IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

(1)

ii

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, FIRM SIZE AND DIVIDEND

POLICY ON FIRM VALUE (Studies in Manufacturing Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange Period 2010-2012)

By

Heral Viryando Maki

The purpose of this research was to determine the effect of corporate social responsibility, corporate governance, leverage, firm size and dividend policy on firm value. The sample in this research consisted of 20 companies listed in Indonesia Stock Exchange (IDX) 2010-2012. The sample was selected using purposive sampling. Data were analyzed using multiple linear regression with panel data approach that uses statistical test equipment Eviews 7. The results of this research showed that the ability of explanation by the variation of the five independent variables on firm value by 20%, while the remaining 80% are influenced by other factors outside of this research. F test result showed that the corporate social responsibility, corporate governance, leverage, firm size and dividend policy simultaneously significant effect on firm value. T test results showed that the good corporate governance and leverage partially significant effect on firm value, while corporate social responsibility, firm size and dividend policy partially not significant effect on firm value.

Keywords: Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Firm Size, Dividend Policy, Firm Value.


(2)

i ABSTRAK

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN

DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2010-2012)

Oleh

Heral Viryando Maki

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Sampel pada penelitian ini terdiri dari 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Sampel dipilih menggunakan purposive sampling. Teknik analisis data menggunakan regresi linier berganda dengan pendekatan data panel yang menggunakan alat uji statistik Eviews 7. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan penjelasan oleh variasi dari lima variabel independen tersebut terhadap nilai perusahaan sebesar 20%, sedangkan sisanya 80% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Hasil uji F menunjukkan bahwa corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji T menunjukkan bahwa good corporate governance dan leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan corporate social responsibility, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Kata kunci: Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan, Kebijakan Dividen, Nilai Perusahaan.


(3)

GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012)

Oleh

Heral Viryando Maki

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, GOOD

CORPORATE GOVERNANCE, LEVERAGE, UKURAN PERUSAHAAN

DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Periode 2010-2012)

Oleh

HERAL VIRYANDO MAKI

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Model Penelitian ... 44


(6)

iii

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori ... 11

2.1.1 Stakeholders Theory ... 11

2.1.2 Agency Theory ... 13

2.1.3 Bird-in-the-hand Theory ... 15

2.2 Nilai Perusahaan ... 16

2.3 Corporate Social Responsibility ... 18

2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility ... 18

2.3.2 Ruang Lingkup Corporate Social Resposibility ... 20

2.3.3 Manfaat Corporate Social Responsibility ... 21

2.3.4 Dimensi-Dimensi Corporate Social Responsibility ... 24

2.4 Good Corporate Governance ... 26

2.4.1 Pengertian Good Corporate Governance ... 26

2.4.2 Prinsip-prinsip Good Corporate Governance ... 28

2.4.3 Manfaat Good Corporate Governance ... 29

2.5 Ukuran Perusahaan ... 30

2.6 Leverage ... 32

2.7 Kebijakan Deviden ... 33

2.8 Penelitian Terdahulu ... 35

2.9 Kerangka Pemikiran ... 39


(7)

iv

3.2 Populasi dan Sample ... 46

3.2.1 Populasi ... 46

3.2.2 Sampel ... 47

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 48

3.4 Metode Pengumpulan Data... 48

3.5 Definisi Konseptual Variabel ... 48

3.5.1 Hubungan Nilai Perusahaan Dengan CSR ... 49

3.5.2 Hubungan Nilai Perusahaan Dengan CSR ... 49

3.5.3 Hubungan Nilai Perusahaan Dengan Leverage ... 50

3.5.4 Hubungan Nilai Perusahaan Dengan Ukuran Perusahaan ... 50

3.5.5 Hubungan Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen ... 51

3.6 Definisi Operasional Variabel ... 52

3.6.1 Variabel Dependen ... 52

3.6.2 Variabel Independen ... 53

3.6.2.1 Corporate Social Responsibility ... 53

3.6.2.2 Good Corporate Governance ... 57

3.6.2.3 Leverage ... 57

3.6.2.4 Ukuran Perusahaan ... 58

3.6.2.5 Kebijakan Dividen ... 58

3.7 Teknik Analisis Data ... 60

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 60

3.7.2 Analisis Regresi Berganda Model Panel Data ... 60

3.7.3 Pengujian Model ... 65

3.8 Pengujian Hipotesis ... 67

3.8.1 Koefisien Determinasi ... 67

3.8.2 Uji Simultan (Uji F) ... 69

3.8.3 Uji Parsial (Uji t) ... 70

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... ... 72

4.1.1 PT Astra International Tbk ... 72

4.1.2 PT Delta Djakarta Tbk ... 73

4.1.3 PT Darya Varia Laboratoria Tbk ... 74

4.1.4 PT Fast Food Indonesia Tbk ... 75

4.1.5 PT Gudang Garam Tbk ... 76

4.1.6 PT HM Sampoerna Tbk ... 77

4.1.7 PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ... 78

4.1.8 PT Indofood Sukses Makmur Tbk ... 78


(8)

v

4.1.13 PT Merck Tbk ... 83

4.1.14 PT Multi Bintang Indonesia Tbk ... 84

4.1.15 PT Mayora Indah Tbk ... 85

4.1.16 PT Nippon Indosari Corporindo Tbk ... 86

4.1.17 PT Sierad Produce Tbk ... 86

4.1.18 PT Mandom Indonesia Tbk ... 87

4.1.19 PT Surya Toto Indonesia Tbk ... 88

4.1.20 PT Unilever Indonesia Tbk ... 89

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 90

4.3 Hasil Analisis Data ... 92

4.3.1 Perhitungan Nilai Perusahaan ... 92

4.3.2 Perhitungan Corporate Social Responsibility ... 94

4.3.3 Perhitungan Good Corporate Governance ... 98

4.3.4 Perhitungan Leverage ... 100

4.3.5 Perhitungan Ukuran Perusahaan ... 102

4.3.6 Perhitungan Kebijakan Dividen ... 104

4.4 Analisis Regresi Model Panel Data ... 106

4.4.1 Uji Chow ... 107

4.4.2 Uji Hausman ... 108

4.4.3 Interpretasi Model Regresi Berganda ... 110

4.5 Pengujian Hipotesis ... 112

4.5.1 Koefisien Determinan (R2) ... 112

4.5.2 Uji F ... 113

4.5.3 Uji T ... ... 115

4.6 Pembahasan ... ... 117

4.6.1 Pengaruh CSR Terhadap Nilai Perusahaan ... 119

4.6.2 Pengaruh GCG Terhadap Nilai Perusahaan ... 121

4.6.3 Pengaruh Leverage Terhadap Nilai Perusahaan ... 123

4.6.4 Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 125

4.6.5 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan ... 127

4.7 Keterbatasan Penelitian ... 129

V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ...…... 131


(9)

(10)

vii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 38

Tabel 3.1 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 47

Tabel 3.2 Definisi Operasional Variabel ... 59

Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi ... 68

Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 91

Tabel 4.2 Perhitungan Nilai Perusahaan ... 93

Tabel 4.3 Perhitungan Corporate Social Responsibility ... 96

Tabel 4.4 Perhitungan Good Corporate Governance... 98

Tabel 4.5 Perhitungan Leverage ... 100

Tabel 4.6 Perhitungan Ukuran Perusahaan ... 102

Tabel 4.7 Perhitungan Kebijakan Dividen ... 105

Tabel 4.8 Hasil Pooled Least Square atau Common ... 107

Tabel 4.9 Uji Chow atau Likelihood Ratio Test ... 108

Tabel 4.10 Uji Hausman ... 109

Tabel 4.11 Uji Regresi Berganda Model Random Effect ... 109

Tabel 4.12 Uji Determinasi ... 112

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji F ... 114


(11)

(12)

MOTTO

Bukan karena berbagai hal itu sulit hingga kita tidak berani,

melainkan karena kita tidak berani hingga berbagai hal menjadi sulit

(Heral Viryando Maki)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita

menyesali apa yang belum kita capai

(Heral Viryando Maki)

Harta adalah pelayan kita bukan majikan kita, maka dari itu jangan jadikan

harta seperti majikan kita

(Imam Ghozali)

Banyak kegagalan dalam hidup ini karena banyak orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat menyerah


(13)

PERSEMBAHAN

Dengan Mengucap

Alhamdulillahhirobbil’alamin

Kupersembahkan karya terbaikku ini untuk:

Kedua orang tuaku tercinta, Bapak Hero Ferry Maki, S.E. dan Ibu

Ramlah yang telah memberikan dukungan, motivasi dan doa untuk

kesuksesanku

Kedua adikku Shintia Ramadhon Maki dan Izqo Seprian Maki yang

aku sayangi, tetap semangat belajar agar bisa meraih cita-cita kalian

Seluruh Keluarga Besarku Tercinta

Dosen Pembimbing dan Penguji yang sangat berjasa dalam

membimbing dan mengajariku selama ini

Seluruh sahabat-sahabat terbaikku yang selalu mendukungku

Almamaterku Universitas Lampung

dan, untuk

Kehidupanku


(14)

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 19 September 1993, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Hero Ferry Maki dan Ibu Ramlah.

