PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KESEMPATAN UNTUK MENGGELAPKAN PAJAK, DAN KORUPSI TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN MODERASI PREFERENSI RISIKO (Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)

(1)

(Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)

INFLUENCE TAX PAYER AWARENES, OPPORTUNITIES FOR TAX EVASION, AND CORRUPTION ON TAX COMPLIANCE WITH RISK

PREFERENCES MODERATION (Study on KPP Pratama in the DIY)

Oleh:

ISTU PUTRI SWASTI 20130420121

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

ii

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KESEMPATAN UNTUK MENGGELAPKAN PAJAK, DAN KORUPSI TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN MODERASI PREFERENSI RISIKO (Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)

INFLUENCE TAX PAYER AWARENES, OPPORTUNITIES FOR TAX EVASION, AND CORRUPTION ON TAX COMPLIANCE WITH RISK

PREFERENCES MODERATION (Study on KPP Pratama in the DIY)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

ISTU PUTRI SWASTI 20130420121

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

iii

MODERASI PREFERENSI RISIKO (Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)

INFLUENCE TAX PAYER AWARENES, OPPORTUNITIES FOR TAX EVASION, AND CORRUPTION ON TAX COMPLIANCE WITH RISK

PREFERENCES MODERATION (Study on KPP Pratama in the DIY)

Diajukan oleh

ISTU PUTRI SWASTI 20130420121

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak., CA. Tanggal 02 Desember 2016 NIK: 19650715199303143025


(4)

iv SKRIPSI

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, KESEMPATAN UNTUK MENGGELAPKAN PAJAK, DAN KORUPSI TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN MODERASI PREFERENSI RISIKO (Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)

INFLUENCE TAX PAYER AWARENES, OPPORTUNITIES FOR TAX EVASION, AND CORRUPTION ON TAX COMPLIANCE WITH RISK

PREFERENCES MODERATION (Study on KPP Pratama in the DIY)

Diajukan oleh ISTU PUTRI SWASTI

20130420121

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disahkan di depan

Dewan Penguji Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogayakarta

Tanggal 20 Desember 2016 Yang terdiri dari

Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak., CA. Ketua Tim Penguji

Evi Rahmawati, S.E., Akt., M.Acc. Erni Suryandari, S.E., M.Si. Anggota Tim Penguji Anggota Tim Penguji

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogayakarta

Dr. Nano Prawoto, SE., MSi. NIK 19660604199202143016


(5)

v

PERNYATAAN Dengan ini saya,

Nama : Istu Putri Swasti Nomor Mahasiswa : 20130420121

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH

KESADARAN WAJIB PAJAK, KESEMPATAN UNTUK

MENGGELAPKAN PAJAK, DAN KORUPSI OKNUM PAJAK

TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK DENGAN MODERASI PREFERENSI RISIKO (Studi pada KPP Pratama di wilayah DIY)”. Tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lai, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskan ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 20 Desember 2016

Istu Putri Swasti


(6)

vi

“Sesungghnya ilmu pengetahuan menempatkan orang nya kepada

kedudukan terhormat dan mulia (tinggi) . Ilmu pengetahuan adalah

keindahan bagi

ahlinya di dunia dan di akhirat “

(H.R Ar-

Rabii’).

“ Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Alloh akan

memudahkan baginya jalan ke surga “

(H.R Muslim).

Dan (ingatlah), tatkala Tuhanmu menegaskan, “Sungguh-sungguh jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu”

-QS 14. Ibrahim 7

Terkadang kesulitan harus kamu rasakan terlebih dahulu, sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu

-R.A. Kartini

Jangan tergantung pada orang lain. Ingat!

Kamu adalah penentu kebesaran hidupmu sendiri, bukan mereka,

bukan orang lain


(7)

vii

Dengan segala kerendahan hati, saya persembahkan skripsi ini kepada: Allah SWT Nabi Muhammmad SAW Ridhai dan rahmati segala usaha hambamu ini...

Ayahanda dan Ibundaku Sarnyoto dan Sugiyanti Terima kasih atas segenap ketulusan cinta & kasih sayangnya selama ini Do’a, pendidikan, perjuangan dan pengorbanan untuk Ananda...

Terimakasih banyak atas nasihat dan pelajaran tentang hidup yang takkan pernah diperoleh melalui pendidikan formal.


(8)

viii

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kesempatan untuk Menggelapkan Pajak, dan Korupsi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak yang di moderasi oleh Preferensi risiko pada KPP Pratama di wilayah DIY. Subjek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah DIY khusunya KPP Pratama Sleman, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari dan KPP Pratama Wates. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 150 responden yang dipilih dengan metode purposive sampling. Alat analilis yang digunakan adalah Moderator Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan analisi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, kesempatan menggelapkan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, korupsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, preferensi risiko memoderasi secara signifikan pengaruh kesempatan menggelapkan pajak terhadap kepatuhan pajak dan preferensi risiko memoderasi secara signifikan pengaruh korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Kesadaran Wajib Pajak, Kesempatan Menggelapkan Pajak, Korupsi dan Preferensi risiko

ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of Awareness the taxpayer, the opportunity for Tax Evasion, and Corruption on Tax Compliance Moderated by


(9)

ix

risk preference on KPP Prata in DIY. This research subject is an individual taxpayer in the region, especially KPP Pratama Slema, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari, and KPP Pratama Wates. In this study sample of 150 respondents were selected by purposive sampling method. Analysis tood used in the moderator Regression Analysis (MRA)

Based on the analysis performed, got the result that the awareness taxpayer positive and significant impact on tax compliance, opportunity tax evasion negative and significant effect on tax compliance, corruption negative and significant related to tax compliance, risk preferences moderate significant influence the chance of embezzling tax on tax compliance and a moderate risk preferences significant influence unscrupulous corruption tax on tax compliance.

Keywords : consciousness of taxpayer, Tax evasion opportunities, Corruption, and Risk Preferences.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib


(10)

x

Pajak, Kesempatan untuk Menggelapkan Pajak, dan Korupsi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Moderasi Preferensi Risiko (studi kasus pada KPP di DIY)” dengan baik.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi pemerintah untuk senantiasa meningkatkan kepatuhan pajak dan memberikan ide pengembangan bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimaksaih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Dr. Nano Prawoto, SE., Msi. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

2. Ibu Dr. Ietje Nazaruddin, S.E., M.Si., Ak., CA. Selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan bimbingan, pengarahan, waktu serta saran selama proses penyelesaian skripsi ini sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dosen Penguji skripsi Evi Rahmawati, S.E., Akt., M.Acc. dan Erni Suryandari Fatmaningrum, S.E., M.Si. saya ucapkan terimakasih atas semua arahan, kesabaran dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini.


(11)

xi

4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis.

5. Seluruh staff pegawai akademik yang telah memberikan pelayanan dan pengarahan baik tentang administrasi selama peneliti berkuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 6. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Sleman, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari, dan KPP Pratama Wates yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Seluruh Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Sleman, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari, dan KPP Pratama Wates yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya untuk membantu penulis menjadi responden dalam penelitian ini sehingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.

8. Orang tua yang sangat saya hormati dan sayangi H. Sarnyoto dan Hj. Sugiyanti yang memberikan motivasi kepada peneliti. Terimakasih atas segala pengorbanan, perhatian, kasih sayang, limpahan materi serta doa yang selalu mengiringi tiap langkah peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini. Terimakasih banyak atas nasihat dan pelajaran tentang hidup yang takkan pernah diperoleh melalui pendidikan formal.

9. Kakak tersayang (Ibnu Zulkarnanto & Anita Priwindari) dan (Ikha Rohmadiyantoro & Eri Indriyana) yang telah memberikan dukungan sehingga dapat memotivasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


(12)

xii

10. Keponakanku tercinta Kanza, Sally, Cazka, Hazna, dan Allan yang telah memberikan semangat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman SMA (Putri, Dina, Tiva, Arum, Rizki, Deva) tahnkyou dukungannya selama ini. Semoga kita bisa sahabatan selamanya yaa. Ditunggu undangan pendadaran selanjutnya.

12. Sahabat tersayang Nita Nur Wijayati yang selalu memberi dukungan bagi peneliti untuk segera menyelesaikan skripsi ini. Semoga segera menyusl yaa.

13. Bidadari UMY Citra, Indah, Syarifa, Nisa yang telah memberikan motivasi bagi penulis untuk mengerjakan skripsi ini. Akhirnya kita wisuda bareng.

14. Tim First Asia Capital Jogja Solo, Pak Heri, Mas Adi, Mbak Desi, Mas Erik, Mas Wisnu, Mas Idunk terimakasih dukungan dan motivasinya kepada penulis selama ini.

15. Almamaterku Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini telah banyak memberikan bantuan selama proses perkuliahan.

16. Keluarga baru TIM KKN 14 Kecamatan Dlingo Desa Muntuk 2016, terimakasih kebersamaan selama sebulan ini. Yang penting kebersamaan yaa.

17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan, pengalaman, kerjasama dan doanya


(13)

xiii

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dan studi dengan tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.

