masukkan data-data sebagai berikut : Jumlah baris peledakan

Jumlah hari kerja / tahun

Persen pembongkaran = 10 % Sasaran produksi / tahun

= 180000 bcm Jumlah peledakan / bulan

Gambar 3.15

Tampilan form Input Data Blasting Konya

Komponen lain yang digunakan dalam form ini adalah combo box yang harus dipilih dengan cara diklik. Komponen combo box ini dipergunakan untuk jenis data yang telah ditentukan.contoh penggunaan form ini adalah sebagai berikut : Tipe detonator = Beruntun Tipe lubang tembak = Tegak Jenis batuan = Limestone Jenis bahan peledak = ANFO

Setelah semua data terisi dengan benar, tekan tombol analisa untuk melihat hasil dari data yang telah diproses. Hasil analisa perangkat lunak ini terdiri dari empat bagian utama,yaitu : Geometri peledakan, Fragmentasi batuan, Efek peledakan, dan Perancangan lubang ledak. Contoh hasil analisis yang dilakukan oleh perangkat lunak berdasarkan input data di atas adalah :

a. Hasil analisa pada bagian geometri peledakan sebagai berikut :

Burden koreksi

Ukuran material stemming

= 0,006 m

Kedalaman lubang

= 10,8 m

Kolom isian

= 8,9 m

Loading density

= 8,7 kg/m

Waktu tunda antar baris

= 27,6 ms

Waktu tunda antar lubang

= 13,2 ms

b. Hasil analisa pada bagian fragmentasi batuan sebagai berikut : Ukuran ayakan

= 21,08 cm

Indeks keseragaman

Karakteristik ukuran

= 25,55 cm

Prosentase ukuran > 20

Prosentase ukuran > 40

Prosentase ukuran > 60

Prosentase ukuran > 80

Prosentase ukuran > 100

Prosentase ukuran < 20

Prosentase ukuran < 40

Prosentase ukuran < 60

Prosentase ukuran < 80

Prosentase ukuran < 100

Gambar 3.16

Tampilan form Output Data Blasting Konya

c. Hasil analisa pada bagian efek peledakan sebagai berikut : Faktor impedensi

Faktor coupling

Ground vibration = 1,46 mm/s Frekuensi

= 13,46 Hz

Specific charge = 0,35 kg/m 3

Lemparan maksimum

= 394 m

Diameter fragmen batuan

= 0,4 m

Scale distance

= 66,33 m/kg

Nilai perbandingan

= 0,53

Air blast

= 132,04 dB

d. Hasil analisa pada bagian powder factor sebagai berikut : Jumlah isian bahan peledak

= 77,59 kg

Volume batuan yang terbongkar

= 104,62 m 3

Powder factor

= 0,74 kg/m 3

Adapun perbandingan hasil perhitungan secara manual dan dengan menggunakan perangkat lunak dapat dilihat pada tabel 3.1 dan tabel 3.2.

Tabel 3.1

Perbandingan perhitungan berdasarkan teori R.L.Ash

Teori R.L.Ash

Perhitungan

Analisa Persentase

program kesalahan Burden ( B )

manual

2,4 m 0% Faktor penyesuaian terhadap batuan(Af1)

2,4 m

1,01 0,98 % Faktor penyesuaian terhadap peledak(Af2)

0,88 2,32 % KB terkoreksi

26,66 0,83 % Spacing ( S )

3,6 m 0% Stemming ( T )

3,6 m

3,1 m 0,64 % Subdrilling ( J )

3,12 m

0,5 m 4,16 % Kedalaman lubang ledak ( H )

0,48 m

6,4 m 1,10 % Panjang kolom isian ( PC )

6,33 m

3,3 m 2,80 % Ukuran rata-rata fragmentasi ( X )

3,21 m

29,45 cm 2,67 % Indeks keseragaman ( n )

30,26 cm

1,36 3,03 % Karakteristik ukuran ( Xc )

38,59 cm 3,40 % Prosentase bongkah > 20 ( R20 )

39,95 cm

66,37 % - Prosentase bongkah < 20 ( R20 )

33,63 % - Prosentase bongkah > 40 ( R40 )

34,98 % - Prosentase bongkah < 40 ( R40 )

65,02 % - Prosentase bongkah > 60 ( R60 )

16,19 % - Prosentase bongkah < 60 ( R60 )

83,81 % - Prosentase bongkah > 80 ( R80 )

6,78 % - Prosentase bongkah < 80 ( R80 )

93,22 % - Prosentase bongkah >100 ( R100 )

2,62 % - Prosentase bongkah >100 ( R100 )

97,38 % - Persamaan faktor impedansi

0.5 0.49 2% Persamaan faktor coupling

1 1 0% Getaran tanah

1,46 mm/s 1,35 % Frekuensi

1,48 mm/s

13,46 Hz 0,29 % Specific charge

13,5 Hz

0,35 kg/m 3 0,35 kg/m 3 0% Lemparan maksikum

394 m 0% Diameter fragmen batuan

394 m

0,4 m 0,98 % Suara ledakan

0,39 m

132,04 dB 0,03 % Scale distance

132 dB

66,33 m/kg 0% Loading density

66,33 m/kg

5,3 kg/m 0,37 % Waktu tunda antar baris

5,28 kg/m

27,6 ms 0% Waktu tunda antar lubang

27,6 ms

13,2 ms 0% Jumlah isian bahan peledak

13,2 ms

17,30 kg 1,76 % Powder factor

17 kg

0,35 kg/m 3 0,37 kg/m 3 5,71 %

Tabel 3.2

Perbandingan perhitungan berdasarkan teori C.J.Konya

Teori C.J.Konya

Perhitungan

Analisa Persentase

program kesalahan Burden ( B )

manual

2,8 m 3,7 % Spacing ( S )

2,7 m

3,7 m 2,7 % Stemming ( T )

3,6 m

2m 5,26 % Subdrilling ( J )

1,9 m

0,8 m 0% Kedalaman lubang ledak ( H )

0,8 m

10,8 m 0% Panjang kolom isian ( PC )

10,8 m

8,9 m 0% Ukuran rata-rata fragmentasi ( X )

8,9 m

21,08 cm 0,75 % Indeks keseragaman ( n )

21,24 cm

1,91 1% Karakteristik ukuran ( Xc )

25,5 cm 0,58 % Prosentase bongkah > 20 ( R20 )

25,65 cm

53,43 % - Prosentase bongkah < 20 ( R20 )

46,57 % - Prosentase bongkah > 40 ( R40 )

9,51 % - Prosentase bongkah < 40 ( R40 )

90,49 % - Prosentase bongkah > 60 ( R60 )

0,61 % - Prosentase bongkah < 60 ( R60 )

99,39 % - Prosentase bongkah > 80 ( R80 )

0,01 % - Prosentase bongkah < 80 ( R80 )

99,99 % - Prosentase bongkah >100 ( R100 )

0 0 - Prosentase bongkah >100 ( R100 )

100% - Persamaan faktor impedansi

0,49 0,1 % Persamaan faktor coupling

1 1 0% Getaran tanah

1,46 mm/s 0,02 % Frekuensi

1,48 mm/s

13,46 Hz 0,04 % Specific charge

13,5 Hz

0,31 kg/m 3 0,31 kg/m 3 0% Lemparan maksikum

394 m 0% Diameter fragmen batuan

394 m

0,4 m 0,01 % Suara ledakan

0,39 m

132,04 dB 0,04 % Scale distance

132 dB

66,33 m/kg 0% Loading density

66,33 m/kg

8,7 kg/m 0% Waktu tunda antar baris

8,7 kg/m

73,8 ms 0,2 % Waktu tunda antar lubang

73,6 ms

39,1 ms 0,05 % Jumlah isian bahan peledak

39,05 ms

77,59 kg 0,16 % Powder factor

77,43 kg

0,75 kg/m 3 0,74 kg/m 3 0,01 %

Gambar 3.17

Fragmentasi batuan pada Aplikasi Blasting Ash

Gambar 3.18

Fragmentasi batuan pada Aplikasi Blasting Konya

BAB IV PEMBAHASAN

Perancangan peledakan merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan peledakan pada lapisan tanah penutup. Disamping itu terkait erat dengan pencapaian target produksi yang diinginkan, maka hal yang harus diperhatikan adalah parameter dari geometri peledakan yang terdiri atas burden, spacing, subdrilling, charge length, loading density, kedalaman lubang ledak dan powder factor.