Latar belakang pendidikan yang telah dijalankan yaitu penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) di TK Widya Karya pada tahun 1999 di Bandar Lampung, Sekolah Dasar (SD) di SDN 2 Rawa Laut (Teladan) Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 4 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Perintis 2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2011.

Tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Univesitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Administrasi Bisnis FISIP UNILA sebagai kepala bidang (Kabid) Kreativitas dan Teknis (Kretek) periode tahun 2013-2014. Penulis juga aktif pada organisasi Koperasi Mahasiswa (Kopma) UNILA. Tahun 2014, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Titiwangi, Kecamatan Candipuro, Lampung Selatan.


(16)

SANWACANA

Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW.

Skripsi dengan judul “Implementasi Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012)”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis (S.A.B.) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Selesainya penulisan skripsi ini juga berkat motivasi dan pengarahan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. A. Effendi, M.M. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.


(17)

4. Bapak Drs. Pairulsyah, M.H. selaku Pembantu Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung sekaligus sebagai Dosen Penguji penelitian ini. Terimakasih untuk semua masukan, saran serta perbaikan yang Bapak berikan.

6. Bapak Ahmad Rifai, S.Sos., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung serta Dosen Pembimbing Utama. Terimakasih atas kesediaanya untuk membimbing, memberikan saran dan kritik selama proses penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis menempuh studi di Universitas Lampung.

8. Ibu Mertayana selaku staff jurusan Ilmu Administrasi Bisnis. Terima kasih atas waktu untuk berbagi keluh kesah selama menyelesaikan skripsi ini. 9. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis yang tidak

dapat disebutkan satu persatu.

10. Kedua orangtuaku tercinta., “terimakasih untuk waktu, tenaga, kesabaran, dan kasih sayang yang selalu kalian curahkan, jangan pernah lelah untuk terus mendoakan dan merestuiku, semoga anakmu ini dapat membahagian kalian”.


(18)

mamah”

12. Rizki Amelia Putri, “terima kasih telah menemani dan memberikan semangat serta dukungan dan doa selama ini”.

13. Sahabat-sahabatku sejak awal perkuliahaan Made, Inggrid, Erika, Iam, Yudha, Gede. “Terima kasih atas segala dukungannya selama ini, kita harus sering-sering kumpul nih hehe, semoga kalian sukses. Aamiin”.

14. Sahabat-sahabatku para gadis cetaarrr Vivi, Baya, Mbul, Ivone, Hotma. “Terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga kalian sukses, aamiin”. 15. Sahabat-sahabatku para bujang yang juga satu Clan, nyookkk. Adin

(Adin_Sholih), Danis (Dans), Damar (Croco Mumet), Jupri (Kevin Bolton), Mawan (DOM), Niko (Ponari), Oci (Bang Ocidatang), Rafi (Nasi Padang), Ronok (Sandking), Umam (Gambreng), Vito (!:Vito99:!), Yayi (Yayi lah), “terima kasih atas bantuannya selama ini, semoga skripsi kalian lancar dan sukses kedepannya. Aamiin”.

16. Sahabat Angkatan 2011, Agung, Anas, Tommi, Willy, Andre, Habibi, Ade, Bekti, Ratu, Maul, Ratih, Iyoy, Agnes, Vera, Nabilla, Rika, Sendy, Nanda, Loli, Intan, Riko, Bambang, William, dan lainya yang tidak bisa disebutkan satu persatu. “Terima kasih atas kebersamaannya selama ini, sukses terus buat angkatan kita”.

17. Sahabat SMP, Dojo, Kunto, Fathan, Ipen, Haris, Ryan, Jundi, Pandhu, “semoga kita bisa sering-sering reuni”.


(19)

meminjamkan printernya hahaha. “Terus jaga silaturahmi yang sudah kita jalin”

19. Sahabat KKN Desa Titiwangi, Gilang, Mbot, Doi, Tita, Acil, Herdiani, Esti dan Hesti. “Terus jaga silaturahmi yang sudah kita jalin”.

20. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu

21. Terimakasih untuk almamaterku tercinta.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 14 Maret 2015 Penulis


(20)

(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pesatnya perkembangan dunia bisnis menyebabkan perusahaan harus mampu bersaing dengan para pesaing-pesaing bisnisnya dan harus mampu bertahan hidup dari ketatnya persaingan tersebut. Ketatnya persaingan inilah yang menyebabkan perusahaan harus mampu meningkatkan kinerja dan berinovasi dengan produk-produk yang dimilikinya. Untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kinerja serta memperkenalkan produk kepada konsumen, maka perusahaan memerlukan dana yang lebih.

Cara yang dianggap efisien dalam mendapatkan sumber dana adalah dengan go public. Akan tetapi tidak mudah untuk memperoleh dana melalui investasi, karena terdapat perbedaan karakteristik investor didalam menilai sebuah investasi. Dalam pengambilan keputusan investasi dibutuhkan laporan keuangan yang dapat mencerminkan kinerja suatu perusahaan yang disebabkan oleh angka-angka dalam laporan keuangan tersebut. Oleh karena itu, laporan keuangan dapat digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan investor sebagai salah satu pertimbangan dalam keputusan berinvestasi. Dari laporan keuangan juga investor dapat mengetahui nilai suatu perusahaan yang terlihat dari harga saham yang diperdagangakan serta dapat melihat kondisi perusahaan secara fundamental.


(22)

Tujuan utama perusahaan yang telah go public, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan (Sari dan Abundanti, 2014). Pandangan investor pada tingkat keberhasilan perusahaan terlihat melalui nilai perusahaan. Semakin tingginya nilai perusahaan karena tingginya harga saham akan membuat investor percaya pada kinerja perusahaan dan prospeknya di masa yang akan datang. Untuk meningkatkan kepercayan dan meyakinkan para investor untuk berinvestasi, sangat penting bagi perusahaan yang telah go public melaporkan laporan keuangan dan laporan tahunan kepada bursa efek, investor dan publik sebagai dasar keputusan berinvestasi.

Ada berberapa aspek yang dapat mengukur nilai perusahaan, salah satunya ialah harga saham perusahaan karena memperlihatkan penilaian investor secara keseluruhan atas ekuitas yang dimiliki (Hariani, 2012). Harga saham menunjukan kinerja manajemen perusahaan serta penilaian sentral dari seluruh pelaku pasar. Maka dengan memaksimalkan harga pasar saham sama dengan memaksimalkan nilai pasar perusahaan karena nilai perusahaan dapat diproksikan dengan harga saham. Harga saham juga dapat menunjukkan semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan apabila terdapat informasi baru pasar akan bereaksi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi naik turunnya nilai perusahaan, salah satunya adalah Corporate Social Responsibility (CSR) yang merupakan suatu konsep yang menjadikan perusahaaan tidak lagi hanya mencerminkan nilai perusahaan yang direfleksikan dalam kondisi keuangan perusahaan saja tetapi juga harus memperhatikan kondisi sosial dan lingkungan. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang berkembang menjadikan terjadinya kesenjangan


(23)

sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, berdasarkan hal tersebut muncul kesadaran untuk mengurangi dampak negatif tersebut.

Secara teoritis Corporate Social Responsibility merupakan inti dari etika bisnis, dimana suatu perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban-kewajiban ekonomis dan legal kepada pemegang saham (shareholders), tetapi perusahaan juga mempunyai kewajiban terhadap pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Semua itu tidak terlepas dari kenyatan bahwa suatu perusahaan tidak bisa hidup, beroperasi, dan bertahan serta memperoleh keuntungan tanpa bantuan dari berbagai pihak (Azheri, 2011).

CSR merupakan perwujudan pertanggungjawaban perusahaan atas dampak lingkungan sebagai aktivitas usahanya. Banyak perusahaan di Indonesia yang terlibat konflik dengan masyarakat karena tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya, seperti kasus lumpur Lapindo di Porong, konflik masyarakat Papua dengan PT Freeport Indonesia, konflik masyarakat Aceh dengan Exxon Mobile yang mengelola gas bumi di Arun, pencemaran lingkungan oleh Newmont di Teluk Buyat, dan lain sebagainya.

