IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

(1)

ABSTRAK

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

DIKA AGUS TIANDRA

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu komoditas unggulan tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian

Indonesia. Salah satu sentra produksi ubi kayu ialah Kab. Lampung Tengah. Oleh sebab itu perlunya peneltian tentang ubi kayu yang dibudidayakan secara intensif. Tujuan penelitian untuk mengidentifikasi morfologi dan sifat-sifat fisik tanah pada lahan yang ditanami Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dalam jangka panjang dengan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar,

Kabupaten Lampung Tengah. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survey. Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, yaitu penentuan lokasi dan pembuatan profil, pengamatan profil dan pengambilan contoh tanah di lapang, penyiapan contoh tanah, serta analisis sifat fisika tanah di laboratorium. Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium


(2)

Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan di Departemen Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan Institut Pertanian Bogor.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan morfologi tanah yaitu pada lahan kebun campuran warna tanah lapisan permukaan lebih gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara struktur remah dan konsistensi gembur pada lapisan permukaan tanah pada lahan ubi kayu dan kebu campuran. (2)

Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada lahan ubi kayu tingginya fraksi liat tanah pada lapisan permukaan, kerapatan isi yang sama pada lapisan permukaan tanah, permeabilitas tanah lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori drainase lambat lapisan permukaan lebih rendah dan pori air tersedia lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan kebun campuran. (3) Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada kebun campuran fraksi pasir lapisan pertama lebih lebih rendah, fraksi debu lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan permukaan lebih rendah, dan kandungan C-organik tanah lebih tinggi dibandingkan lahan ubi kayu.

Kata Kunci : Ubi Kayu, Kebun Campuran, Monokultur, Morfologi Tanah Dan Sifat Fisika Tanah


(3)

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)

DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

Oleh

DIKA AGUS TIANDRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITASLAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 20 Agustus 1994 di Sridadi Kecamatan

Wonosobo Kabupaten Tanggamus. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, buah hati Bapak Nusbari dan Ibu Supatmi.

Pendidikan Sekolah Dasar Negeri 1 Sridadi Tanggamus diselesaikan pada tahun 2005, SMP Negeri 1 Kotaagung Tanggamus dan diselesaikan pada tahun 2008, dan SMA Negeri 1 Kotaagung Tanggamus diselesaikan pada tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Lampung pada tahun 2011.

Penulis juga aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai Ketua Rayon Pertanian MK 2013/2014, Sekretaris Komisariat PMII Unila

MK2014/2015 ,dan anggota bidang di Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama (KMNU) Unila MK 2013/2014, dan pernah menjadi Tenaga Surveyor Lembaga Survei Indonesia (LSI). Pada Tahun 2014 penulis melakukan Praktik Umum (PU) di Balai Benih Induk Palawija Provinsi Lampung dan KKN di Desa Ringin Sari, Kabupaten Tulang Bawang. Penulis melaksanakan penelitian skripsi pada tahun 2015 Kabupaten Lampung Tengah.


(8)

Bismillahhirohmanirrohim

Dengan penuh rasa syukur kehadirat allah SWT aku persembahkan karyaku ini kepada :

Bapak dan Ibu tersayang yang telah membesarkanku, mendidik dan

membimbing dengan penuh rasa sabar, kasih sayang dan doa yang selalu

tercurahkan dalam menanti keberhasilanku serta semua pengorbanan yang telah

diberikan kepada diriku selama ini

Kakakku adikku dan keluarga selalu memberikan semangat dan doa

unttuk keberhasilanku

Kekasih tersayang, yang selalu setia mendampingiku dengan penuh rasa

sabar, memberikan semangat, nasihat dan motivasi dalam keadaan susah

maupun senang


(9)

Kalau kamu bukan anak raja dan engkau bukan anak ulama besar, maka

jadilah penulis (Imam Al-Ghazali)

Menyesali nasib tidak akan mengubah keadaan. Terus berkarya dan bekerjalah

yang membuat kita berharga (Gus Dur

)


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat dan rahmat-Nya akhirnya skripsi yang berjudul “Identifikasi Morfologi Dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Pada Lahan Pertanaman Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Dan Kebun Campuran Di Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah ” dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ir. Didin Wiharso, M.Si., selaku Pembimbing Pertama, atas

bimbingan, arahan, motivasi, serta kritik dan saran yang sangat membangun dalam penyusunan dan perbaikan skripsi.

