KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJASAMA PEMANFAATAN RUANG ANGKASA DENGAN TIONGKOK TAHUN 2015 - 2020

(1)

KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJASAMA PEMANFAATAN RUANG ANGKASA DENGAN TIONGKOK TAHUN 2015 - 2020

(THE INTEREST OF INDONESIA ON SPACE UTILIZATION COOPERATION WITH TIONGKOK 2015 2020)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: SUKMA RAGA

20100510031

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

KEPENTINGAN INDONESIA DALAM KERJASAMA PEMANFAATAN RUANG ANGKASA DENGAN TIONGKOK TAHUN 2015 - 2020

(THE INTEREST OF INDONESIA ON SPACE UTILIZATION COOPERATION WITH TIONGKOK 2015 2020)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: SUKMA RAGA

20100510031

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Sukma Raga

NIM : 20100510031

Judul Skripsi : Kerjasama Indonesia Dalam Pemanfaatan Ruang Angkasa Dengan Tiongkok 2015 - 2020

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan skripsi ini berdasarkan hasil penelitian dari saya sendiri dan sepanjang sepengetahuan saya pembahasan skripsi ini belum pernah dipublikasikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan Strata 1 (S1) baik di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun universitas lainnya. Jika terdapat karya orang lain, saya telah mencantumkan sumber yang jelas. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai peraturan yang berlaku dan ditetapkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa paksaan dari pihak manapun.

Yogyakarta,

Yang membuat peryataan


(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengkaruniakan berkah dan kasih sayang-Nya sehingga atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Kepentingan Indonesia Dalam Kerjasama

Pemanfaatan Ruang Angkasa Dengan Tiongkok Tahun 2015 - 2020” dengan penuh

ketercapaian lainnya.

Penulis menyusun skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar sarjana (S1) pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, FISIPOL Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari peranan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menghaturkan terima kasih kepada:

1. Bapak Takdir Ali Mukti, S.SOS., M.Si. sebagai pembimbing yang selalu

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Winner Agung Pribadi, S.IP., M.A. sebagai Dosen Pembimbing

Akademik, yang telah mengarahkan penulis selama mengampu pendidikan di Ilmu Hubungan Internasional UMY.

3. Ibu Dr. Nur Azizah, M.Si. sebagai Ketua Departemen Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional, yang mendukung serta mendoakan segala yang terbaik untuk penulis.


(5)

4. Kedua orang tua penulis, abah tercinta H. Suwardi HAA dan mama tercinta Hj. Nur Rahmah yang senantiasa selalu memberikan dukungan yang tak henti-henti baik doa, moril maupun materil demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

5. Kepada kakak dan adik penulis, Noorliana dan Bey Arifin Noor yang juga

senantiasa memberikan semangat, dukungan, doa, dan tidak henti menghibur penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Kepada Keluarga Haji Anang Atjil, Hajjah Nooriyah, Kromo Atmadja yang

senantiasa memberikan semangat, dukungan, serta doa kepada penulis.

7. Seluruh staf dan dosen program Ilmu Hubungan Internasional yang telah

membantu, memberi ilmu, mendukung serta mendoakan segala yang terbaik untuk penulis.

8. Kepada sahabat penulis, Raditya yudha Purwaka yang selalu memberikan

dukungan, motivasi, spirit yang sangat luar biasa sehingga bisa membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada Arviana Putri Bintari yang selalu memberikan penulis motivasi,

semangat, canda dan tawa sepanjang hari dari penulisan skripsi ini dimulai sampai penulis ujian pendadaran.

10.Kepada teman-temannya Bintari, Afif, Nunik, Indra, Tiara yang sudah

memanjatkan doa dan memberikan semangatnya selama penulis


(6)

11.Teman-Teman Keluarga Besar Ilmu Hubungan Internasional Angkatan 2010, The A-Team yang selalu menjadi teman kelas semester 1 penulis. Yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu yang selalu membagikan keseruan, canda dan tawa selama semester 1.

12.Teman-teman dari kalimantan Sukma, Yaya, Falah, Dhita, Anti yang telah

memberi masukan, semangat sampai selesai penulisan skripsi ini.

13.Teman-teman Hubungan Internasional 2010 Hendi, Tegar, Alan, Monis,

Azmi, Iksan, Cak Kholis, Eko, Abrar, Aldi, Dhira, Fahmi, Fitrah yang selalu memberikan semangatnya untuk menyelesaikan skripsi ini.

14.Teman Diskusi dan sahabat selama menempuh pendidikan S1 yang memberi

banyak hal untuk dikenang selama di Yogyakarta.

15.Teman-teman Asrama PAKUNINGRATAN 61 Kalimantan Tengah yang

selama satu tahun ini memberikan penulis support dalam semua hal.

16.Tim KKN Mancasan, Rusdi, Abrar, Dharu, Yayi, Eidel, Azmi, Bagus, Vivid

an yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang mendukung serta memberi semangat serta canda tawa selama KKN di Dusun Mancasan, Bantul.

17.Bapak Agus Hidayat dan Staff Tenaga Ahli LAPAN (Lembaga Antariksa

Penerbangan Nasional) yang telah memberikan penulis kesempatan untuk bisa berkunjung dan memberikan penulis data selama kunjungan penulis ke LAPAN.


(7)

18.Teman satu dosen pembimbing dan satu perjuangan bimbingan, Annisa Karimah, Muhammad Fahdio Rachman Farid, Fitri Navisah Fauziah, Rezky Ramadhan Antuli terimakasih atas dukungan serta doa sehingga dalam menyelesaikan skripsi ini penulis bisa menyelesaikannya dengan sabar dan tawakal.

19.Seluruh rekan-rekan kakak dan adik angkatan Ilmu Hubungan Internasional

angkatan 2010-2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan dukungannya.


(8)

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Kerangka Pemikiran ... 5

1. Konsep Kerjasama ... 5

2. Model Aktor Rasional ... 7

D. Hipotesa .. ... 9

E. Jangkauan Penelitian ... 9

F. Metode Penelitian ... 10

G. Sistematika Penulisan ... 10

BAB II PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEANTARIKSAAN INDONESIA DAN CHINA ... 11

A. Keantariksaan Indonesia ... 11

1. Sejarah dan Proses Pengembangan Teknologi Antariksa Indonesia Oleh LAPAN ... 11

2. Satelit LAPAN 1 ... 15

3. Satelit LAPAN 2 ... 16

4. Satelit LAPAN 3 ... 18

B. Keantariksaan Republik Rakyat China ... 20

1. Sejarah Keantariksaan China ... 20


(9)

BAB III HUBUNGAN INDONESIA DENGAN EMPAT

NEGARA KEKUATAN ANTARIKSA DUNIA ... 27

A. Kekuatan Antariksa ... 28

B. Hubungan Indonesia dengan Rusia Dalam Hal Antariksa ... 30

1. Dampak Positif ... 35

2. Dampak Negatif ... 36

3. Dampak Hukum ... 37

C. Hubungan Indonesia dengan Amerika Dalam Hal Antariksa ... 38

D. Hubungan Indonesia dengan Eropa Dalam Hal Antariksa ... 40

1. Peranan De Gaulle ... 40

2. E S A (European Space Agency) ... 44

E. Hubungan Indonesia dengan Jepang Dalam Hal Antariksa ... 50

1. Pi-SAR-L2 ... 52

2. SATREPS ... 55

3. STS ... 56

BAB IV KERJASAMA TEKNOLOGI KEANTARIKSAAN ANTARA INDONESIA DAN CHINA ... 59

A. Kondisi Teknologi Antariksa Indonesia ... 61

B. Teknologi Antariksa Tiongkok ... 62

C. Kerjasama Indonesia Dengan Tiongkok Dibidang Antaiksa ... 63

D. Analisa Teori ... 68

1. Model Aktor Rasional ... 68

1.1Tiongkok Sebagai Negara Besar Dapat Mengembangkan Teknologi Antariksa Dalam Waktu Singkat ... 69

1.2Tiongkok Peningkatan Posisi Tawar Indonesia Dalam Politik internasional ... 71

1.3Perkiraan Kerugian dan Antisipasi ... 73

2. Konsep Kerjasama ... 74

1. Indonesia Akan Lebih Cepat Ikut Andil Dalam Organisasi Internasional ... 76

BAB V KESIMPULAN ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(10)

(11)

ABSTRAK

Indonesia merupakan negara dengan kepulauan terbesar didunia. Indonesia akan sangat membutuhkan suatu satelit yang dimana salah satu fungsinya untuk pengamanan wilayah. Teknologi antariksa merupakan bentuk tanggung jawab sebuah negara untuk membantu keamanan wilayah negara itu sendiri. Teknologi antariksa bisa berupa satelit yang akan memantau suatu objek dari ruang angkasa agar negara bisa mengetahui keadaan suatu objek tersebut. Tujuan penulisan apa kepentingan negara Indonesia bekerjasama dengan China, serta mengetahui faktor-faktor yang mendorong Indonesia melalakukan kerjasama dengan China. Berdasarkan hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menjalin kerjasama dengan China sebagai negara dengan teknologi canggih yang ada didunia adalah agar Indonesia bisa memiliki teknologi antariksa yang bisa menjaga dan mengamankan keamanan negara dan bisa bersaing dengan negara-negara maju lainnya dikancah internasional dalam bidang antariksa.


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hubungan Internasional saat ini tidak hanya membahas tentang isu ekonomi ataupun penyelamatan lingkungan, tetapi diantara itu semua, beberapa negara sedang fokus dalam bidang antariksa, bahkan negara-negara maju telah berhasil mendaratkan putra-putri bangsanya ke antariksa. Teknologi antariksa tidak hanya berfungsi sebagai alat untuk penelitian dan eksplorasi tetapi juga penciptaan teknologi yang terkait dengan penginderaan bumi seperti halnya satelit yang mempunyai berbagai kelebihan dalam hal mengusahakan perdamaian dunia bahkan satelit bisa jadi menjadi alat untuk memecah belah dunia. Satelit dengan segala kecanggihan yang dimiliki sangat dibutuhkan sebuah negara untuk pengembangan pendidikan dan penelitian,

pengawasan dan pengamanan wilayah negara, media, komunikasi dan lain-lain.1

Satelit mempunyai fungsi yang ditujukan untuk membantu manusia agar lebih mudah dalam melakukan berbagai hal seperti dalam penginderaan jarak jauh, telekomunikasi, penyiaran media, perkiraan cuaca dan lain-lain, termasuk didalamnya untuk tujuan perdamaian dunia. Negara-negara maju sudah melakukan penelitian maupun peluncuran satelit sejak lama. Peluncuran pertama satelit dilakukan oleh Uni Soviet pada 1957. Peluncuran tersebut menandakan awal dari pengembangan teknologi

1http://www.pojokpedia.com/beberapa-jenis-satelit-buatan-dan-fungsinya.html (Diakses pada 05 Mei


(13)

antariksa dunia dan peluncuran selanjutnya disusul Amerika pada tahun 1958. Negara berkembang sebagian besar melihat kegiatan peluncuran ini sebagai persaingan kedua belah pihak untuk penguasaan dan perebutan pengaruh ideologinya. Masyarakat Internasional melihat sensitifitas dari sejarah peluncuran yang bertepatan setelah selesainya perang dingin dan didominasi oleh dua kutub pusat kekuatan dunia

tersebut.2

Persaingan kekuatan diantariksa oleh U.S dan Rusia memicu negara lain untuk ikut mengembangkan teknologi antariksa. Uni Eropa bahkan mampu mengembangkan teknologi antariksanya dengan pesat mengikuti kemampuan yang dimilki oleh Amerika dan Rusia. Kemampuan yang dimiliki satelit ataupun teknologi lain yang beredar diantariksa sedikit banyak mempengaruhi hubungan antar negara. Setiap negara yang meluncurkan teknologinya ke antariksa cenderung dipandang oleh negara-negara lain. Sebagian negara-negara akan memandang positif dan sebagian lain akan memandanng negatif.