Paradigma agar perusahaan menerapkan CSR semakin lengkap berdasarkan hasil survei pada tahun 2005 terhadap 375 perusahaan di Jakarta. Hasil survei menunjukkan bahwa 166 (44,27%) perusahaan menyatakan tidak melakukan kegiatan CSR dan 209 (55,75%) perusahaan melakukan kegiatan CSR. Sedangkan kegiatan CSR yang dilakukan adalah, pertama; kegiatan kekeluargaan (116 perusahaan), kedua; sumbangan pada lembanga agama (50 perusahaan), ketiga; sumbangan pada yayasan sosial (39 perusahaan), keempat; pengembangan


(24)

komunitas (4 perusahaan). Survei ini juga mengungkapkan bahwa CSR yang dilakukan oleh perusahaan amat tergantung pada keinginan pihak manajemen perusahaan (Azheri, 2011).

Selain Corporate Sosial Responsibility (CSR), Good Corporate Governance (GCG) juga dapat meningkatkan nilai tambah karena dengan menerapkan Good Corporate Governance, diharapkan perusahaan akan memiliki kinerja yang baik sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan yang mampu memberikan keuntungan bagi pemegang saham atau pemilik perusahaan. GCG dapat didefinisikan sebagai suatu proses dan struktur yang digunakan oleh organ perusahaan (pemegang saham atau pemilik modal, komisaris atau dewan pengawas dan direksi) untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika. Adapun Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan.

Pada prinsipnya corporate governance menyangkut kepentingan para pemegang saham, perlakuan yang sama terhadap para pemegang saham, peranan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam corporate governance, transparansi dan penjelasan, serta peranan Dewan Komisaris dan Komite Audit. Kegagalan perusahaan berskala besar, skandal-skandal keuangan dan krisis-krisis


(25)

ekonomi di berbagai negara, telah memusatkan perhatian kepada pentingnya corporate governance.

Nilai perusahaan dapat juga diukur dengan menggunakan kebijakan hutang pada perusahaan karena dengan hutang yang semakin tinggi menyebabkan nilai perusahaan menjadi turun. Hal ini terjadi karena investor menilai bahwa hutang yang tinggi menyebabkan risiko yang besar pula terhadap pengembalian investasi. Hutang akan menimbulkan beban tetap berupa bunga yang harus dibayarkan perusahaan yang menyebabkan laba menjadi menurun dan modal pemegang saham ikut menurun.

Leverage digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Semakin besar leverage memperlihatkan risiko investasi yang semakin besar pula, begitu juga sebaliknya perusahaan yang memiliki leverage yang rendah memiliki risiko yang rendah pula. Peningkatan leverage dapat memberikan dua macam signal, yaitu berita baik (good news) sekaligus berita buruk (bad news). Berita baik jika peningkatan leverage menunjukkan kemampuan manajemen untuk meningkatkan nilai. Sebalikanya, menunjukkan berita buruk jika manajer melakukan peningkatan leverage karena terpaksa dan bukan karena alasan efisiensi (Novaes, 2002).

Ukuran perusahaan juga dianggap mampu mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini disebabkan semakin besar ukuran atau skala perusahaan maka akan semakin mudah juga perusahaan mendapatkan sumber dana baik yang bersifat internal maupun eksternal. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut bermacam cara antara lain log


(26)

size, total aktiva, nilai pasar saham, dan lain-lain. Selain itu ukuran perusahaan menentukan tingkat kepercayaan investor. Semakin besar perusahaan, maka semakin dikenal oleh masyarakat yang artinya semakin mudah untuk mendapatkan informasi yang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Ukuran dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar kecilnya suatu objek. Jika pengertian tersebut dikaitkan dengan perusahaan maupun organisasi, maka ukuran perusahaan dapat diartikan sebagai suatu perbandingan besar atau kecilnya suatu perusahaan maupun organisasi. Untuk itu pengertian selanjutnya mengenai ukuran perusahaan adalah sesuatu yang dapat mengukur nilai dari besar atau kecilnya suatu perusahaan. Wedari (2006) dalam Eka (2010) menyebutkan bahwa ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah.

Menurut Analisa (2011), ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total assets yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total asset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah asset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan


(27)

tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu aspek penting dalam tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Manajemen memiliki dua alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih setelah pajak atau Earnings After Tax (EAT), yaitu membaginya kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen, atau diinvestasikan kembali ke dalam perusahaan sebagai laba ditahan. Biasanya, sebagian EAT dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Oleh karena itu, manajemen harus membuat kebijakan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen tersebut.

Apabila perusahaan memutuskan untuk membagi laba yang diperoleh sebagai dividen berarti akan mengurangi jumlah laba ditahan yang akhirnya mengurangi sumber dana internal yang digunakan untuk mengembangkan perusahaan. Tetapi dengan membagikan dividen pun, perusahaan dapat mengurangi biaya agensi dikarenakan mengurangi jumlah arus kas perusahaan yang seringkali digunakan oleh manajer untuk digunakan secara tidak efisien.

Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividennya. Besarnya dividen yang dibagi tersebut dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayarkan tinggi maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Namun, jika dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham kecil maka harga saham perusahaan itu juga rendah. Dengan demikian, dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Martono dan Harjito, 2005).


(28)

Perusahaan industri manufaktur dalam penelitian digunakan menjadi objek penelitian. Hal ini dikarenakan industri ini memuat informasi-informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul “Implementasi Corporate Social Responsibility, Good Corporate Governance, Leverage, Ukuran Perusahaan dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan” (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2012).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian di atas adalah sebagai berikut: 1. Apakah corporate social responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai

perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

2. Apakah good corporate governance berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

3. Apakah leverage berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

4. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?

5. Apakah kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2010-2012?


(29)

6. Apakah corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen secara simultan berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh corporate social responsibility terhadap nilai perusahaan.

2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh good corporate governance terhadap nilai perusahaan.

3. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh leverage terhadap nilai perusahaan. 4. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh ukuran perusahaan terhadap nilai

perusahaan.

5. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan.

6. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh corporate social responsibility, good corporate governance, leverage, ukuran perusahaan, dan kebijakan dividen secara simultan terhadap nilai perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi manajemen perusahaan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan menyangkut pendanaan perusahaan dan sebagai alat untuk mengetahui kemajuan perusahaan.


(30)

2. Bagi investor diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu dalam pengambilan keputusan berinvestasi di pasar modal sebagai bahan evaluasi. 3. Bagi kalangan akademis sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk

melengkapi dan menambah informasi pada penelitian-penelitian serupa pada masa yang akan datang.


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Stakeholders Theory

Stakeholders merupakan semua pihak baik internal maupun eksternal yang mempunyai hubungan yang bersifat mempengaruhi maupun dipengaruhi, bersifat langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan. Batasan stakeholders tersebut mengisyaratkan bahwa perusahaan hendaknya memperhatikan stakeholders, karena mereka adalah pihak yang dipengaruhi dan mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil oleh perusahaan. Jika perusahaan tidak memperhatikan stakeholders bukan tidak mungkin akan menuai protes dan dapat mengeleminasi legitimasi stakeholders (Adam C. H, 2002 dalam Hadi, 2011).

Menurut teori stakeholders, manajemen organisasi diharapkan melakukan kegiatan yang dianggap penting oleh stakeholders. Teori ini mengatakan bahwa seluruh stakeholders mempunyai hak untuk disediakan informasi tentang bagaimana kegiatan organisasi memengaruhi mereka, bahkan mereka memilih untuk tidak menggunakan informasi tersebut dan bahkan ketika mereka tidak bisa secara langsung melakukan peran konstruktif dalam kelangsungan hidup organisasi (Deegan, 2004 dalam Yuniarti, 2007).


(32)

Membantu manajemen perusahaan mengerti lingkungan stakeholders mereka dan melakukan pengelolaan dengan lebih efisien diantara keberadaan hubungan-hubungan lingkungan perusahaan mereka merupakan tujuan utama dari teori stakeholders. Akan tetapi tujuan yang lebih luas stakeholders adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam memaksimalkan nilai dari dampak aktivitas-aktivitas mereka, dan meminimalkan kerugian-kerugian bagi stakeholders.