2. Bapak Ir. Hery Novpriasyah M.Si., selaku Pembimbing Kedua, atas

bimbingan, arahan, motivasi, serta kritik dan saran yang sangat membangun dalam penyusunan dan perbaikan skripsi.

3. Bapak Dr. Ir. Afandi M.P., selaku Pembahas, atas kritik dan saran yang sangat membangun dalam perbaikan skripsi.

4. Bapak Ir. Nuryasin M.Si., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan petunjuk selama penulis menjadi mahasiswa. 5. Keluarga besar Jurusan Agroteknologi : Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat

M.P., selaku Ketua Jurusan, Dosen, Staf Dosen, Staf Administrasi, dan Staf Perpustakaan.


(11)

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapakku Nusbari, S.P., dan Mamakku Supatmi S.Pd., dan saudara-saudaraku terkasih,Angga Andala S.P., Redi Octama, S.Pd., Muhamad Diara Kasesa, Makwo, Pakde dan Bude, atas limpahan kasih sayang, perhatian, do’a, dukungan dan bantuan yang telah diberikan hingga tercapainya gelar Sarjana Pertanian.

8. Kekasihku., yang telah memberi do’a, semangat, motivasi, dan dorongan selama penulis mengerjakan skripsi.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku: Diki, Yongki, Iren, Fajar, Yasin, Faiz, Himawan, Akbar, Epsi, Udin, Aulia, dan yang lainya yang senantiasa

memberikan bantuan, pengertian, dorongan, do’a, dan semangat kebersamaan bagi penulis yang takkan pernah terganti.

10. Sahabat-sahabat PMII Unila dan KMNU Unila atas motivasi dan perjuangan yang telah di berikan.

11. Teman-teman AGT kelas B angkatan 2011, terimkasih atas keseruaanya, kebersamaan dan kekompakanya.

12. Teman-teman satu jurusan dan teman-teman angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011, 2012. Terima kasih atas kebersamaan dan persahabatan yang terjalin selama ini.

Bandar Lampung, Januari 2016


(12)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

II.TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Morfologi Tanah ... 7

2.1.1 Warna Tanah ... 8

2.1.2 Struktur Tanah ... 9

2.1.3 Konsistensi ...1 10

2.2 Sifat Fisik Tanah ... 10

2.2.1 Tekstur Tanah ... 11

2.2.2 Kerapatan Isi ... 13

2.2.3 Permeabilitas ... 14

2.2.4 Distribusi Ruang Pori Total ... 15

2.3 Budidaya Ubi Kayu ... 16


(13)

ii

III. BAHAN DAN METODE ... 18

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.2 Bahan dan Alat ... 18

3.3Pengumpulan Data ... 18

3.4Metode Penelitian ... 19

3.4.1Studi Pustaka ... 19

3.4.2Penentuan Lokasi dan Pembuatan Profil ... 19

3.4.3Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah Lapang ... 20

3.4.4Penyiapan Contoh Tanah ... 20

3.4.5Analisis Sifat Fisika Tanah ... 20

3.4.6 Analisis Data ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1Keadaan Umum Wilayah ... 22

4.1.2 Letak Geografis ... ... 22

4.1.2 Geologi ... 22

4.1.3 Iklim ... 23

4.1.4 Vegetasi dan Penggunaan Lahan .... ... 24

4.2Morfologi Tanah ... 25

4.2.1 Warna Tanah ... 27

4.2.2 Struktur Tanah ... ... 31

4.2.3 Konsistensi Tanah ... ... 32

4.2.4 Kekearasan Tanah ... ... 33

4.3 Sifat Fisik Tanah ... 34

4.3.1 Tekstur Tanah ... 35

4.3.2 Kerapatan Isi ... 38

4.3.3 Permeabilitas ... 40

4.3.4 Distribusi ruang pori tanah ... 42


(14)

iii

V. KESIMPULAN ... 47

PUSTAKA ACUAN ... 48 LAMPIRAN ... 51


(15)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kelas permeabilitas tanah menurut USSS. ... 15 2. Morfologi tanah di Daerah Adi Jaya, Lampung Tengah. ... 27 3. Warna tanah pada lahan ubi kayu dan kebun campuran. ... 30 4. Struktur tanah pada lapisan pertanaman ubi kayu dan kebun

campuran di Desa Adi Jaya Kec. Terbanggi Besar, Lampung

Tengah. ... 33 5. Kriteria pori air tersedia dan pori drainase. ... 52 6. Deskripsi profil tanah pada lahan pertanaman ubi kayu

