7. Ketentuan Khusus dan Daluwarsa Dalam Bab IV Undang-undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea
Meterai mengatur tentang ketentuan khusus, yang memuat dua hal yaitu: a tindakan yang tidak dibenarkan bagi pejabat b daluwarsa.
a. Tindakan yang Tidak Dibenarkan Bagi Pejabat
Pasal 11 Undang Undang Nomor 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai, menentukan :
1 Pejabat Pemerintah, hakim, panitera, jurusita, notaris, dan pejabat umum lainnya, masing-masing dalam tugas atau jabatannya tidak
dibenarkan : a
Menerima, mempertimbangkan atau menyimpan dokumen yang Bea Meterainya tidak kurang bayar;
b Melekatkan dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar sesuai dengan tarifnya pada dokumen lain yang
berkaitan; c Membuat salinan, tembusan, rangkapan atau petikan dari
dokumen yang Bea Meterainya tidak atau kurang dibayar; d Memberikan keterangan atau catatan pada dokumen yang tidak
atau kurang dibayar sesuai dengan tarif Bea Meterainya. 2 Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam ayat 1 dikenakan sanksi administatif sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Beberapa contoh berikut ini akan lebih memperjelas ketentuan khusus sebagaimana dimaksud.
1 Seorang notaris menerima dan menyimpan dari kliennya surat kuasa jual beli, padahal suarat kuasa itu belum dikenakan Bea
Meterai. 2 Seorang PPAT menyimpan dalam berkas penyelesaian Akta Jual
Beli Tanah kliennya, sebuah kuitansi yang pengenaan Bea Meterainya masih kurang dibayar.
3 Seorang Notaris membuat salinan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan kemudian menyerahkan Akta tersebut kepada kliennya
padahal Bea Meterainya tidak atau kurang di bayar. 4 Seorang hakim memberikan keterangan atau catatan pada dokumen
berupa surat kerumahtanggaan yang digunakan sebagai alat bukti pada hal surat kerumahtanggaan tersebut belum dikenakan
pemeteraian kemudian.
b. Daluwarsa
Ketentuan tentang daluwarsa diatur dalam Pasal 12 UUBM yang menetapkan bahwa
“Kewajiban pemenuhan Bea Meterai dan denda administrasi yang terhutang menurut Undang-undang ini
daluwarsa setelah lampau waktu lima tahun, terhitung sejak tanggal dokumen dibuat.” Menurut penjelasan atas Pasal 12 UUBM ini,
ditinjau dari segi kepastian hukum daluwarsa 5 lima tahun dihitung sejak tanggal dokumen dibuat, berlaku untuk seluruh dokumen
termasuk kuitansi.
Ketentuan daluwarsa di atas berarti setelah lampau 5 lima tahun sejak tanggal dokumen dibuat, maka orang yang terhutang Bea
Meterai dan denda administrasinya atas dokumen tersebut. Saat tanggal dokumen dibuat, dan jangka waktu lima tahun merupakan
waktu-waktu yang pasti, dengan demikian adanya ketentuan daluwarsa dimaksud untuk menjamin kepastian hukum dan memudahkan
menghitung daluwarsanya. Misalnya
,
kuitansi penerimaan uang senilai Rp. 5.000.000,- yang dibuat tanggal 20 Agustus 2009 tidak dikenakan
Bea Meterai sebagaimana mestinya, maka setelah lampau tanggal 20 Agustus 2014 yang mendapat manfaat atas kuitansi tersebut tidak
berkewajiban lagi memenuhi Bea Meterai yang terhutang, demikian juga dendanya. Perlu diingatkan bahwa saat tanggal dokumen dibuat
berbeda dengan saat terutang Bea Meterai, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 5 UUBM.
B. Penggunaan Meterai pada Akta Otentik dan Akta Dibawah Tangan
Pengertian akta otentik menurut ketentuan Pasal 1868 Kitab Undang- Undang Hukum Perdata KUHPerdata yaitu ”Suatu akta otentik ialah suatu akta
yang di dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa untuk itu di tempat di mana
akta dibuat.” Menurut Sudikno Mertokusumo, “Akta otentik adalah surat yang diberi
tanda tangan, yang memuat peristiwa yang menjadi dasar suatu hak atau