Dunia saat ini sedang dihadapkan dengan percaturan politik dunia yang sangat dinamis. Kekuatan nasional setiap negara tidak hanya dipandang dari kekuatan militer ataupun ekonominya tetapi menjadi hal penting bahwa kemampuan teknologi antariksa yang dimiliki menjadi kekuatan tersendiri untuk menunjukan eksistensinya dalam politik internasional.


(14)

Manusia sangat membutuhkan teknologi antariksa dalam hal ini satelit untuk membuat segala hal menjadi efektif dan efesien. Fungsi komunikasi yang dimiliki oleh satelit sangat membantu manusia dalam menyambungkan pesan dibenua satu dengan benua lain lebih cepat dan tepat. Komunikasi tidak hanya dalam bentuk suara tetapi kini dengan akses internet melalui satelit manusia dapat saling berkomunikasi dalam bentuk video. Satelit komunikasi saat ini rentan terhadap peretasan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab maka setiap negara seharusnya memiliki satelit komunikasi sendiri untuk menjaga kerahasiaan negara. Indonesia dengan penduduk hinggan dua ratus juta dan memiliki sistem pemerintahan dengan banyak hal yang harus dijaga dari negara lain seharusnya memiliki satelit komunikasi yang dibuat dan diluncurkan sendiri.

Ilmu pengetahuan menjadi sarana yang tepat untuk menciptakan suasana kondusif antar bangsa di dunia ini. Banyak hal yang dapat diraih apabila antarnegara saling bekerja sama untuk penemuan-penemuan yang dapat mempersatukan berbagai bangsa. Kondisi politik dunia saat ini yang penuh kecurigaan dan kekhawatiran membuat tujuan perdamaian yang diusung berbagai pihak menjadi terlihat mustahil. Negara-negara maju saling berkompetisi untuk menciptakan teknologi yang dapat mengobservasi berbagai benda asing tetapi penemuan mereka lebih sering dirahasiakan. Kerjasama yang baik dan saling percaya sangat dibutuhkan untuk saling memajukan diantara negara-negara di dunia ini, hal ini juga bisa menjadi sarana tercapinya perdamaian dunia.


(15)

Indonesia memiliki keadaan politik yang sangat dinamis, serta banyak sekali hal-hal yang harus dirahasiakan dari pihak-pihak di luar Indonesia. Keadaan seperti ini

membutuhkan sistem komunikasi dan keamanan yang tinggi.3 Saat ini Indonesia

menggunakan sandi-sandi dalam komunikasi keamanannya tetapi ini tidak cukup karena masih banyak celah yang bisa deitembus oleh pihak-pihak yang ingin membobol rahasia yang dimiliki Indonesia. Indonesia memiliki keadaan geografi yang membutuhkan pencitraan dari antariksa. Indonesia memiliki banyak wilayah yang belum terjamah oleh manusia dan negara harus memetakan keadaan seperti ini untuk mengamankan wilayah kedaulatannya. Indonesia juga memiliki wilayah maritime yang sangat luas dengan lalu lintas kapal dagang yang cukup padat, pengamanan maksimal dapat dicapai dengan teknologi antariksa yang efektif dan efisien.

Tiongkok sebagai negara besar dan kemampuan antariksa yang maju dengan pesat menawarkan kerjasama penelitian dengan Indonesia. Penawaran yang terbuka lebar ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memulai edisi baru dalam pengembangan teknologi antariksanya melalui LAPAN. Kerjasama yang dijalin diharapkan saling memberi manfaat yang positif dan saling memenuhi kepentingan

masing-masing negara.4

3

http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/87-alexander-aji-wicaksono-b-2 (Diakses pada 05 Mei 2015)

4http://jakartagreater.com/tiongkok-siap-bantu-jokowi-usd-40-miliar-untuk-wujudkan-poros-maritim/


(16)

B. Rumusan Masalah

Apa kepentingan pemerintah Indonesia bekerjasama dengan pemerintah Tiongkok mengenai eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa dalam maksud damai? C. Kerangka Pemikiran

Sesuai dengan pokok permasalahan tentang persetujuan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok menganai kerjasama eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa dengan maksud damai di tahun 2014, maka penulis mengkaji permasalahan tersebut dengan menggunakan pendekatan pada

landasan-landasan Konsep Kerjasama dan Model Aktor Rasional

1. Konsep kerjasama

Sebagian besar transaksi dan interaksi di antara negara-negara dalam sistem internasional dewasa ini adalah bersifat rutin dan hampir bebas konflik. Timbul berbagai masalah nasional, regional, atau global yang memerlukan perhatian dari banyak negara. Dalam kebanyakan kasus, sejumlah pemerintah negara saling mendekati dengan penyelesaian yang diusulkan, merundingkan atau membahas masalah, mengemukakan bukti teknis untuk menyetujui satu penyelesaian atau lainnya, dan mengakhiri perundingan dengan perjanjian atau pengertian tertentu yang memuaskan kedua belah pihak. Proses ini disebut kolaborasi atau kerjasama.

Istilah kerjasama (collaboration), dapat memunculkan satu citra akan suatu


(17)

atau ahli-ahli teknis dalam lapangan yang membantu pihak lain meningkatkan produktivitas. Bila kita menggunakan istilah konflik, mungkin akan diartikan segi kekerasan atau ketidaksepakatan mengenai isu tertentu. Apapun pengertian bersama kita mengenai masalah ini, kita sering menganggap bahwa kerjasama dan konflik adalah berlawanan dan bahwa politik internasional (sering didefinisikan sebagai pencarian kekuasaan dengan pengorbanan pihak lain) pada dasarnya adalah

suatu proses yang penuh konflik.5

Kerjasama dapat terjadi dalam konteks yang berbeda. Kebanyakan transaksi dan interaksi kerjasama terjadi secara langsung diantara dua negara yang

menghadapi masalah atau hal tertentu yang mengandung kepentingan bersama. 6

Tiongkok menawarkan sebuah kerjasama dalam pemanfaatan ruang angkasa dengan tujuan positif terhadap Indonesia. Tiongkok menawarkan pengenalan teknologi-teknologi luar angkasanya terhadap peneliti LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) Indonesia. Tiongkok meyakinkan Indonesia merupakan negara dengan potensi besar untuk menjadi mitra Tiongkok dalam bidang pengembangan teknologi antariksa. Tiongkok saat ini termasuk dalam lima besar negara dengan penguasaan teknologi antariksa terbaik dibawah Amerika Serikat, Russia, Eropa dan Jerman. Hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi

5K. J. Holsti, “Poltik Internasional: Kerangka Untuk Analisa”, Edisi Keempat, Jilid Kedua, alih bahasa

: M. Tahir Azhary, Erlangga, Jakarta 1988, hal.209


(18)

Indonesia yang saat ini membutuhkan “guru” untuk memajukan teknologi

antariksanya.7

Tiongkok menawarkan kerjasama dengan sistem “win-win solution”. Tiongkok memastikan Indonesia akan mendapat ilmu dan manfaat dalam kerjasama tersebut. Kepentingan nasional masing-masing negara hanya diketahui oleh masing-masing pihak dengan penawaran manfaat yang dapat dinegosiasikan semaksimal mungkin oleh pemegang kepentingan terhadap mitranya. Kemitraan yang dilakukan Tiongkok dan Indonesia menjanjikan pemenuhan kepentingan nasonal masing-masing negara dan hal ini menjadi pertimbangan nantinya bagi masing-masing-masing-masing pemerintah negara untuk mengkaji ulang terhadap kelanjutan kerjasama tersebut. Pengkajian ini biasanya dilakukan sebelum masa kerjasama tersebut akan

berakhir.8

2. Model Aktor Rasional

Model aktor rasional adalah salah satu model proses pembuatan keputusan politik luar negeri suatu negara. Dalam model ini politik luar negeri dipandang sebagai akibat dari tindakan-tindakan aktor rasional, terutama suatu pemerintahan

yang monolit, yang dilakukan dengan sengaja untuk mencapai suatu tujuan.9

Pemerintahan yang monolit ditafsirkan oleh penulis sebagai pemerintahan suatu

7

http://us.m.news.viva.co.id/news/read/433560-Tiongkok-siap-wujudkan-impian-indonesia-kirim-astronot (Diakses pada 05 Mei 2015)

8

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/19/078515014/Indonesia-Cina-Kerjasama-Pertahanan-dan-Antariksa (Diakses pada 05 Mei 2015)

9 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional “Disiplin dan Metodologi” (Jakarta: PT Pustaka


(19)

negara yang mempunyai dasar negara kuat, pemerintahan yang solit dan mempunyai kepentingan nasional yang mendapat persetujuan rakyatnya. Pembuatan keputusan politik luar negeri digambarkan sebagai suatu proses intelektual. Analis politik luar negeri harus memusatkan perhatian pada penelaahan kepentingan nasional dan tujuan dari bangsa, alternatif-alternatif haluan kebijaksanaan yang bisa diambil oleh pemerintahnya, dan perhitungan untung rugi atas masing-masing alternatif itu.

Indonesia dengan segala keragaman suku dan budayanya mempunyai sistem politik dengan sistem perwakilan. Setiap daerah mempunyai wakilnya di DPR pusat, sehingga dalam penentuan-penentuan kebijakan luar negeri terfokus untuk kepentingan kemajuan bangsa. Keputusan-keputusan yang diambil tidak serta merta hanya hasil dari diskusi dalam ruang sidang DPR saja tetapi sudah melalui berbagai proses penelitian dan diskusi dengan para ahli. Kebijakan Pemerintah Indonesia atas persetujuan untuk melakukan kerjasama pengembangan teknologi antariksa dengan Tiongkok dan Tiongkok yang membuka lebar sayapnya untuk melakukan kerjasama dalam bidang pengembangan teknologi antariksa terhadap beberapa negara berkembang termasuk Indonesia didalamnya pasti masing-masing pihak mempunyai pemikiran yang rasional yaitu saling mengusahakan kepentingan nasional dengan hasil yang semaksimal mungkin.


(20)

D. Hipotesa

Berdasarkan kerangka teoritis di atas, jawaban sementara untuk pertanyaan rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Pemerintah Indonesia mendapakan manfaat dari kerjasama antariksa dengan

pemerintah Tiongkok, antara lain Indonesia mendapatkan alih teknologi antariksa dari Tiongkok.

2. Indonesia berkepentingan menjalin aliansi strategis diprogram pengembangan

teknologi antariksa dengan Tiongkok. E. Jangkauan Penelitian

Untuk memudahkan penulis didalam memperoleh data bahan analisa maka penulis memerlukan batasan bahasan. Penelitian ini akan fokus terhadap apa saja tujuan Indonesia dalam kerjasama yang dilakukan dengan pemerintah Tiongkok mengenai eksplorasi dan pemanfaatan ruang angkasa dalam maksud damai.