Desa Adi Jaya, Lampung Tengah. ... 53 7. Deskripsi profil tanah pada lahan campuran Desa Adi Jaya,

Lampung Tengah. .../ 54 8. Sifat Fisik Tanah Pada Lahan pertanaman ubi kayu dan kebun

Campuran di Desa Adi Jaya, Lampung Tengah. ... 55 9. Tekstur 10 fraksi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu

dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Lampung Tengah. ... 56 10. Kandungan (%) C-organik tanah pada lahan pertanaman ubi

kayu dan kebun campuran di Desa Adi Jaya Lampung Tengah. ... 57 11. Data curah hujan rata-rata tahunan dan bulanan daerah


(16)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Data rata-rata curah hujan bulanan di Desa Adi Jaya,Terbanggi

Besar, Lampung Tengah. ... 23 2. Profil tanah pada lahan kebun campuran. ... 27 3. Profil tanah pada lahan pertanaman ubi kayu. ... 28 4. Tingkat kekerasan tanah (kgf/cm2) pada lahan pertanaman

ubi kayu dan kebun campuran di Desa Adi Jaya,

Terbanggi Besar, Lampung Tengah. ... 34 5. Proporsi tekstur sepuluh fraksi pada lapisan satu di lahan

kebun campuran dan ubi kayu di Desa Adi Jaya,

Terbanggi Besar, Lampung Tengah. ... 35 6. Perbandingan jumlah (%) fraksi liat total di lahan kebun

campuran dan ubi kayu di Desa Adi Jaya, Terbanggi Besar,

Lampung Tengah. ... 36 7. Perbandingan jumlah (%) fraksi pasir total pasir di lahan

kebun campuran dan ubi kayu di Desa Adi Jaya,

Terbanggi Besar, Lampung Tengah. ... 37 8. Perbandingan jumlah (%) fraksi debu total pasir di lahan

kebun campuran dan ubi kayu di Desa Adi Jaya, Terbanggi

Besar, Lampung Tengah. ... 38 9. Kerapatan isi (g/cm3) pada lahan pertanaman ubi kayu

dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi Besar,


(17)

ii

10 . Permeabilitas (cm/jam) pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi Besar,

Lampung Tengah. ... 41 11. Pori drainase lambat (%) volume pada lahan pertanaman

ubi kayu dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi

Besar, Lampung Tengah. ... 43 12. Pori drainase cepat (%) volume pada lahan pertanaman

ubi kayu dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi

Besar, Lampung Tengah. ... 44 13. Air tersedia (%) pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun

campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi Besar,

Lampung Tengah. ... 45 14. Kandungan C-Organik pada lahan pertanaman ubi kayu

dan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Terbanggi Besar,

Lampung Tengah. ... 46 15. Peta Geologi Desa Adi Jaya Terbanggi Besar Lampung Tengah. ... 59 16. Peta Topografi Desa Adi Jaya Terbanggi Besar Lampung Tengah. ... 60


(18)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan lapangan kerja, serta sumber pendapatan dan devisa negara. Pada saat ini sebagian besar produksi ubi kayu Indonesia terutama digunakan untuk

pemenuhan kebutuhan dalam negeri. Perkebunan ubi kayu yang didominasi oleh perkebunan rakyat pada umumnya kurang dikelola dengan baik, hal ini tentunya membawa konsekuensi terhadap mutu ubi kayu yang dihasilkan.

Salah satu sub sektor penting yang menjadi bukti nyata akan kekayaan alam Indonesia adalah subsektor tanaman pangan khususnya ubi kayu yang hingga saat ini masih menjadi sumber penghidupan bagi sebagian penduduk Indonesia yang bermata pencaharian sebagai petani. Perkebunan ubi kayu di Indonesia memiliki luas areal tanam pada tahun 2014 tercatat 1.075.784 Ha dengan total produksi yaitu sebesar 24.558.778 Ton. Dengan besarnya luas areal tanam dan produksi tersebut perlu adanya upaya lebih lanjut untuk meningkatkan produksi, baik dari pemerintah maupun masyarakat tentang tanaman ubi kayu (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014).