Diharapkan melalui stakeholders theory pihak manajemen perusahaan akan memasukkan nilai-nilai moralitas dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas usahanya. Berdasarkan penjelasaan tersebut, semakin jelaslah bahwa stakeholders theory adalah suatu pendekatan yang didasarkan atas bagaimana mengamati, mengidentifikasi dan menjelaskan secara analitis tentang berbagai unsur yang dijadikan dasar dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan dalam menjalankan aktivitas usaha. Kemudian dilakukan pemetaan terhadap hubungan-hubungan yang terjalin dalam kegiatan bisnis.

Pada umumnya hal imi dilakukan sebagai upaya menunjukan siapa saja yang mempunyai kepentingan, terkait, dan terlibat dalam kegiatan bisnis. Akhirnya tujuan bisnis akan bermuara pada satu tujuan yang bersifat imperatif. Dalam arti kata bahwa bisnis harus dijalankan sedemikian rupa agar hak dan kepentingan stakeholders dengan aktivitas dunia usaha terjamin, diperhatikan dan dihargai (Azheri, 2011).


(33)

2.1.2 Agency Theory

Para manajer diberi kekuasaaan oleh pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory). Hubungan keagenan (agency relationship) terjadi ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk melakukan sejumlah jasa dan mendelegasikan kewenangan untuk membuat keputusan kepada agen tersebut (Brigham dan Houston, 2006).

Tujuan dari pemisahaan pengelolaan dari kepemilian perusahan, yaitu agar pemilik perusahaan memperolah keuntungan yang semaksimal mungkin dangan biaya yang seefisien mungkin dengan dikelolalanya perusahaan oleh tenaga-tenaga perofesional. Meraka tenaga-tenaga-tenaga-tenaga perofesional, bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam menjalankan manajemen perusahaan, sehingga dalam hal ini para profesional tersebut berperan sebagai agennya pemegang saham. Semakin besar perusahaan yang dikeloa memperoleh laba semakin besar pula keuntungan yang didapatkan agen.

Inti dari hubungan keagenan (agency relationship) adalah adanya pemisahaan antara kepemilikan (principal/investor) dan pengendalian (agent/manajer). Kepemilikan diwakilkan oleh investor yang mendelegasikan kewenangan kepada agen dalam hal ini manajer untuk mengelola kekayaan investor. Investor memiliki harapan bahwa dengan mendelegasikan wewenang pengelolaan tersebut akan memperoleh keuntungan dengan bertambahnya kekayaan dan kemakmuran investor (Darmawati dkk, 2004).


(34)

Dengan memiliki tujuan yang berbeda, bisa menyebabkan munculnya masalah pada pihak-pihak yang bersangkutan dalam hubungan keagenan (agency relationship). Pemilik modal menginginkan bertambahnya kekayaan dan kesejahteraan para pemilik modal, sedangkan manajer juga menginginkan bertambahnya kesejahteraan bagi para manajer, sehingga munculah konflik kepentingan antara pemilik (investor) dengan manajer (agen). Pemilik lebih tertarik untuk memaksimalkan return dan harga sekuritas dari investasinya, sedangkan manajer mempunyai kebutuhan psikologis dan ekonomi yang luas, termasuk memaksimumkan kompensasinya (Darwis, 2009).

Didasarkan pada adanya fenomena pemisahaan antara pemilik perusahaan dengan manajer yang mengelola perusahaan yang menyebabkan munculnya agency theory. Fakta-fakta empiris memperlihatkan bahwa para manajer tidak selamanya bertindak sesuai dengan kepentingan para pemilik perusahaan, melainkan terkadang terjadi bahwa para pengelola perusahaan (direksi dan manajer) bertindak mengejar kepentingan mereka sendiri. Perkembangan selanjutnya agency theory memperoleh tanggapan lebih luas karena dipandang lebih memperlihatkan kenyataan yang ada. Beragam pemikiran menyangkut corporate governance berkembang dengan betumpu pada agency theory yang di mana pengelolaan perusahaan harus dikendalikan dan diawasi untuk memastikan pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuaan yang berlaku (Solihin, 2009).

Pemilik (shareholders) merupakan pihak yang paling berkepentingan terhadap kinerja manajemen terkait dengan agency theory. Berdasarkan kepentingan


(35)

tersebut maka dibentuk dewan komisaris yang merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan oleh pemilik untuk meyakinkan bahwa manajemen dapat mengelola perusahaan dengan baik adalah dengan corporate governance yang tepat. Dengan corporate governance yang tepat diharapkan manajemen melakukan tanggungjawabnya yang sesuai dengan kepentingan pemilik.

2.1.3 Bird-in-the-hand Theory

Teori ini dikemukakan oleh Gordon dan Lintner yang menganggap bahwa dividen yang diterima merupakan sesuatu yang sudah pasti di tangan sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dibandingkan capital gains. Mereka juga berpendapat bahwa investor lebih menyukai dividen karena lebih pasti pendapatannya, daripada mengharapkan sesuatu pendapatan yang belum pasti jika menginvestasikan kembali dividen pada investasi tertentu. Penganut teori bird-in-the-hand ini lebih meyukai pembayaran dividen tinggi karena akhirnya dapat menghasilkan harga saham yang juga tinggi (Ambarwati, 2010).

Kebanyakan pemilik saham lebih menyukai pembayaran dividen saat ini daripada

menundanya untuk direalisir dalam bentuk “capital gain” nanti. Tarif pajak untuk

capital gain” memang sering lebih rendah daripada untuk dividen, namun para pemilik saham banyak yang lebih menyukai dividen saat ini, karena dengan pembayaran dividen sekarang maka penerimaan uang tersebut sudah pasti, sedangkan apabila ditunda ada kemungkinan bahwa apa yang diharapkan meleset.

Menurut Modigliani dan Miller pendapat Gordon dan Lintner merupakan suatu kesalahan, karena akhirnya investor akan kembali menginvestasikan dividen yang


(36)

diterima pada perusahaan yang sama atau perusahaan yang memiliki resiko yang hampir sama.

2.2 Nilai Perusahaan

Nilai Perusahaan merupakan nilai jual perusahaan atau nilai tumbuh bagi pemegang saham, nilai perusahaan akan terlihat dari harga pasar sahamnya (Rachmawati dan Triatmoko, 2007). Sedangkan menurut Nurlela dan Islahudin (2008) mendefinisikan nilai perusahaan sebagai nilai pasar. Nilai perusahaan dapat memberikan kesejahteraan pemegang saham secara maksimal apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kesejahteraan pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan, para pemodal memberikan pengelolaan perusahaan kepada para profesional yang diposisikan sebagai manajer maupun komisaris.

Harga pasar dari saham perusahaan yang dibentuk oleh penjual dan pembeli saat melakukan transaksi disebut nilai pasar perusahaan, dikarenakan harga pasar saham dianggap merefleksikan nilai aset perusahaan yang sesungguhnya. Peluang-peluang investasi mempengaruhi nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator nilai pasar saham. Dengan adanya peluang investasi dapat menandakan hal positif tentang pertumbuhan perusahaan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.

Persepsi investor terhadap suatu perusahaan melihat pada nilai perusahaan tersebut, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Dengan harga saham yang tinggi berarti nilai perusahaan juga semakin tinggi. Menurut Salvatore (2005) dalam Hariani (2012) berdasarkan theory of the firm tujuan utama perusahaan


(37)

adalah memaksimalkan kekayaan atau nilai perusahaan (value of the firm). Dengan nilai perusahaan yang maksimal sangat berarti bagi perusahaan, karena dengan memaksimalkan nilai perusahaan berarti dapat meningkatkan kesejahteraan pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Salah satu cara yang digunakan dalam menilai nilai perusahaan adalah dengan menggunakan Tobin’s Q. Rasio ini dikembangkan oleh Profesor James Tobin pada tahun 1967. Jika Tobin’s Q diatas satu, ini menunjukkan bahwa investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai yang lebih tinggi daripada pengeluaran investasi, hal ini akan merangsang investasi baru. Jika Tobin’s Q dibawah satu, investasi dalam aktiva tidaklah menarik. Jadi Tobin’s Q merupakan ukuran yang lebih teliti tentang seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber-sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya (Herawati, 2007).

Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena dalam Tobin’s Q memasukkan semua unsur utang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa saja dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang dimasukkan namun seluruh aset perusahaan. Dengan memasukkan seluruh aset perusahaan berarti perusahaan tidak hanya terfokus pada satu tipe investor saja yaitu investor dalam bentuk saham namun juga untuk kreditur karena sumber pembiayaan operasional perusahaan bukan hanya dari ekuitasnya saja tetapi juga dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur (Sukamulja, 2004 dalam Hariani, 2012).

