digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
Dan juga pada kasus pemberitaan demonstrasi 4 November 2016, beberapa media koran memberikan headline yang berbeda seperti dapat dilihat pada gambar
di bawah ini:
Gambar II.3 Perbedaan Headline Berita Demonstrasi 4 November 2016
Hal ini menunjukkan bahwa ada upaya-upaya yang berbeda dalam mengkonstruk makna pada realitas sosial sehingga terjadilah pertarungan wacana
demi dapat menguasai dan menghegemoni khalayak atas nilai-nilai tertentu.
E. Konsep Hegemoni dalam Pemberitaan di Media Massa
Teori media-marxist mengasumsikan masyarakat sebagai suatu dominasi kelas dan media sebagai arena pertarungan ideologi berbagai pandangan kelas.
Media memiliki kerangka interpretasi yang sesuai dengan budaya dominan. Khalayak media sendiri terkadang melegitimasi kerangka tersebut karena khalayak
berada dalam posisi tidak siap terhadap sistem makna alternatif yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
memungkinkan bagi khalayak untuk menolak definisi yang ditawarkan oleh media secara konsisten.
24
Para teoritisi marxist setuju bahwa media massa memiliki kekuatan ideologi, meski memang tidak dipungkiri adanya perbedaan pada sifat kekuatan itu
sendiri. Misalnya fundamentalis-marxist yang menyatakan bahwa ideologi dipandang sebagai kesadaran semu yang merupakan hasil dan emulasi ideologi
dominan, tentu berbeda dengan Althusserian-marxist yang menyatakan bahwa ideologi merupakan representasi hubungan imajiner antara individu dengan realitas
dan memiliki eksistensi material.
25
Setidaknya terdapat perbedaan mazahab pemikiran dalam teori media- marxist yang menjadi bahan kajian para peneliti. Misalnya seperti pendapat
Michael Gurevtich dan koleganya menyebutkan ada tiga paradigma yang bersaing: strukturalis, ekonomi politik dan kulturalis.
26
Secara umum, Althusserian-marxist termasuk dalam strukturalis yang analisisnya berfokus pada artikulasi internal atas
signifikansi atas sistem dari suatu media. Sedangkan ekonomi politik ─biasa juga disebut fundamentalis-marxist─ melihat ideologi sebagai subordinat dari basis
ekonomi, sehingga menempatkan kekuatan media dalam proses ekonomi dan struktur produksi media. Dan yang terakhir adalah kulturalis-marxist yang salah
satunya direpresentasikan oleh Stuart Hall dimana paradigma ini melihat media
24
Zulfebriges, “Teori Media-Marxist: Sebuah Pengantar”, Mediator, Vol. 4, No. 1 2003, 80.
25
Louis Althusser,
“Ideology and
Ideological State
Appartuses”, dalam
http:www.spc.uchicago.edu
26
Michael Gurevitch, Tony Bennet, James Curran Janet Woollacott Ed., Culture, Society and the Media Part. 1 ‘Class, Ideology and the Media’ London: Methuen, 1982, 8.