(19)

2

Propinsi Lampung adalah salah satu propinsi di Indonesia yang turut memperkuat landasan perekonomiannya pada sektor pertanian, yang ini mampu menjadi andalan sebagai penghasil devisa bagi propinsi. Kontribusi ubi kayu tersebut terlihat dari tingkat areal tanam dan produksi ubi kayu di Propinsi Lampung yang terluas dan terbesar. Propinsi Lampung memiliki luas areal panen yaitu 372.858 Ha dengan produksi 9.723.345 ton. Lebih besar dari Jawa Timur dengan luas panen 158.963 Ha dengan produksi 3.315.183 ton, dan Jawa Tengah, Jawa Barat serta NTT (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2014). Hal ini menunjukkan bahwa Propinsi Lampung merupakan produsen terbesar di Indonesia dibandingkan dengan propinsi lainnya. Oleh karena itu pemerintah daerah hendaknya terus mempertahankan dan dapat meningkatkan tingkat produksi ubi kayu khususnya di Propinsi Lampung.

Salah satu sentra produksi ubi kayu terbesar di Propinsi Lampung pada tahun 2014 adalah Kabupaten Lampung Tengah, dengan luas 91.794 hektar dengan produksi 2.432.568 ton, sehingga menempatkan Kabupaten Lampung Tengah sebagai penghasil ubi kayu terbesar di Propinsi Lampung. Namun produktivitas tersebut mengalami penurunan produksi dari tahun 2012 sebesar 3.371.665 ton dan pada tahun 2013 sebesar 3.274.133 ton (Badan Pusat Statistik Lampung Tengah, 2015).

Salah satu faktor penurunan produksi ubi kayu antara lain yaitu pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan keseimbangan antara masukan dan keluaran dalam sistem pertania, sehingga akan mempercepat terjadinya penurunan kesuburan tanah. Keadaan ini diperparah dengan kebiasaan


(20)

3

petani yang membawa keluar semua hasil panen tanpa usaha mengembalikan sebagian biomassa tanaman ke lahan pertanian. Disamping itu, sistem pengelolaan kesuburan tanah biasanya ditekankan pada penggantian hara melalui pemupukan, tanpa usaha untuk mempertahankan pengelolaan kesuburan tanah secara

menyeluruh, sehingga menyebabkan penurunan produktivitas tanaman dan kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan bagi tanaman (Hairiah dkk., 2000).

Kebun campuran adalah lahan pertanian yang ditanami dengan berbagai macam tanaman tahunan seperti petai, jengkol, aren, melinjo, buah-buahan, kayu-kayuan, dan sebagainya. Contoh kebun campuran adalah kebun karet (hutan karet) rakyat yang tanamannya terdiri atas karet sebagai tanaman utama dan berbagai jenis tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan. Contoh lain adalah kebun damar (hutan damar) di Liwa, Lampung. Selain merupakan sumber pendapatan yang kontinyu sepanjang tahun karena beragamnya jenis tanaman, kebun campuran memberikan berbagai jasa lingkungan seperti pengendali erosi, mitigasi banjir,

mempertahankan keanekaragaman hayati, dan menambat karbon dari atmosfer (Litbang Pertanian, 2006).

Proses degradasi lahan diprediksi akan semakin cepat terjadi pada lahan-lahan yang dibudidayakan secara intensif dan penanaman dengan sistem monokultur tanpa ada input pengembalian seresah hasil panen ke lahan kembali. Dalam jangka panjang proses budidaya tersebut akan berdampak nyata terhadap penurunan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik mupun sifat kimia pada tanah yang akan tercermin pada morfologi tanahnya.


(21)

4

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dipandang perlu untuk

mengidentifikasi morfologi dan sifat-sifat fisik tanah yang ditanami vegetasi ubi kayu lebih dari 10 tahun dan vegetasi kebun campuran sehingga dapat diketahui perbedaan sifat-sifat profil tanah seperti warna tanah, kedalaman solum tanah, kandungan bahan-bahan organik dan sifat-sifat fisik tanahnya yang sangat berguna dalam pemanfaatan sumberdaya lahan yang lebih baik.

1.2Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi dan sifat-sifat fisik tanah pada lahan yang ditanami ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) dalam jangka panjang dengan kebun campuran di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah.

1.3Kerangka Pemikiran

Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi besar, Kabupaten Lampung Tengah berada pada ketinggian 75 m dpl laut, mempunyai kemiringan lahan antara 0% - 3% dan memiliki jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning, bahan induk dari tuf vulkan, mempunyai tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang dapat dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan seperti karet, kakao, kopi robusta sesuai untuk dataran rendah, lada, panili, dan jarak pagar, sedangkan kesesuaian untuk tanaman pangan lahan kering antara lain jagung, ubi kayu, kedelai dan kacang tanah (Pokja PPSP, 2012).