Jadi semakin besar nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki

prospek pertumbuhan yang baik. Hal ini dapat terjadi karena semakin besar nilai pasar aset perusahaan dibandingkan dengan nilai buku aset perusahaan maka


(38)

semakin besar kerelaan investor untuk mengeluarkan pengorbanan yang lebih untuk memiliki perusahaan tersebut (Sukamulja, 2004 dalam Hariani, 2010).

2.3 Corporate Social Responsibility

2.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Belum ada pengertian secara global mengenai CSR yang disepakati oleh semua pihak, karena pengertian CSR dan komponen CSR dapat berbeda-beda di negara-negara atau daerah yang lain. Pengertian yang dikemukakan oleh banyak ahli, praktisi dan peneliti memang belum memiliki kesamaan, tetapi dalam banyak hal memiliki kesamaan esensi. Darwin (2004) dalam Ramadhani (2012) menyebutkan bahwa Corporate Social Responsibility adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan integrasinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggung jawab di bidang hukum. CSR merupakan bagaimana perusahaan harus mampu mengelola bisnis operasinya dengan menghasilkan produk yang berorientasi secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan.

Menurut The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD) dalam Mardikanto (2014) yang merupakan lembaga internasional yang berdiri tahun 1955 dan beranggotakan 120 perusahaan multinasional yang berasal dari 30 negara dunia, Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, bekerja dengan karyawan, keluarga mereka dan masyarakat lokal.


(39)

Komisi Eropa (2001) dalam Mardikanto (2014) mendefinisikan CSR sebagai sebuah konsep dimana perusahaan mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan secara sukarela yang berikut semakin menyadarkan bahwa perilaku bertanggungjawab mengarah pada keberhasilan bisnis yang berkelanjutan. CSR adalah tentang mengelola perubahan di tingkat perusahaan secara sosial bertanggungjawab yang dapat dilihat dalam dua dimensi yang berbeda:

1. Internal; yang bertanggungjawab sosial praktik yang terutama berhubungan dengan karyawan dan terikat dengan isu-isu seperti investasi dalam perubahan modal, kesehatan dan keselamatan serta manajemen manusia, sementara praktik-praktik lingkungan yang bertanggungjawab terkauit terutama untuk pengelolaan sumber daya alam dan penggunaan sumber daya lainnya dalam produksi.

2. Eksternal; CSR di luar perusahaan dengan masyarakat setempat dan melibatkan berbagai stakeholders seperti mitra bisnis, pemasok, pelanggan, otoritas publik dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang mewakili masyarakat lokal serta lingkungan.

Menurut Tony Hayward (2005) dalam Mardikanto (2014) tanggungjawab dimulai dari keinginan perusahaan untuk dapat sustainable beroperasi lebih lama, mengikuti kemajuan yang ada dan dapat terus bertahan dalam bisnis selama beberapa dekade. Jika sebuah perusahaan berupaya menjadi sustainable maka harus melakukan dua hal:

1. Harus menjalankan bisnis yang sukses yang membuat keuntungan serta melakukan investasi.


(40)

2. Harus dipercaya dan didukung oleh semua pihak yang berhubungan dengan bisnis yang dijalankan (pelanggan, pemasok, pemerintah, masyarakat, pengamat, media dan kalangan seperti LSM).

2.3.2 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility

Pada prinsipnya CSR merupakan komitmen perusahaan terhadap kepentingan para stakeholders dalam arti luas daripada sekedar kepentingan perusahaan belaka. Meskipun secara moral adalah baik suatu perusahaan mengejar keuntungan, bukan berarti perusahaan dibenarkan mencapai keutungan tersebut dengan mengorbankan kepentingan-kepentingan pihak yang terkait. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan dari usahanya yang mempunyai dampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap stakeholders-nya dan lingkungan di mana perusahaan melakukan aktivitasnya. Sehingga secara posotif, hal ini bermakna bahwa setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa, pada akhirnya mampu meningkatkan kesejahteraan para stakeholders-nya dengan memperhatikan kualitas lingkungan ke arah yang lebih baik.

Berkaitan dengan hal tersebut, John Elkingston mengelompokan CSR atas tiga

aspek yang lebih dikenal dengan istilah “Triple Bottom Line (3BL)”. Ketiga aspek itu meliputi kesejahteraan atau kemakmuran ekonomi (economic prosperity), peningkatan kualitas lingkungan (environmental quality), dan keadaan sosial (social justice). Ia juga menegaskan bahwa suatu perusahaan yang ingin menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainability development) harus memperhatikan “Triple P” yaitu profit, planet, and people.


(41)

Bila dikaitkan antara 3BL dengan “triple P” dapat disimpulkan bahwa “Profit

sebagai wujud aspek ekonomi, “Planet” sebagai aspek lingkungan dan “People” sebagai aspek sosial.

Pada sisi lain Brodshaw dan Vogel dalam Azheri (2011) menyatakan ada tiga dimensi yang harus diperhatikan, sehubungan dengan ruang lingkup CSR yaitu: 1. Corporate philantrophy adalah usaha-usaha amal yang dilakukan oleh suatu

perusahaan, di mana usaha-usaha amal ini tidak berhubungan secara langsung dengan kegiatan normal perusahaan. Usaha-usaha amal ini dapat berupa tanggapan langsung perusahaan atas permintaan dari luar perusahaan atau juga berupa pembentukan suatu badan tertentu, seperti yayasan untuk mengelola usaha amal tersebut.

2. Corporate responsibility adalah usaha sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan ketika sedang mengejar profitabilitas sebagai tujuan perusahan. 3. Corporate policy berkaitan erat dengan bagaimana hubungan perusahaan

dengan pemerintah yang berkaitan dengan posisi tawar suatu perusahaan dengan adanya berbagai kebijaksanaan pemerintah yang memengaruhi perusahaan maupun masyarakat secara keseluruhan.

2.3.3 Manfaat Corporate Social Responsibility Bagi Perusahaan

Berdasarkan tujuannya, ada dua alasan yang mendasari perusahaan untuk melakukan CSR yaitu alasan moral dan alasan ekonomi. Alasan moral pada dasarnya merupakan inisiatif dari suatu perusahaan untuk melakukan CSR yang murni timbul karena kesadaran perusahaan terhadap aspek sosial dan lingkungan, sedangkan alasan ekonomi lebih kepada upaya memperkuat reputasi dan citra


(42)

perusahaan melalui kegiatan CSR yang dilakukannya dan bertujuan untuk menciptakan keuntungan bagi perusahaan tersebut.

Menurut Wibisono (2007) dalam Satria (2013) ada sepuluh manfaat yang diperoleh perusahaan dari pelaksanaan CSR yaitu:

1. Mendongkrak Reputasi dan Citra Perusahaan

Perbuatan yang destruktif pasti akan menurunkan reputasi dan citra perusahaan, sebaliknya kontribusi positif pasti akan mendongkrak reputasi dan citra positif perusahaan. Reputasi dan citra positif ini penting untuk menunjang keberhasilan perusahaan.

2. Mendapatkan Ijin/Lisensi Sosial untuk Beroperasi

Masyarakat sekitar adalah komunitas utama perusahaan. Ketika mereka mendapatkan keuntungan dari perusahaan maka dengan sendirinya mereka akan merasa memiliki perusahaan sehingga mereka akan memberikan keleluasaan kepada perusahaan untuk menjalankan bisnisnya.

3. Mengurangi Risiko Bisnis Perusahaan

Mengelola risiko di tengah kompleksnya permasalahan perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi kesuksesan perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan stakeholder akan mengganggu kelancaran bisnis perusahaan. Bila hal yang demikian terjadi, maka akan menimbulkan biaya yang jumlahnya jauh lebih besar daripada anggaran untuk melakukan CSR. Oleh karena itu, pelaksanaan CSR sebagai langkah preventif untuk mencegah memburuknya hubungan dengan stakeholder perlu diperhatikan oleh perusahaan.


(43)

4. Memperlebar Akses Sumber Daya Operasional Perusahaan

Track record yang baik dalam pengelolaan CSR merupakan keunggulan kompetitif perusahaan yang dapat mempermudah jalan menuju sumber daya yang dibutuhkan perusahaan.

5. Membuka Peluang Pasar yang Lebih Luas

Investasi yang ditanamkan untuk pelaksanaan CSR dapat menjadi tiket bagi perusahaan menuju peluang yang lebih besar, termasuk di dalamnya menembus pangsa pasar baru.