Perancangan peledakan dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu dengan cara manual, komputer atau gabungan dari keduanya. Sejak kemunculan komputer, cara- cara manual sudah mulai ditinggalkan. Blasting Surface Analisa merupakan aplikasi perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai program bantu dalam perhitungan perancangan peledakan. Sebagai acuan dalam pembuatan aplikasi perangkat lunak ini, maka digunakan pendekatan teori R.L.Ash dan C.J.Konya.

4.1. Implementasi Perangkat Lunak Berdasarkan Teori R.L.Ash.

4.1.1. Burden (B)

Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan aplikasi perangkat lunak, diperoleh ukuran burden sebesar 2,4 meter (Lampiran B). Sedangkan burden yang diperoleh dari perhitungan manual sebesar 2,4 meter.

4.1.2. Spacing (S)

Penerapan jarak spacing dipengaruhi oleh nilai spacing ratio (Ks), yang nilainya berkisar antara 1 sampai dengan 2. Nilai Ks yang dipergunakan dalam perhitungan perangkat lunak adalah = 1,5, karena mempertimbangkan terdapatnya struktur bidang lemah, sehingga diperoleh hasil perhitungan ukuran Penerapan jarak spacing dipengaruhi oleh nilai spacing ratio (Ks), yang nilainya berkisar antara 1 sampai dengan 2. Nilai Ks yang dipergunakan dalam perhitungan perangkat lunak adalah = 1,5, karena mempertimbangkan terdapatnya struktur bidang lemah, sehingga diperoleh hasil perhitungan ukuran

4.1.3. Stemming (T)

Berdasarkan pendekatan dari teori R.L. Ash (1967), tinggi stemming ratio berkisar antara 0,75 sampai dengan 1 dari panjang burden. Agar fungsi dari stemming dapat dimaksimalkan yaitu mengontrol flyrock, airblast dan mengurangi gas hasil reaksi bahan peledak, maka diperoleh tinggi stemming maksimal, yaitu 3,1 meter (Lampiran B). Sedangkan Stemming yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 3,12 meter.

4.1.4. Subdrilling (J)

Ukuran subdrilling ratio berdasarkan teori R.L. Ash (1967) berkisar antara 0,2 sampai dengan 0,3 dari jarak burden. Maka digunakan ukuran subdrilling maksimal, yaitu 0,5 meter yang diperoleh dari hasil perhitungan perangkat lunak, Sedangkan subdrilling yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 0,48 meter. (Lampiran E).

4.1.5. Tinggi Jenjang (L)

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari studi kasus, tinggi jenjang yang digunakan sebesar 5,5 meter.

4.1.6. Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak merupakan penjumlahan dari tinggi jenjang dengan subdrilling. Maka kedalaman lubang ledak yang diperoleh dari hasil perhitungan perangkat lunak adalah sebesar 6,4 meter (Lampiran B), Sedangkan kedalaman lubang yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 6,33 meter.

4.1.7. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)

Berdasarkan perhitungan perangkat lunak, diperoleh panjang kolom isian sebesar 3,3 meter, sedangkan panjang kolom isian yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan manual adalah 3,21 meter.

4.1.8. Tingkat Fragmentasi Berdasarkan Geometri R.L. Ash (1967)

Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan R.L. Ash (1967) yaitu dengan burden 2,4 m; spacing 3,6 m; stemming 3,1 m; subdrilling 0,5 m; Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan R.L. Ash (1967) yaitu dengan burden 2,4 m; spacing 3,6 m; stemming 3,1 m; subdrilling 0,5 m;

B) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara perhitungan teori sebesar 97,38 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan sebesar 2,62 % (Lampiran H).

4.1.9. Powder Factor

Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan, struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Berdasarkan perhitungan menggunakan perangkat lunak, besarnya powder factor yang

diperoleh dari geometri R.L. Ash (1967) yaitu 0,37 kg/m 3 , sedangkan dengan perhitungan manual didapat powder factor sebesar 0,35 kg/m 3 .

4.2. Implementasi Perangkat Lunak Berdasarkan Teori C. J. Konya

4.2.1. Burden (B)

Menurut Konya (1990), untuk menentukan panjang burden perlu dilakukan penyesuaian terhadap jenis bahan peledak dan berat jenis batuan yang akan diledakkan. Selain itu, diameter lubang ledak juga mempengaruhi panjang burden yang akan digunakan. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak, diperoleh panjang burden sebesar 2,8 m (Lampiran B). Sedangkan Burden yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 2,7.

4.2.2. Spacing (S)

Perhitungan panjang spasi didasarkan pada jenis detonator yang digunakan dan berapa besar nilai perbandingan antara tinggi jenjang dan panjang burden. Dalam rancangan ini digunakan detonator tunda (delayed detonator) dan besar nilai L/B < 4 (tinggi jenjang rendah), jadi panjang spasi dapat dihitung dengan rumus S = (L + 7B)/8. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan perangkat lunak diperoleh panjang Spasi sebesar 3,7 m (Lampiran B). Sedangkan spacing yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 3,6 m.

4.2.3. Stemming (T)

Berdasarkan pendekatan dengan teori C. J. Konya tinggi stemming adalah sebesar 0,7 kali jarak burden. Sehingga diperoleh panjang stemming berdasarkan perhitungan perangkat lunak sebesar 2 m. Sedangkan Stemming yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 1,9 m.

4.2.4. Subdrilling (J)

Berdasarkan pendekatan dengan teori Konya, panjang subdrilling dirancang sebesar 0,8 m (Lampiran B), Sedangkan subdrilling yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 0,8 m.

4.2.5. Tinggi Jenjang (L)

Berdasarkan data sekunder yang diambil dari studi kasus, tinggi jenjang yang digunakan sebesar 10 meter.

4.2.6. Kedalaman Lubang Ledak (H)

Kedalaman lubang ledak merupakan hasil penjumlahan tinggi jenjang dengan subdrilling, maka kedalaman lubang ledak yang diperoleh dari perhitungan perangkat lunak adalah sebesar 10,8 meter (Lampiran B). Sedangkan kedalaman lubang ledak yang diperoleh dari hasil perhitungan manual sebesar 10,8 m.

4.2.7. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)

Berdasarkan perhitungan perangkat lunak, diperoleh panjang kolom isian sebesar 8,9 meter, sedangkan panjang kolom isian yang diperoleh dengan menggunakan perhitungan manual adalah 8,9 meter.

4.2.8. Powder Factor

Nilai powder factor dipengaruhi oleh jumlah bidang bebas, geometri peledakan, struktur geologi, dan karakteristik massa batuan itu sendiri. Berdasarkan perhitungan menggunakan perangkat lunak, besarnya powder factor yang

diperoleh dari geometri C. J. Konya (1990) yaitu 0,74 kg/m 3 , sedangkan dengan perhitungan manual didapat powder factor sebesar 0,75 kg/m 3 .

4.2.9. Tingkat Fragmentasi Berdasarkan Geometri C.J. Konya (1990)

Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan C. J. Konya (1990) yaitu dengan burden 2,8 m; spacing 3,7 m; stemming 2 m; subdrilling 0,8 m; Dengan perhitungan perangkat lunak berdasarkan rumusan C. J. Konya (1990) yaitu dengan burden 2,8 m; spacing 3,7 m; stemming 2 m; subdrilling 0,8 m;

B) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara perhitungan teori sebesar 100 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan sebesar 0 % (Lampiran B).

4.3. Implementasi Perbandingan Antara Geometri Peledakan Berdasarkan Teori R.L. Ash (1967) dan Teori C.J. Konya (1990) dengan menggunakan perangkat lunak.

Berdasarkan pengkajian dari studi kasus perancangan peledakan, terdapat beberapa hal yang dapat dibahas sebagai pertimbangan teknis dalam penggunaan pendekatan R.L.Ash (1967) dan pendekatan C.J.Konya (1990).(Tabel 4.1)

4.3.1. Burden (B)

Untuk menentukan burden, R.L. Ash (1967) mendasarkan pada acuan yang dibuat secara empirik, yaitu adanya batuan standar dan bahan peledak standar.

