Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masyarakat etnis keturunan Arab atau Suku Arab di Indonesia merupakan salah satu etnis yang minoritas yang berada di Indonesia, keberadaan mereka berasal dari pedagang-pedagang Arab yang mendatangi Indonesia yang bertujuan untuk menyiarkan agama Islam dan berdagang. Masyarakat ini juga merupakan warga negara Indonesia, yang hanya saja apabila dilihat dari segi fisik mereka mungkin memiliki perbedaan dengan suku di Indonesia kebanyakan. Suku ini tersebar di seluruh Indonesia, misalnya di Jakarta Pekojan, Surakarta Pasar Kliwon, Surabaya Ampel, Malang Jagalan, Cirebon Kauman, Mojokerto Kauman, Yogyakarta Kauman dan Probolinggo Diponegoro -- serta masih banyak lagi yang tersebar di kota-kota seperti Palembang, Banda Aceh, Sigli, Medan , Banjarmasin, Makasar, Gorontalo, Ambon, Mataram, Kupang, Papua dan bahkan di Timor Timur. Pada jaman penjajahan Belanda, mereka dianggap sebagai bangsa Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan suku India- Indonesia, tapi seperti kaum etnis Tionghoa dan India, tidaklah sedikit yang berjuang membantu kemerdekaan Indonesia 1 Suku Arab merupakan etnis yang juga selayaknya diperhitungkan dalam kancah perpolitikan baik nasional maupun daerah. Dasar ketetarikan penulis dalam studi penelitian ini, yakni penulis ingin mengetahui lebih dalam mengenai . Salah satu keberadaan masyarakat ini adalah di kota Medan. Masyarakat ini berada di beberapa perkampungan yang tersebar di wilayah kota Medan. 1 . Arab Indonesia, http:id.wikipedia.orgwikiArab-Indonesia, diakses tgl 04.03.2007. Universitas Sumatera Utara kehidupan dan bentuk partisipasi politik masyarakat etnis keturunan Arab secara khusus pada pemilihan kepala daerah langsung Walikota Medan tahun 2005 karena mulai bulan Juni 2005, Kepala Daerah dan Wakil Kepala daerah, baik Gubernur Wakil Gubernur, Bupati Wakil Bupati maupun Walikota Wakil Walikota dipilih secara langsung oleh rakyat. Peristiwa ini menandai babakan baru dalam sejarah politik daerah Indonesia; pemilihan secara langsung oleh rakyat 33 gubernur, 349 Bupati, dan 91 Walikota di berbagai provinsi, kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. 2 Keberadaan delapan suku yang mendiami Kota Medan menurut Abdillah justru harus dijadikan faktor perekat., bukan faktor pemicu konflik yang berdimensi Dalam lingkup ini dilihat dari keikutsertaaan Abdillah AK, MBA sebagai calon Walikota Medan yang juga memiliki keturunan Arab. Bisa kita lihat bahwa Abdillah AK, MBA telah dua kali terpilih sebagai Walikota Medan. Abdillah menjalin hubungan yang harmonis dengan para tokoh agama dan masyarakat. Melalui Forum Komunikasi Pemuka Agama FKPA, Ia sering melakukan koordinasi dan konsultasi dalam rangka mengantisipasi berbagai situasi dan keamanan, ketertiban masyarakat di Kota Medan. Khususnya dalam meredam peristiwa-peristiwa yang bernuansa SARA Suku, Agama, Ras dan Aliran kepercayaan Masyarakat Medan yang sangat heterogen bagi Abdillah justru merupakan anugerah Tuhan yang harus disyukuri. Perbedaan suku, agama, budaya dan adat istiadat juga harus menjadi modal sosial untuk membangun Medan yang semakin beradab. Kepelbagaian juga harus dijadikan perekat untuk bekerja sama dan sama- sama bekerjasama membagun Medan menuju kota metropolitan. 