Penulis kemungkinan akan sedikit menyinggung masalah diluar fokus pembahasan masalah tersebut dengan tidak keluar dari topik pembicaraan, jika dianggap perlu dan masih ada hubungan yang relevan dengan penelitian ini.


(21)

F. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deduktif, artinya dengan berdasarkan kerangka teori maupun pendekatan kemudian ditarik suatu hipotesa yang akan dibuktikan melalui data empiris.

Pengumpulan data penelitian ini akan dilaksanakan dengan studi pustaka dan wawancara dengan pihak LAPAN sesuai dengan badan negara yang terjun langsung dalam pelaksanaan kerjasama ini. Penilitian ini didukung dari berbagai sumber seperti literatur, makalah ilmiah, jurnal dan surat kabar. Sedangkan data lain diperoleh dari media elektronik yaitu internet yang relevan dengan analisa diatas.

G. Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab II Perkembangan Teknologi keantariksaan Indonesia dengan

Tiongkok.

Bab III Hubungan Indonesia Dengan Empat Negara Kekuatan

Antariksa Dunia

Bab IV Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Indonesia Menjalin

Kerjasama Keantariksaan Dengan Tiongkok


(22)

BAB II

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI KEANTARIKSAAN INDONESIA DENGAN TIONGKOK

A. KEANTARIKSAAN INDONESIA

1. Sejarah Dan Proses Pengembangan Teknologi Antariksa Indonesia Oleh LAPAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang ada di dunia

dengan jumlah pulau 13.466 pulau. Negara dengan luas hampir 2 juta km2 ini

dilintasi dengan garis katulistiwa yang cukup panjang. Posisi Indonesia yang strategis berada di antara benua Asia dan Australia, diantara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Posisi Indonesia yang sangat strategis tersebut menjadi kekuatan nasional yang dapat dimaksimalkan dengan peningkatan kapasitas

teknologi antariksa Indonesia.1

Proses untuk memajukan teknologi antariksa membutuhkan banyak

faktor untuk mencapainya. Faktor kekuatan nasional yang didukung dengan posisi negara Indonesia yang strategis akan menjadi modal yang sangat baik jika didukung dengan kemauan politik dari pemerintah. Pemerintah saat ini


(23)

dipandang oleh beberapa pihak mulai memperhatikan program pemajuan teknologi antariksa Indonesia yang dilakukan LAPAN.

Kemajuan teknologi antariksa suatu negara sangat berpengaruh

terhadap posisi suatu negara dalam kancah Internasional. Kemajuan yang signifikan dapat menjadi suatu kekuatan nasional dan menjadi daya tarik bagi negara lain untuk melakukan kerjasama serta memandang lebih terhadap negara yang mandiri dalam bidang antariksa. Indonesia sebagai negara berkembang dengan sumber kekuatan nasional yang melimpah sudah sepatutnya menjadi negara yang mandiri akan teknologi antariksa untuk

kepentingan nasionalnya.2

Indonesia mulai membentuk LAPAN (Lembaga Penerbangan dan

Antariksa Nasional) pada tahun 1963 dan hal ini menjadi tonggak awal dari penelitian dan pengembangan teknologi keantariksaan Indonesia. Prestasi awal yang pernah dicapai oleh Indonesia dalam dunia keantariksaan adalah berhasilnya pembuatan roket kartika-1 yang dibuat oleh PRIMA (Pengembangan Roket Ilmiah dan Militer Awal) pada tahun 1964. Roket ini memiliki booster berdiameter 235 mm yang dikerjakan oleh mesin extrusi milik Pindad (Perindustrian Angkatan Darat).

2Hidayat. LAPAN, 2015, wawancara dalam “Kepentingan Indonesia Dalam Kerjasama Antariksa


(24)

Kartika-1 berhasil menangkap dan merekam siaran satelit cuaca Tiros milik Amerika Serikat. Menurut majalah “Electronics” terbitan Amerika, Indonesia merupakan negara kedua yang berhasil merekam siaran Tiros dengan teknologi buatannya sendiri. Pada tahun 1964, Indonesia juga berhasil mengimport roket dari Jepang dengan nama Kappa-8. Roket ini berhasil meluncur pada Agustus 1965 dengan mencapai ketinggian lebih dari 300 km di atas permukaan laut. Kappa-8 menjadi roket pertama yang berhasil diluncurkan dari Indonesia ke antariksa dan berhasil mengorbit.

Lapan terus melakukan penelitian dan percobaan dalam menciptakan teknologi antariksa tetapi dukungan dari pemerintah mulai menurun dengan kondisi politik yang berubah-ubah. Pada tahun 1972 Lapan mulai diperhatikan lebih oleh Presiden Soeharto yang menginstruksikan untuk mulai melakukan penelitian pada bidang penginderaan jarak jauh. Proyek tersebut berhasil menghasilkan satelit “Cupumanik Astagina” yang bertujuan untuk memetakan wilayah Indonesia dan menjadi salah satu cara untuk mempersatukan bangsa. Sayangnya, proyek ini harus berhenti ditengah jalan karena pada era tersebut

pemerintah mulai beralih untuk pengembangan teknologi pesawat terbang.3

Pemerintah Indonesia mulai mengalihkan anggaran dananya yang semula untuk pengembangan teknologi penginderaan jarak jauh dialihkan untuk pengembangan pembuatan teknologi penerbangan. Lapan mulai redup


(25)

dalam prestasi-prestasi penelitian dan penemuan teknologi antariksa karena politik will dari pemerintah Indonesia mulai berkurang untuk pengembangan teknologi luar angkasa.

Hambatan yang dialami Lapan sangat berpengaruh dengan perkembangan teknologi keantariksaan Indonesia. Lapan terus melakukan penelitian dan percobaan tetapi halangan dana dan dukungan pemerintah yang kurang membuat proyek-proyek penelitian dan peluncuran tidak bisa dilakukan. Hal ini menjadi salah satu hal yang menghambat kemajuan teknologi keantariksaan Indonesia secara nasional. Dalam waktu yang bersamaan muncul peneliti-peneliti dari luar Lapan yang melakukan penelitian tentang teknologi antariksa, tetapi para peneliti masih terganjal dengan masalah ijin dan kurangnya support dari pemerintah.

Proyek penelitian dan percobaan antariksa mulai digiatkan lagi pada tahun 1982, dengan program pembuatan dan uji terbang muatan roket sub-orbital dengan misi telemetri dan digital repeater. Program ini berhasil mengorbitkan roket dengan ketinggian 600 km. Program tersebut menjadi cikal bakal program lanjutan pada tahun 2000 dengan tujuan pengembangan satelit mikro untuk surveillance dengan orbit polar ataupun ekuator.

Keadaan politik pada tahun 1997-1998 sangat berpengaruh terhadap perkembangan teknologi antariksa nasional. Pasca reformasi, Lapan mulai menggiatkan pengembangan-pengembangan baru. Proses ini mendapat


(26)

dukungan dari pemerintah dan dengan lebih terbukanya akses untuk mendapat informasi dari luar menjadikan Lapan lebih dinamis untuk penelitian-penelitiannya. Kerjasama dengan luar negeri menjadi salah satu agenda Lapan

untuk mendorong kemajuan teknologi antariksa nasional.4

2. Satelit LAPAN 1

Tahun 2005, LAPAN berinisiasi untuk membeli satelit tele-edukasi menjadi proyek kementerian pendidikan dan Lapan dengan nama satelit Ki Hajar Dewantara yang digadang-gadang mampu menyebarkan informasi pendidikan hampir ke seluruh plosok Nusantara dengan kapasitas 200 kelas interaktif, 40.000 kelas non-interaktif dan 25 titik interaktif tele medicine. Program ini sangat didukung oleh pemerintah pada awalnya, tetapi pada pertengahan proses pembuatan rancangan RAPBN proyek ini dibatalkan.

Tahun 2007 menjadi tahun yang menggembirakan bagi dunia keantariksaan nasional, hal ini dikarenakan Lapan telah berhasil mengorbitkan satelitnya yang bernama Lapan Tubsat atau Lapan A1. Lapan A1 merupakan satelit mikro hasil kerjasama antara Lapan dan Universitas Berlin. Satelit kotak ini dilengkapi dengan kamera dengan resolusi tinggi dan tahan akan panas dan air. Satelit A1 mempunyai fungsi untuk memantau langsung keadaan daratan di Nusantara. Satelit ini bisa memantau langsung seperti kebakaran hutan,


(27)

gunung berapi dan banjir. Selain untuk pengamatan alam, satelit A1 juga

dimanfaatkan untuk komunikasi.5

Pemanfaatan dibidang komunikasi sering dipakai untuk pemantau keadaan alam di wilayah rural. Wilayah ini adalah daerah yang sama sekali tidak mendapat signal dari operator komersial, seperti Indonesia wilayah timur yang belum maksimal mendapat layanan jaringan dari operator komersial. Kekurangan dari satelit ini adalah kurang mampu untuk memantau keadaan banjir yang diiringi dengan awan hitam tebal. Sistem yang ini telah berhasil menjadi jembatan oleh pemerintah pusat dan daerah, khususnya daerah rural. Proses pemantauan dan laporan dari rural ke pusat atau sebaliknya menjadi lebih lancar dan efektif.

3. Satelit LAPAN 2

Pada tahun 2015 ini dibawah pemerintahan Bapak Jokowi, LAPAN sangat didorong untuk terus melakukan pengembangan dan percobaan dalam pemajuan teknologi antariksa Indonesia. Pemerintah dan Lapan terus saling bersinergi untuk menciptakan teknologi antariksa. Hasil cemerlang yang diraih adalah terciptanya satelit mikro Lapan A2 yang digadang dapat menjadi satelit observasi yang dapat memantau wilayah teritorial Indonesia.

Satelit Lapan A2 atau Satelit Orari ini berbekal kamera digital yang super canggih yang ditanam dibagian bawah dan menjadi modal penting satelit ini

5http://www.lapan.go.id/index.php/subblog/read/2013/117/Satelit-Lapan-A1-Lapan-Tubsat (diakses


(28)

untuk melakukan tugasnya mengobservasi wilayah Indonesia. Peluncuran Lapan A2 pada bulan September 2015 menjadi hal yang cukup membahagiakan untuk Bapak Jokowi, karena pada waktu pemerintahannya yang berjalan baru 1 bulan Lapan berhasil didorong untuk menciptakan dan meluncurkan satelit

imagerynya yang pertama.6

Proses peluncuran Orari memerlukan proses yang cukup panjang dan rumit, karena proses pluncuran Orari membutuhkan bantuan dari roket peluncur dari India. Komunikasi politik pemerintah Indonesia dan India menjadi salah satu faktor penting dalam peluncuran satelit Orari. Hasil yang memuaskan didapatkan setelah Indonesia dan India mencapai kesepakatan untuk saling mendukung program pengembangan antariksa kedua negara. Pencapaian kesepakatan ini menjadikan peluncuran satelit Orari semakin lancar.

Satelit Orari diluncurkan menggunakan rocket peluncur (piggy back) India Polar Satellite Launch Vehicle (PSLV) C30 melalui Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, sukses mengorbit di ketinggian 650,16 kilometer. Satelit Lapan A2 sudah pada orbitnya setelah dilepas bersama astrosat berbobot 1,5 ton milik India dan enam satelit nano lain milik Kanada dan Amerika Serikat (AS). Fungsi Orari adalah 80 persen eksperimen dan 20 persen operasional, dan akan melintasi wilayah Indonesia 14 kali setiap hari dengan periode orbit 100 menit.