Apabila batuan yang akan diledakkan sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang dipakai ialah bahan peledak standar, maka digunakan burden ratio (Kb) yaitu 30. Tetapi bila batuan yang akan diledakkan tidak sama dengan batuan standar dan bahan peledak yang digunakan bukan pula bahan peledak standar, maka harga Kb-standar itu harus dikoreksi menggunakan faktor penyesuaian.

Menurut C.J.Konya (1990), Pada penentuan jarak burden, ada beberapa faktor yang harus diperhitungkan seperti diameter lubang ledak, bobot isi batuan dan struktur geologi dari batuan tersebut, Untuk faktor koreksi berdasarkan geologi batuan dapat dibagi kedalam 2 konstanta yaitu Kd yang merupakan koreksi terhadap posisi lapisan batuan dan Ks yaitu koreksi terhadap struktur geologi.

4.3.2. Spacing (S)

Berdasarkan cara urutan peledakannya, pedoman penentuan spacing menurut R.L.Ash (1967) adalah sebagai berikut :

• Peledakan serentak, S = 2 B • Peledakan beruntun dengan delay interval lama (second delay), S = B

• Peledakan dengan millisecond delay, S antara 1 B hingga 2 B • Jika terdapat kekar yang saling tidak tegak lurus, S antara 1,2 B - 1,8 B

Peledakan dengan pola equilateral dan beruntun tiap lubang tembak dalam baris yang sama, S = 1,15 B

Menurut C.J.Konya (1990), untuk memperoleh jarak spasi maka digunakan rumusan sebagai berikut : 1). Serentak tiap baris lubang ledak

a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)

H < 4B, S = ( H + 2B) / 3

b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)

H = 4B, S = 2B 2). Beruntun dalam tiap baris lubang ledak

a. Untuk tinggi jenjang rendah (low benches)

H < 4B, S = ( H + 7B ) / 8

b. Untuk tinggi jenjang yang besar (high benches)

H = 4B, S = 1,4B

4.3.3. Stemming (T)

Menurut R.L.Ash (1967), untuk menghitung panjang stemming perlu ditentukan dulu stemming ratio (Kt), yaitu perbandingan panjang stemming dengan burden

Menurut C.J.Konya (1990), Ada dua hal yang berhubungan dengan stemming :

a. Panjang Stemming

b. Jenis dan ukuran material stemming.

4.3.4. Subdrilling (J)

Menurut R.L.Ash (1967), Panjang subdrilling diperoleh dengan menentukan harga subdrilling ratio (Kj) yang besarnya tidak lebih kecil dari 0,20. Untuk batuan massive biasanya dipakai Kj sebesar 0,3.

Menurut C.J.Konya (1990), Dalam penentuan tinggi subdrilling yang baik untuk memperoleh lantai jenjang yang rata maka digunakan rumusan sebagai berikut :

J = 0,3 x B

Tabel 4.1

Perbandingan rancangan peledakan berdasarkan teori R.L. Ash (1967) dengan teori C.J. Konya (1990)

Perancangan Peledakan

Metode R.L.Ash

Metode C.J.Konya

Burden ( B )

2,8 m Spacing ( S )

3,1 m

3,7 m Stemming ( T )

3,1 m

2m Subdrilling ( J )

2,3 m

0,8 m Kedalaman lubang ledak ( H )

0,6 m

10,8 m Panjang kolom isian ( PC )

10,6 m

8,9 m Ukuran rata-rata fragmentasi ( X )

8,3 m

21,08 cm Indeks keseragaman ( n )

1,91 Karakteristik ukuran ( Xc )

25,55 cm Prosentase bongkah > 20 ( R20 )

26,45 cm

53,43 % Prosentase bongkah < 20 ( R20 )

46,57 % Prosentase bongkah > 40 ( R40 )

9,51 % Prosentase bongkah < 40 ( R40 )

90,49 % Prosentase bongkah > 60 ( R60 )

0,61 % Prosentase bongkah < 60 ( R60 )

99,39 % Prosentase bongkah > 80 ( R80 )

0,01 % Prosentase bongkah < 80 ( R80 )

99,99 % Prosentase bongkah >100 ( R100 )

Prosentase bongkah >100 ( R100 )

100% Persamaan faktor impedansi

0,49 Persamaan faktor coupling

1 1 Getaran tanah

4,24 mm/s Frekuensi

5,21 mm/s

13,46 Hz Specific charge

13,46 Hz

0,78 kg/m 3 0,74 kg/m 3 Lemparan maksikum

225 m Diameter fragmen batuan

225 m

0.27 m Suara ledakan

0,27 m

132,04 dB Scale distance

132,04 dB

70.34 m/kg Loading density

14,83 m/kg

8,7 kg/m Waktu tunda antar baris

8,7 kg/m

32,4 ms Waktu tunda antar lubang

35,1 ms

20,4 ms Jumlah isian bahan peledak

16,8 ms

77,59 kg Powder factor

72,76 kg

0,78 kg/m 3 0,74 kg/m 3

4.3.5. Kedalaman Lubang Ledak (H)

Menurut R.L.Ash (1967), kedalaman lubang ledak berdasarkan pada hole depth ratio (Kh) yang harganya berkisar antara 1,5 – 4,0.

Menurut C.J.Konya (1990), pada prinsipnya kedalaman lubang ledak merupakan jumlah total antara tinggi jenjang dengan besarnya subdrilling

4.3.6. Kolom Isian Bahan Peledak (PC)

Untuk menentukan kolom isian, R.L.Ash (1967) dan C.J.Konya (1990) mendasarkan pada hasil pengurangan dari kedalaman lubang ledak dengan panjang stemming.

4.3.7 . Fragmentasi batuan Dengan perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan R.L. Ash (1967)

akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara perhitungan teori sebesar 99,95 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan sebesar 0,05 % (Lampiran B).

Dengan perhitungan usulan geometri peledakan berdasarkan rumusan C.J. Konya (1990) akan diperoleh fragmentasi batuan yang berukuran kurang dari 100 cm secara perhitungan teori sebesar 100 %, atau hanya menghasilkan bongkah batuan sebesar 0 % (Lampiran B). Berdasarkan tabel 4.1, terjadi penyimpangan pada distribusi ukuran fragmentasi kurang 40 cm – 60 cm. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan antara pengukuran fragmentasi pada geometri peledakan R.L.Ash dengan geometri peledakan C.J.Konya antara lain seperti berikut :

a. Pengaruh Kekuatan Batuan dan Struktur Batuan

b. Pengaruh Diameter dan Kedalaman Lubang Ledak

c. Pengaruh Sifat Bahan Peledak

d. Pengaruh Geometri Peledakan

Perbedaan distribusi fragmentasi tiap blok peledakan antara pendekatan R.L.Ash dan pendekatan C.J.Konya berdasarkan aplikasi perangkat lunak dapat dilihat dalam gambar grafik (Gambar 4.1) sebagai berikut

Gambar 4.1 Perbandingan Fragmentasi batuan pada Perangkat Lunak

4.4. Persentase Error pada Perangkat Lunak

Dalam proses pembuatan program, terdapat beberapa error yang menyebabkan terjadinya selisih perhitungan atau program tidak berjalan sebagaimana mestinya. Pada dasarnya tiap langkah penyelesaiannya dari formulasi hingga komputasinya hanya akan menghasilkan solusi hampiran, sehingga terjadi kesalahan.

Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan pada studi kasus dengan menggunakan perangkat lunak terhadap perhitungan manual, didapatkan tingkat rata- rata nilai error sebesar 1,32% untuk aplikasi Blasting Ash (Tabel 3.1) dan 0,89% untuk aplikasi Blasting Konya (Tabel 3.2).

Dilihat dari penyebabnya ada beberapa jenis error yang bisa terjadi, yaitu :

1. Kesalahan Syntax Kesalahan syntax adalah error yang disebabkan oleh kesalahan menulis kode

program. Misalnya : salah menuliskan nama object, property atau method nya

2. Kesalahan Logika Kesalahan Logika Adalah error yang disebabkan oleh kesalahan logika

pemrograman (programer). Misalnya : salah meletakkan urutan kode program. Error jenis ini relatif sulit

diketahui dan bisa saja baru diketahui setelah program di-compile menjadi executable file (*.exe). Kejadian seperti ini sering disebut sebagai bug.

3. Kesalahan Pembulatan Kesalahan pembulatan yaitu error yang disebabkan oleh keterbatasan jumlah digit

komputer dalam menyatakan bilangan real. Bilangan real yang panjangnya melebihi jumlah digit komputer dibulatkan ke bilangan terdekat.