Yogyakarta, 20 Desember 2016

Penulis

Istu Putri Swasti

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN JUDUL ... ii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... iii HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii


(14)

xiv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xiiiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR TABEL ... xviii

BAB I ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II ... 8

A. Landasan Teori ... 8

1. Teori Atribusi (Atribusi Theory) ... 8

2. Teori prospek (Prospect Theory) ... 9

3. Kapatuhan Pajak ... 10

4. Kesadaran perpajakan ... 11

5. Kesempatan untuk menggelapkan pajak ... 12

6. Korupsi ... 12

7. Preferensi Risiko ... 13

B. Penurunan Hipotesis ... Error! Bookmark not defined.4 1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pajak ... Error! Bookmark not defined.4 2. Pengaruh kesempatan menggelapkan pajak terhadap Kepatuhan pajak 16 3. Pengaruh Korupsi Oknum Pajak terhadap Kepatuhan Pajak ... 18

4. Pengaruh Preferensi Risiko terhadap hubungan antara Kesadaran Wajib Pajak dengan Kepatuhan Pajak ... 20


(15)

xv

5. Pengaruh Preferensi Risiko terhadap hubungan antara Kesempatan Menggelapkan Pajak dengan Kepatuhan [ajak... Error! Bookmark not defined.

6. Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara korupsi dengan

kepatuhan wajib pajak ... 23

C. Model Penelitian ... Error! Bookmark not defined.5 BAB III ... 26

A. Obyek Penelitian ... 26

B. Subyek Penelitian ... 26

C. Jenis Data ... 26

D. Teknik Pengambilan Sampel... 27

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Dependen ... 28

2. Variabel Independen ... 29

3. Variabel Moderasi ... 30

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 31

1. Uji Validitas ... 31

2. Uji Reliabilitas ... 32

3. Uji Asumsi Klasik ... 32

H. Analisis Data dan Uji Hipotesis ... 34

1. Uji Statistik Deskriptif ... 34

2. Metode Analisis Data ... 34

3. Uji Hipotesis ... 36

4. Kriteria Penerimaan Hipotesis ... 37

BAB IV ... 39

A. Gambaran Umum Obyek/ Subyek Penelitian ... 39

1. Analisis Karakteristik Responden ... 40

2. Analisis Statistik Deskriptif ... 43

B. Uji Kualitas Instrumen dan Data ... 45


(16)

xvi

2. Uji Reliabilitas Data ... 49

3. Uji Asumsi Klasik ... 50

C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 53

1. Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 53

2. Uji Nilai T ... 54

3. Regresi Moderasi (Moderate Regression Analysis) ... 57

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 60

1. Pengaruh Kesadaran wajib pajak terhadap Kepatuhan Pajak ... 60

2. Pengaruh kesempatan menggelapkan pajak terhadap kepatuhan pajak . 62 3. Pengaruh korupsi oknum pajak terhadap Kepatuhan Pajak ... 63

4. Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan pajak ... 64

5. Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak ... 65

6. Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara korupsi dengan kepatuhan pajak ... 67

BAB V ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

C. Keterbatasan Penelitian ... 70 DAFTAR PUSTAKA


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR


(18)

xviii

DAFTAR TABEL

TABEL 4. 1Karakteristik Responden Berdasarkan Pengisian Kuesioner ... 40

TABEL 4. 2Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

TABEL 4. 3Responden Berdasarkan Usia ... 41

TABEL 4. 4Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir . Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 5Responden Berdasarkan Lama Memiliki NPWP ... 42

TABEL 4. 6Uji Statistik Deskriptif ... 43

TABEL 4. 7Hasil Uji Validitas Variabel Kepatuhan Wajib Pajak ... 45

TABEL 4. 8Hasil Uji Validitas Stres Kesadaran Wajib Pajak ... 46

TABEL 4. 9Hasil Uji Validitas Kesempatan Menggelapkan Pajak ... 47

TABEL 4. 10Hasil Uji Validitas Korupsi Oknum Pajak ... 47

TABEL 4. 11Hasil Uji Validitas Variabel Preferensi Risiko ... 48

TABEL 4. 12Hasil Uji Reliabilitas ... 49

TABEL 4. 13Hasil Pengujian Asumsi Normalitas ... 50

TABEL 4. 14Hasil Pengujian Asumsi Heteroskedastisitas ... 51

TABEL 4. 15Hasil Pengujian Asumsi Multikolinieritas ... 52

TABEL 4. 16Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)... 53

TABEL 4. 17Hasil Pengujian Model 1 ... 54

TABEL 4. 18Hasil Pengujian Model 2 ... 55

TABEL 4. 19Hasil Pengujian Model 3 ... 56

TABEL 4. 20Hasil Pengujian Model 4 ... Error! Bookmark not defined. TABEL 4. 21Hasil Pengujian Model 5 ... 58


(19)

(20)

(21)

viii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kesempatan untuk Menggelapkan Pajak, dan Korupsi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak yang di moderasi oleh Preferensi risiko pada KPP Pratama di wilayah DIY. Subjek penelitian ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di wilayah DIY khusunya KPP Pratama Sleman, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari dan KPP Pratama Wates. Dalam penelitian ini sampel berjumlah 150 responden yang dipilih dengan metode purposive sampling. Alat analilis yang digunakan adalah Moderator Regression Analysis (MRA).

Berdasarkan analisi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa kesadaran wajib pajak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, kesempatan menggelapkan pajak berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, korupsi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan pajak, preferensi risiko memoderasi secara signifikan pengaruh kesempatan menggelapkan pajak terhadap kepatuhan pajak dan preferensi risiko memoderasi secara signifikan pengaruh korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan pajak.

Kata kunci : Kesadaran Wajib Pajak, Kesempatan Menggelapkan Pajak, Korupsi dan Preferensi risiko


(22)

ix ABSTRACT

This study aimed to analyze the influence of Awareness the taxpayer, the opportunity for Tax Evasion, and Corruption on Tax Compliance Moderated by risk preference on KPP Prata in DIY. This research subject is an individual taxpayer in the region, especially KPP Pratama Slema, KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Wonosari, and KPP Pratama Wates. In this study sample of 150 respondents were selected by purposive sampling method. Analysis tood used in the moderator Regression Analysis (MRA)

Based on the analysis performed, got the result that the awareness taxpayer positive and significant impact on tax compliance, opportunity tax evasion negative and significant effect on tax compliance, corruption negative and significant related to tax compliance, risk preferences moderate significant influence the chance of embezzling tax on tax compliance and a moderate risk preferences significant influence unscrupulous corruption tax on tax compliance. Keywords : consciousness of taxpayer, Tax evasion opportunities, Corruption, and Risk Preferences.


(23)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Pajak merupakan tumpuan sumber penerimaan negara Indonesia. Hal ini terlihat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang menunjukkan bahwa sektor perpajakan memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara. Karena pajak memberikan kontribusi terbesar bagi penerimaan negara maka hal ini memberikan tugas kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk senantiasa melakukan usaha guna meningkatkan jumlah penerimaan pajak (Pangestu & Rusmana, 2012).

Penerimaan sektor pajak memainkan peran penting dalam pembiayaan belanja negara, karena pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar. Mayoritas pembiayaan belanja Indonesia di biayai dari penerimaan pajak. Berdasarkan data hingga tahun 2015, Wajib Pajak (WP) yang terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mencapai 30.044.103 WP, yang terdiri atas 2.47 2.632 WP Badan, 5.239.385 WP Orang Pribadi (OP) Non Karyawan, dan 22.332.086 WP OP Karyawan. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga tahun 2013, jumlah penduduk Indonesia yang bekerja mencapai 93,72 juta orang. Artinya baru sekitar 29,4% dari total jumlah Orang Pribadi Pekerja dan berpenghasilan di Indonesia yang mendaftarkan diri atau terdaftar sebagai WP (www.pajak.go.id). Kondisi sedikitnya penduduk Indonesia yang belum terdaftar dalam sistem administrasi Direktorat jenderal Pajak


(24)

2

merupakan indikasi rendahnya kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak.

Kepatuhan membayar pajak merupakan salah satu tanggung jawab bagi pemerintah dan rakyat kepada Allah, dimana rakyat dan pemerintah memiliki hak dan tanggung jawab. Tanggung jawab dari pemerintah adalah melakukan pengaturan penerimaan dan pengeluaran sehingga berhak melakukan pemungutan atas rakyat berdasarkan undang-undang yang berlaku. Sedangkan tanggung jawab rakyat adalah membayar pajak, lalu berhak untuk mengawasi penggunaan iuran yang telah dibayarkan kepada negara.

Faktor yang mempengaruhi rakyat dalam kepatuhan membayar pajak bisa disebabkan oleh kesadaran Wajib Pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak dan faktor dari luar yaitu Korupsi oknum pajak. Ketiga faktor ini telah diteliti oleh beberapa peneliti sebelumnya

Kesadaran merupakan unsur dalam manusia memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kesadaran terhadap kepatuhan pajak pernah diteliti oleh (Utami dkk., 2012) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak. Namun berbeda dengan penelitian (Kamil, 2015) yang menjelaskan bahwa kesadaran tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Di Indonesia sistem perpajakan yang digunakan adalah self assesment system yaitu Wajib Pajak menetapkan besar pajak terutang serta Wajib Pajak aktif dalam menghitung, menyetor dan melaporkan pajaknya sendiri. Dalam


(25)

self assesment system ini pemerintah tidak boleh ikut campur, dan fiskus disini juga hanya bertugas untuk mengawasi jalannya pembayaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak. Maka dari itu self assesment system mewajibkan Wajib Pajak untuk lebih mendalami peraturan perundang undangan perpajakan yang berlaku agar Wajib Pajak dapat melaksanakan kewajiban perpajakan dengan baik dan jujur.