6


(29)

Lapan bekerja sama dengan Organisasi Amatir Radio Indonesia (Orari) untuk menguji komunikasi melalui satelit tersebut selama 1 bulan ke depan. Satelit Orari memiliki misi untuk penggunaan radio amatir saat bencana dan identifikasi pulau terluar di Indonesia. Alat ini diharapkan dapat membantu menjaga kedaulatan Indonesia dengan memantau lalu lintas kapal, operasi keamanan laut, perikanan, dan eksplorasi sumber daya kelautan Indonesia. Dengan dilengkapi Automatic Identification System (AIS), satelit mikro ini diharapkan mampu mendeteksi hingga ribuan kapal dengan cakupan area pengamatan mencapai ribuan kilometer. Hal ini menjadi kebanggaan bagi pemerintah Indonesia karena Orari 100 persen buatan Indonesia dan peluncuran satelit merupakan hal bergengsi bagi setiap negara, satelit merupakan teknologi yang dapat mempengaruhi posisi politik sebuah negara. Proses peluncuran

dijadikan sebagai proses pameran untuk Internasional. 7

4. Satelit LAPAN 3

Setelah berhasil meluncurkan Lapan A2 sebagai satelit yang 100 persen buatan Indonesia, Lapan terus bersemangat untuk melanjutkan misinya dengan memulai pengujian satelit terbarunya yaitu Lapan A3. Satelit A3 mempunyai misi untuk pengamatan daerah pertanian. Fungsi dan tujuannya satelit ini yaitu untuk mengintegrasikan atau mengolah data iklim dan musim dengan wilayah


(30)

pertanian, sehingga proses bercocok tanam oleh petani dapat menghasilkan produk pertanian yang maksimal.

Program pengembangan satelit ini menggandeng IPB (Institut Pertanian Bogor) sebagai rekan untuk penelitian dari objek satelit A3. IPB menjadi rekan yang bisa memberi masukan data tentang pertanian di Indonesia, termasuk perkebunan yang saat ini sedang marak dibuka di wilayah Sumatra dan Kalimantan. Pembukaan wilayah ini menjadi dilema bagi pemerintah Indonesia dan masyarakat khususnya. Satu sisi perkebunan memberikan dampak baik bagi sebagaian orang yang mempunyai kepentingan dibidang perkebunan, tetapi dengan pengelolaan yang kurang maksimal berdampak buruk untuk

berbagai pihak.8

Pengelolaan yang kurang baik menimbulkan banyak efek buruk, seperti kebakaran hutan, konflik lahan, konflik dengan satwa hutan dan berbagai bencana alam. Pengelolaan yang baik dapat dimulai dengan pemetaan wilayah yang baik, saat ini Indonesia masih membeli peta wilayah negaranya sendiri dari Luar Negeri dengan harga yang tinggi dan hasil yang kurang maksimal. Lapan dan IPB mendorong pemerintah agar mendukung programnya untuk memproduksi Satelit A3 yang digadang dapat menjadi solusi permasalahan pertanian Indonesia saat ini.

8http://lapan.go.id/index.php/subblog/read/2015/2137/Satelit-LAPAN-A3-Disiapkan-Meluncur-2016


(31)

Permasalahan lain adalah pertanian di wilayah-wilayah kurang air. Satelit A3 berkemampuan untuk memprediksi musim dan dapat memperkirakan hujan dan angin yang akan melintasi Indonesia. Petani dapat mengakses data tersebut untuk kebutuhan jadwal bercocok tanamnya, sehingga saat musim kemarau datang petani dapat mempersiapkan ketersediaan air dan memperkirakan tanaman apa yang akan ditanam.

Swasembada pangan yang menjadi program pemerintah dapat dibantu dengan satelit ini. Proses distribusi dari wilayah pertanian ke masyarakat dapat dipantau melalui satelit A3. Manajemen distribusi juga dapat dipetakan dengan baik, agar produk pertanian yang mempunyai masa segar pendek dapat segera terserap masyarakat. Dorongan pemerintah untuk satelit ini akan sangat

berguna untuk kemajuan teknologi pangan selanjutnya.9

B. KEANTARIKSAAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK

1. Sejarah Keantariksaan Tiongkok

Cina merupakan tempat asal-muasal roket yang ada di dunia, karena di sinilah bubuk hitam / mesiu yang merupakan cikal bakal terciptanya roket ditemukan. Riwayat perkembangan peroketan Cina secara nyata baru dimulai

dengan kembalinya Prof. Qian Xuesen pada 1955 yang menimba ilmu di

Amerika.10

9Ibid

10 Kellerman ken, Sapce Very Long Baseline Interferometry, dalam TAIKONG-International Space


(32)

Program pesawat antariksa berawak Cina yang disebut Project 921, secara resmi diluncurkan pada 1992, tetapi penelitian untuk program ini sudah

dimulai pada tahun 1968 oleh Prof. Qian Xuesen (sekarang Ketua Komite

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Menyusul peluncuran satelit buatan Cina pertama, DFH-1, para ilmuwan Cina mulai mempelajari konsep desain prototipe pesawat luar angkasa yang mampu memuat dua astronot ke luar angkasa. Tetapi, program ini ditunda pada tahun 1975 berhubung alasan politik selain mengalami kesulitan dalam hal teknis dan pendanaan. Para pemimpin Cina saat itu menentukan bahwa perkembangan ekonomi nasional

harus menjadi prioritas utama.11

Sementara program perkembangan luar angkasa ditunda, penelitian akan bidang ini tidak pernah berhenti. Selama periode 1970-1980 Cina telah membuat kemajuan yang signifikan dalam kendaraan peluncur pesawat ruang angkasa, satelit, dan teknologi luar angkasa lainnya. Pada saat yang sama, aktivitas penelitian dilakukan di Pusat Penelitian Pesawat Luar Angkasa Cina untuk membantu para ilmuwan Cina dalam memahami reaksi manusia terhadap lingkungan pesawat luar angkasa. Setelah satu dekade pengembangan dalam ekonomi nasional dan teknologi pesawat luar angkasa, program pesawat antariksa berawak sudah menjadi agenda utama para pemimpin Cina di akhir tahun 1980.


(33)

Pada awal tahun 1990 para pemimpin Cina menggalakkan program pesawat antariksa berawaknya untuk menaikkan semangat/kebanggaan nasional, di samping peningkatan kemampuan teknologi itu sendiri. Pada tahun

1992 Project 921 secara resmi disetujui pemerintah Cina. Rusia saat itu

bertindak sebagai partner sebagai hasil dari hubungan baik Cina dengannya sejak 1990. Pesawat luar angkasa berawak yang dikerjakan sudah mencapai tahap perancangan pada 1996, dan pada saat yang sama dua astronot Cina mulai dilatih di Pusat Pelatihan Kosmonot Yuri Gagarin di Rusia. Pada tahun 1998 pengembangan kendaraan peluncur pesawat luar angkasa model baru CZ-2F yang didesain secara khusus untuk pesawat luar angkasa ShenZhou dan

pembangunan Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan sudah diselesaikan.12

2. Uji Coba Pesawat Berawak ShenZhou

Tepat setelah perayaan kemerdekaan negara yang kelima puluh, pada November 1999 Cina berhasil meluncurkan pesawat ujicoba luar angkasa tidak

berawaknya, ShenZhou, menandakan suatu pencapaian baru dalam

perkembangan teknologi ruang angkasa Cina dan signifikansi dalam pencapaian teknologi pesawat ruang angkasa berawak. Pesawat luar angkasa

tidak berawak kedua ShenZhou II berhasil diluncurkan pada Januari 2001, yang

kemudian diikuti oleh peluncuran pesawat-pesawat tidak berawak berikutnya


(34)

ShenZhou III dan ShenZhou IV, berturut-turut pada Maret dan Desember

2002.13

Pada 15 Oktober 2003 pesawat luar angkasa berawak pertama

ShenZhou-5 yang memuat astronot pertama Cina Letkol. Yang Liwei, berhasil diluncurkan

dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan. Setelah berkeliling selama 21 jam 23

menit di orbit bumi ShenZhou V mendarat di wilayah Mongolia Dalam dengan

aman; menjadikan Cina sebagai negara ketiga di dunia yang mampu mengirim manusia ke luar angkasa. Tidak lama berselang setelah itu, Cina meluncurkan

lagi pesawat antariksa berawaknya ShenZhou VI pada 12 Oktober 2005

kemarin. Wahana tersebut telah mengorbit selama lima hari di ruang angkasa dan kembali mendarat dengan selamat ke Bumi pada 17 Oktober 2005, yang

sudah memuat dua orang astronot, yakni Fei Junlong dan Nie Haisheng.

Keberhasilan ini semakin mempertinggi semangat kebanggaan nasional dan

memantapkan ambisi Cina dalam pengembangan program antariksanya.14

Untuk ke depannya, pemerintah Cina berharap bisa membangun stasiun ruang angkasa sendiri dan akan mengirimkan astronotnya ke Bulan. Saat ini Cina tengah mengembangkan pesawat antariksa tanpa awaknya untuk mengorbit di bulan. Tahap ini merupakan tahap pertama dari tiga tahap program

eksplorasi bulan, yang disebut Chang’e. Tahap pertama direncanakan akan

13http://www.space.com/1616-making-history-Tiongkok-human-spaceflight.html (diakses pada 23

April 2016)


(35)

berakhir tahun 2010 dan dilanjutkan dengan tahap kedua, yang mengirimkan kendaraan penjelajah ke bulan, dan misi ketiga yang merupakan misi pengiriman pesawat luar angkasa untuk mengambil contoh-contoh material demi keperluan penelitian di bumi. Tetapi, misi dan pendanaan tahap pertama (serta seluruh proyek) itu hingga kini masih belum disetujui oleh pemerintah. Hu Shixiang, wakil komandan tertinggi untuk program pesawat antariksa berawak Cina, mengkonfirmasi kebenaran tersebut saat dilakukan sesi tanya

jawab pada 18 Oktober 2005 lalu mengenai kesuksesan operasi Shenzhou VI.

Pada kesempatan yang sama terkuak pula ambisi Cina untuk dapat menguasai

teknologi docking dan spacewalk sebelum tahun 2012. 15

Program pesawat antariksa berawak Cina terdiri atas tiga tahap pengembangan, yang antara lain adalah :

1. Tahap Pertama

Termasuk di dalamnya peluncuran sejumlah pesawat tanpa awak antara

kisaran tahun 1999 – 2002, yang diikuti peluncuran dua pesawat antariksa

berawak pada 2005.

2. Tahap Kedua

15http://www.space.com/1667-shenzhou-6-Tiongkok-launches-astronauts-manned-spaceflight.html


(36)

Space docking dan space walking merupakan tujuan dari fase ini yang direncanakan sudah akan tercapai pada 2010. Pembangunan laboratorium angkasa sementara kelas 8 ton juga termasuk dalam rencana di fase ini.

3. Tahap Ketiga

Pada 2020 Cina merencanakan sudah akan mendirikan stasiun ruang angkasa permanen kelas 20 ton.

Berikut beberapa aset dan catatan penting (track record) yang dimiliki Cina

dalam pengembangan program pesawat ruang angkasanya :

1. Cina mempunyai tiga tempat fasilitas peluncuran terpisah, yang antara lain

adalah Jiquan, Taiyuan, dan Xichang.