Contohnya, bilangan real tanpa akhir 0.666666…., pada komputer 7 digit dinyatakan sebagai 0.6666667.

4. Kesalahan Dinamik Kesalahan Dinamik yaitu error yang disebabkan oleh operasi perhitungan yang

terjadi berulang - ulang, sehingga mengakibatkan terjadinya selisih antara perhitungan manual dengan analisa program.

4.5. Keunggulan dan kelemahan perangkat

Berkaitan dengan aplikasi perangkat lunak ini, terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan pembahasan, yaitu ;

4.5.1. Keunggulan

1. Kemudahan Program Berdasarkan uraian pengoperasian pada bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara garis besar langkah pengoperasian program adalah memasukkan data parameter teknis, dan yang terakhir adalah eksekusi untuk mengetahui hasil- hasilnya. Untuk memasukkan data parameter teknik hanya diperlukan langkah yaitu menekan menu analisa perhitungan dan data siap dimasukkan. Masukkan input data ke dalam kolom yang telah disediakan, kemudian tekan tombol eksekusi analisa untuk melihat output perhitungan.

Hal ini menunjukkan bahwa program aplikasi yang dibuat dengan visual basic di atas adalah sederhana dan dapat dikatakan mudah.

2. Tampilan Program Berdasarkan uji coba yang dilakukan, tampilan program secara keseluruhan tidak mengalami permasalahan. Tampilan program terlihat lebih menarik dan fleksibel dalam pengoperasiannya..

3. Akurasi perhitungan Perhitungan geometri peledakan yang dilakukan oleh program (ditunjukkan dalam Lampiran C) dan perhitungan yang dilakukan dengan cara manual tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Berdasarkan tingkat error yang dihasilkan pada program aplikasi, dapat disimpulkan bahwa perhitungan yang dilakukan oleh program adalah akurat.

4.5.2. Kelemahan

1. Penyimpanan Hasil Program aplikasi belum dapat digunakan untuk menyimpan data-data maupun hasil-hasil perhitungan, tetapi baru dapat menampilkan. Hal ini menjadi kurang efektif karena harus melakukan pekerjaan ulang jika ingin mengetahui data atau hasil-hasil yang sebelumnya pernah dievaluasi.

2. Pencetakan Pencetakan data maupun output program belum dapat dilakukan oleh program ini. Kalaupun dapat melakukan hanya terbatas pada cetak dari layar (print screen). Untuk beberapa data mungkin tidak terlalu menjadi masalah, tetapi jika sudah melibatkan data yang banyak, pencetakan dari layar menjadi tidak efektif.

3. Perancangan Lubang Ledak

a. Program Aplikasi belum dapat menampilkan skala dan koordinat titik lubang ledak. Keterbatasan ini menjadikan program aplikasi menjadi kurang efektif dikarenakan output program belum sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

b. Program aplikasi hanya dapat menampilkan output 10 baris lubang ledak dan

12 lubang ledak tiap baris. Keterbatasan ini menjadikan program aplikasi menjadi kurang efektif dikarenakan output program belum sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari pembahasan dan implementasi studi kasus dengan menggunakan perangkat lunak, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan manual dengan aplikasi perangkat lunak, besarnya error yang didapatkan adalah 1,32% untuk aplikasi Blasting Ash dan 0,89% untuk aplikasi Blasting Konya.

2. Terdapat keterbatasan pada menu perancangan rangkaian lubang ledak sebab keterbatasan pemrogram dalam pembuatan formula algoritma program.

3. Program hanya dapat dijalankan pada sistem operasi berbasiskan Windows.

4. Program belum dapat melakukan penyimpanan data dan pencetakan output perancangan.

5.2 Saran

Perlu dilakukan perbaikan lebih lanjut untuk mengatasi beberapa keterbatasan yang terdapat pada hasil penelitian ini. Adapun saran untuk perbaikan lebih lanjut adalah :

1. Perbaikan program sehingga dapat melakukan penyimpanan, pemanggilan maupun pencetakan, baik berupa data atau output program.

2. Perbaikan hasil output pada menu perancangan lubang ledak.

3. Penambahan database perlengkapan dan peralatan peledakan.

4. Penambahan skala dan koordinat pada menu perancangan lubang ledak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Berta G. (1985), Explosives: An Engineering Tool, Italesplosivi, Milano, P. 43 -

2. Hustrulid, W. and Kutchta, M., 1998, Blasting Surface Mine ; Volume I Fundamentals , A.A. Balkema, Rotterdam. Page 368-442.

3. I Gusti Ngurah Agung Kurniawan, 2004, Studi Teknis Peledakan guna mendapatkan fragmentasi batuan yang diperlukan pada Kuari batu gamping di PT. SEMEN CIBINONG. Tbk , Pabrik Cilacap, Jawa Tengah.

4. Jimeno. C. L. and jimeno. E.L, (1995), Drlling and Blasting of Rocks, Balkema/ Rotterdam/ Brookfield. €

5. Konya.CJ. (1995), Blast Design, Precision Blasting Services, Montville

6. Lukman Nul Hakim, 2006, Kajian Teknis Peledakan guna mendapatkan fragmentasi batuan yang dibutuhkan pada Penambangan batu granit di PT. CARAKA BERKAT SARANA , Bukit Piatu, Gunung Kijang, Kepulauan Riau.

7. Madcoms, 2005, Panduan Pemrogaman dan Referensi Kamus Visual Basic 6.0.

8. Saptono, Singgih., 2006, Teknik Peledakan, Diktat Kuliah Jurusan Teknik Pertambangan , Yogyakarta.

9. S. Koesnaryo, Pemboran untuk penyediaan Lubang Ledak, Diktat Kuliah Jurusan Teknik Pertambangan , Yogyakarta.

10. S. Koesnaryo, Rancangan Peledakan Batuan, Diktat Kuliah Jurusan Teknik Pertambangan , Yogyakarta.

11. Santosa, 2005, Aplikasi Visual Basic 6.0 dan Visual Studio.Net 2003, Yogyakarta.

12. Tamrock, 1987, Surface Drilling and Blasting. €

13. Wahana Komputer, 2003, Pemrogaman Visual Basic 6.0.

14. Wahana Komputer, 2002, Pembuatan program Aplikasi Konstruksi dengan visual basic 6.0 .

LAMPIRAN A USER MANUAL

A.1. Pengoperasian Perangkat lunak

Program Aplikasi dapat dioperasikan pada semua jenis komputer dengan syarat memiliki sistem operasi windows. Langkah-langkah pengoperasian program adalah sebagai berikut :

A.1.1. Pengoperasian menu Blasting Ash

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Blasting Ash (gambar A2)

3. Setelah aplikasi berjalan, masukkan input data kedalam kolom yang telah tersedia

Input data dalam menu Blasting Ash terdiri dari 5 bagian, yaitu:

a. Data bahan peledak

b. Data batuan

c. Faktor koreksi

d. Data Pendukung

e. Parameter batuan

4. Setelah semua data terisi, tekan tombol Analisa untuk melihat hasil output Hasil output dalam menu Blasting Ash terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a. Geometri peledakan & Efek peledakan (gambar A3)

b. Fragmentasi batuan (gambar A4)

c. Rancangan lubang ledak (gambar A5)

5. Tekan tombol grafik fragmentasi untuk melihat hasil analisa grafis

6. Untuk memulai data baru, tekan tombol Clear

7. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home

8. Untuk menutup menu Blasting Ash, tekan tombol Exit

9. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.2. Pengoperasian menu Blasting Konya

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Blasting Konya (gambar A2)

3. Setelah aplikasi berjalan, Masukkan input data kedalam kolom yang telah tersedia Input data dalam menu Blasting Konya terdiri dari 5 bagian, yaitu:

a. Data bahan peledak

b. Data batuan

c. Faktor koreksi

d. Data Pendukung

e. Parameter batuan

4. Setelah semua data terisi, tekan tombol Analisa untuk melihat hasil output Hasil output dalam menu Blasting Konya terdiri dari 3 bagian, yaitu :

d. Geometri peledakan & Efek peledakan (gambar A3)

e. Fragmentasi batuan (gambar A4)

f. Rancangan lubang ledak (gambar A5)