2 . Joko J. Prihatmoko, Pemilihan kepala Daerah Langsung, Filosofi, Sistem dan Problema Penerapan Universitas Sumatera Utara etnis, berbeda jika suku yang berdiam di Medan hanya terdiri dari dua suku saja. Secara teoritik, potensi untuk terjadinya konflik horizontal justru lebih tinggi. 3 Dasar ketertarikan penulis yaitu untuk mengkaji apakah benar adanya masyarakat etnik keturunan Arab di Medan memilih Abdillah sebagai walikota masa itu dengan berdasar dari rasa primordialisme yang dalam penelitian ini, penulis memasukkan peran serta perkumpulan masyarakat Arab yakni Annady Al- Islamy yang mewakili etnis keturunan Arab dari Laki-laki dan perempuan dan Al- Ichwani Arabia yang mewakili suara wanita keturunan Arab. Dan apabila benar, tidak sedikit suara dan pendukung Abdillah dari masyarakat etnis keturunan Arab di Medan dalam suksesnya beliau terpilih menjadi walikota masa itu. Hal ini dapat kita lihat dari perolehan tetap suara pemilihan kepala daerah langsung Kota Medan yahun 2005, data ini dapat dilihat dalam tabel di bawah berikut. Di bawah ini terdapat tabel 1 mengenai calon yang terdaftar dalam Pemilihan Walikota Medan tahun 2005 berdasarkan nomor urut dan pasangannya. Dan tabel 2 yaitu hasil perolehan suara pada Pemilihan Walikota Medan tahun 2005. di Indonesia , Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005, hal 1. 3 . Dr. H. Ramli Abdul Wahid, MA, Dr. Iskandar Zulkarnain, M,Si, Drs. Edwin H Supiartoyo, Kiat Bang Dillah Membangun Medan , Medan Madani Centre, Medan, 2005, hal 78-80. Universitas Sumatera Utara Tabel 1 Daftar Nama Pasangan Calon yang Terdaftar di KPUD Kota Medan No Urut Nama Pasangan Calon Partai yang Mengusung 1. 2. Ir. H. Maulana PohanSigit Pramono Asri Drs. Abdillah AK, MBADrs.H.Ramli, MM - Partai Keadilan Sejahtera - Partai Golongan Sejahtera - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP - Partai Demokrat - Partai Damai Sejahtera - Partai Amanat Nasional - Partai Persatuan Pembangunan PPP - Partai Bintang Reformasi - Partai Patriot Pancasila Sumber : KPUD Kota Medan. Tabel 2 Hasil Perolehan Suara Pilkada Kota Medan 27 Juni 2005 No Nama Calon WalikotaWakil Walikota Jumlah Suara Presentase 1 2 Ir. H. Maulana PohanSigit Pramono Asri Drs. Abdillah AK, MBADrs.H.Ramli, MM 292.803 490.682 37,37 62,63 Jumlah 783.485 100 Sumber: KPUD Kota Medan Dari tabel di atas, dapat dilihat perbedaan jumlah pemilih yang sangat tampak pada pemilihan kepala daerah Kota Medan antara Abdillah-Ramli dengan Maulana- Sigit, hal ini membuktikan bahwasanya pada daerah ini para pemilih pada pemilihan kepala daerah silam lebih memilih Abdillah sebagai calon Walikota medan, tetapi Universitas Sumatera Utara apakah etnis keturunan Arab di Medan menjadi bagian pemilih dari jumlah tabel di atas yang ingin dikaji oleh penulis untuk melakukan penelitian. Clifford Geertz menyatakan salah satu sebab kegoncangan primordial berkisar yang seringkali timbul bersama dan berlawanan tujuan, secara deskriptif, salah satunya adalah ras. Ras menurut Clifford, mirip dengan kesukuan dalam arti bahwa ia melihat teori etno-biologis. Tetapi keduanya sesungguhnya amat berbeda. Yang menjadi ciri utama adalah bentuk-bentuk fisik yang feno-tipis terutama warna kulit, bentuk muka, tinggi badan dan bentuk rambut. Maka dari itu, dengan penelitian ini penulis ingin menguak massa yang menurut penulis adalah “massa minoritas” yakni massa yang memilih berdasar cerminan primodialisme dibalik kesuksesan Abdillah terpilih