Self assesment system memberikan peluang bagi rakyat untuk melakukan penghindaran bahkan penggelapan pajak yang akan memberikan dampak negatif bagi pemerintah dan juga rakyat. Namun sebenarnya self assesment system mengharapkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak, kejujuran Wajib Pajak, kemauan atau hasrat untuk membayar pajak, kedisiplinan Wajib Pajak dalam melaksanakan peraturan perpajakan (Muslimawati, 2015).

Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa di Indonesia menggunakan self assesment system. Hal ini memberikan kesempatan bagi Wajib Pajak dapat menggelapkan pajak. Hasil penelitiannya adalah hubungan antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan adalah negatif, yaitu dengan adanya kesempatan untuk menggelapkan pajak, wajib pajak menjadi tidak taat membayar pajak. Penelitian ini pernah dilakukan oleh (Nzioki & Peter, 2014) dan hasilnya adalah kesempatan untuk menggelapkan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pajak.


(26)

4

Persepsi korupsi oknum pajak diawali dari kasus Gayus Tambunan yang meledak pada tahun 2010 telah membuat jelek wajah dunia perpajakan Indonesia. Kasus ini menarik perhatian semua kalangan di Indonesia. Penelitin terdahulu mengenai korupsi oknum pajak ini pernah diteliti oleh Suciaty dkk., (2014) yang menjelaskan bahwa setelah adanya kasus korupsi, wajib pajak cenderung enggan membayar pajak. Namun berbeda dengan Susanto, (2013) yang menyatakan variabel pengetahuan korupsi tidak mempengaruhi kepatuhan pajak.

Dengan adanya hasil penelitian yang masih belum konsisten, peneliti termotivasi untuk menguji kembali hubungan antara kesadaran wajib pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, dan korupsi terhadap kepatuhan wajib pajak. Pada penelitian ini ditambahkan variabel moderasi yaitu preferensi risiko. Preferensi risiko adalah salah satu karakteristik seseorang dimana akan mempengaruhi perilakunya. Preferensi risiko digunakan sebagai variabel moderating dimaksud memperkuat atau memperlemah antara kesadaran wajib pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, dan korupsi terhadap kepatuhan wajib pajak. Menurut (Aryobimo & Cahyonowati, 2012) di Indonesia belum banyak penelitian yang meneliti mengenai kepatuhan pajak menggunakan pemoderasi preferensi risiko oleh karena itu peneliti termotivasi untuk meneliti menggunakan variabel ini.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan berbagai macam hasil dari penelitian-penelitian terdahulu maka peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kesempatan untuk


(27)

Menggelapkan Pajak, dan Korupsi terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Moderasi Preferensi Risiko”.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari 3 penelitian sebelumnya, yaitu penelitian (Nzioki & Peter, 2014) dengan judul “Analysis of Factor Affecting Tax Compliance in Real Estate Sector: A Case of Real Estate Owners in Nuruku Town, Kenya” dengan mengambil variabel kesempatan untuk menggelapkan pajak. Dan mengambil 2 varibel independen dari penelitian (Muslimawati, 2015) yaitu kesadaran wajib pajak dan korupsi. Serta menambahkan variabel preferensi risiko dari penelitian (Yulianty, 2015)

Alasan melakukan penelitian ini adalah ingin menguji penelitian (Nzioki & Peter, 2014) yaitu variabel independen mengenai kesempatan untuk menggelapkan pajak yang dilakukan di Kenya untuk diterapkan di Indonesia. Selain itu menguji lagi 2 variabel independen yaitu kesadaran wajib pajak dan korupsi dari penelitian (Muslimawati, 2015) yang hasilnya belum konsisten. Selain itu berbeda dengan penelitian terdahulu penelitian ini menambahkan variabel moderasi yaitu preferensi risiko. Preferensi risiko ini ditambahkan sebagai variabel moderasi untuk menguji apakah mampu memperlamah atau memperkuat hubungan antara kesadaran wajib pajak, kesempatan menggelapkan pajak dan korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan pajak.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(28)

6

b. Apakah kesempatan untuk menggelapkan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan WP?

c. Apakah korupsi oknum pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan WP?

d. Apakah preferensi risiko memperkuat hubungan positif antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak?

e. Apakah preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak? f. Apakah preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara korupsi

oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Menguji pengaruh positif kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

b. Menguji pengaruh negatif kesempatan untuk menggelapkan pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

c. Menguji pengaruh negatif korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak.

d. Menguji preferensi risiko memperkuat hubungan positif antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak

e. Menguji preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak


(29)

f. Menguji preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi beberapa pihak, diantaranya sebagai berikut:

a. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan fiskus guna meningkatkan kepatuhan pajak (baik faktor internal maupun faktor eksternal) sehingga dapat menurunkan tingkat penghindaran pajak dengan mengendalikan faktor-faktor kepatuhan pajak.

b. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan referensi dalam pengambilan kebijakan oleh pihak pemerintah untuk dapat meningkatkan kepatuhan pajak.

c. Diharapkan penelitian ini bisa menambah kontribusi ilmu pengetahuan mengenai kepatuhan wajib pajak. Serta menjadi sumber inspirasi pembaca untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kepatuhan pajak.


(30)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Atribusi (Atribusi Theory)

Teori atribusi adalah teori kepatuhan WP terkait sikap WP dalam membuat penilaian terhadap pajak. Teori ini menyatakan bahwa bila individu mengamati tingkah laku atau perilaku orang lain, maka individu akan menentukan tingkah laku orang lain itu. Mereka akan mencoba menentukan apa hal itu timbul secara internal ataukah secara eksternal (Robbins, 1996).

Penentuan internal atau eksternal menurut Robbins (1996) tergantung pada tiga faktor yaitu :

a. Kekhususan (kesendirian atau distinctiveness) yaitu seorang akan mempersepsikan perilaku individu lain secara berbeda dalam situasi yang berlainan

b. Konsensus artinya jika semua orang mempunyai kesamaan pandangan dalam meresposn perilaku seseorang dalam situasi yang sama

c. Konsistensi adalah apabila seseorang menilai perilaku orang lain dengan respon yang sama dari waktu ke waktu. Apabila perilaku semakin konsisten, orang akan cenderung menghubungkan hal itu dengan sebab internal.


(31)

Tingkah laku yang disebabkan faktor internal yaitu tingkah laku yang diyakini berada dibawah kendali pribadi individu sendiri dalam keadaan sadar, sedangkan perilaku yang disebabkan faktor eksternal yaitu perilaku yang dipengaruhi dari luar atau dipengaruhi oleh individu lain, artinya individu akan terpaksa berperilaku karena situasi.

2. Teori prospek (Prospect Theory)

Teori prospek merupakan teori yang dikembangkan oleh Daniel Kahneman dan Amos Tversky. Teori ini berawal dari penelitian yang dilakukan oleh (Kahneman & Tversky, 1979) mengenai perilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil suatu keputusan. Subjek penelitian yang sama dengan beberapa pilihan yang sama namun diformulasikan dengan cara yang berbeda maka hasil keputusan seseorang akan berbeda. (Kahneman & Tversky, 1979) menamakan perilaku orang tersebut sebagai risk aversion behavior dan risk seeking behavior. Misalnya : dalam pasar modal apabila harga saham naik maka orang cenderung akan menjual sahamnya agar mendapatkan keuntungan (selling fast), sedangkan apabila harga saham turun maka orang akan cenderung menahan saham tersebut dengan harapan saham tersebut dapat naik kembali dan tidak mengalami kerugian (not selling). Perilaku tersebut juga dapat dikategorikan sebagai risk aversion dan risk seeking.

Dalam teori prospek, (Kahneman & Tversky, 1979) mengungkapkan bahwa seseorang akan mencari informasi terlebih


(32)

10

dahulu kemudian akan dibuat beberapa “decision frame” atau konsep keputusan. Setelah konsep keputusan dibuat maka seseorang akan mengambil keputusan dengan memilih salah satu konsep yang menghasilkan expected utility yang terbesar. Konsep keputusan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain :

a. Formulasi masalah yang dihadapi b. Norma atau kebiasaan

c. Karakteristik para pengambil keputusan

3. Kapatuhan Pajak

Wajib Pajak diharapkan dapat melaporkan penghasilan yang diperoleh sesuai dengan peraturan perpajakan, serta WP juga diharapkan melaporkan surat pemberitahuan (SPT) tepat waktu sesuai ketetapan yang berlaku. Dalam penelitian (Jatmiko, 2006) yang dimaksud dengan kepatuhan adalah motivasi seseorang, kelompok atau organisasi untuk berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Perilaku patuh seseorang merupakan interaksi antara individu, kelompok dan organisasi.

Kriteria kepatuh wajib pajak berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 74/PMK.03/2012 adalah sebagai berikut:

a. Menyampaikan SPT tepat waktu

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.


(33)

c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

d. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir. DJP menetapkan wajib pajak yang memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh setiap bulan januari. Bagi wajib pajak berwenang secara jabatan untuk menetapkan status wajib pajak patuh tanpa permohonan wajib pajak sepanjang wajib pajak orang pribadi tersebut memenuhi persyaratan nomor satu sampai dengan nomor empat di atas. Wajib pajak patuh berlaku untuk jangka waktu dua tahun.