2. Pada tahun 1960-an RRC mendidik dan melatih para insinyur wahana

antariksanya, setelah sebelumnya dididik oleh Uni Soviet. Baru setelah 1980 RRC mengirim ribuan pelajarnya ke Amerika dan negara Barat lainnya untuk meneliti lebih dalam tentang teknologi antariksa, dan mengadakan program pertukaran pelajar.

3. Mitra kerja Cina dalam program antariksanya antara lain adalah Brazil,

Perancis, dan Swedia. Kerjasama yang dilangsungkan dalam bentuk alih

teknologi, pembagian tracking station (stasiun pencari jejak pesawat luar

angkasa) bersama, dan lain lain. Terhadap Rusia, Cina bermitra dengan

pertimbangan kesamaan kepentingan strategis kedua negara vis-à-vis Amerika.


(37)

semacam ini sendiri baru banyak meningkat semenjak berakhirnya Perang Dingin.

4. Cina menghabiskan 900 juta yuan atau 111 juta US$ untuk misi Shenzhou

VI; Bandingkan dengan alokasi dana pemerintah Cina untuk program

pengurangan polusinya tahun 2004 yang sebesar 190 milyar yuan atau 23,5

milyar US$.16

5. Para elite program antariksa Cina saat ini masih menunggu persetujuan

pemerintah pusat untuk membuat roket seberat 25 ton, yang tiga kali lebih besar dari kapasitas roket terdahulu. Roket ini rencananya akan digunakan untuk pesawat antariksa Cina menuju bulan, yang dikatakan untuk tujuan eksplorasi-observasi dan keperluan misi damai.

6. Dalam bidang peroketan, Cina kini telah menguasai teknik pengambilan

kembali satelit (satellite recovery), peluncuran banyak satelit dengan satu roket

tunggal, propulsi kriogenik, roket pendorong yang ditempelkan (strap-on

booster), satelit geostasioner, pengendalian dan penjejakan satelit (satellite tracking). Di bidang satelit penginderaan jauh dan telekomunikasi, Cina mencapai kemajuan yang berarti dalam eksperimen mikro-gravitasi dan

pengembangan wahana antariksa berawak.17

16Loc.Cit, Hidayat. 2015, dalam wawancara yang sama. 17Ibid


(38)

BAB III

HUBUNGAN INDONESIA DENGAN EMPAT NEGARA KEKUATAN ANTARIKSA DUNIA

Penguasaan teknologi antariksa dari tahun 1960-an dipegang oleh dwi kekuatan besar, yaitu Uni-Soviet dan Amerika Serikat. Hingga berita mengejutkan terjadi pada

6 Februari 1984, Kompas mengabarkan bahwa satelit Wester VI telah hilang dari

pantauan radar, berita mengenai kegagalan tersebut membuat kedudukan ESA

(European Space Agency) semakin menanjak menghadapi persaingan sistem

transportasi antariksa (STS) yang pada waktu itu selalu dipimpin oleh AS.

Pada tanggal 7 Februari 1984, diberitakan pula kegagalan misi Challenger,

yang merupakan misi STS ke-11, dalam mengorbitkan secara tepat satelit komunikasi

RI, Palapa B-2. Nasib kedua payload, milik perusahaan Western Union dan pemerintah

Indonesia itu kini sama menjadi benda tidak berguna diruang angkasa.1

Dua berita tersebut menggambarkan tiga fenomena. Pertama, Eropa kini telah berdiri sebagai kekuatan antariksa di luar AS dan Soviet. Kedua, RI telah berada pada apa yang disebut sebagai tahapan penerapan secara komersial teknologi ruang angkasa. Dan ketiga, sejalan dengan tibanya tahapan komersial tersebut, Eropa telah mampu


(39)

membangun industri keruang angkasaannya untuk memasuki pasar persaingan usaha transportasi antariksa.

Lebih dari dua dasawarsa, sejak diorbitkannya seputnik pertama, orde ruang angkasa ditandai oleh dominasi dua pusat kekuatan antariksa, AS dan Soviet. Tampilnya Eropa yang tampaknya diikuti Jepang dan juga RRC.

A. Kekuatan Antariksa

Bila kekuatan udara digambarkan sebagai kemampuan suatu bangsa untuk menguasai medan udara, maka kekuatan antariksa adalah kemampuan total suatu negara untuk menjelajahi antariksa. Seperti halnya doktrin kekuatan udara, doktrin kekuatan antariksa tidak mengenal batas pemisah antara fungsi militer dan sipil,

keduanya terjalin dalam suatu paduan upaya bangsa yang utuh.2

Banyak elemen dasar bangsa yang terlibat guna mencapai tingkat kemampuan itu. Namun pada akhirnya yang menentukan adalah kemampuan bangsa tersebut menciptakan alat utama jelajah, yang di medan udara adalah pesawat udara dan di medan antariksa adalah pesawat ruang angkasa.

Di dunia penerbangan antariksa, pengertian pesawat ruang angkasa baik

berawak atau tidak, dan objek lain yang ditempatkan di antariksa seperti space


(40)

platform. Kapal ruang angkasa berawak misalnya Skylab dan lunar modul dalam misi Apollo milik Amerika atau Soyus dan Salyut milik Soviet.

Beberapa ahli mengatakan bahwa dua tahap paling menentukan dalam setiap kemampuan penjelajahan antariksa adalah teknik meluncurkan objek ke ruang angkasa dan kemampuan menurunkan kembali objek angkasa ke bumi. Yang pertama menjadi dasar kemampuan menempatkan satelit dan objek angkasa lainnya di antariksa. Yang kedua menjadi dasar penerbangan manusia ke ruang angkasa. Ciri menonjol dari sistem ulang alik adalah bahwa kendaraan antariksa itu bisa dipergunakan ulang. Sistem ini tengah dikembangkan juga oleh Soviet dengan pesawat Raket oplan.

Tahap perkembangan menentukan dalam penerapan teknologi ruang angkasa yang menunjang kebutuhan hidup manusia adalah pemanfaatan satelit, dan dikemudian

hari space platform, sebagai tempat instalasi peralatan komunikasi, pemotretan dan

pengamatan bumi lainnya. Berawal dari penentuan ini berkembanglah penggunaan satelit bagi komunikasi pengamatan dan penginderaan bumi. Manfaat yang langsung berkaitan dengan kehidupan di bumi itulah yang segera membuka zaman usaha secara komersial ruang angkasa.

Namun, yang perlu dicatat di sini adalah faktor dasar yang paling menentukan tetaplah kemampuan meluncurkan teknologi antariksa suatu negara. Tanpa kemampuan ini, setiap usaha memanfaatkan teknologi ruang angkasa suatu negara di bumi akan selalu bergantung pada kemampuan meluncurkan bangsa lain.


(41)

B. Hubungan Indonesia dengan Rusia dalam Hal Antariksa.

Negara Indonesia memiliki potensi yang tidak dimiliki oleh negara lain dalam pegembangan teknologi ruang angkasa. Potensi tersebut berupa garis katulistiwa yang membentang di atas wilayah negara Indonesia kurang lebih sebesar 13 persen, sehingga Indonesia tercatat sebagai negara yang garis katulistiwanya terpanjang di dunia, menjadikan Indonesia sebagai tempat yang ideal untuk peluncuran roket yang mengangkut satelit.

Pada tanggal 20-24 April 2003, Presiden RI SBY dan Presiden Rusia, menandatangani Deklarasi Kerangka Kerja Hubungan Persahabatan dan Kemitraan

antara Republik Indonesia dan Federasi Rusia dalam Abad ke-21 (Declaration on the

Framework of Friendly and Partnership Relations in the 21 st Century) serta sejumlah

kesepakatan lain, diantaranya kerjasama teknologi ruang angkasa.3

Dalam rangka pembentukan kerjasama ruang angkasa untuk maksud-maksud damai, Indonesia dan Rusia mengadakan beberapa kali perundingan yang dimulai pada tahun 2000. Perundingan berhasil mencapai kesepakatan ad-referendum terhadap teks Agreement Between the Government of the Republic of Indonesia and the Government


(42)

of the Russian Federation on Cooperation in Field of Exploration and Use of Outer Space for Peaceful Purposes. Salah satu implementasi Agreement tersebut adalah bahwa proyek peluncuran satelit komersial di Biak akan melibatkan penggunaan barang-barang teknologi tinggi, termasuk roket berkelas besar.

Beberapa alasan mengapa Biak dipilih sebagai tempat peluncuran satelit oleh pemerintah Rusia selain berada di bawah garis katulistiwa adalah bahwa pulau Biak jauh dari pusat pemukiman, ruang udara diatasnya tergolong jauh dari jalur lintasan penerbangan komersial yang ramai. Biak adalah pulau yang seluruhnya karang sehingga landasan pacu bandara Frans Kaisiepo Biak sangat kuat, merupakan salah satu landasan pacu terkuat di Indonesia yang mampu manahan beban hingga 400 ton.

Peluncuran satelit dengan menggunakan air launch system, merupakan sistem

peluncuran satelit melalui udara yang dilakukan dengan pesawat terbang sehingga memerlukan landasan pacu yang kuat, seperti yang dimiliki bandara Kaisiepo Biak.

Berhubungan dengan kegiatan peluncuran satelit, pada sidang ke-43 Sub Komite Hukum, Komite PBB tentang Penggunaan Antariksa untuk Maksud Damai telah berhasil menyepakati beberapa hal yang dapat menjadi dorongan bagi perkembangan hukum ruang angkasa internasional, seperti draft resolusi Sidang Umum PBB sebagai upaya untuk mendorong aplikasi konsep negara peluncur


(43)

(launching states) yang terdapat dalam Registration Convention dan Liability Convention.4

Konvensi ini mengatur mengenai masalah pertanggungjawaban atas kerugian dari kegiatan ruang angkasa. Pihak yang dapat mengajukan ganti rugi adalah: negara bukan peluncur yang wilayahnya maupun warganegaranya menderita kerugian termasuk badan hukum maupun perorangan.

Dalam kerjasama Indonesia-Rusia, Negara Indonesia dikategorikan sebagai negara peluncur, maka dampak hukum dari kerjasama Indonesia Rusia adalah sesuai dengan ketentuan Liability Convention Pasal VII bagian (a), bahwa ketentuan-ketentuan konvensi tidak berlaku terhadap kerugian yang ditimbulkan oleh suatu obyek ruang angkasa dari negara peluncur terhadap warga negara dari negara peluncur. Hal ini dapat menimbulkan masalah, yakni bagaimana perlindungan hukum terhadap warga negara Indonesia sendiri apabila mengalami kerugian akibat dari adanya kegiatan peluncuran satelit Rusia tersebut. Karena sampai saat ini, Indonesia belum memiliki aturan-aturan hukum menyangkut pelaksanaan kegiatan-kegiatan ruang angkasa, khususnya aturan-aturan hukum menyangkut peluncuran satelit. Keadaan ini dapat mengakibatkan kekosongan hukum apabila kegiatan peluncuran satelit dilakukan di wilayah Indonesia.