5. Tekan tombol grafik fragmentasi untuk melihat hasil analisa grafis

6. Untuk memulai data baru, tekan tombol Clear

7. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home

8. Untuk menutup menu Blasting Konya, tekan tombol Exit

9. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.3. Pengoperasian menu Kamus

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Kamus (gambar A2)

3. Tab A – Z berfungsi sebagai huruf abjad awal dalam perbendaharaan pustaka yang terdapat pada menu kamus

4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home

5. Untuk menutup menu Kamus, tekan tombol Exit

6. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.4. Pengoperasian menu Referensi

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Referensi (gambar A2)

3. Tekan label teks yang tersedia dalam kolom parameter untuk melihat referensi yang dibutuhkan

4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home

5. Untuk menutup menu Referensi, tekan tombol Exit

6. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.4. Pengoperasian menu Video Blasting

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Utama (gambar A1), tekan tombol Video Blasting (gambar A2)

3. Tekan tombol Add untuk menambahkan file video kedalam playlist yang tersedia

4. Tekan tombol Remove untuk menghapus file video dalam playlist

5. Tekan tombol Clear untuk membersihkan file video dalam playlist

6. Untuk menutup menu Video Blasting, tekan tombol Exit

7. Sub menu yang terletak di bagian kiri atas berfungsi sebagai shortcut dan aplikasi pendukung dalam perangkat lunak.

A.1.4. Pengoperasian menu Konversi

1. Jalankan Aplikasi

2. Pada Menu Toolbar, tekan tombol Konversi (gambar A2)

3. Tekan tombol tab yang tersedia dalam aplikasi konversi untuk menetukan hasil konversi yang dibutuhkan

4. Untuk kembali ke menu utama, tekan tombol Home

5. Untuk menutup menu Konversi, tekan tombol Exit

A.1.4. Pengoperasian Toolbar

1. Tombol Home berfungsi untuk kembali ke menu utama

2. Tombol About berfungsi untuk menampilkan tentang penjelasan umum tentang batasan aplikasi

3. Tombol Referensi berfungsi untuk menampilkan referensi dan parameter yang berhubungan dengan aplikasi

4. Tombol Konversi berfungsi untuk menampilkan aplikasi konversi sebagai program pendukung

5. Tombol Kamus berfungsi untuk menampilkan kamus dunia pertambangan

6. Tombol Video berfungsi untuk menampilkan video tentang kegiatan peledakan

7. Tombol Progamer berfungsi untuk menampilkan biodata perancang program yang berkaitan

8. Tombol Clear berfungsi untuk membuat data baru

9. Tombol Help berfungsi untuk menampilkan informasi pengoperasian program

LAMPIRAN B KONTROL PERHITUNGAN MANUAL

Kontrol perhitungan manual dimaksudkan untuk mengetahui keakuratan output program, baik dari segi perhitungan maupun dari segi grafik fragmentasinya.

B.1. Perhitungan Teoritis Geometri Peledakan R.L.Ash

Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan yang telah disusun oleh R.L. Ash (1967).

1) Burden (B) Menurut R.L. Ash, burden tergantung pada Burden Ratio dan diameter lubang bor. Besarnya Burden ratio berkisar antara 20 – 40 dengan K b standar

30. Nilai K b standar sebesar 30 terjadi pada kondisi : - Densitas batuan standar

= 160 lb/cuft

- SG bahan peledak standar

- VOD bahan peledak standar = 12.000 fps

a) Faktor penyesuaian terhadap batuan (Af 1 )

Af 1 =  std

Dimana :

D std = Densitas Batuan Standard, 160 lb/cuft

D = Densitas Batuan yang diledakkan

3 3 2,5 ton/m -1 x 62,43 lb/cuft x (ton/m ) = 156,22 lb/cuft

Maka :

160 lb/cuft  3

Af 1 = 

  156,22 lb/cuft 

Dimana : SG ANFO

VOD ANFO = 3700 m/s x 3,281 fps

Sehingga nilai K b terkoreksi adalah

K b = 30 x Af 1 x Af 2 = 30 x 1,02 x 0,864 = 26,44

Dari nilai K b tersebut dapat diperoleh burden, yaitu : Kb terkoreksi xDe

Dengan kemiringan 70°, maka :

B ( trueburden )

Apparent burden =

Sin 70 = 2,5 meter

2) Spacing (S) S = Ks x B

( Ks = 1,0 – 2,0 ) S = 1,5 x 2,4 = 3,6 meter

3) Stemming (T) T = Kt x B

( Kt = 0,75 – 1,00 ) = 0,7 x 2,4 = 1,68 meter (minimal)

T = 1,3x 2,4 = 3,12 meter (maksimal) Digunakan tinggi stemming maksimal, yaitu sebesar 3,12 meter.

4) Subdrilling (J) J = Kj x B ( Kj = 0,2 – 0,3 )

= 0,20 x 2,4 = 0,48 meter (minimal)

J = 0,30 x 2,4 = 0,72 meter (maksimal) Digunakan subdrilling minimal, yakni sebesar 0,48 meter.

5) Kedalaman Lubang Tembak (H) Kedalaman lubang ledak di dapat dari penjumlahan tinggi jenjang dan subdrillling , maka tinggi jenjang dibuat 5,5 m. Sehingga kedalaman lubang ledak sebesar 6,33 m.

Harga Kh = H/B = 6,33/2,4 = 2,64

Selanjutnya diperiksa harga Kh (Hole depth ratio) yang didapat. Kh = H/B

Harga Kh sebesar 2,64. Harga Kh masih berada dalam batas tetapan yang besarnya berkisar antara 1,5 – 4,0

6) Panjang Kolom Isian (PC) PC = H – T = 6,33 – 3,12 = 3,21 meter

7) Waktu Tunda

- Waktu tunda antar lubang tembak (T H )

T H = TH x S T H = 5,5 ms/m x 2,4 m = 13,2 ms

- Waktu tunda antar baris (Tr) Tr = Tr x B Tr = 11,5 ms/m x 24m

= 27,6 ms

8) Ukuran fragmentasi rata-rata (x)

Indek Peledakan (BI) = 0,5 x (RMD + JPS + JPO + SGI + H) = 0,5 x (20 + 50 +40 + 12,5 + 3) = 62,75

Faktor Batuan

= BI x 0,12

= 62,75 x 0,12 = 7,53

Ukuran rata – rata fragmentasi hasil peledakan, dapat diperkirakan dengan menggunakan persamaan Kuznetzov (1973 ), yaitu sebagai berikut :

X = Ao x

Q 0,17 x ( E / 115 )  -0,63  x  Q 

Dimana :

X = rata – rata ukuran fragmentasi (cm) Ao = Faktor batuan (Rock Factor = RF)

V = Volume batuan yang terbongkar (m 3 )

Q = Jumlah bahan peledak ANFO (kg) pada setiap lubang ledak

E = Relative Weight Strenght bahan peledak, untuk ANFO = 100

X -0,63 = 7,53  x 17 x ( 100 / 115 )

= 7,53 x 2,275x 1,618 x 1,092 = 30,26 cm

Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan digunakan rumus Indek Keseragaman (n) dan Karakteristik Ukuran (Xc), dengan persamaan sebagai berikut :

= 1,82 x 1 x 1,25 x 0,58 = 1,32

Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai berikut : x

Xc =

0 , 693 ) n

= 39,95 Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai berikut :

−   X  n   Xc 

Rc =

Dimana : R x =

prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)

ukuran ayakan (cm)

indek keseragaman

Maka prosentase distribusi fragmentasi batuan adalah :

= 66,95 % ≥ 20 cm = 33,05 % ≤ 20 cm

R 40 = = 36,7 % ≥ 40 cm = 63,3 % ≤ 40 cm

= 8,2 % ≥ 80 cm = 91,8 % ≤ 80 cm

R 100 = = 3,48 % ≥ 100 cm = 96,52% ≤ 100 cm

B.2. Geometri Peledakan Berdasarkan Teori C. J. Konya

Perhitungan geometri peledakan berdasarkan rumusan yang telah disusun oleh C. J. Konya (1990).