4. Kesadaran perpajakan

Setiap wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda. Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Apabila dihubungkan dengan perpajakan dapat diartikan kesiagaan WP atas kejadian internal dan eksternal hingga melakukan tindakan atas responnya berkenaan pembayaran pajak

Wajib pajak akan mematuhi aturan perpajakan bilamana Wajib Pajak tersebut sadar akan peran pemerintah dalam memungut iuran


(34)

12

negara. Selain peran pemerintah, kesadaran Wajib Pajak untuk mengetahui manfaat dari pembayaran pajak merupakan potensi dalam mendapatkan penerimaan negara yang lebih tinggi lagi untuk pembangunan negara. Pembangunan negara yang tinggi membutuhkan pendapatan negara yang cukup besar pula. Pembangunan negara yang bersifat infrastruktur dan berbagai anggaran yang dibuat pemerintah untuk masyarakat dapat meyadarkan masyarakat untuk membayar pajak

5. Kesempatan untuk menggelapkan pajak

Kesempatan untuk menggelapkan pajak terjadi karena sistem pepajakan Indonesia menggunakan Self Assesment system. Sitem ini memungkinkn wajib pajak menghitung besar pajaknya sendiri. Sehingga ada kesempatan untuk wajib pajak menggelapkan pajak. Hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan adalah negatif, yaitu dengan adanya kesempatan untuk menggelapkan pajak, akan menurunkan kepatuhan. Penelitian ini pernah dilakukan oleh (Nzioki & Peter, 2014) di Kenya dan hasilnya adalah kesempatan untuk menggelapkan pajak menurunkan kepatuhan pajak.

6. Korupsi

Korupsi adalah kejadian yang tengah menjadi topik mengenai pelaku atas perusakan dalam suatu aturan dan kelembagaan melalui media sehingga mengorbankan kepentingan yang lebih luas


(35)

dibandingkan menganalisis kejadian sosial, latar belakang politik, dan ekonomi.

Perpajakan Indonesia telah diperbaiki sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian setiap warga negara Indonesia untuk rajin dan taat menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak yaitu membayar pajak. Semakin melekatnya motto “Lunasi Pajaknya, Awasi Penggunaanya” sebagai tanda terhadap penggunaan pajak. Ditengah perbaikan pajak, perpajakan Indonesia tercoreng dengan adanya kasus korupsi yang begitu menghebohkan yaitu kasus Gayus Tambunan pada tahun 2010. Kasus Gayus ini membuat hilangnya kepercayaan publik bagi perpajakan di Indonesia. Penelitian terdahulu mengenai korupsi oknum pajak ini pernah diteliti oleh Suciaty dkk., (2014) yang menjelaskan bahwa setelah adanya kasus korupsi, wajib pajak cenderung enggan membayar pajak.

7. Preferensi Risiko

Preferensi risiko seseorang merupakan salah satu komponen dari beberapa teori yang berhubungan dengan pengambil keputusan. Pada penelitian ini preferensi risiko akan digunakan sebagai variabel moderating yaitu variabel yang memperkuat atau memperlemah antara kesadaran Wajib Pajak, kesempatan menggelapkan pajak dan korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Kesadaran Wajib Pajak, kesempatan menggelapkan pajak, dan korupsi oknum pajak dipengaruhi preferensi risiko (sikap mengambil keputusan dalam menghadapi


(36)

14

risiko). Kesadaran Wajib Pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak dapat dikatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak sehingga preferensi risiko akan memperkuat hubungan tersebut. Sebaliknya apabila kesempatan menggelapkan pajak dan korupsi oknum pajak terhadap kepatuhan Wajib Pajak dapat dikatakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak sehingga preferensi risiko akan memperlemah hubungan tersebut.

B. Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Kesadaran merupakan unsur dalam manusia dalam memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas. Sehingga kesadaran perpajakan berarti memahami realitas dan bagaimana cara bertindak atau menyikapi terhadap realitas perihal perpajakan. Setiap wajib pajak orang pribadi dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya memiliki tingkat kesadaran yang berbeda-beda.

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh kesadaran terhadap kepatuhan pajak pernah diteliti oleh (Utami, Andi, & Soerono, 2012) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh tingkat kesadaran terhadap kepatuhan pajak, hal ini karena wajib pajak sadar dengan membayar pajak akan menjadi salah satu sumber yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan Negara. Hasil penelitian tersebut didukung oleh (Muslimawati, 2015) bahwa kesadaran perpajakan mempunyai


(37)

hubungan positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian (Jotopurnomo & Mangoting, 2013) juga menjelaskan bahwa kesadaran Wajib Pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Namun hasil tersebut berbeda dari penelian (Setyonugroho, 2012) dan (Rahman, 2013) dimana hasil penelitian menunjukkan tidak adanya pengaruh kesadaran terhadap kepatuhan WP dalam membayar pajak. Rendahnya kesadaran WP dikarenakan aspek lain yang mempengaruhi WP yaitu sanksi dan kurangnya kepatuhan WP itu sendiri.

Menurut penelitian, kesadaran yang tinggi secara otomatis akan membuat seseorang lebih berpikir dalam bertindak. Seperti penjelasan teori Atribusi yaitu apabila individu mengamati tingkah laku atau perilaku orang lain, maka individu akan menentukan tingkah laku orang lain itu. Maksudnya seseorang akan mengamati tentang keadaan dilapangan. Ketika seseorang menemukan bahwa hasil pembayaran pajak akan menjadi salah satu sumber yang digunakan untuk pembiayaan pembangunan negara, maka seseorang akan sadar akan hal itu. Sehingga seseorang yang mempunyai kesadaran perpajakan tinggi akan mendorong WP untuk patuh membayar pajak. Hal tersebut mendasari dirumuskan nya hipotesis sebagai berikut :

H1: Kesadaran memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib


(38)

16

2. Pengaruh kesempatan menggelapkan pajak terhadap Kepatuhan pajak

Sistem perpajakan Indonesia menggunakan Self Assesment system. Self Assesment system memungkinkan bagi wajib pajak untuk menghitung besar pajaknya sendiri. Sehingga pengawasan dari pegawai pajak dalam hal perhitungan pajak akan berkurang. Karena wajib pajak dapat menghitung besar pajaknya sendiri maka akan timbul kesempatan untuk menggelapkan pajak. Hal ini menyebabkan adanya kesempatan untuk wajib pajak menggelapkan pajak.

Hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak pernah dilakukan oleh (Nzioki & Peter, 2014) di Kenya. Temuan pada kesempatan yang dirasakan karena penggelapan pajak menyatakan responden setuju bahwa karena dokumen pendukung tidak perlu dikirim ke KRA, mereka dapat memanipulasi angka dalam SPT. Penelitian lain dilakukan (Robben, Webley, Elffers, & Hessing, 1990b) yang melakukan kesempatan eksperimen menyatakan kecurangan ini meningkatkan ketidakpatuhan, terlepas dari apakah peserta benar-benar dimaksudkan untuk menjadi rela atau tidak. (Antonides & Robben, 1995) menyatakan bahwa banyak wajib pajak menganggap, peluang untuk menghindari pajak dalam jumlah kecil sementara ini hanya minoritas untuk melihat peluang penghindaran pajak dalam jumlah besar.


(39)

Hasil penelitian yang berbeda, dalam studi di mana wajib pajak diberitahu bahwa file pajak mereka akan diperiksa secara seksama (Slemrod, Blumenthal, & Christian, 2001). Maka pemilik usaha kecil yang memiliki kesempatan untuk menghindari pembayaran pajak bereaksi terhadap pesan ini dengan meningkatkan pembayaran pajak mereka untuk menghindari kesalahan. Ini menegaskan bahwa wajib pajak yang mempunyai peluang tinggi untuk menghindari pajak mungkin merasa kurang yakin tentang bagaimana membayar pajak mereka dengan benar. Akibatnya, ancaman dapat menimbulkan sebagian disengaja over-pelaporan; hanya untuk berada di sisi yang aman. Penelitian (Ahmed & Braithwaite, 2005) mencatat bahwa kesempatan bagi penghindaran pajak adalah konstituen utama dari kepatuhan pajak Real Estate investor.

Di Indonesia belum pernah ada penelitian menggunakan variabel kesempatan untuk menggelapkan pajak. Dalam teori atribusi menyatakan teori kepatuhan WP terkait sikap WP dalam membuat penilaian terhadap pajak. Teori ini menyatakan bahwa bila individu mengamati tingkah laku atau perilaku orang lain, maka individu akan menentukan tingkah laku orang lain itu. Dalam hal ini bila wajib pajak mengamati pegawai pajak yang kurang melakukan pengawasan terhadap perhitungan pajak karena adanya Self Assesment system, maka akan timbul kesempatan untuk menggelapkan pajak. Apabila timbul kesempatan untuk menggelapkan pajak maka seseorang cenderung


(40)

18

untuk tidak patuh terhadap pajak, karena adanya kesempatan untuk menggelapkan pajak ini dapat dijadikan peluang oleh Wajib Pajak untuk memanipulasi perhitungan pajak. Sehingga untuk menguji penelitian yang pernah dilakukan di Kenya untuk diuji di Indonesia peneliti merumuskan hipotesis sebagaiberikut :

H2: Kesempatan untuk menggelapkan pajak memiliki pengaruh negatif

terhadap kepatuhan wajib pajak

3. Pengaruh Korupsi Oknum Pajak terhadap Kepatuhan Pajak Korupsi adalah tindakan pejabat publik, baik politisi, maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Korupsi hangat diperbincangkan di kalangan pajak semenjak adanya kasus Gayus Tambunan tahun 2010. Saat perpajakan Indonesia telah diperbaiki sedemikian rupa untuk dapat menarik perhatian setiap warga negara Indonesia rajin dan taat menjalankan kewajibannya sebagai wajib pajak yaitu membayar pajak. Kasus Gayus ini membuat hilangnya kepercayaan publik bagi perpajakan di Indonesia.