4


(44)

Untuk mengantisipasi kemungkinan kerugian yang dapat dialami oleh warga negara Indonesia dari kegiatan peluncuran satelit Rusia di Biak, dan juga untuk mengantisipasi masalah-masalah hukum yang mungkin akan ada akibat dari kegiatan peluncuran satelit tersebut, negara Indonesia dalam hal ini pemerintah perlu melakukan upaya hukum dalam rangka melindungi warga negaranya sendiri dari akibat kerugian yang mungkin dialami warga negaranya.Pemerintah harus pula melihat tingkat keuntungan dan kerugian dijadikannya Indonesia sebagai tempat peluncuran setelit negara lain sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan, mengingat masih banyak wilayah Indonesia selain Biak yang strategis untuk dijadikan tempat peluncuran satelit.

Kerjasama Indonesia-Rusia berupa Agreement Between the Government of the

Republic of Indonesia and the Government of the Russian Federation on Cooperation in the Field of Exploration and Use of Outer Space for Peaceful Purposes5, yang terdiri dari 16 pasal dan annex menyangkut kekayaan intelektual dan informasi bisnis terbatas.

Tujuan dari perjanjian kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah Rusia sesuai ketentuan pasal 1 dalam perjanjian ini, yaitu untuk membentuk dasar hukum pengorganisasian kerjasama yang saling menguntungkan dalam bidang tertentu dari kegiatan bersama terkait dangan eksplorasi dan penggunaan ruang angkasa serta


(45)

penggunaan peralatan dan teknologi ruang angkasa untuk maksud-maksud damai, utamanya melalui:

a) Penelitian ilmiah dan kegiatan bersama dalam perancangan, pengembangan, produksi, pengujian dan pengoperasian paralatan ruang angkasa.

b) Saling bertukar teknologi, pengetahuan khusus, peralatan, dan sumber-sumber material yang relevan.

c) Kegiatan komersial dan kegiatan lain yang berhubungan dengan peluncuran pesawat ruang angkasa.

d) Membuat persetujuan-persetujuan turunan menyangkut kegiatan sebagai pelaksanaan terhadap persetujuan.

Indonesia-Rusia menyatakan bahwa, para pihak berdasarkan asas timbal balik, wajib melepaskan setiap tanggung jawab dan klaim-klaim kompensasi terhadap satu sama lain dan karenanya masing-masing pihak tidak akan mengajukan setiap klaim terhadap pihak lainnya, badan berwenang dan organisasi pelaksananya dari pihak lain tersebut untuk kerusakan yang berakibat pada orang-orang di antara personilnya atau barang-barang miliknya sehubungan dengan partisipasi orang-orang tersebut dan penggunaan harta benda tersebut dalam kegiatan bersama berdasarkan persetujuan ini, oleh pihak lain, badan berwenang dan organisasi-organisasi pelaksananya.


(46)

1. Dampak Positif

Kerjasama Indonesia-Rusia dengan menggunakan air launch system

merupakan agenda nasional serta menjadi program bersama rakyat Indonesia, yang diharapkan dapat menjadi sumber penerimaan bagi pemerintah Indonesia sekaligus dapat menghasilkan nilai tambah secara ekonomis melalui

pembangunan dan pengoperasian air launch system di Biak.6

Kerjasama Indonesia-Rusia dengan menggunakan air launch system

merupakan suatu usaha jasa kegiatan bisnis yang dapat dikategorikan sebagai proyek perintisan yang berteknologi tinggi, memiliki faktor resiko yang cukup tinggi dan memerlukan modal yang besar. Dengan adanya kegiatan kerjasama Indonesia-Rusia pada gilirannya akan membawa lepasnya Indonesia dari ketergantungan terhadap negara lain dalam penggunaan jasa peluncuran satelit.

Indonesia mendapatkan patner di bidang teknologi ruang angkasa yang kompeten, yang mana teknologi tersebut diawasi ketat penyebarannya. Indonesia dengan kegiatan ini mendapat akses ke ruang angkasa. Dan secara tidak langsung dapat mempengaruhi peningkatan posisi tawar Indonesia di

antara negara-negara di dunia yang masuk dalam kategori space country.


(47)

Bagi pemerintah daerah Biak akan memperoleh keuntungan yang besar karena nilai investasi yang tinggi dari pembangunan saran dan prasarana peluncuran pesawat ruang angkasa Biak melalui penerimaan anggaran dari sektor pajak berupa pajak tenaga ahli, dan retribusi. Peningkatan pendapatan pajak menunjang peningkatan pendapatan daerah guna palaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan di daerah khususnya Biak.

2. Dampak Negatif

Perlu dikhawatirkan adalah bahwa kegiatan peluncuran pesawat ruang

angkasa Rusia menggunakan air launch system, yang beraktifitas pada saat

peluncuran yaitu pesawat, bisa terdapat kemungkinan bahwa pesawat akan mengalami kebocoran pada tanki bahan bakar saat terbang dan meledak di udara. Bila kepingan pesawat yang berisi muatan roket dan satelit menimpa

warganegara Indonesia baik secara fisik maupun materi.7 Ketentuan Pasal VII

bagian (a) Liability Convention 1972, menjelaskan bahwa ketentuan Liability

Convention 1972 tersebut tidak berlaku terhadap warganegara dari negara peluncur. Dengan demikian tanggungjawab internasional terhadap kerugian

yang terjadi akibat adanya kegiatan ruang angkasa. Liability Convention 1972,

tidak dapat diberlakukan bagi warganegara Indonesia sebagai negara peluncur.8

7Ibid.


(48)

Convention Chicago 1944, sebagai perjanjian internasional yang mengatur mengenai kegiatan pesawat di ruang udara tidak dapat diberlakukan

pula walaupun kegiatan peluncuran satelit Rusia tersebut menggunakan pesawat udara, hal ini berkaitan erat dengan ketentuan di dalam Pasal 3 bagian (a) Convention Chicago 1944, yang menjelaskan bahwa Chicago Convention ini berlaku hanya bagi pesawat udara sipil, dan tidak berlaku bagi pesawat udara negara. Sementara pesawat udara Antonov yang di gunakan dalam peluncuran satelit Rusia adalah pesawat dari negara Rusia, Pesawat Antonov mempunyai registrasi di Federasi Rusia, oleh karena itu flag carrier dari pesawat adalah

Federasi Rusia.9

1. Dampak Hukum

Dampak hukum lain dari kegiatan kerjasama Indonesia-Rusia adalah terjadi kekosongan hukum karena Indonesia sebagai negara peluncur, sesuai

dengan ketentuan Pasal VII bahwa ketentuan Liability covention 1972 tidak

dapat di berlakukan terhadap kerugian yang di timbulkan oleh suatu objek ruang angkasa dari negara peluncur terhadap warga negara dari negara peluncur

tersebut.10 Dengan tidak adanya pengaturan hukum nasional terhadap kegiatan

ruang angkasa di Indonesia, terutama ketiadaan pengaturan hukum mengenai

9https://treaties.un.org/doc/Publication/UNTS/Volume%2015/volume-15-II-102-English.pdf (diakses

pada 17 Mei 2016)


(49)

kegiatan peluncuran di wilayah Indonesia berdampak pada tidak adanya perlindungan hukum terhadap kerugiaan-kerugian yang menimpa warganegara Indonesia.

A. Hubungan Indonesia dengan Amerika dalam Hal Antariksa

Amerika Serikat merupakan negara super power yang hingga saat ini disegani oleh negara-negara lain karena beberapa faktor, yang salah satunya adalah keberhasilannya dalam menciptakan dan mengembangkan teknologi luar angkasa. Amerika Serikat telah berhasil mengajak 16 negara AS, Rusia, Jepang, Kanada, Brasil dan 11 negara dari Uni Eropa untuk bekerja sama dalam pembuatan ISS (International Space Station). ISS merupakan stasiun luar angkasa pertama yang digunakan sebagai tempat transit para astronot dan satelit yang akan mengorbit bumi dan hal ini menjadi salah satu keberhasilan Amerika sebagai negara yang mencetuskan dan

mengkoordinasikan kerjasama ini.11

Sejarah panjang Amerika Serikat dalam pengembangan teknologi keantariksaannya tidak lepas dari kerjasama unik yang dijalinnya dengan Uni-Soviet dalam periode kepemimpinan John Kennedy. Persaingan dibidang antariksa antara Amerika dengan Uni-Soviet yang telah berlangsung dari berakhirnya perang dingin berubah menjadi hubungan kerjasama yang saling menguntungkan pada tahun 1967. Keadaan kedua negara yang tidak menunjukan kemajuan dalam pengembangan


(50)

teknologi antariksa dipandang Kennedy menjadi waktu yang baik untuk berkomunikasi dengan Uni-Soviet.

Presiden Kennedy mengupayakan untuk memulai kerjasama dengan Uni-Soviet dibandingkan harus berkompetisi dalam hal pengembangan ilmu

keantariksaan.12 Pemikiran Kennedy didasari oleh beberapa alasan yaitu;

1. Adanya keyakinan bahwa AS tidak mampu melampaui Uni-Soviet dalam

banyak aspek mengenai keantariksaan.

2. AS sangat prihatin dengan kesulitan dan keterbatasan aspek pendanaan

yang akan dibutuhkan untuk membawa manusia ke Bulan dan mempertahankan kehadiran AS di antariksa.

Proses penjajakan berhasil dilakukan dengan keluarnya Space Treaty 1967 dengan tujuan untuk mendapatkan kesepakatan bahwa antariksa akan digunakan untuk tujuan damai, tetapi terbuka untuk kehadiran militer sejauh tidak melanggar prinsip keamanan dan perdamaian. Berawal dari kerjasama tersebut Amerika percaya bahwa dalam waktu dekat AS dapat mengirim manusia ke Bulan sebagai komitmennya dalam pengembangan dan pemanfaatan antariksa dengan maksud damai.

Salah satu hasil dari kerjasama yang dilakukan oleh AS dan Uni-Soviet adalah terciptanya ISS (International Space Station) yang merupakan gagasan dari pihak AS


(51)

dan mendapat dukungan dari berbagai negara yang salah satunya adalah Uni-Soviet. Pembentukan kerjasama ini mengubah perspektif berbagai negara mengenai persaingan untuk menguasai antariksa. ISS menjadi simbol bahwa ruang angkasa seharusnya dimanfaatkan untuk hajat manusia secara damai.

AS sebagai negara super power yang cukup mengendalikan percaturan politik dunia, bahkan dalam menentukan anggota dalam penggunaan ISS. Tiongkok yang saat ini sudah mampu menciptakan dan meluncurkan satelit dan roketnya sendiri tidak bisa menjadi anggota dalam organisasi tersbut karena kebijakan AS yang menolak tanpa disertai alasan yang jelas.

Hubungan kerja sama Indonesia dengan Amerika Serikat dalam hal pengembangan teknologi Antariksa masih dalam kerjasama secara bisnis, salah satunya adalah pengembangan teknologi pengendalian dan pengaturan cuaca. Indonesia masih menyewa peralatan dari AS untuk proses rekayasa cuaca untuk

kepentingan penanggulangan kekeringan di Indonesia Timur pada tahun 2002.13

B. Hubungan Indonesia Dengan Eropa Dalam Hal Antariksa 1. Peranan De Gaulle

Terdapat kesejajaran peristiwa sejarah, bahwa lahirnya Abad Ruang Angkasa bersamaan dengan tampilnya De Gaulle sebagai presiden Republik


(52)

kelima Perancis. Ia segera dicatat dalam sejarah sebagai pemimpin Prancis yang menghidupkan nasionalisme bangsanya, dan juga pemimpin Eropa yang mendorong penyatuan Eropa. Lepas dari cara hubungannya dengan Inggris yang kontroversial, De Gaulle adalah pemberi inspirasi yang baik bagi masyarakat Eropa.