6. Mengurangi Biaya-Biaya

Banyak contoh penghematan biaya yang terjadi dari pelaksanaan CSR. Misalnya dengan mendaur ulang limbah pabrik ke dalam proses produksi akan mampu menghemat biaya produksi di samping juga membantu mengurangi pencemaran lingkungan.

7. Memperbaiki Hubungan dengan Stakeholders

Implementasi CSR akan membantu menambah frekuensi komunikasi dengan stakeholder sehingga mampu meningkatkan kepercayaan stakeholder kepada perusahaan.

8. Memperbaiki Hubungan dengan Pemerintah

Perusahaan yang melaksanakan CSR pada dasarnya akan meringankan beban pemerintah sebagai regulator yang bertanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan.

9. Meningkatkan Motivasi dan Produktifitas Karyawan

Citra perusahaan yang baik di mata stakeholder dan kontribusi positif yang diberikan perusahaan kepada masyarakat serta lingkungan akan menimbulkan


(44)

kebanggan tersendiri bagi karyawan sehingga akan meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja mereka.

10.Kesempatan Perusahaan untuk Mendapatkan Penghargaan (Award)

Banyaknya penghargaan yang diberikan kepada para pelaku CSR sekarang ini akan menambah kesempatan bagi perusahaan untuk mendapatkan penghargaan.

2.3.4 Dimensi-Dimensi Corporate Social Responsibility

Ketika banyak akademisi memandang CSR secara nondimensional yang melihat aktivitas CSR secara keseluruhan, beberapa akademisi berpendapat bahwa CSR sebenarnya terdiri dari berbagai macam dimensi yang masing-masing mencerminkan kelompok aktivitas CSR yang berbeda. Meskipun demikian, tidak terdapat dimensi CSR yang diterima secara umum dan berlaku secara universal.

Pendapat mengenai dimensi CSR yang pertama kali dikemukakan oleh Carrol (1979) dalam Satria (2013), yang menyatakan bahwa aktivitas sukarela yang dilakukan oleh perusahaan dapat dibagi menjadi dua dimensi yaitu etika (ethical) dan kemanusiaan (philanthropic). Tanggung jawab etika mengacu pada aktivitas perusahaan yang tidak diatur oleh hukum tetapi diharapkan oleh masyarakat agar perusahaan melakukannya, sementara tanggung jawab kemanusiaan mencakup tindakan bebas yang melebihi ekspektasi masyarakat.

Kemudian Carrol menyempurnakan gagasannya mengenai dimensi CSR. Menurutnya CSR terdiri dari empat dimensi yaitu ekonomi (economic), hukum (legal), etika (ethical), dan kemanusiaan (philanthropic) yang digambarkan dalam bentuk piramida. Keempat dimensi CSR tersebut adalah:


(45)

1. Tanggungjawab Ekonomi

Tanggung jawab ekonomi adalah tanggung jawab sosial perusahaan yang utama dan yang paling penting, merupakan pondasi dasar dari ketiga tanggung jawab yang lainnya, dimana perusahaan memiliki tanggung jawab untuk menyediakan barang atau jasa yang diinginkan masyarakat dan menjualnya demi memperoleh keuntungan.

2. Tanggungjawab Hukum

Tanggung jawab hukum semata-mata berhubungan dengan tanggung jawab ekonomi dan mencerminkan ekspektasi masyarakat terhadap perusahaan untuk memenuhi tugas ekonominya dengan batasan yang diatur oleh hukum.

3. Tanggungjawab Etika

Tanggung jawab etika dari perusahaan meliputi segala aktivitas dan praktik yang diharapkan atau dilarang oleh masyarakat meskipun hal tersebut tidak diatur oleh hukum. Dalam hal ini, perusahaan memiliki kewenangan untuk menghindari hal-hal yang merugikan dan melakukan apa yang benar, tepat, dan wajar.

4. Tanggungjawab Kemanusiaan

Tanggung jawab kemanusiaan menyangkut segala sesuatu yang tidak diamanatkan secara nyata oleh masyarakat, yang bergantung pada keputusan dan pilihan masing-masing. Meskipun demikian, perusahaan diharapkan untuk memberikan kontribusi keuangan dan SDM untuk masyarakat dan meningkatkan kualitas kehidupannya.

Clarkson (1995) dalam Satria (2013) memberikan alternatif lain mengenai dimensi CSR, menurutnya dimensi CSR akan lebih baik jika dinilai dengan


(46)

menggunakan kerangka stakeholder, yaitu suatu kerangka yang menilai bagaimana perusahaan mengelola hubungannya dengan stakeholder utama. Stakeholder utama yang dimaksud adalah individu, kelompok, dan/atau institusi yang tanpa partisipasi secara terus menerus dari mereka, perusahaan tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Stakeholder utama meliputi pemegang saham/pemilik, pegawai, pemasok, pelanggan, dan stakeholder publik seperti masyarakat dan lingkungan.

Berdasarkan perbedaan hak-hak dan kepentingan untuk masing-masing stakeholder utama dalam perusahaan, maka perusahaan perlu menerapkan berbagai macam aktivitas dan kebijakan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan masing-masing stakeholder demi mencapai kinerja keuangan yang lebih baik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan sukarela yang dilakukan oleh perusahaan untuk setiap stakeholder utama yang berbeda menunjukkan dimensi CSR yang berbeda pula.

Berdasarkan analisis terhadap definisi CSR yang ada, Dahlsrud (2006) dalam Satria (2013) memberikan pendapatnya mengenai dimensi CSR. Menurutnya, ada lima dimensi CSR yaitu lingkungan (environmental), sosial (social), ekonomi (economic), stakeholder, dan kesukarelaan (voluntariness).

2.4 Good Corporate Governance (GCG) 2.4.1 Pengertian Good Corporate Govenance

Menurut Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), GCG dapat didefinisikan sebagai struktur, sistem, dan proses yang digunakan oleh organ-organ perusahaan (pemegang saham atau pemilik modal, komisaris atau dewan


(47)

pengawas dan direksi) sebagai upaya untuk memberikan nilai tambah perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang yang berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai etika.

Definisi menurut Cadbury mengatakan bahwa Good Corporate Governance adalah mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan. Sedangkan Center for European Policy Study (CEPS), memformulasikan Good Corporate Governance adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada di dalam maupun di luar manajemen perusahaan. Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) mendefinisikan GCG sebagai:

”The structure through whichshareholders, directors, managers, set of the board

objectives of the company, the means ofattaining those objectives and monitoring

performance.”

Menurut IICG (2010) dalam Laila (2011) ada dua penyebab yang mendorong munculnya isu tentang GCG yaitu:

1. Terjadinya perubahan lingkungan yang begitu cepat yang berdampak pada perubahan peta kompetisi pasar global. Bahkan dalam perjalanannya, kompetisi pasar global terus meningkat karena dipacu oleh kecanggihan teknologi dan deregulasi ekonomi. Akibatnya, fenomena ini berimplikasi terhadap eksistensi perusahaan melalui privatisasi dan restrukturisasi. Selain itu kompetisi pasar ini juga menyebabkan terjadinya turbulensi, stress, resiko tinggi dan ketidakpastian bagi perusahaan. Dalam kondisi seperti ini perusahaan kemudian dituntut untuk cepat tanggap dalam merespon ancaman dan peluang yang muncul serta harus tepat dalam merancang dan


(48)

menggunakan strategi dan sistem pengendalian yang prima untuk mempertahankan kesinambungannya.

2. Semakin banyak dan kompleksnya pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan, termasuk rumitnya pola ownership structures, sehingga berimplikasi terhadap manajemen stakeholders.

2.4.2 Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia, GCG memiliki prinsip sebagai berikut (Solihin, 2009):

1. Transparansi (transparency), untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (accuntability), perusahaan harus mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Keadilan (fairness), dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memerhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas keadilan.


(49)

4. Responsibilitas (responsibility), perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate governance.

5. Independensi (independency), untuk melancarkan pelaksanaan GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

2.4.3 Manfaat Good Corporate Governance

Dengan adanya penerapan Good Corporate Governance dalam suatu perusahaan maka menghasilkan suatu manfaat yang diperoleh, yaitu (Riswari, 2012):

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional serta lebih meningkatkan pelayanan kepada shareholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden khusus bagi BUMN akan membantu penerimaan APBN terutama dari hasil privatisasi.


(50)

5. Penerapan prinsip good corporate governance ini adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien, melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independen dari dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan kegiatan perusahaan, sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik.