Diketahui :

B = burden Kr

= faktor koreksi terhadap jumlah baris lubang tembak Kd

= faktor koreksi terhadap posisi lapisan batuan Ks

= faktor koreksi terhadap struktur geologi setempat SGe =

berat jenis bahan peledak yang dipakai = 0,85 SGr =

berat jenis maksimum = 2,62

Stv = relative bulk strength (ANFO = 100) De =

diameter lubang tembak = 4,5 inchi = 114,3 mm

1) Burden (B) Menentukan ukuran burden terdapat 3 persamaan, yaitu :

 0,33 SGe 

a. B1 = 3,15 x De x 

  SGr 

= 3,15 x 4,5 x  0,85 

c. B3 = 0,67 x De x 

  SGr 

= 0,67 x 4,5 x  100 

= 3,06 m Dari ketiga persamaan, diperoleh burden belum terkoreksi :

= 3m

Dengan menggunakan faktor koreksi terhadap perlapisan batuan (Kd = 1), struktur geologi (Ks = 1,3) dan jumlah baris (Kr = 0,9) maka harga burden terkoreksi adalah : B2 = B1 x Kd x Ks x Kr B2 = 3 x 1 x 1,3 x 0,9

B2 = 2,7 meter

2) Spacing (S) Karena memakai Delay Detonator dan L/B = 1,875 → < 4, maka :

8 = 3,6 m

3) Stemming (T) Menentukan stemming menggunakan persamaan :

T = 0,7 x B = 0,7 x 2,7 m = 1,9 m

Ukuran material stemming (Sz): Sz = 0,05 x De = 0,05 x 114 mm = 5,7 mm

4) Subdrilling (J) Menentukan subdrilling digunakan persamaan :

J = 0,3 x B = 0,3 x 2,7 m = 0,8 m

5) Tinggi Jenjang Berdasarkan Stiffness Ratio Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan stiffness ratio digunakan rumusan sebagai berikut :

L = 5 x De

Dengan : L = Tinggi jenjang minimum (ft) De = Diameter lubang ledak (inchi)

Maka :

L = 5 x 4,5 = 10 m

6) Kedalaman Lubang Tembak (H)

H = tinggi jenjang (L) + subdrilling (J)

H = 10 + 0,8 = 10,8 m

7) Panjang Kolom Isian (PC) Menentukan kolom isian bahan peledak menggunakan persamaan :

PC = H – T = 10,8 m – 1,9 m = 8,9 m

8) Waktu Tunda

- Waktu tunda antar lubang tembak (T H )

T H = TH x S T H = 5,5 ms/m x 3,7 m = 20,4 ms

- Waktu tunda antar baris (Tr) Tr = Tr x B Tr = 11,5 ms/m x 2,8 m

= 32,4 ms

9) Ukuran fragmentasi rata-rata (x)

7,35 x 1,26 x 2,1 x 1,092

21,24 cm

Untuk mengetahui besarnya prosentase bongkah pada hasil peledakan digunakan rumus Indek Keseragaman (n) dan Karakteristik Ukuran (Xc), dengan persamaan sebagai berikut :

10 n

= (1,83) x (1) x (1,17) x (0,9) = 1,93 Perhitungan nilai karakteristik ukuran (Xc) menggunakan rumus sebagai berikut : x

Xc =

0 , 693 ) n

= 25,65 cm Perhitungan prosentase bongkah adalah sebagai berikut :

 X  − n   Xc  

Rc =

Dimana : R x = prosentase material yang tertahan pada ayakan (%)

X = ukuran ayakan (cm) n = indek keseragaman Maka prosentase distribusi fragmentasi batuan adalah :

= 53,86 % ≥ 20 cm = 46,14 % ≤ 20 cm

R 40 = e  25 , 65  = 9,46 % ≥ 40 cm = 90,54 % ≤ 40 cm

= 0,57 % ≥ 60 cm = 99,43 % ≤ 60 cm

= 0,01 % ≥ 80 cm = 99,99 % % ≤ 80 cm

B.3. Perhitungan Teoritis Efek Peledakan

B.3.1. Getaran Tanah (Ground Vibration)

Perhitungan besarnya getaran yang ditimbulkan akibat peledakan menurut teori Berta (1990). Data-data yang diketahui untuk batuan andesit dan bahan peledak ANFO berdasarkan teori Berta (1990) :

• Energi per unit massa ANFO = 3,66 Mj/kg

• 6 -2 Impedansi -1 bahan peledak ANFO (Ic) = 1,84. 10 . kg.m .s Impedansi batu andesit (Ir)

= 11.10 6 .kg.m • -2 .s -1 • Kecepatan rambat seismik andesit (C)

= 4.200 m/s • Nilai faktor tipe kelompok batu andesit (kf) = 0,03

• Faktor breake ( η 3 )

Sedangkan data-data yang diketahui berdasarkan data dari perusahaan : • Jarak titik ledak dengan sensor (R)

= 300 m

• Bahan peledak ANFO per lubang ledak (Q) = 9,25 kg • Densitas batu andesit ( ρ )

= 2.620 kg/m 3

Persamaan faktor impedansi : η 2 1 = 1 - (Ic – Ir)

(Ic + Ir) 2

6 -2 -1 1 – (1,84.10 2 . kg.m .s – 11.10 . kg.m .s )

6 -2 -1

6 -2 -1 2 (1,84.10 . kg.m .s + 11.10 . kg.m .s )

Persamaan faktor Coupling η 2 =

1 φ f/ φ c e – (e – 1)

dengan :

diameter lubang tembak (3”)

diameter bahan peledak (3”)

e 3”/3” – (e –1)

Persamaan getaran tanah :

V η η 3 x ε x = 10

R 5 xkfx log Rx π x ρ xC

9 6 , 25 0 , 5 x 1 x 0 , 15 x 3 , 66 x 10

300 5 x 0 , 03 x log 300 x 3 , 14 x 2 . 620 x 4 . 200

= 0,010 x √ 0,0214 = 1,48.10 -3 m/s = 1,48 mm/s

Frekuensi (F) -1 F = (Kf log R)

= -1 (0,03 x log 300) =

13,5 Hz

B.3.2. Batu Terbang (Flyrock)

Swedish Detonic Research Foundation (1975), mengemukakan teorinya dalam menghitung jarak maksimum yang terjadi pada fragmentasi batuan pada kondisi optimum. Seperti yang diperlihatkan gambar 3.6.

specific charge =

jumlah bahan peledak (kg)

volume batuan yang terbongkar (m 3 )

201.2 kg

568.205 m 3

0,35 kg/m 3

maka lemparan maksimum yang terjadi adalah : L maks =

dengan diameter fragmen batuan (Tb) :

B.3.3. Suara Ledakan (Airblast)

Suara ledakan (airblast) diukur dengan satuan dB (decibels) atau psi (pounds per squareinch ), dihitung dengan rumus :

dB =

20 log (P/Po) 20 log (P/Po)

overpressure (psi)

Po

3 x 10 -9 psi

Menurut Ladegaard-Pedersen and Daily (1975) 2) , jika tidak terdapat data percobaan, nilai P dicari dengan menggunakan grafik nomograph pada gambar D.1. dengan mencari nilai :

scaled distance

= D/Q 1/3 dan perbandingan nilai B/Q

Dimana :

D = jarak pengukuran (300 m)

B = burden (2,5 m) Q = jumlah muatan bahan peledak per delay (92,5 kg).

Scaled Distance 1/3 = D/Q =

300 / 92,5 1/3 = 1/3 66,33 (m/kg )

1/3 Nilai perbandingan = B/Q

Sehingga didapat : P

0,08 KPa -2 = 1,2 x 10 psi (1 KPa = 0,1450 psi)

Maka : dB =

20 log (P/Po)

20 log (1,2 . 10 -2 / 3. 10 -9 )

132 dB

B.4. Loading Density

Untuk menentukan jumlah bahan peledak yang digunakan dalam setiap lubang tembak maka terlebih dahulu ditentukan loading density. persamaan loading density yang digunakan adalah sebagai berikut :

de = 0,508 x De 2 x SG

Dimana :

de = Laoding density (kg/m) De = Diameter lubang ledak (inch) SG = Berat jenis bahan peledak

Sehingga :

de Ash =

0,508 x 3,5 2 x 0,85

5,28 kg/m

de Conya

= 0,508 x (4,5 inch) 2 x 0,85

= 8,7 kg/m

B.5. Pemakaian Bahan Peledak Tiap Lubang Ledak

Merupakan perkalian antara loading density dengan panjang kolom isian bahan peledak.