De Gaulle memandang saat itu ada Era Ruang Angkasa. Prancis dan eropa harus menjadi kekuatan alternativ. Dalam ambisi Gaulle, Eropa harus mampu menjadi kekuatan antariksa ketiga, setelah AS dan Soviet, dalam jangka satu atau dua wasawarsa sejak tibanya Era Ruang Angkasa.

Menghadapi ajakan AS untuk bersama-sama dengan negara lain duduk dalam Intelsat, De Gaulle menanggapinya hanya sebatas solidaritas sebagai “negara barat”. Prancis mengambil bagian saham yang paling kecil, dibandingkan negara industri barat lain dalam pembentukan organisasi komersial di bidang komunikasi lewat satelit itu, yang disponsori AS.

Dalam pertimbangan De Gaulle, Intelsat adalah wadah kerjasama sementara dimana Eropa bisa turut serta, sebelum Prancis mampu melaksanakan hal serupa secara mandiri. Soviet mula-mula ikut dalam


(53)

memutuskan membentuk organisasi sendiri di bidang komunikasi lewat satelit

yang menghimpun negara-negara sosialis, dengan nama Intersputnik.14

Terdapat beberapa dampak positif bagi Eropa dari politik ke ruang angkasaan De Gaulle:

1. Kekhawatiran bahwa akan terjadi semacam proses penyusutan

jumlah ilmuan dan karya ilmiah di Eropa, akibat larinya

kepercayaan keilmuan masyarakat dunia terhadap ilmu industri

ruang angkasa AS dapat dihambat.

2. Prancis ternyata menjadi satu-satunya negara di Eropa yang

memiliki program keruang-angkasaaan paling komprehensif dan

berwawasan terpadu. CNES (Centre National d’Etudes Spatiales)

pusat pengkajian antariksa Prancis kelak menjadi badan yang sangat berpengaruh dan menjasdi motor keberhasilan pengembangan industri keruang-angkasaan Prancis dan Eropa.

3. Sikap ingin membebaskan Prancis dan Eropa dari ketergantungan

terhadap teknologi antariksa AS dan Soviet telah menjadi garis kebijaksanaan yang tertanam di lingkungan masyarakat Eropa. Hal ini telah menjadikan negara Prancis negara keempat, setelah Soviet, AS dan RRC yang secara substansial berhasil membuktikan kemampuan meluncurkan teknologi antariksanya secara mandiri.


(54)

Pada 12 Desember 1970, dengan roket Diamant B, berhasil diorbitkan satelit pengamat bumi Peole dari pusat peluncurannya di Guyana. Sukses ini diikuti dengan program peluncuran selanjutnya dari seri datelit sejenis. Dalam tahun 1972 roket Diamant B ini pula yang telah berhasil mengorbitkan serangkaian satelit percobaan Prancis. Peluncuran-peluncuran tersebut terus berlangsung di tahun 1973 dan ditahun 1975, sebuah satelit dengan berat 106 kg berhasil diorbitkan dengan roket peluncur yang lebih disempurnakan yaitu Diaman B P4.

Dibandingkan dengan Prancis program keruangangkasaan Inggris tidak terarah dan tersusun secara kompherensif dan berwawasan jauh. Banyak dari bagiannya menyandarkan diri pada bantuan kekuatan luncur AS. Inggris tidak mempunyai program nasional yang bertujuan untuk membuat kekuatan antariksa yang mandiri. Setelah pada Oktober 1971, Inggris berhasil mengorbitkan sendiri satelit percobaan Prospero dengan roket Black Arrow dari pusat peluncurannya di Woomera, Australia. Setelah peluncuran tersebut, Inggris tidak melanjutkan program peluncur berikutnya. Keadaan serupa terjadi

di Jerman Barat.15


(55)

2. E S A (European Space Agency)

Untuk tampil sebagai kekuatan antariksa yang sebenarnya sebuah bangsa

dibutuhkan syarat dan kualitas tertentu untuk menjelajah ruang angkasa.16 Dua

syarat penting tersebut adalah:

Pertama, kemampuan untuk memiliki roket peluncur yang kuat dan bukan saja sanggup mengorbitkan objek kecil di lintasan dekat bumi, tetapi objek yang relatif besar pada jarak yang lebih jauh. Syarat ini muncul dengan ditemukannya geo-stationary orbit yang jaraknya kira-kira 36.000 km dari bumi, sebagai lokasi orbit paling ideal dan ekonomis bagi satelit komunikasi.

Kedua, adalah kemampuan mengirim manusia ke ruang angkasa. Syarat ini berkaitan dengan perkembangan di masa depan, dimana penginstalan

laboratorium angkasa dan space platform akan menjadi tuntutan dunia

ekonomi. Eropa tanpa mengembangkan kemampuan ini, tidak akan tampil sebagai kekuatan antariksa sejati, apalagi yang memiliki kemampuan untuk berkompetisi di zaman penerapan kekuatan antariksa untuk dikomersialkan. Upaya penelitian dan pengembangan kearah tersebut dibutuhkan dana yang

16


(56)

besar, Untuk kepentingan dalam lingkup Eropa, hal ini bukan kebijakan yang tepat jika hanya dibeban pada negara atau secara individual. Menjadikan usaha kearah itu merupakan suatu lahan subur bagi kerjasama Eropa apalagi kerjasama dibidang lain telah terselenggara secara baik dalam kerangka masyarakat Eropa.

Pembentukan ESA (European Space Agency) pada 31 mei 1975 tujuan

pokoknya adalah menjadikan Eropa sebagai kekuatan antariksa yang memiliki daya saing di pasaran dunia. ESA adalah pemaduan dan penyempurnaan dua organisasi kerjasama Eropa di bidang antariksa yang telah terbentuk

sebelumnya: ESRO (European Space Research Organization) dan ELDO

(European Launcher Development Organization) apabila dua organisasi sebelumnya dinilai belum terarah dalam programnya dan sering menimbulkan duplikasi terutama antara program nasional masing-masing negara dan program Eropa. ESA menjadi organisasi yang menyempurnakan kekurang yang dimilki

keduanya.17

ESA mengembangkan sikap yang berorientasi pasar. Hal ini didasarkan bahwa dalam dasawarsa ini dan di masa mendatang, penerapan teknologi dan komunikasi serta penginderaan lewat satelit merupakan tuntutan usaha ekonomi keruang angkasaan yang utama. Ini berarti naiknya permintaan jasa


(57)

peluncuran satelit komunikasi dan pengamatan bumi. Mengingat struktur politik dan ekonomi Soviet, jelas tipis kemungkinannya kekuatan antariksa itu tampil dalam arena persaingan usaha komersil itu. Tinggal lagi AS, dan di masa depan kemungkinan Jepang, yang menjadi pesaing nyata.

Hubungan Indonesia dengan pihak Eropa dalam hal kerjasama pengembangan teknologi keantariksaan sudah dimulai dari tahun 1979-an dengan adanya kerjasama S&T yang dilakukan Indonesia dengan Jerman. Isi dalam perjanjian kerjasama tersebut adalah (1) riset dan teknologi kelautan, (2) riset dan teknologi bidang energi, (3) riset dan teknologi kedirgantaraan dan antariksa, (4) ilmu bumi, (5) ilmu pengetahuan sosial dan humanitas, (6) sains dan teknologi tepat guna untuk menyediakan dasar bagi pengembangan sains, serta (7) informasi dan dokumentasi ilmiah. Untuk kerjasama riset dan teknologi kedirgantaraan dan antariksa nomor 3 kurang mendapat perhatian dan hasil yang tidak maksimal.

Hubungan Indonesia dengan Eropa dalam hal pengembangan teknologi antariksa hingga tahun 2015 masih dalam tahap kerjasama yang dilandasi dengan

hubungan kedua negara dalam lingkup reaserch. Negara-negara Eropa khususnya

Inggris dan Jerman sering membuka diri bagi para pelajar Indonesia yang akan menempuh pendidikan khusus untuk keantariksaan. Penelitian yang dilakukan oleh para pelajar Indonesia yang belajar mengenai teknologi antariksa di Eropa masih dalam batas minim.


(58)

Kerja sama dalam bidang sains dan teknologi yang telah dibina Jerman dengan Indonesia merupakan sejarah panjang. Kerja sama ini bermula ketika pemerintah Jerman mendirikan Kementrian federal bidang nuklir yang kemudian berubah nama menjadi Kementrian Federal Bidang Pendidikan dan Sains. Kerja sama ini dapat terwujud karena adanya hubungan bilateral yang terjalin dengan baik antara kedua Negara serta adanya peran yang dimainkan oleh B.J Habibie yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Riset dan Teknologi dan Kepala Badan Pengkajian dan

Penerapan Teknologi.18 Di samping itu, secara personal Habibie juga memiliki

kedekatan personal dengan Jerman karena menempuh pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi di Jerman.

Kerja sama dalam bidang nuklir inilah yang kemudian berkembang dan menjadi dasar lahirnya kerja sama dalam bidang sains dan teknologi di mana ruang lingkup yang tercakup di dalamnya menjadi lebih luas. Untuk selanjutnya, kerja sama pengembangan nuklir dimasukkan ke dalam kerangka kerja sama bidang sains dan teknologi. Perjanjian kerja sama antara Indonesia dan Jerman telah ditandatangani

sejak 20 Maret 1979.19

Kerja sama ini bertujuan untuk melakukan dan mengembangkan riset secara bersama-sama. Kedua belah pihak secara berimbang akan memberikan sumbangan

18http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=135768&lokasi=lokal diakses pada tanggal 02

November 2014

19 Berita Kegiatan Ristek. 2003. Protokol Amandemen Perjanjian Indonesia Jerman.


(59)

baik keterlibatan ilmiah maupun yang berhubungan dengan kebutuhan anggaran. Kerja sama yang terjalin tersebut berhubungan dengan riset dan teknologi kelautan, riset dan teknologi bidang energi, riset dan teknologi bidang kedirgantaraan dan antariksa, ilmu bumi, ilmu pengetahuan sosial dan humanitas, sains dan teknologi yang tepat untuk menyediakan kebutuhan dasar bagi pengembangan industri, informasi dan dokumentasi ilmiah.

Hasil kerjasama antara Indonesia melalui LAPAN dan pihak Jerman adalah dibuatnya satelit LAPAN-TUBSAT atau Lapan A-1 dengan Bobot 70kg. Satelit tersebut tercipta hasil pengembangan dan penelitian bersama antara LAPAN dengan Technishe Universitaet Berlin Jerman. Keberhasilan ini menjadi semangat baru bagi Indonesia untuk terus mengembangkan dan menciptakan kembali satelit-satelit untuk memenuhi kepentingan nasional Indonesia.

Tahun 2016 Indonesia mendapat angin segar dari pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Duta Besar Jerman untuk Indonesia. Dalam pertemuan dengan Duta Besar Jerman untuk Indonesia, George Witschel, Presiden Joko Widodo selain membahas kerjasama ekonomi juga membahas mengenai kerjasama yang pernah digalakkan pada tahun 1979 yaitu kerjasama S&T. Dalam pertemuan tersebut, kedua pihak setuju untuk melakukan penjajakan untuk memulai kerjasama kembali pengembangan teknologi antariksa.