2.5 Ukuran Perusahaan

Sebuah perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan besar, jika kekayaan yang dimilikinya juga besar. Sebaliknya, perusahaan tersebut dikatakan kecil, jika kekayaan yang dimilikinya adalah sedikit. Biasanya masyarakat akan menilai besar kecilnya perusahaan dengan melihat bentuk fisik perusahaan. Dapat dibenarkan bahwa perusahaan yang dari luar terlihat megah dan besar diartikan sebagai perusahaan berskala besar. Namun, hal itu tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan tersebut tidak memiliki kekayaan yang besar.

Ukuran perusahaan adalah peningkatan dari kenyataan bahwa perusahaan besar akan memiliki kapitalisasi pasar yang besar, nilai buku yang besar dan laba yang tinggi. Sedangkan pada perusahaan kecil akan memiliki kapitalisasi pasar yang kecil, nilai buku yang kecil dan laba yang rendah (Wedari, 2006 dalam Eka, 2010).

Menurut Badan Standarisasi Nasional dalam Sulistiono (2010), kategori ukuran perusahaan ada 3 yaitu:

1. Perusahaan Kecil yaitu perusahaan dapat dikategorikan perusahaan kecil apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 50.000.000,- dengan paling banyak 500.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki


(51)

hasil penjualan tahunan lebih dari 300.000.000,- sampai dengan paling banyak 2.500.000.000,-.

2. Perusahaan Menengah yaitu perusahaan dapat dikategorikan perusahaan menengah apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 500.000.000,- sampai dengan paling banyak 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha, atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.500.000.000,- sampai dengan paling banyak 50.000.000.000,-.

3. Perusahaan Besar, yaitu perusahaan dapat dikategorikan perusahaan besar apabila memiliki kekayaan bersih lebih dari 10.000.000.000,- tidak termasuk bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 50.000.000.000,-.

Menurut Analisa (2011) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap nilai perusahaan suatu perusahaan. Dalam hal ukuran perusahaan dilihat dari total aset yang dimiliki oleh perusahaan, yang dapat dipergunakan untuk kegiatan operasi perusahaan. Jika perusahaan memiliki total aset yang besar, pihak manajemen lebih leluasa dalam mempergunakan aset yang ada di perusahaan tersebut. Kebebasan yang dimiliki manajemen ini sebanding dengan kekhawatiran yang dilakukan oleh pemilik atas asetnya. Jumlah aset yang besar akan menurunkan nilai perusahaan jika dinilai dari sisi pemilik perusahaan. Akan tetapi jika dilihat dari sisi manajemen, kemudahan yang dimilikinya dalam mengendalikan perusahaan akan meningkatkan nilai perusahaan.


(52)

2.6 Leverage

Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas penggunaaan utang perusahaan. Dengan mengunakan leverage, perusahaaan tidak hanya dapat memperoleh keuntungan namun juga dapat mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian, karena leverage keuangan berarti perusahaan membebankan risiko kepada pemegang saham sehingga memengaruhi return saham (Weston dan Copeland, 1999 dalam Prasetyorini, 2013).

Konsep leverage ini penting bagi investor dalam membuat pertimbangan penilaian saham. Para investor umumnya cenderug menghindari risiko. Risiko yang timbul dalam penggunan financial leverage disebut dengan financial risk yaitu risiko tambahan yang dibebankan kepada pemegang saham sebagai hasil penggunaan utang oleh perusahaan. Semakin tinggi leverage, semakin besar risiko keuangannya dan sebaliknya (Home dan Marchwicz, 2005 dalam Prasetyorini, 2013).

Keputusan pembelanjaan dapat memengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi pemegang saham. Pada kondisi ekonomi baik, perusahaan yang porsi penggunaan utang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang menghasilakan laba bagi pemegang saham lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang porsi penggunaan utangnya lebih kecil dibandingkan dengan modal sendiri. Sebaliknya, pada kondisi ekonomi buruk perusahaan yang porsi penggunaan utangnya lebih besar dibandingkan dengan modal sendiri akan menghasilkan laba bagi pemegang saham lebih kecil dari pada perusahaan yang porsi penggunaan utangnya lebih kecil dibandingkan dengan modal sendiri.


(53)

Weston dan Copeland (1992) dalam Analisa (2011) mengatakan bahwa salah satu faktor penting dalam unsur pendanaan adalah hutang (leverage). Solvabilitas (leverage) digambarkan untuk melihat sejauh mana aset perusahaan dibiayai oleh hutang dibandingkan dengan modal sendiri. Leverage sebagai kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dengan menggunakan ekuitas yang dimilikinya. Leverage dapat dipahami sebagai penaksir dari resiko yang melekat pada suatu perusahaan. Artinya, leverage yang semakin besar menunjukkan risiko investasi yang semakin besar pula. Perusahan dengan rasio leverage yang rendah memiliki risiko leverage yang lebih kecil.

Dengan tingginya rasio leverage menunjukkan bahwa perusahaan tidak solvable, artinya total hutangnya lebih besar dibandingakan dengan total asetnya. Karena leverage merupakan rasio yang menghitung seberapa jauh dana yang disediakan oleh kreditur, juga sebagai rasio yang membandingkan total hutang terhadap keseluruhan aktiva suatu perusahaan, maka apabila investor melihat sebuah perusahaan dengan aset yang tinggi namun resiko leverage nya juga tinggi, maka akan berpikir dua kali untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut. Karena dikhawatirkan aset tinggi tersebut di dapat dari hutang yang akan meningkatkan risiko investasi apabila perusahaan tidak dapat melunasi kewajibanya tepat waktu.

2.7 Kebijakan Dividen

Kebijakan mengenai pembayaran dividen merupakan kebijakan yang penting bagi perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak yang memiliki kepentingan berbeda yaitu pihak pemegang saham dan pihak manajemen perusahaan. Yang dimaksud dengan kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh


(54)

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna membiayai investasi perusahaan di masa mendatang.

Keuntungan bersih pada umumnya dibagi dalam bentuk dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali. Artinya manajemen harus membuat keputusan berapa besar bagian yang harus dibagikan dalam bentuk dividen. Keputusan ini disebut sebagai kebijakan dividen. Pembagian dividen sering dikaitkan kepada kemakmuran pemegang saham sedangkan ditahan sebagai laba ditahan digunakan sebagai biaya pertumbuhan perusahaan itu sendiri (Ambarwati, 2010).

Menurut Ambarwati (2010) keputusan yang diambil oleh manajemen terkait pembayaran dividen adalah meliputi elemen-elemen:

a. Dividen yang akan dibayarkan apakah dividen rendah atau dividen tinggi, hal ini akan sangat tergantung pada preferensi pemegang saham perusahaan yang akan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Dividen yang akan dibayarkan bersifat stabil atau tidak stabil, hal ini harus diputuskan dengan baik karena menyangkut minat investor dimasa yang akan datang.

c. Dividen yang akan dibayarkan apakah setiap tahun atau periodik.

d. Apakah kebijakan dividen untuk dibagikan harus diumumkan, biasanya memang diumumkan lewat surat resmi ataupun surat kabar.

Rasio pembayaran dividen (Dividen Pay out Ratio) menentukan jumlah laba yang di bagi dalam bentuk dividen kas dan labayang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan presentase laba perusahaan yang dibayarkan


(55)

kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Laba perusahaan yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan perusahaan.

2.8 Penelitian Terdahulu

Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan peneliti adalah:

1. Penelitian ini dilakukan oleh Analisa (2011) dengan menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sample dan diperoleh sebanyak 13 perusahaan. Sedangkan metode analisis yang digunakan adalah uji asumsi klasik dan uji hipotesis serta analisis berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, (2) leverage mempunyai pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, (3) profitabilitas mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan (4) kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan seluruh variabel independen dalam penelitian ini berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Kemudian hasil estimasi regresi menunjukkan kemampuan prediksi dari 4 variabel independen tersebut terhadap nilai perusahaan sebesar 61%, sedangkan sisanya 39% dipengaruhi oleh faktor lain diluar model yang tidak dimasukan dalam analisis ini.