E = (de x PC) = 5,28 x 3,21 = 16,95 kg

≈ 17 kg tiap lubang tembak

E = de x PC = 8,7 x 8,9 = 77,43 kg/lubang

Powder Factor

E Pf =

V Keterangan :

Pf = powder factor (kg/m 3 )

V = volume batuan yang diledakkan (m 3 )

E = Berat bahan peledak (ANFO + primer) Berdasarkan data dari lapangan (Tabel D.1), diperoleh besarnya nilai powder factor di lapangan yang berkisar antara 0,35 kg/m³ - 0,39 kg/m³, dengan nilai powder factor rata-rata, yaitu sebesar :

Pf =

0,35 kg/m 3

LAMPIRAN C ALGORITMA PROGRAM

C.1. Algoritma menu Blasting Ash

Form Rancangan peledakan merupakan form inti dari perangkat lunak, form ini dibagi menjadi dua, yaitu : Form Blasting Ash dan Form Blasting Konya. Langkah – langkah pembuatan menu blasting ash adalah sebagai berikut :

1. Buat project baru pada Visual Basic 6.0 kemudian pilih Standard.exe

2. Tambahkan 2 buah control Timer dan 2 buah SSTab

3. Kemudian tambahkan ke Form, 89 buah Label, 89 buah TextBox, 4 buah CommandButton , 4 buah ComboBox, 2 buah Image, 1 buah Picture dan 1 buah control OLE.

4. Selanjutnya implementasikan Source Code Berikut ini : Private Sub Command1_Click() Form3.Show

Unload Me End Sub

Private Sub Command10_Click() SSTab2.Visible = True End Sub

Private Sub Command11_Click() With Chart

On Error Resume Next .chartType = VtChChartType2dLine .AllowSelections = False .ColumnCount = 1 .RowCount = 5 .Row = 1 .RowLabel = "R20" .Data = Str(Text19.Text) .Row = 2 .RowLabel = "R40" .Data = Str(Text20.Text) .Row = 3

.RowLabel = "R60" .Data = Str(Text21.Text) .Row = 4 .RowLabel = "R80" .Data = Str(Text31.Text) .Row = 5 .RowLabel = "R100" .Data = Str(Text34.Text)

End With End Sub

Private Sub Command13_Click() SSTab2.Visible = False End Sub Private Sub Command14_Click() On Error Resume Next Dim RMD, JPS, JPO, SGI, HD, IP, FB, EXPLO As Single RMD = Val(Text99.Text) JPS = Val(Text100.Text) JPO = Val(Text101.Text) SGI = Val(Text102.Text) HD = Val(Text103.Text) IP = Val(Text96.Text) FB = Val(Text97.Text) IP = 0.5 * (RMD + JPS + JPO + SGI + HD) FB = IP * 0.12 Text96.Text = Str(IP) Text97.Text = Str(FB) Text70.Text = Str(FB) End Sub

Private Sub Command2_Click() SSTab1.Visible = True SSTab3.Visible = False End Sub

Private Sub Command3_Click() Form7.Show End Sub

Private Sub Command4_Click() frmAbout.Show End Sub

Private Sub Command5_Click() Form5.Show End Sub

Private Sub Command6_Click() Form4.Show End Sub

Private Sub Command8_Click() Form8.Show End Sub

Private Sub Command9_Click() SSTab3.Visible = True On Error Resume Next Dim DStandart, D, Drb, SG, SGStandart, VE, VEStandart, Diameter, L, L2, KH, KJ, KT, Ks, R1, TR, TR1, TH, TH1, Af1, Af2, KB, B, Bap, B2, S, S2, T, TM, J, JM, H, PC, Delay, de, WT, WTB, E, V, V1, PF, RF, Q, RWS, dem, A, W, X, N, N1, N2, N4, Xc, R20, R20M, R40, R40M, R60, R60M, R80, R80M, R100, R100M, IC, IR, TETAF, TETAC, QANFO, R, N3, SIGMA, Kf, RHO, C, P, P1, PO, D1, Q1, JBP, VB, DP, HR, PP, SP, SPTH, SPHR, VBT, EN, AL, TP, JP, PCP, PB, PPH, JB As Single DStandart = Val(Text1.Text)

D = Val(Text2.Text) Drb = Val(Text37.Text) SG = Val(Text3.Text) SGStandart = Val(Text4.Text) VE = Val(Text5.Text) VEStandart = Val(Text6.Text) Diameter = Val(Text7.Text) KJ = Val(Text9.Text) KT = Val(Text10.Text) Ks = Val(Text11.Text) TR = Val(Text16.Text) TH = Val(Text15.Text) L = Val(Text8.Text) R1 = Val(Text17.Text) RF = Val(Text70.Text) Q = Val(Text72.Text) RWS = Val(Text73.Text) dem = Val(Text74.Text)

A = Val(Text75.Text) W = Val(Text76.Text) IC = Val(Text61.Text) IR = Val(Text62.Text) TETAF = Val(Text63.Text) R = Val(Text66.Text) N3 = Val(Text67.Text) EM = Val(Text68.Text) Kf = Val(Text69.Text)

DS = Val(Text91.Text)

C = Val(Text92.Text) P = Val(Text80.Text) PO = Val(Text81.Text) D1 = Val(Text82.Text) DP = Val(Text87.Text) HR = Val(Text78.Text) PP = Val(Text13.Text) SP = Val(Text36.Text) AL = Val(Text105.Text) JB = Val(Text77.Text) Af1 = (DStandart / D) ^ (1 / 3) Af2 = ((SG * ((VE) ^ 2)) / (SGStandart * ((VEStandart) ^ 2))) ^ (1 / 3) KB = 30 * Af1 * Af2

B = KB * Diameter / 39.3 Bap = B / (Sin(AL / (180 / (22 / 7)))) B2 = B S = Ks * B S2 = S L2 = L T = (KT * B) TP = T J = (KJ * B) JP = J

H = (L + J) / (Sin(AL / (180 / (22 / 7)))) KH = H / B PC = H - T PCP = PC Delay = TR * B

de = 0.508 * ((Diameter) ^ 2) * SG PB = SP * (100 / (100 - P) PPH = PB / JB SPTH = PB * 12 SPHR = SPTH / HR P1 = PPH / (R1 * B * L * Drb) N4 = R1 * (P1 / S) EN = PC * de

E = PC * de * N4 V1 = B * S * L VBT = B * S * L * N4 PF = EN / V1 TH1 = TH * S TR1 = TR * B VB = V1 JBP = EN

X = RF * ((V1 / EN) ^ 0.8) * (EN ^ 0.17) * ((RWS / 115) ^ -0.63)

N = (2.2 - 14 * (B / (Diameter * 25.4))) * (1 - (W / B)) * (1 + (((S / B) - 1) / 2)) * (PC / L) Xc = X / ((0.693) ^ (1 / N)) R20 = (2.719 ^ (-((20 / Xc) ^ (N)))) * 100 R20M = 100 - R20 R40 = (2.719 ^ (-((40 / Xc) ^ (N)))) * 100 R40M = 100 - R40 R60 = (2.719 ^ (-((60 / Xc) ^ (N)))) * 100 R60M = 100 - R60 R80 = (2.719 ^ (-((80 / Xc) ^ (N)))) * 100 R80M = 100 - R80 R100 = (2.719 ^ (-((100 / Xc) ^ (N)))) * 100 R100M = 100 - R100 N1 = 1 - ((IC - IR) ^ 2 / (IC + IR) ^ 2) N2 = 1 / ((2.27 ^ (TETAF / Diameter)) - (2.27 - 1))

V = (((E) ^ 0.5) / R) * (((N1 * N2 * N3 * EM * (1000000)) / (5 * Kf * ((Log(R)) / (Log(10))) * 3.14 * DS * C)) ^ 0.5) * 1000