(1)

resmi ditanda tangani oleh 8 negara yaitu Tiongkok, Indonesia, Bangladesh, Iran, Mongolia, Pakistan, Peru dan Thailand. APSCO juga sebagai alat Tiongkok dalam kepentingan memperluas wilayah pengaruhnya (sphere of influences Tiongkok) di lingkup internasional dengan mengandalkan teknologi antariksa.

A. Tiongkok Sebagai Negara Besar yang Dapat Mengembangkan Teknologi Antariksa dalam Waktu Cukup Singkat

Sebagaimana diketahui bahwa saat ini Tiongkok telah muncul sebagai kekuatan baru di regional dan perubahan perilaku Tiongkok ini secara fundamental membawa perubahan dalam hubungan internasional dimana akan memaksa aktor negara bangsa untuk mengubah agenda politik luar negerinya, tidak terkecuali Indonesia yang melihat hubungan dengan Tiongkok tidak lagi dipenuhi oleh persoalan-persoalan ideologi di masa lalu. Pertimbangan ideologi saat ini telah mengalami pergeseran yang signifikan dikalahkan oleh pertimbangan pragmatis yaitu Tiongkok sebagai kekuatan baru di dunia sangat berperan dalam menciptakan sebuah tatanan regional yang dikehendaki oleh para pemimpin Tiongkok.

Proses pengembangan teknologi yang dilakukan oleh Tiongkok selama ini dapat dikatagorikan sebagai pengembang teknologi antariksa yang sangat efisien. Proses ini patut dicontoh oleh Indonesia karena saat ini negara berkembang seperti India, Pakistan, Malaysia dan lain-lain sudah mampu menciptakan beberapa part bahkan hampir seratus persen teknologi antariksanya.

Kebutuhan yang sangat mendesak bagi Indonesia adalah untuk pemenuhan kebutuhan negaranya sendiri karena luas dan besarnya aspek geografi yang dimiliki. Tiongkok yang secara terbuka menawarkan kerjasama dalam hal ini sepatutnya ditanggapi dengan bijaksana. Proses


(2)

kerjasama yang saling menguntungkan dan lepas dari kepentingan lain selain untuk tujuan damai dan pengembangan ilmu keantariksaan.

B. Peningkatan Posisi Tawar Indonesia dalam Politik Internasional

Kerjasama Indonesia dengan Pemerintah Tiongkok tersebut akan berpengaruh pada posisi Indonesia sebagai negara maritime dan kepulauan yang besar tentunya akan mengundang ketertarikan pihak lain atau negara lain. Ketertarikan tersebut dilihat dari sisi peran Indonesia sebagai individu negara atau dengan melihat keterlibatan peran Indonesia dalam organisasi-organisasi kerjasama multilateral. Tentu saja hal ini menarik Tiongkok sebagai kekuatan baru di asia pasifik atau dapat juga disebut dengan regional power, yang sangat berkepentingan untuk melibatkan Indonesia menjadi bagian dari grand strategi Tiongkok di Asia Tenggara. Konsekuensi yang akan dihadapi Indonesia adalah potensi keamanan dan kedaulatan Indonesia dimasuki oleh Tiongkok yang bisa mengakibatkan Tiongkok bisa dengan bebas mengawasi wilayah perairan Indonesia.

Keputusan Indonesia untuk bekerjasama dengan Tiongkok tentunya ada keuntungan yang akan didapatkan oleh Indonesia. Tidak hanya teknologi saja yang didapat tetapi ada keuntungan-keuntungan yang lain yang didapatkan Indonesia. Keuntungan tersebut seperti, Indonesia akan mendapatkan kesejahteraan dan ketahanan bangsa dan negara melalui pemanfaatan atas ruang udara dan ruang antariksa yang didasari oleh konsepsi Wawasan Nusantara dimana wilayah nasional dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan dan ketahanan bangsa dan negara tersebut.


(3)

Kerjasama yang ditawarkan Tiongkok ini sangat jelas bisa menguntungkan Indonesia dan juga Tiongkok. Dimana negara-negara yang memiliki teknologi antariksa yang sangat maju sudah tertutup untuk melalukan kerjasama dengan Indonesia. Sedangkan Tiongkok sangat terbuka karena mereka memiliki kepentingan dan Indonesia sangat beruntung bisa meningkatkan teknologi antariksa agar bisa bersaing dengan negara-negara asia lainnya dan juga untuk menjaga keamanan wilayah dan kedaulatan negara Indonesia sendiri.

Kerjasama dengan Tiongkok sebagai anggota tetap dalam Asia-Pasific Space Cooperation Organization (APSCO) akan membantu Indonesia menjadi anggota tetap dalam Asia-Pasific Space Cooperation Organization (APSCO). Karena saat ini Indonesia belum menjadi anggota tetap dalam APSCO. Dengan berjalannya kerjasama ini, Indonesia akan mendapatkan aliansi strategis dengan bergabung menjadi anggota tetap Asia-Pasific Space Cooperation Organization (APSCO). Karena teknologi antariksa Indonesia akan meningkat pesat dan bisa bersaing dengan negara-negara lainnya.

Namun kerjasama ini juga harus dilandasi oleh prinsip-prinsip space treaty. Dengan peluncuran Sputnik I pada 4 oktober 1957, sejarah memasuki Abad Ruang Angkasa (Space Age). Sejak itu terjadilah kegiatan pada dataran internasional, terutama lewat forum Perserikatan Bangsa-Bangsa, untuk menciptakan hokum internasional yang bisa dijadikan sebagai kerangka normative bagi kegiatan negara-negara di ruang angkasa. Tanpa tatanan norma sedemikian, dikhawatirkan ruang angkasa akan menjadi ajang konflik kepentingan antar bangsa, khususnya antara dua negara adi kuasa yang saling berebut pengaruh politik dan militer, Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Latar belakang kekhawatiran tersebut memberi ciri yang kuat pada perjanjian internasional yang kemudian lahir pada tanggal 27 januari 1967, yang dinamakan Treaty of Principles governing


(4)

the Activities of States in the Exploration and Use of Outer Space, including the Moor and Other Celestial Bodies. Perjanjian internasional yang dikenal dengan nama singkat Perjanjian Ruang Angkasa (Space Treaty) tersebut kemudian diakui sebagai perjanjian induk yang memuat prinsip-prinsip utama guna mengatur kegiatan keantariksaan, dan menjadi rujukan dasar bagi perjanjian-perjanjian internasional di bidang keantariksaan selanjutnya. Oleh karena itu banyak ahli menanamkan perjanjian tersebut sebagai Magna Carta keantariksaan.10

Prinsip-prinsip yang bersifat umum yang diletakkan di dalam Space Treaty adalah:11 1. Prinsip non-diskriminasi, yaitu bahwa antariksa, termasuk bulan dan benda langit

lainnya, harus dimanfaatkan untuk kepentingan semua bangsa, tanpa membeda-bedakan tingkat ekonomi dan teknologi diantara mereka.

2. Prinsip persamaan (equality), yaitu bahwa antariksa, termasuk bulan dan benda langit lainnya, dinyatakan bebas untuk dimanfaatkan oleh setiap negara atas dasar persamaan.

3. Prinsip kerja sama, yaitu bahwa kerjasama antar negara harus melandasi kebebasan untuk melakukan penelitian ilmiah atas antariksa, termasuk bulan dan benda langit lainnya.

Dari prinsip Space Treaty diatas yang sudah memuat perjanjian untuk kegunaan antariksa, Indonesia menjalin kerjasama dengan Tiongkok bertujuan untuk mempelajari dan mengembangkan teknologi antariksa yang Tiongkok miliki untuk keperluan damai dan kepentingan suatu negara untuk keamanan wilayah maupun kedaulatan negaranya sendiri.

10Loc. Cit, Yasidi Hambali, hal.58 11 Ibid, hal.60


(5)

KESIMPULAN

Hubungan kerjasama bilateral antara pemerintah indonesia dengan pemerintah Tiongkok sudah dimulai sejak penandatangan MoU (Nota Kesepakatan) oleh kedua perwakilan ditahun 2013. Presiden SBY dan Presiden Tiongkok Xi Jinping menyaksikan langsung penandatangan nota kesepakatan tersebut. Ditahun 2015 pada masa awal pemerintahan Jokowi, beliau langsung menginstruksikan untuk segera bekerja melakukan peningkatan teknologi antariksa dengan Tiongkok. Pada pertemuan Pertama Komite Bersama kerjasama di bidang antariksa tersebut merupakan bagian dari pelaksanaan perjanjian antara Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok dan Pemerintah Republik Indonesia di bidang kerjasama eksplorasi dan pemanfaatan antariksa untuk maksud damai.

Didalam kerjasama dibidang antariksa tersebut, pemerintah Indonesia memiliki Kepentingan demi meningkatkan kualitas teknologi antariksa yang kini dimiliki Indonesia. Kepentingan indonesia berupa :

1. Indonesia mendapatkan alih teknologi yang sangat banyak yang dimiliki oleh Tiongkok karena indonesia dan Tiongkok akan melakukan kerjasama dalam 11 bidang yang mana teknologi tersebut hanya dimiliki oleh negara-negara maju saja. Bentuk kerjasama ini menjadi upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas teknologi antariksa indonesia sendiri. Cita-cita indonesia sendiri yaitu bisa meluncurkan roket sendiri dan dari badan antariksa indonesia sendiri yaitu LAPAN.

2. Indonesia berkepentingan menjalin aliansi strategis dengan melakukan kerjasama ini. Indonesia akan meningkatkan level teknologi antariksanya untuk bersaing dan bisa sejajar dengan negara-negara lainnya. Hal ini akan


(6)

sangat menguntungkan indonesia agar keamanan wilayah dan rahasia negara Republik indonesia bisa terpantau dan terjaga secara aman.

Tiongkok sebagai negara super power dibidang antariksa bisa menyaingi negara Amerika dan Rusia sangat terbuka untuk melakukan kerjasama teknologi antariksa dengan Indonesia walaupun disatu sisi Tiongkok memiliki kepentingan negaranya sendiri dengan Indonesia. Akan tetapi hal ini sangat menguntungkan bagi Indonesia itu sendiri.

Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh indonesia tersebut telah direspon baik oleh Tiongkok. Indonesia sangat beruntungtung kedepannya akan bisa membuat dan meluncurkan teknologi satelit terutama teknologi dibidang Roket. Pada setiap program yang dilakukan oleh LAPAN untuk mengembangkan teknologi antariksa ini sangat didukung oleh pemerintah dan presiden dan diharapkan akan dengan lancar.

Daftar Pustaka

http://www.pojokpedia.com/beberapa-jenis-satelit-buatan-dan-fungsinya.html (Diakses pada 05 Mei 2015)

http://history.nasa.gov/sputnik/ (Diakses pada 05 Mei 2015)

http://komunikasi.us/index.php/course/perkembangan-teknologi-komunikasi/87-alexander-aji-wicaksono-b-2 (Diakses pada 05 Mei 2015)

Holsti, K. J. 1988. Poltik Internasional: Kerangka Untuk Analisa. Edisi Keempat. Jilid Kedua. Diterjemahkan Oleh : M. Tahir Azhary. Erlangga

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional “Disiplin dan Metodologi”. Jakarta: PT Pustaka LP3ES Indonesia.

http://www.tempo.co/read/news/2013/09/19/078515014/Indonesia-Cina-Kerjasama-Pertahanan-dan-Antariksa (Diakses pada 05 Mei 2015)