Tinjauan tentang Perencanaan Tata Ruang
3. Tinjauan tentang Perencanaan Tata Ruang
a. Pengertian Ruang Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang dimaksud dengan ruang adalah "Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lainnya hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan hidupnya".
Menurut Hasni, ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geomatris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak (Hasni, 2008: 125). Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa ruang terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu: Menurut Hasni, ruang adalah wujud fisik wilayah dalam dimensi geografis dan geomatris yang merupakan wadah bagi manusia dalam melaksanakan kegiatan kehidupannya dalam suatu kualitas hidup yang layak (Hasni, 2008: 125). Pasal 1 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang menyatakan bahwa ruang terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu:
2) Ruang Lautan adalah ruang yang terletak di atas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi garis laut terendah termasuk dasar laut dan bagian bumi dibawahnya, dimana negara Indonesia memiliki hak yurisdiksinya
3) Ruang udara adalah ruang yang terletak di atas ruang daratan atau ruang lautan sekitar wilayah negara dan melekat pada bumi, dimana negara Indonesia memiliki hak yurisdiksinya ( Juniarso Ridwan, 2008 : 24)
b. Pengertian Tata Ruang
Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang menjelaskan yang dimaksud dengan tata ruang adalah "wujud struktural ruang dan pola ruang" . Wujud struktural pemanfaatan ruang adalah susunan unsur-unsur pembentuk rona lingkungan alam, lingkungan sosial, lingkungan buatan yang secara hierarki berhubungan satu dengan yang lain. Pola pemanfaatan ruang meliputi pola lokasi, sebaran pemukiman, tempat kerja, industri, pertanian, serta pola penggunaan tanah perkotaan dan pedesaan dimana tata ruang tersebut adalah tata ruang yang direncanakan, sedangkan tata ruang yang tidak direncanakan adalah tata ruang yang terbentuk secara alami, seperti aliran sungai, gua, gunung. Selanjutnya masih dalam Pasal 1 angka 5 Undang- Undang Penataan Ruang yang dimaksud dengan "Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang".
c. Asas dan tujuan penataan Ruang
Berdasar Pasal 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang ditegaskan dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia, penataan ruang diselenggarakan berdasar asas:
1) Keterpaduan Penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku 1) Keterpaduan Penataan ruang diselenggarakan dengan mengintegrasikan berbagai kepentingan yang bersifat lintas sektor, lintas wilayah dan lintas pemangku
2) Keserasian, keselarasan dan keseimbangan Penataan ruang diselenggarakan dengan mewujudkan keserasian antara struktur ruang dan pola ruang, keselarasan antara kehidupan manusia dengan lingkungannnya, keseimbangan pertumbuhan dan perkembangan antar daerah serta antara kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan.
3) Keberlanjutan Penataan ruang diselenggarakan dengan menjamin kelestarian dan kelangsungan daya dukung dan daya tampung lingkungan dengan memperhatikan kepentingan mendatang.
4) Keberdayagunaan dan keberhasilgunaan Penataan ruang diselenggarakan dengan mengoptimalkan manfaat ruang dan sumber daya yang terkandung didalamnya serta menjamin terwujudnya tata ruang yang berkualitas.
5) Keterbukaan Penataan ruang diselenggarakan dengan memberikan akses yang seluas- luasnya kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan penataan ruang.
6) Kebersamaan dan kemitraan Penataan ruang diselenggarakan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan
7) Perlindungan kepentingan umum Penataan ruang diselenggarakan dengan mengutamakan kepentingan masyarakat.
8) Kepastian hukum dan keadilan Penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan 8) Kepastian hukum dan keadilan Penataan ruang diselenggarakan dengan berlandaskan hukum atau ketentuan peraturan perundang-undangan dan bahwa penataan ruang dilaksanakan
9) Akuntabilitas Penyelenggaraan penataan ruang dapat dipertanggungjawabkan, baik prosesnya, pembiayaan maupun hasilnya ( Hasni, 2008 : 133 ).
Perencanaan tata ruang perkotaan seyogyanya dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan yang secara alami harus diselamatkan (kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian lingkungan, dan kawasan- kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana alam seperti gempa, longsor, banjir maupun bencana alam lainnya.
d. Pengertian Kota Definisi kota secara klasik adalah suatu pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu-individu yang heterogen dari segi sosial. Kawasan perkotaan apabila dipandang dari kacamata hukum berdasar Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang Pasal 1 angka
25 adalah "wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi". Persyaratan yang harus dipenuhi bagi kelangsungan hidup di kota adalah:
1) harus ada suasana dan rasa aman dan tentram pada warga kota (aman dari gangguan manusia, kebakaran, kebanjiran, longsor, putusnya sumber hidup, lalu lintas);
2) segala sesuatu harus lancar terutama komunikasi dan lalu lintas (adanya dinamika tinggi);
3) adanya suasana sehat, bebas dari penyakit menular, pencemaran lingkungan, pembinaan kesehatan jasmani/rohani ;
4) dinamika hidup tinggi, sifat masyarakat heterogen (Hasni, 2008 : 54).
daerah tertentu dalam wilayah negara di mana keberadaanya diatur oleh Undang- Undang yang dibatasi oleh batas-batas administratif yang jelas yang keberadaanya diatur oleh Undang-Undang/peraturan tertentu dan ditetapkan berstatus sebagai kota dan berpemerintahan tertentu dengan segala hak dan kewajibannya dalam mengatur wilayah kewenangannya. Lingkungan kota menanggung beban yang kompleks sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan kota. Jumlah penduduk yang meningkat membutuhkan sarana dan prasarana yang semakin banyak. Kemajuan sosial, ekonomi, budaya juga menuntut penggunaan sumber daya lingkungan kota yang semakin besar. Lingkungan kota dieksploitasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Dilain pihak kota harus tetap dapat membentuk lingkungan yang menyenangkan bagi manusia.