Penelitin terdahulu mengenai korupsi oknum pajak ini pernah diteliti (Christianto & Suyanto, 2014) yang menjelaskan Pemahaman Tindak Pidana Korupsi berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tingkat Kepatuhan Pajak. Hasil penelitian (Christianto & Suyanto, 2014) didukung oleh penelitian (Suciaty dkk., 2014) yang menjelaskan


(41)

bahwa setelah adanya kasus korupsi yang diberitakan media masa, wajib pajak cenderung enggan membayar pajak. Selain itu (Veronica, 2015) menyatakan persepsi pengetahuan korupsi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Berbeda dengan penelitian (Handayani dkk., 2014) yang menyatakan bahwa penegakan hukum dalam korupsi pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Wajib Pajak merasa penegakan hukum dalam korupsi pajak pada saat ini yang cenderung hanya bersifat subjektif tidak dapat mempengaruhi Wajib Pajak untuk patuh. Penelitian ini didukung oleh (Susanto, 2013) yang menyatakan variabel pengetahuan korupsi tidak mempengaruhi kepatuhan, namun pelayanan aparat pajak bersama-sama dengan persepsi pengetahuan wajib pajak dan pengetahuan korupsi akan memberikan pengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Setelah adanya kasus Gayus Tambunan wajib pajak sudah berpikir negatif dengan adanya isu korupsi yang dilakukan oleh oknum pajak, karena mereka berfikir penerimaan pajak tidak dimanfaatkan sesuai tujuan awal yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan bersama. Semakin tinggi persepsi Wajib Pajak mengenai korupsi, maka semakin tidak patuh Wajib Pajak untuk membayar pajak. Berdasarkan uraian di atas, dirumuskan hipotesis sebagai berikut.


(42)

20

4. Pengaruh Preferensi Risiko terhadap hubungan antara Kesadaran Wajib Pajak dengan Kepatuhan Pajak

Keputusan seorang WP dapat dipengaruhi perilakunya terhadap risiko yang dihadapi (Torgler, 2003). Preferensi risiko seseorang merupakan salah satu komponen dari beberapa teori yang berhubungan dengan pengambil keputusan termasuk teori kepatuhan pajak seperti teori rasionalitas dan teori prospek. Dasar teori yang digunakan preferensi risiko dalam mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah teori prospek.

Penelitian terdahulu pernah dilakukan oleh (Utami, Andi, & Soerono, 2012) serta (Muslimawati, 2015) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh positif tingkat kesadaran WP terhadap kepatuhan pajak. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian (Setyonugroho, 2012) dan (Rahman, 2013) yang menyatakan bahwa kesadaran pajak tidak berpengaruh terhadap kepatuhan pajak.

Penelitian mengenai pengaruh kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak memberikan hasil yang berbeda-beda maka disini penulis menambahkan preferensi risiko sebagai variabel moderasi. Penelitian menggunakan preferensi risiko pernah dilakukan (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) yang menyatakan preferensi Risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Namun ketika preferensi risiko dijadikan sebagai variabel moderasi hasil nya adalah seperti dalam penelitian (Nirawan, 2013) dan (Yulianty, 2015) yang menyatakan peraturan pajak


(43)

berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. Sedangkan preferensi risiko tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak.

Menurut penelitian seseorang yang memiliki kesadaaran tinggi cenderung akan patuh membayar pajak. Dengan adanya moderasi preferensi risiko, seorang WP yang mempunyai tingkat preferensi risiko tinggi baik risiko kesehatan, risiko pekerjaan maka hubungan antara persepsi wajib pajak tentang kesadaran akan kuat maka cenderung untuk lebih taat dalam membayar pajak, sedangkan apabila seorang wajib pajak memiliki tingkat risiko yang rendah maka hubungan antara persepsi wajib pajak mengenai kesadaran rendah maka wajib pajak tersebut cenderung untuk tidak taat dalam membayar pajak sehingga tingkat kepatuhan wajib pajak akan menurun. Hal tersebut mendasari dirumuskan nya hipotesis sebagai berikut :

H4: Preferensi risiko memperkuat hubungan antara kesadaran wajib pajak

dengan kepatuhan wajib pajak

5. Pengaruh Preferensi Risiko terhadap hubungan antara Kesempatan Menggelapkan Pajak dengan Kepatuhan [ajak

Seperti yang sudah dijelaskan kesempatan untuk menggelapkan pajak terjadi karena sistem pepajakan Indonesia menggunakan Self Assesment system. Sitem ini memungkinkn wajib pajak menghitung besar pajaknya sendiri. Sehingga ada kesempatan untuk wajib pajak


(44)

22

menggelapkan pajak. Penelitian mengenai kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak pernah dilakukan di Kenya Afrika, namun disini ditambahkan variabel moderasi preferensi risiko untuk menguji di Indonesia.

Hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak pernah dilakukan (Nzioki & Peter, 2014) di Kenya dan hasilnya adalah kesempatan untuk menggelapkan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pajak. Kemudian pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan pajak pernah dilakukan (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) menggunakan teori prospek untuk meneliti pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pibadi.

Penelitian preferensi risiko dijadikan moderasi pernah dilakukan oleh (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) yang menunjukkan bahwa preferensi risiko wajib pajak sangat dimoderasi oleh hubungan antara sikap terhadap penghindaran pajak dan perilaku kepatuhan pajak. Berbeda dengan penelitian (Ardyanto & Utaminingsih, 2014) yang menyatakan wajib pajak yang diteliti cenderung menerima risiko yang menyebabkan preferensi risiko tidak memoderasi hubungan antara variabel sanksi pajak dengan kepatuhan wajib pajak.


(45)

Dari uraian di atas maka penelitian ini untuk menguji apakah ada pengaruh signifikan dari variabel moderasi preferensi risiko terhadap hubungan antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Diatas dijelaskan bahwa hubungan antara preferensi risiko dengan kepatuhan pajak adalah positif. Sedangkan hubungan antara kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak seperti hipotesis ke 2 diatas adalah negatif maka dengan adanya preferensi risiko akan memperlemah hubungan atara kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak Hal tersebut mendasari dirumuskan nya hipotesis sebagai berikut :

H5 : Preferensi Risiko memperlemah hubungan antara kesempatan

untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak

6. Pengaruh preferensi risiko terhadap hubungan antara korupsi dengan kepatuhan wajib pajak

Korupsi menjadi salah satu permasalahan yang telah ada sejak jaman dulu hingga sekarang.Dalam ilmu akuntansi, korupsi adalah bagian dari kecurangan namun secara operasional istilah korupsi lebih terkenal dibandingkan kecurangan. Di Indonesia korupsi oknum pajak terkenal sejak adanya kasus Gayus Tambunan tahun 2011. Pada saat citra perpajakan Indonesia telah diperbaiki untuk meningkatkan penerimaan pajak, kasus Gayus membuat buruk citra perpajakna Indonesia. Dalam penelitian ini bukan hanya menguji pengaruk korupsi terhadap kepatuhan pajak namun menambahkan preferensi risiko


(46)

24

sebagai variabel pemoderasi yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.

Penelitin terdahulu mengenai korupsi oknum pajak ini pernah diteliti oleh (Christianto & Suyanto, 2014) dan Suciaty dkk., (2014) yang menjelaskan pemahaman tindak pidana Korupsi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan pajak. Namun penelitian (Susanto, 2013) yang menyatakan variabel pengetahuan korupsi tidak mempengaruhi kepatuhan. Karena hasil penelitian berbeda-beda maka dalam penelitian ini diberi variabel moderasi preferensi risiko yang dapat memperlemah atau memperkuat hubungan antara variabel independen dan dependen.

Penelitian terdahulu dari (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) menggunakan teori prospek untuk meneliti pengaruh preferensi risiko terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Hasil penelitian (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pibadi. Namun dalam penelitian (Aryobimo & Cahyonowati, 2012) (Syamsudin, 2014) dan (Suntono & Kartika, 2015) mengungkapkan bahwa preferensi risiko tidak dapat memodersi hubungan antara kualitas pelayanan fiskus dengan kepatuhan wajib pajak.

Peneliti menduga apabila hubungan antara variabel korupsi oknum pajak terhadap variabel kepatuhan wajib pajak dimoderasi oleh


(47)

tingkat preferensi risiko yang tinggi, dari uraian diatas dijelaskan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak, maka preferensi risiko dalam memoderasi hubungan negatif korupsi dengan kepatuhan pajak akan memperlemah. Hal tersebut mendasari dirumuskan nya hipotesis sebagai berikut :

H6: Preferensi Risiko memperlemah hubungan antara korupsi oknum

pajak dengan kepatuhan wajib pajak

C. Model Penelitian

(+)

(-)

(-)

(+) (+) (+)

GAMBAR 2.1. Model Penelitian Kesadaran Wajib

Pajak

Kesempatan Menggelapkan Pajak

Korupsi Oknum Pajak

Kepatuhan Wajib Pajak


(48)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek Penelitian

Objek penelitian yang digunakan adalah Kantor Pelayanan Pajak yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Objek penelitian ini sebagai wilayah penyebaran kuesioner dalam mengetahui pengaruh mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan membayar pajak

B. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subjek yang digunakan adalah Wajib Pajak yang melaporkan pajak di KPP yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) seperti KPP Pratama Bantul, KPP Pratama Sleman, KPP Prtama Wonosari dan KPP Pratama Wates.. Subjek pajak yaitu Wajib Pajak Orang Pribadi yang dapat memberikan pendapat tentang kesadaran membayar pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, korupsi oknum pajak dan preferensi risiko

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dengan jenis penelitian kuantitatif. Data primer berasal dari survei penyebaran kuesioner pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dikumpulkan dari responden kemudian


(49)

akan diseleksi terlebih dahulu untuk melihat kelengkapan jawaban kuesioner sesuai yang dikehendaki peneliti untuk kepentingan analisis.