sebagai Walikota Medan. Ikatan primordial tidak hanya berpengaruh dalam satu aspek kehidupan saja. Kenyataan yang sering kita jumpai di mana pun ialah bahwa primordialisme itu justru penting karena ia bergerak dalam keseluruhan aspek kehidupan masyarakat. Masyarakat yang majemuk akan mudah mengaitkan aspek-aspek kehidupan dengan ikatan-ikatan primordial. Dipilihnya sistem pemilihan kepala daerah langsung mendatangkan optimisme dan pesimisme tersendiri. Pemilihan kepala daerah langsung dikenal sebagai perwujudan pengembalian “hak-hak dasar” masyarakat di daerah dengan memberikan kewenangan yang utuh dalam rangka rekuitmen pimpinan daerah sehingga mendinamisir kehidupan demokrasi di tingkat lokal. Keberhasilan pemilihan kepala daerah langsung untuk melahirkan kepemimpinan daerah yang demokratis, sesuai kehendak dan tuntutan rakyat sangat tergantung pada kritisme dan rasionalitas rakyat sendiri. Pada titik itulah, pesimisme terhadap pemilihan kepala daerah langsung menemukan relevansinya. Universitas Sumatera Utara Keputusan politik untuk daerah selalu lahir dalam suasana tarik-menarik antara berbagai kepentingan, seperti elite dan publik, pusat dan daerah, partai dan non partai, dan sebagainya. Implementasi pemilihan kepala daerah langsung juga tidak lepas dari persoalan tersebut. Artinya antara harapan das sein dan kenyataan memiliki jarak das sollen 4 Kepala daerah adalah jabatan politik dan jabatan publik yang bertugas memimpin birokrasi menggerakkan jalannya roda pemerintahan. Fungsi-fungsi pemerintahan terbagi menjadi perlindungan, pelayanan publik dan pembangunan Protective, public services dan development. Kepala daerah menjalankan fungsi pengambilan atas ketiga fungsi pemerintahan itu. 5 Paradigama baru Otonomi Daerah harus diterjemahkan oleh Kepala Daerah sebagai upaya untuk mengatur kewenangan pemerintahan sehingga serasi dan fokus pada tuntutan kebutuhan masyarakat, karena Otonomi Daerah bukanlah tujuan, melainkan suatu instrumen untuk mencapai tujuan James W. Fesler, 1965, AF. Leemans,1970 Dalam konteks pelaksanaan Otonomi Daerah, seorang Kepala Daerah dalam implementasi pola kepemimpinannya seharusnya tidak hanya berorientasi pada tuntutan untuk memperoleh kewenangan sebesar-besarnya, tanpa menghiraukan makna Otonomi Daerah itu sendiri yang lahir dari suatu kebutuhan akan efisiensi dan efektifitas manajemen penyelenggaraan pemerintahan, yang bertujuan untuk memberi pelayanan yang lebih baik dari masyarakat. 6 Kebijaksanaan–kebijaksanaan apapun dalam bidang apapun cenderung menimbulkan kerukunan atau kesenjangan dalam masyarakat, baik secara vertikal . 4 . Ibid, hal 3. 5 . Ibid, hal 203. 6 . JR, J, Kaloh, Kepala Daerah Pola Kegiatan, Kekuasaan dan Prilaku Kepala Daerah, Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah , PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hal 15-16. Universitas Sumatera Utara maupun horizontal. Sebab, primordialisme senantiasa menyalurkan kepuasan dan kekecewaan dalam masyarakat melalui kelompok-kelompok yang ada di dalamnya. Keadaan inilah yang menentukan apakah masyarakat dapat menciptakan solidaritas atau tidak terhadap sesamanya. Dengan kata lain, yang menjadi masalah bagi kita sebenarnya bukan kenyataan adanya faktor-faktor primordial dalam masyarakat kita melainkan persepsi dan sikap masyarakat terhadap faktor-faktor tersebut.

1.2. Perumusan Masalah