F = (Kf * Log(R) / Log(10)) ^ -1 SC = EN / V1 LMax = 50 * Diameter Tb = 0.1 * (Diameter ^ 0.6666667) SD = D1 / (E ^ 0.33333333) NP = B / (E ^ 0.33333333) Db = (20) * ((Log(P / PO)) / Log(10)) Text22.Text = CSng(Af1) Text22.Text = FormatNumber(Text22, 2) Text23.Text = CSng(Af2) Text23.Text = FormatNumber(Text23, 2) Text24.Text = CSng(KB) Text24.Text = FormatNumber(Text24, 2) Text25.Text = CSng(B) Text25.Text = FormatNumber(Text25, 1) Text72.Text = CSng(Bap) Text72.Text = FormatNumber(Text72, 1) Text79.Text = CSng(B2) Text79.Text = FormatNumber(Text79, 2) Text26.Text = CSng(S) Text26.Text = FormatNumber(Text26, 1) Text83.Text = CSng(S2) Text83.Text = FormatNumber(Text83, 2) Text89.Text = Str(L2) Text89.Text = FormatNumber(Text89, 2) Text27.Text = CSng(T) Text27.Text = FormatNumber(Text27, 1) Text35.Text = CSng(TP) Text35.Text = FormatNumber(Text35, 2) Text28.Text = CSng(J)

Text28.Text = FormatNumber(Text28, 1) Text50.Text = CSng(JP) Text50.Text = FormatNumber(Text50, 2) Text29.Text = CSng(H) Text29.Text = FormatNumber(Text29, 1) Text90.Text = CSng(KH) Text90.Text = FormatNumber(Text90, 1) Text30.Text = CSng(PC) Text30.Text = FormatNumber(Text30, 1) Text49.Text = CSng(PCP) Text49.Text = FormatNumber(Text49, 2) Text93.Text = CSng(P1) Text93.Text = FormatNumber(Text93, 3) Text31.Text = CSng(Delay) Text31.Text = FormatNumber(Text31, 1) Text32.Text = CSng(de) Text32.Text = FormatNumber(Text32, 1) Text71.Text = CSng(EN) Text71.Text = FormatNumber(Text71, 2) Text33.Text = CSng(E) Text33.Text = FormatNumber(Text33, 2) Text88.Text = CSng(TR1) Text88.Text = FormatNumber(Text88, 1) Text12.Text = CSng(TH1) Text12.Text = FormatNumber(Text12, 1) Text94.Text = CSng(V1) Text94.Text = FormatNumber(Text94, 2) Text38.Text = CSng(VBT) Text38.Text = FormatNumber(Text38, 2) Text14.Text = CSng(PF) Text14.Text = FormatNumber(Text14, 2) Text40.Text = CSng(X) Text40.Text = FormatNumber(Text40, 2) Text41.Text = CSng(N) Text41.Text = FormatNumber(Text41, 2) Text95.Text = CInt(N4) Text95.Text = FormatNumber(Text95, 2) Text42.Text = CSng(Xc) Text42.Text = FormatNumber(Text42, 2) Text43.Text = CSng(R20) Text43.Text = FormatNumber(Text43, 2) Text19.Text = CSng(R20M) Text19.Text = FormatNumber(Text19, 2) Text44.Text = CSng(R40) Text44.Text = FormatNumber(Text44, 2) Text20.Text = CSng(R40M) Text20.Text = FormatNumber(Text20, 2)

Text45.Text = CSng(R60) Text45.Text = FormatNumber(Text45, 2) Text21.Text = CSng(R60M) Text21.Text = FormatNumber(Text21, 2) Text46.Text = CSng(R80) Text46.Text = FormatNumber(Text46, 2) Text31.Text = CSng(R80M) Text31.Text = FormatNumber(Text31, 2) Text47.Text = CSng(R100) Text47.Text = FormatNumber(Text47, 2) Text34.Text = CSng(R100M) Text34.Text = FormatNumber(Text34, 2) Text51.Text = CSng(N1) Text51.Text = FormatNumber(Text51, 2) Text52.Text = CSng(N2) Text53.Text = CSng(V) Text53.Text = FormatNumber(Text53, 2) Text54.Text = CSng(F) Text54.Text = FormatNumber(Text54, 2) Text55.Text = CSng(SC) Text55.Text = FormatNumber(Text55, 2) Text56.Text = CSng(LMax) Text57.Text = CSng(Tb) Text57.Text = FormatNumber(Text57, 2) Text58.Text = CSng(SD) Text58.Text = FormatNumber(Text58, 2) Text59.Text = CSng(NP) Text59.Text = FormatNumber(Text59, 2) Text60.Text = CSng(Db) Text60.Text = FormatNumber(Text60, 2) Text85.Text = CSng(PB) Text86.Text = CSng(PPH) Text39.Text = CSng(SPTH) Text48.Text = CSng(SPHR) End Sub

Private Sub Combo1_Click() Dim Drb, D As Single Drb = Val(Text37.Text)

D = Drb * 62.43 Text2.Text = CSng(D) If Combo1.Text = "Diorite" Then Text37.Text = "2.75" ElseIf Combo1.Text = "Gabbro" Then Text37.Text = "3" ElseIf Combo1.Text = "Granite" Then Text37.Text = "2.7"

ElseIf Combo1.Text = "Andesite" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Basalt" Then Text37.Text = "2.8" ElseIf Combo1.Text = "Rhyolite" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Trchyte" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Conglomerate" Then Text37.Text = "2.6" ElseIf Combo1.Text = "Sandstone" Then Text37.Text = "2.5" ElseIf Combo1.Text = "Shalc" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Dolomite" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Limestone" Then Text37.Text = "2.6" ElseIf Combo1.Text = "Limerock" Then Text37.Text = "2" ElseIf Combo1.Text = "Gneiss" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Marble" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Quartzite" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Schist" Then Text37.Text = "2.7" ElseIf Combo1.Text = "Serpentine" Then Text37.Text = "2.6" ElseIf Combo1.Text = "Slate" Then Text37.Text = "2.7" End If End Sub

Private Sub Combo2_Click() If Combo2.Text = "ANFO" Then Text3.Text = "0.85" Text73.Text = "100" ElseIf Combo2.Text = "HEAVY ANFO" Then Text3.Text = "1.15" Text73.Text = "89" ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL COAL" Then Text3.Text = "1.2" Text73.Text = "180" ElseIf Combo2.Text = "POWERGEL BUSTER" Then Text3.Text = "1.25"

Text73.Text = "158" ElseIf Combo2.Text = "EMULSION BLEND" Then End If End Sub

Private Sub Combo3_Click() If Combo3.Text = "Peledakan serentak" Then Text11.Text = "2" ElseIf Combo3.Text = "Peledakan berurutan dengan delay interval lama" Then Text11.Text = "1" ElseIf Combo3.Text = "Peledakan dengan milisecond delay" Then Text11.Text = "1.5" ElseIf Combo3.Text = "Peledakan pola equilateral dan beruntun" Then Text11.Text = "1.15" End If End Sub Private Sub Combo4_Click() If Combo4.Text = "TEGAK" Then Text105.Text = "90" End If End Sub

Private Sub Form_Load() Timer2.Interval = 35 VScroll2.Max = Picture2.Height VScroll2.Min = 0 - Text18.Height VScroll2.Value = VScroll2.Max

Form1.Top = Form1.Height * -1 Form1.Left = (Screen.Width - Form1.Width) / 2 posTengah = (Screen.Height - Form1.Height) / 2 Form1.Timer1.Interval = 50 End Sub

Private Sub Timer1_Timer() If Me.Top < posTengah Then Me.Top = Me.Top + ((posTengah - Me.Top) / 2) Else Me.Top = posTengah Me.Timer1.Interval = 0

End If End Sub

Private Sub Timer2_Timer() If VScroll2.Value >= VScroll2.Min + 20 Then VScroll2.Value = VScroll2.Value - 30 Else VScroll2.Value = VScroll2.Max

DoEvents End If

Text18.Top = VScroll2.Value Text18.Visible = True DoEvents

End Sub

Private Sub Picture6_MouseMove(Button As Integer, Shift As Integer, X As Single, Y As Single) Label50.Caption = X Label49.Caption = Y curx = Label50.Caption cury = Label49.Caption End Sub

Private Sub Picture6_Paint() Dim N4 As Single N4 = Val(Text95.Text) If Text17.Text = "7" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000

Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "2" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "3" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "4" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "5" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "6" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "8" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 5600), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "9" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 5600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue Next i

ElseIf Text17.Text = "10" Then For i = 1000 To (Text95.Text * 1000 / Text17.Text) Step 1000 Picture6.Circle (i + 200, 1200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 1800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 2400), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 3000), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 3600), 100, vbBlue

Picture6.Circle (i + 800, 4200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 4800), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 5600), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 200, 6200), 100, vbBlue Picture6.Circle (i + 800, 6800), 100, vbBlue Next i End If

End Sub

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25