2. Penelitian yang dilakukan Riswari (2012) menggunakan sampel perusahaan sektor non financial pada tahun 2008-2009 dengan menggunakan metode purposive sampling. Total sampel sebanyak 35 perusahaan dengan dua tahun pengamatan. Jadi total sampel penelitian sebanyak 70 perusahaan. Proses


(56)

analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah confirmatory factor analisis, uji asumsi klasik, kemudian dilanjutkan dengan pengujian hipotesis. Data yang digunakan adalah laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan melalui situs www.idx.co.id. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa variabel corporate social responsibility dan corporate governance berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan serta corporate governance merupakan variabel pemoderasi antara corporate social responsibility dan nilai perusahaan. Sedangkan ukuran perusahaan sebagai variabel kontrol tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

3. Penelitian yang dilakukan Retno dan Priantinah (2012) dengan menggunakan populasi pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan dokumentasi, studi pustaka, dan literatur. Teknik analisis data meliputi 1) Statistik deskriptif 2) Uji Asumsi Klasik: Normalitas, Multikolinearitas, Autokorelasi dan Heteroskedastisitas 3) Pengujian Fit and Goodness: a) Koefisien Determinasi b) Uji StatistikF c) Uji Statistik t 4) Pengujian Hipotesis metode regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan 1) GCG berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 2) Pengungkapan CSR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan dengan variabel kontrol Size, Jenis industri, Profitabilitas, dan Leverage pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010 3) GCG dan Pengungkapan CSR berpengaruh positif


(57)

terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2007-2010.

4. Penelitian yang dilakukan Mardiyati et al (2012) menggunakan populasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2010. Metode pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 78 perusahaan. Penelitian ini diuji dengan aplikasi SPSS. Penelitian ini menggunakan metode kuadrat terkecil yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, kebijakan utang berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, dan profitabilitas berpengaruh positif signifikan. Selain itu, penelitian ini menggunakan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol yang bisa mengubah satu variabel independen, terdapat: koefisien kebijakan utang terhadap nilai perusahaan. Jadi, kebijakan utang berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan, variabel DPR, DER dan ROE berpengaruh signifikan terhadap PBV dan dengan kepemilikan manajerial sebagai variabel kontrol, variabel DPR, DER, ROE dan kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap PBV.

5. Penelitian ini dilakukan oleh Dewi dan Wirajaya (2013) menggunakan populasi pada perusahaan industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2011. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, dengan beberapa kriteria yang telah ditentukan maka jumlah sampel adalah sebanyak 71 perusahaan manufaktur. Data penelitian merupakan data sekunder diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory


(1)

132

memiliki nilai t-hitung > t-tabel yaitu 3,351995 > 2,005 dan nilai probabilitas < 0,05 yaitu 0,0015 < 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima untuk kedua variabel tersebut yaitu variabel good corporate governance dan leverage secara parsial berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dan arah hubungannya positif atau berbanding lurus. 4. Variabel corporate social responsibility memiliki nilai t-hitung < t-tabel yaitu sebesar 0,344902 < 2,005 dan nilai probabilitas 0,7315 > 0,05, variabel ukuran perusahaan memiliki nilai t-hitung < t-tabel yaitu 0,427334 < 2,005 dan nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,6708 > 0,05, variabel kebijakan dividen memiliki t-hitung < t-tabel yaitu 1,294287 < 2,005 dan nilai probabilitas > 0,05 yaitu 0,2011 > 0,05. Berdasarkan hasil tersebut dapat diartikan bahwa H0 diterima untuk ketiga variabel tersebut yaitu variabel corporate social responsibility, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan dan arah hubungannya positif atau berbanding lurus.

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian yang telah didapatkan adalah sebagai berikut:

1. Bagi investor

Investor dapat mempertimbangkan good corporate governance dan leverage sebagai tolak ukur untuk memutusakan perusahaan mana yang baik untuk berinvestasi.


(2)

133

2. Bagi perusahaan

Perusahaan diharapkan memperhatikan penerapan good corporate governance dan leverage agar nilai perusahaan dapat meningkat dan menarik investor untuk berinvestasi.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Saran bagi peniliti selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini lebih lanjut, dan dapat memperbaiki penelitian sebelumnya. Misalnya dengan cara menambah sampel penelitian maupun mengganti atau menambah variabel penelitian agar hasilnya lebih maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Sri Dwi Ari. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Jogyakarta: Graha Ilmu.

Analisa, Yangs. 2011. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2006-2008). Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.

Azheri, Busyra. 2011. Corporate Social Responsibility : Dari Voluntary Menjadi Mandatory. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Brigham dan Houston. 2006. Fundamentals Of Financials Managemen (Dasar-Dasar Manajemen Keuangan). Jakarta: Salemba Empat.

Darmawati, Deni dkk. 2004. Hubungan Corporate Governance Dan Kinerja Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar.

Darwis. 2009. Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan. Jurnal Keuangan Dan Perbankan Vol 13, No.3, Hal 418-430.

Dewi, Ayu Sri Mahatma dan Wirajaya, Ary. 2013. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas Dan Ukuran Perusahaan Pada Nilai Perusahaan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 4.2, 358-372.

Ghozali, Imam. 2005. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenegoro.

Hadi, Nur. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hariani, Pipit Putri. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan

Pada Perusahaan yang Terdaftar di JII. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Medan.

Herawati, Vinola. 2007. Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi Universitas Trisakti.

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Tahun 2010-2012. Indonesian Stock Exchange (IDX) Tahun 2010-2012.


(4)

Laila, Noor. 2011. Analisis Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2005-2009). Skipsi Fakultas Ekonomi Universitas Dipenegoro. Semarang.

Mardikanto, Totok. 2014. CSR (Corporate Social Responsibility) (Tanggungjawab Sosial Korporasi). Bandung: Alfabeta.

Mardiyati, Umi et al. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2005-2010. Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia (JRMSI) Vol. 3, No. 1.

Martono dan Harjito, Agus. 2005. Manajemen Keuangan. Ekonisa Kampus Fakultas UII. Jogyakarta.

Novaes, Walter. 2002. Managerial Turnover and Leverage under a Takeover Threat. The Journal of Finance, No.6: 2619-2650.

Nurlela, Rika dan Islahuddin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI Pontianak.

Pertiwi, Tri Kartika dan Pratama, Fery Madi Ika. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan, Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan Food and Beverage. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol 14, No. 2. Prasetyorini, Bhekti Fitri. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Price

Earning Ratio dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu Manajemen Vol 1, No. 1.

Rachmawati, Andri dan Triatmoko, Hanung. 2007. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, Hal 1-26.

Ramadhani, Laras Surya. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen Sebagai Variabel Moderating pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI. Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dipenegoro. Semarang.

Retno, Reny Dyah dan Priantinah, Denies. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal Volume 1 Nomor 1.

Rifa'i, Ahmad. 2006. Studi Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam Pengentasan Kemiskinan Di Provinsi Lampung. Penelitian Kerjasama


(5)

Bank Indonesia Bandar Lampung Dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Lampung.

Rifa'i, Ahmad dan Suripto. 2012. Studi Faktor Penyebab Kemiskinan Dan Mekanisme Penanggulangan Kemiskinan Di Indonesia Tahun 2000-2011. Penelitian Strategis Nasional Tema Pengentasan Kemiskinan.

Riswari, Dyah Ardana. 2012. Pengaruh Corporate Social Responsibility Tehadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Moderating (Studi pada Perusahaan Publik Non Finansial yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2009). Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenegoro. Semarang.

Sari, Putu Indah Purnama dan Abundanti, Nyoman. 2014. Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan dan Leverage Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan. E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana Vol 3 No.5.

Satria, Emerald Dany. 2013. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011. Skripsi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Dipenegoro. Semarang.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility: from Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis Cetakan Ke Sebelas. Bandung: Alfabeta.

Sulistiono. 2010. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di BEI tahun 2006-2008. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Triton. 2006. SPSS 13.0: Terapan Riset Statistik Parametik. Jogyakarta: Andi. Usman, Husnaini dan Akbar, Purnomo Setiady. 2008. Pengantar Statistik Edisi

Kedua. Jakarta: Bumi Aksara.

Winarno, Wing Wahyu. 2009. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews. Edisi ketiga. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistik dengan Eviews. Edisi ketiga. Yogyakarta. UPP STIM YKPN.

www.idx.co.id www.sahamok.com


(6)

Yuniarti, Eti. 2007. Analisis Pengungkapan Informasi Tanggung Jawab Sosial Pada Sektor Perbankan di Indonesia. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Dipenegoro. Semarang.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Corporate Governance dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 62 92

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 71 72

Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Kebijakan Dividen, Cash Holding, Ukuran Perusahaan dan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Perusahaan LQ – 45 Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009 - 2013

2 11 124

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,GOOD CORPORATE Pengaruh Ukuran Perusahaan,Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peri

0 6 14

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN,GOOD CORPORATE Pengaruh Ukuran Perusahaan,Good Corporate Governance Dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Peri

0 2 18

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 -2012).

0 0 99

PENGARUH KEBIJAKAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS, GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (2009-2013)

0 0 15

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DAN MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Bumn Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 -2012)

0 0 23