D. Teknik Pengambilan Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling, yang menentukan sampel dari populasi yang ada dengan menggunakan kriteria tertentu. Adapun kriteria-kriteria tersebut di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Responden merupakan Wajib Pajak Orang Pribadi.

2. Responden merupakan wajib pajak yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Sampel dalam penelitian ini adalah teknik incidental sampling.Incidental sampling adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan yaitu siapa saja yang secara incidental bertemu dengan peneliti dan dianggap sesuai kriteria yang sudah ditentukan oleh peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Sampel dijadikan responden karena dapat didapatkan dengan cara meminta bantuan Wajib pajak Orang Pribadi yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data berupa survei. Dalam melakukan pendekatan data survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang nantinya akan disebarkan atau


(50)

28

diberikan kepada reponden untuk dijawab sehingga peneliti tahu apa yang diharapkan dari responden. Penyebaran kuesioner ini merupakan salah satu bentuk komunikasi tertulis antara responden dan peneliti yang mana hasil dari pengisian kuesioner oleh responden akan dikumpulkan dan diteliti.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel terikat yang dipengaruhi oleh variabel lain (Nazaruddin & Basuki, 2016). Menurut Sekaran & Bouge (2010) berpendapat bahwa variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian utama penelitian, dimana pemahaman, penggambaran, serta penjelasan variabilitas atas variabel ini merupakan tujuan utaman peneliti.

Dalam penelitian ini variabel dependen yang diuji adalah Kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan wajib pajak merupakan kondisi dimana Wajib Pajak memiliki sifat patuh terhadap aturan perpajakan dalam hal membayar pajak kepada negara atas objek perpajakan.

Variabel kepatuhan pajak ini diukur dengan 4 pertanyaan diadopsi dari penelitian (Handayani I. G., 2009). Pengukuran dilakukan dengan menggunakan 5 basis poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, dan SS = Sangat Setuju.


(51)

2. Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel bebas yang mempengaruhi variabel lain (Nazaruddin & Basuki, 2016). Menurut Sekaran & Bougie (2010) variabel independen merupakan variabel yang membantu menjelaskan varians dalam variabel terikat. Variabel independen dalam penelitian ini adalah;

a. Kesadaran Wajib Pajak

Kesadaran membayar pajak adalah suatu bentuk moral atau sikap yang memberikan kontribusi terhadap negara guna untuk menunjang pembangunan negara dan berusaha untuk mentaati semua peraturan yang telah ditetapkan oleh negara serta dapat dipaksakan oleh Wajib Pajak (Muslimawati, 2015). Variabel ini diukur melalui 4 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian (Handayani I. G., 2009). Pengukuran pada setiap item menggunakan 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, dan SS = Sangat Setuju.

b. Kesempatan untuk menggelapkan pajak

Kesempatan untuk menggelapkan pajak terjadi karena sistem pepajakan Indonesia menggunakan Self Assesment system. Sitem ini memungkinkn wajib pajak menghitung besar pajaknya sendiri. Sehingga ada kesempatan untuk wajib pajak menggelapkan pajak. kesempatan menggelapkan pajak adalah celah bagi


(52)

30

seseorang untuk menggelapkan pajak akibat kurangnya pengawasan pihak pihak terkait. Variabel ini diukur melalui 5 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian (Nzioki & Peter, 2014). Pengukuran pada setiap item menggunakan 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, dan SS = Sangat Setuju. c. Korupsi

Menurut Byrne, A, & F (2010) korupsi adalah suatu kejadian yang tengah menjadi topik mengenai pelaku atas perusakan dalam suatu aturan dan kelembagaan melalui media sehingga mengorbankan kepentingan yang lebih luas dibandingkan menganalisis kejadian sosial, latar belakang politik, dan ekonomi. Variabel ini diukur melalaui 4 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian (Martini, 2012). Pengukuran pada setiap item menggunakan 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, dan SS = Sangat Setuju.

3. Variabel Moderasi

Variabel Moderasi adalah variabel yang memperkuat dan memperlemah hubungn antara variabel independen dan dependen (Sugiyono, 2007). Variabel ini disebut juga sebagai variabel independen kedua.


(53)

Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Preferensi Risiko. Preferensi risiko adalah salah satu karakteristik seseorang dimana akan mempengaruhi perilakunya. Sedangkan preferensi risiko orang adalah salah satu komponen beberapa teori yang berhubungan dengan pengambil keputusan termasuk teori kepatuhan pajak yaitu teori rasionalitas dan teori prospek. Variabel ini diukur melalaui 11 pertanyaan yang diadopsi dari penelitian (Yulianty, 2015) Pengukuran variabel moderasi komitmen organisasional menggunakan 5 poin skala Likert dengan alternatif jawaban, yaitu: STS = Sangat Tidak Setuju, TS = Tidak Setuju, N = Netral, S = Setuju, dan SS = Sangat Setuju.

G. Uji Kualitas Instrumen dan Data

Kualitas hipotesis akan dipengaruhi oleh kualitas data dalam suatu pengujian hipotesis (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini, uji reliabilitas dan uji validitas dilakukan untuk mengevaluasi kualitas data yang dihasilkan dari penggunaan instrument yang digunakan.

1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid-tidaknya suatu kuesioner (Nazaruddin & Basuki, 2016). Uji validitas ditujukan untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan menggunakan Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) dengan ketentuan suatu instrumen


(54)

32

dikatakan valid apabila nilai KMO > dari 0,5 dan memiliki nilai factor loading > 0,4.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk (Nazaruddin & Basuki, 2016). Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal apabila jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan Cronback’s Alpha. Taraf signifikansi yang digunakan adalah sebesar 5%. Suatu instrumen dikatakan reliabel apabila r hitung (r alpha) > r table.

3. Uji Asumsi Klasik

Analisis data perlu dilakukan sebelum melakukan pengujian hipotesis. Data yang digunakan terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik ini dilakukan untuk memenuhi asumsi dalam analisis regresi, tujuannya uji asumsi klasik agar hasil uji tidak terdapat bias pada nilai estimator dari model yang digunakan dalam penelitian. Uji asumsi klasik ini terdiri dari :

a. Uji Normalitas

Tujuan dari uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Dengan distribusi data normal atau mendekati normal akan menghasilkan regresi baik dan layak digunakan dalam penelitian. Uji yang


(55)

digunakan untuk pengujian normalitas data dalam penelitian ini adalah uji Kolmogorov-Smirnov. Apabila asymptotic significance lebih besar dari 5 persen, maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2009)

b. Uji Heteroskedastisitas

Tujuan dari uji heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendapat model regresi yang baik, maka varian dari satu pengamatan ke pengamatan lain harus tetap (homoskedastisitas), dan tidak dikehendaki terjadinya heteroskedastisitas. Untuk menganalisa terjadinya heteroskedastisitas maka pada penelitian ini mengunakan metode Gletser. Penilaian dengan melihat nilai signifikan apabila lebih dari nilai signifikan 0,05 maka tidak terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya apabila nilai signifikan kurang dari 0,05 maka terjadi gejala heteroskedastisitas (Nazaruddin & Basuki, 2016)

c. Uji Multikolinearitas

Tujuan dari uji multikolinearitas adalah untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Penelitian ini menggunakan nilai Varianec Inflaction Factor (VIF) dan nilai Tolerance untuk


(56)

34

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas atau korelasi antar variabel dalam penelitian. Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,1, maka antar variabel independen tidak terjadi multikolinearitas (Ghozali, 2009).

H. Analisis Data dan Uji Hipotesis 1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dilakukan untuk memberikan deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan standar deviasi (standard deviation), range, sum (Ghozali, 2009). Analisis deskriptif juga digunakan untuk mengetahui gambaran mengenai demografi responden. Gambaran tersebut meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan lama memiliki NPWP

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data yaitu cara untuk mengolah data yang terkumpul sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan dan dapat menjawab rumusan masalah. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Moderated Regression Analysis (MRA), yaitu aplikasi khusus regresi linier berganda di mana dalam persamaan regresinya terdapat unsur interaksi (Ghozali, 2009)

Berdasarkan hipotesis yang diajukan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini akan mengestimasikan persamaan regresi.


(57)

a. Menguji hubungan kesadaran wajib pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, dan korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak secara langsung,

b. Menguji pengaruh variabel moderasi preferensi risiko pada kesadaran wajib pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak

Adapun formula dari model persamaan regresi yang akan diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut:

KP = α + β1KWP + ́ ...(1) KP = α + β1KMP + ́ ...(2) KP = α + β1K + ́ ......(3) KP = α + β1KWP + β2PR + β3KWP*PR + ́...(4) KP = α + β1KMP+ β2PR + β3KMP*PR + ́...(5) KP = α + β1K+ β2PR + β3K*PR + ́......(6)

Keterangan:

KP : Kepatuhan Pajak

β1 –β3 : Koefisien dari tiap variabel KWP : Kesadaran Wajib Pajak

KMP : Kesempatan Menggelapkan Pajak

K : Korupsi

PR : Preverensi Risiko


(58)

36

3. Uji Hipotesis

a. Uji Koefisien Determinasi (��)

Koefisien determinasi diperlukan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen (Nazaruddin & Basuki, 2016). Pada uji ini dilakukan dengan melihat pada hasil dari analisis regresi linear dalam bentuk R2 (R Square). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Semakin kecil nilai R2 maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen semakin terbatas (Nazaruddin & Basuki, 2016). Koefisien determinasi mempunyai kemampuan untuk menunjukkan hubungan fungsional antara variabel bebas dan terikat.

b. Uji Nilai T

Uji nilai T digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2009). Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan tingkat signifikansi dengan koefisien beta yang ditetapkan. Dengan uji t ini, hipotesis 1 diterima apabila nilai sig. kurang dari alpha (5%) dan menunjukkan arah koefisien yang sama dengan hipotesis yang diprekdisikan maka suatu variabel independen mampu menjelaskan variabel dependen secara signifikan berarti hipotesis diterima. Sementara itu, hipotesis 1 ditolak apabila nilai sig. lebih besar dari alpha (5%)


(59)

atau menunjukkan arah koefisien yang berlawanan dengan hipotesis yang diprediksikan.

c. Regresi Moderasi (Moderated Regression Analysis)

Analisis regresi moderasi bertujuan untuk mengetahui apakah variabel moderasi akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2009). Dalam penelitian ini akan dilakukan uji interaksi MRA, di mana hipotesis moderasi akan diterima apabila variabel moderasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap perilaku kepatuhan wajib pajak. Uji interaksi ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana interaksi variabel preferensi risiko dapat memengaruhi hubungan kesadaran wajib pajak, kesempatan untuk menggelapkan pajak, korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

4. Kriteria Penerimaan Hipotesis a. Hipotesis 1,

Ha : Kesadaran memiliki pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak

b. Hipotesis 4

Ha : Preferensi risiko memperkuat hubungan positif antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak


(1)

toleran terhadap pelanggaan dan kemungkinan besar akan lolos hukuman hal ini menyebabkan wajib pajak tidak mengisi formulir SPT dengan benar dan tidak melakukan pembayaran pajak sesuai besaran pajak terutang. Wajib pajak juga percaya apabila otoritas pajak memiliki kemampuan terbatas untuk menyelidiki pendapatan masyarakat yang dilaporkan sehingga masyarakat memiliki kesempatan untuk tidak melaporkan penghasilan yang sebenarnya

Pengujian Hipotesis 3

Hasil regresi di atas menunjukkan bahwa nilai signifikansi untuk variabel korupsi oknum pajak adalah 0,003<0,05 dengan nilai koefisien regresi -0,257. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel korupsi oknum pajak memiliki pengaruh negatif terhadap kepatuhan pajak, maka hipotesis 3 diterima.

Hasil penelitian ini berhasil mendukung hipotesis 3 dan menunjukkan bahwa semakin tinggi korupsi oknum pajak, maka akan memberikan pengaruh kepada Wajib Pajak untuk tidak patuh membayar pajak.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan (Christianto & Suyanto, 2014) yang menjelaskan pemahaman tindak pidana korupsi berpengaruh signifikan terhadap tingkat kepatuhan pajak. Hasil penelitian (Christianto & Suyanto, 2014) didukung oleh penelitian (Veronica, 2015) menyatakan persepsi pengetahuan korupsi berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi.

Setelah adanya kasus korupsi oknum pajak maka wajib pajak cenderung tidak taat membayar pajak. Wajib pajak menjadi melakukan pembayaran tidak tepat waktu dan melakukan pembayaran tidak sesuai besaran pajak terutang. Sehingga kepatuhan wajib pajak menurun setelah adanya kasus korupsi ini.

Regresi Moderasi (Moderate Regression Analysis)

Analisis regresi moderasi digunakan untuk mengetahui apakah variabel moderasi dapat memengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (Ghozali, 2016). Penelitian ini menggunakan uji interaksi MRA. Hipotesis akan diterima apabila variabel moderasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap hubungan variabel independen dengan dependen.Uji interaksi ini digunakan untuk pengujian model 4, 5, dan 6.

Pengujian Hipotesis 4

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa interaksi antara variabel Kesadaran wajib pajak dengan preferensi risiko memiliki koefisien regresi negatif (memperlemah hubungan antara kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak) yaitu sebesar -0,045 tidak sesuai dengan arah yang diprekdisikan pada hipotesis keempat, yaitu bertanda positif (memperkuat). Meskipun memiliki nilai sig 0,001 <0,05 namun karena arah koefisien tidak sesuai prediksi maka hipotesis 4 ditolak.

Berdasarkan hasil pengujian preferensi risiko tidak mempengaruhi hubungan antara kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan pajak. Variabel preferensi risiko tidak dapat memoderasi hubungan antara variabel kesadaran wajib pajak terhadap kepatuhan pajak. Hal ini karena arah koefisien tidak sesuai prediksi di hipotesis.


(2)

Penelitian ini berkaitan dengan teori prospek yaitu preferensi risiko dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak, dalam teori prospek apabila seorang wajib pajak memiliki risiko yang tinggi maka wajib pajak belum tentu akan tidak membayar pajaknya. Menurut teori prospek terdapat 2 kemungkinan apabila wajib pajak memiliki sifat risk seeking maka walaupun wajib pajak memiliki risiko tinggi, tidak akan mempengaruhi wajib pajak untuk tetap membayar pajak, sedangkan wajib pajak yang memiliki sifat risk aversion apabila wajib pajak memiliki risiko rendah maka wajib pajak justru akan menghindari kewajiban pajaknya. Namun kenyataan yang cenderung terjadi adalah risiko yang tinggi menyebabkan wajib pajak tidak patuh dalam kewajibannya sebagai wajib pajak dan sebaliknya jika tingkat risiko rendah akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Nirawan, 2013) yang menjelaskan bahwa pemahaman peraturan pajak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kota Semarang. Sedangkan preferensi risiko tidak mempengaruhi kepatuhan wajib pajak dan tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi di kota Semarang Barat. Hasil penelitian Penelitian ini didukung oleh (Yulianty, 2015) yang menyatakan bahwa preferensi risiko tidak memoderasi hubungan antara pemahaman peraturan perpajakan dengan kepatuhan formal wajib pajak

Pengujian Hipotesis 5

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa interaksi antara variabel kesempatan menggelapkan pajak dengan preferensi risiko memiliki koefisien regresi positif yaitu 0,018 sesuai dengan arah yang diprediksikan, serta memiliki nilai signifikansi 0,050 <0,05 sehingga hipotesis 5 diterima.

Preferensi risiko mempengaruhi hubungan antara kesempatan untuk menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Artinya variabel preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak.

Penelitian ini didukung oleh (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) yang menyatakan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Sehingga apabila preferensi risiko dijadikan sebagai variable moderasi maka preferensi risiko akan memperlemah hubungan negatif antara variable kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan pajak. Hal ini konsisten dengan penelitian (Alabede, Affrin, & Idris, 2011) pada jurnal Internasional tentang “Individual taxpayers’ attitude and compliance behaviour in Nigeria: The moderating role of financial condition and risk preference”. Penelitian yang dilakukan untuk menentukan hubungan antara sikap penghindaran pajak dan kepatuhan pajak dan bagaimana hubungan tersebut dimoderatori oleh kondisi keuangan wajib pajak dan preferensi risiko. Penelitian ini telah menemukan hasil positif yang signifikan mengenai hubungan antara sikap penghindaran pajak dan kepatuhan pajak. Ini sama-sama memberikan bukti yang menunjukkan bahwa preferensi risiko wajib pajak sangat memoderasi hubungan antara sikap penghindaran pajak terhadap kepatuhan pajak


(3)

Dari penelitian hipotesis 5 ini menjelaskan bahwa apabila wajib pajak terdeteksi tidak melaporkan penghasilan sebenarnya, wajib pajak percaya bahwa otoritas pajak akan toleran terhadap pelanggaan dan kemungkinan besar akan lolos hukuman hal ini menyebabkan wajib pajak tidak mengisi formulir SPT dengan benar dan tidak melakukan pembayaran pajak sesuai besaran pajak terutang. Namun dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah seperti peningkatan penegakan hukum maka akan meningkatkan kepatuhan pajak. sehingga wajib pajak akan mengisi formulir SPT dengan benar, lengkap, dan jelas dan membayar pajak sesuai dengan besaran pajak yang terutang. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa preferensi risiko akan memperlemah hubungan antara kesempatan menggelapakn pajak dengan kepatuhan pajak

Pengujian Hipotesis 6

Pada persamaan tersebut dapat dilihat bahwa interaksi antara variabel korupsi oknum pajak dengan preferensi risiko memiliki koefisien regresi positif yaitu sebesar 0,029, dan memiliki nilai signifikansi 0,015<0,05, jadi hipotesis 6 diterima.

Berdsarkan pengujian hipotesis keenam preferensi risiko mempengaruhi hubungan antara korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Artinya variabel preferensi risiko memperlemah hubungan negatif antara korupsi oknum pajak dengan kepatuhan pajak.

Penelitian ini mendukung penelitian dari (Christianto & Suyanto, 2014) yang menjelaskan pemahaman tindak pidana Korupsi berpengaruh signifikan terhadap tingkat Kepatuhan Pajak. Sedangkan penelitian terdahulu dari (Alabede dkk., 2011) menunjukkan bahwa preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak orang pibadi. Pada pengujian pengaruh korupsi terhadap kepatuhan pajak menyatakan bahwa korupsi berpengaruh negatif terhadap kepatuhan pajak, sedangkan preferensi risiko berpengaruh positif terhadap kepatuhan pajak. Maka dapat diambil kesimpulan bahwa preferensi risiko memperlemah hubungan antara korupsi terhadap kepatuhan pajak.

Jadi hubungan antara variabel korupsi oknum pajak terhadap variabel kepatuhan wajib pajak berpengarh negatif jika dimoderasi preferensi risiko yang mempunyai pengaruh positif terhadap kepatuhan pajak maka akan memperlemah hubungan korupsi oknum pajak dengan kepatuhan pajak. Hasil penelitian hipotesis 6 menjelaskan bahwa setelah adanya kasus korupsi oknum pajak menyebabkan wajib pajak tidak membayar pajak tepat waktu dan tidak melakukan pembayaran pajak sesuai besaran pajak terutang. Namun dengan adanya perubahan kebijakan pemerintah seperti peningkatan penegakan hukum maka akan meningkatkan kepatuhan pajak. sehingga wajib pajak akan membayar pajak tepat waktu sesuai waktu yang ditentukan dan membayar pajak sesuai dengan besaran pajak yang terutang. Sehingga preferensi risiko akan memperlemah hubungan antara korupsi oknum pajak dengan kepatuhan pajak

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, H1 diterima karena Kesadaran wajib pajak berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak. Sama halnya dengan H2 diterima karena


(4)

Kesempatan menggelapkan pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak. H3 yang menyatakan korupsi oknum pajak berpengaruh negatif terhadap kepatuhan wajib pajak, hipotesis diterima

Namun H4 ditolak karena Preferensi risiko tidak dapat memperkuat hubungan positif kesadaran wajib pajak dengan kepatuhan wajib pajak. berdasarkan pengujian hipotesis H5 diterima karena preferensi risiko dapat memperlemah hubungan negatif kesempatan menggelapkan pajak dengan kepatuhan wajib pajak. Begitu pula dengan H6 diterima karena preferensi risiko dapat memperlemah hubungan negatif korupsi oknum pajak dengan kepatuhan wajib pajak.

Keterbatasan dari penelitian ini yakni terdapat kemungkinan bias pada data penelitian karena penelitian menggunakan metode survei kuesioner. Penelitian ini hanya menggunakan sampel wajib pajak yang berada di KPP wilayah DIY sehingga hasil dan kesimpulan penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh WP yang ada di Indonesia.

Penelitian selanjutnya sebaiknya memperbanyak jumlah responden dan juga memperluas ruang lingkup penelitian, hal ini agar memperoleh jawaban dan hasil penelitian yang lebih baik. Selain itu penelitian selanjutnya diharapkan untuk mengombinasikan penelitian primer dengan metode kuesioner dan wawancara sehingga persepsi responden dapat diketahui secara lebih mendalam dan data yang diperoleh dapat lebih representatif.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmed, E., & Braithwaite, V. (2005). Understanding samll business taxpayer-issues of defference, tax morale, fairness and work practice. International Small Business Journal , Vol 23 No 5.

Alabede, J. 0., Affrin, Z. Z., & Idris, K. M. (2011). Tax Service Quality and Tax Compliance in Nigeria : Do Taxpayer’s Financial Condition and Risk Preference Play Any Moderating Role. European Journal of Economics, Finance and Administrative Sciences , 35.

Ardyanto, A. A., & Utaminingsih, N. S. (2014). Pengaruh Sanksi Pajak dan Pelayanan Aparat Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderasi. Accounting Analysis Journal , Vol. 3, No.2.

Aryobimo, P. T., & Cahyonowati, N. (2012). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak tentang Kualitas Pelayanan Fiskus terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak dan Preferensi Risiko sebagai Variabel Moderating. Jurnal Akuntansi , Vol.1 No.2.

Christianto, V. F., & Suyanto. (2014). Pengaruh Pemahaman Tindak Pidana Korupsi dan Pemahaman Penghindaran Pajak terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam


(5)

Pembayaran Pajak di Daerah Istimewa Yogayakarta. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Ghozali, I. (2009). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Cetakan ke IV. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Handayani, S. R., Suciaty, & Dwiatmanto. (2014). Persepsi Wajib Pajak mengenai Korupsi Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal e-Perpajakan , No. 1 volume 1.

Jotopurnomo, C., & Mangoting, Y. (2013). Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Kualitas Pelayanan Fiskus, Sanksi Perpajakan, Lingkungan Wajib Pajak Berada terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi di Surabaya. Tax & Accounting Review , Vol.1, No.1.

Kamil, N. I. (2015). The Effect of Taxpayer Awareness, Knowledge, Tax Penalties and Tax Authorities Services on the Tax Complience: (Survey on the Individual Taxpayer at Jabodetabek & Bandung). Research Journal of Finance and Accounting , Vol. 6, No. 2.

Muslimawati, M. (2015). Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Nazaruddin, I., & Basuki, A. (2016). Analisis Statistik Dengan SPSS, Edisi Pertama, Cetakan

Kedua. Sleman: Danisa Media.

Nirawan, A. (2013). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dengan Moderating Preferensi Risiko. Accounting Analysis Journal , AAJ 2 (3). Nzioki, P. M., & Peter, O. R. (2014). Analysis of Factors Affecting Tax Compliance in Real

Estate. Research Journal of Finance and Accounting , Vol. 5, No. 11.

Rahman, I. S. (2013). Pengaruh Faktor-Faktor Ekstenal terhadap tingkat Kepatuhan Mmebayar Pajak. Skripsi. Yogyakarta: UMY.

Robben, H. S., Webley, P., Elffers, H., & Hessing, D. J. (1990b). Decision frames, opportunity Tax compliance and tac=x evasion: an experimental approach. Journal of Economic Behavior nd Organization , Vol 14 No 3 .

Setyonugroho, H. (2012). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi untuk Membayar Pajak pada Wajib Pajak Orang Pribadi. Skripsi. Surabaya: STIE PERBANAS.

Slemrod, J., Blumenthal, M., & Christian, C. (2001). Txpayer response to an increased probability of audit: evidence from a controlled experiment in Minnesota. Journal of Public Economics , Vol 79.

Suciaty, Handayani, S. R., & Dwiatmanto. (2014). Persepsi Wajib Pajak mengenai Korupsi Pajak dan Pengaruhnya terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi pada WPOP yang


(6)

Menjalankan Usaha di KPP Pratama Malang Utara). Jurnal e-Perpajakan , No. 1 volume 1.

Suntono, & Kartika, A. (2015). Pengaruh Pemahaman Peraturan Pajak Dan Pelayanan Aparat Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderasi. Dinamika Akuntansi, Keuangan dan Perbankan, , 29- 38.

Susanto, J. N. (2013). Pengaruh Persepsi Pelayanan Aparat Pajak, Persepsi Pengetahuan Wajib Pajak, dan Persepsi Pengetahuan Korupsi terhadap Kepatuhan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universiats Surabaya , Vol 2 No 1.

Syamsudin, M. (2014). Pengaruh Persepsi Wajib Pajak Tentang Kualitas Pelayanan Fiskus Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dengan Kondisi Keuangan Wajib Pajak Dan Preferensi Risiko Sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Stikubang.

Tahar, A., & Rachman, A. K. (JANUARI 2014). Pengaruh Faktor Internal dan Faktor Eksternal Terhadap. Jurnal Akuntansi dan Investasi , VOL. 15 NO.1.

Torgler, B. (2003). Tax Morale : Theory and Analysis of Tax Compliance. Switzerland: Unpublished doctoral dissertion, University of Zurich.

Utami, S. R., Andi, & Soerono, A. N. (2012). Pengaruh Faktor-Faktor Eksternal Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di Lingkungan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serang. SNA 15 .

Veronica, A. (2015). Pengaruh Sosialisasi Perpajakan, Pelayanan Fiskus, Pengetahuan Pajak, Persepsi Pengetahuan Korupsi, Dan Sanksi Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi ( WPOP ). Jom. FEKON , Vol. 2 No. 2.

Yulianty, E. (2015). Pengaruh Pemahaman Peraturan Perpajakan Terhadap Kepatuhan Formal Wajib Pajak Denganpreferensi Risiko Sebagai Variabel Moderating. Skripsi. Makasar: Universitas Hasanuddin.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Medan Polonia

8 154 65

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Analisis Pemeriksaan Pajak Dan Kesadaran Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada KPP Pratama Di Wilayah Kota Bandung

0 3 1

PENGARUH KESADARAN, PENGETAHUAN PAJAK DAN SIKAP WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PEKERJAAN BEBAS DI KPP PRATAMA SEMARANG TIMUR.

1 5 17

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA MEDAN PETISAH.

4 32 36

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, DAN PENGETAHUAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN (STUDI KASUS PADA KPP PRATAMA MEDAN KOTA).

0 2 19

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 5 17

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK DAN PERSEPSI WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK Pengaruh Pengetahuan Pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Studi Kasus Pada KPP Pratama Boyolali).

0 1 12

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS DAN SANKSI PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KPP PRATAMA KOTA BOGOR

0 0 11