Hairiah dkk., (2000) mengemukakan bahwa penanaman ubikayu monokultur di Pakuan Ratu, Lampung selama 8 tahun berturut-turut menurunkan hasil ubikayu


(22)

5

dari 30 ton/ha menjadi sekitar 10 ton/ha. Penanaman ubikayu monokultur dapat menurunkan C-organik, bahan organik, N, KTK, P, K, Mg tersedia dan

penurunan pH tanah serta stabilitas agregat tanah, kemampuan memegang air yang rendah dan meningkatkan berat volume tanah.

Dalam jangka panjang sistem olah tanah intensif diperkirakan dapat

mempengaruhi perubahan struktur terutama pada horizon permukaan. Semakin rendahnya kandungan bahan organik pada olah tanah intensif akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur dari remah manjadi gumpal (Triyanto, 2002).

Pengusahaan lahan yang ditanami ubi kayu mula-mula akan meningkatkan ruang pori total, hal ini karena pengaruh pengolahan tanah dan efek mekanik

penggemburan tanah oleh ubi kayu, tetapi pada penanaman berikutnya secara perlahan-lahan akan menurunkan jumlah ruang pori total tanah dan terjadi pemadatan tanah (Nugroho dkk., 1984).

Jika dilihat dari sifat morfologi di lapangan, horizon permukaan pada lahan ubi kayu memiliki struktur tanah granular sedangkan struktur tanah kebun campuran adalah remah, hal itu terjadi akibat dari pencucian liat yang tinggi. Tanah yang berstruktur granular lebih terbuka dan lebih cepat dalam menyerap air daripada tanah yang berstruktur butiran padat (Arsyad, 2000).

Pada Purnomo (2003) menunjukkan bahwa pada horizon permukaan lahan yang diolah dengan olah tanah intensif kekerasan tanahnya lebih rendah sedangkan subsoilnya lebih keras. Tekstur tanah pada horizon permukaan olah tanah intensif memiliki kandungan liat lebih rendah dan kandungan pasir lebih tinggi.


(23)

6

Berdasarkan informasi penelitian olah tanah intensif dan tanpa olah tanah sebelumnya, maka diduga tingkat kekerasan tanah lapisan bawah untuk vegetasi ubi kayu lebih padat dibandingkan untuk vegetasi campuran. Selain itu bahan organik yang ada pada horizon permukaan akan cepat hilang dan merusak agregasi atau granul yang telah terbentuk dengan mantap.


(24)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Tanah

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan di lapang biasanya dimulai dengan membedakan lapisan-lapisan tanah atau horison-horison. Horison adalah lapisan dalam tanah lebih kurang sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuk karena proses pembentukan tanah. Di lapang masing-masing horison diamati sifat-sifatnya yang meliputi: warna, tekstur, konsistensi, struktur, konkresi dan nodul, pori-pori tanah (void), pH (metode lapang), batas-batas horison (Hardjowigeno, 1993).

Pengolahan tanah akan berpengaruh pada morfologi tanah yang akan nampak pada ketebalan solum tanah dan warna tanah yang diamati. Menurut Armanto (2001) tipe penggunaan tanah pada lahan berpengaruh terhadap morfologi dan sifat fisik tanah, secara morfologi profil tanah pada lahan alang-alang akan mudah tercuci secara intensif dibandingkan dengan profil tanah pada hutan dan kebun tebu. Tingginya proses pencucian tersebut akan mempengaruhi menurunnya kandungan C-organik pada tanah, dan mengakibatkan lapisan solum tanah akan menjadi lebih tipis dan mengandung kuarsa yang tinggi.


(25)

8

2.1.1 Warna Tanah

Warna merupakan sifat tanah yang nyata dan mudah dikenali. Warna tanah yang nyata, bagaimanapun terutama digunakan sebagai suatu ukuran langsung

dibandingkan dengan sifat tanah yang lainnya yang sukar diamati dan diukur dengan teliti misalnya seperti drainase. Jadi warna tanah bila digunakan dengan ciri-ciri lainya berguna dalam pembentukan sebagian besar kesimpulan yang penting dengan memperhatikan pembentukan tanah dan penggunaan lahan (Foth, 1998). Hasil penelitian Purnomo (2003) didapatkan bahwa pada lahan yang diolah tanahnya memiliki warna yang lebih terang di bandingkan dengan tanpa olah tanah, yang memiliki warna lebih gelap dari horizon atas sampai horizon bawah. Suatu profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan dalam satu horizon. Pada pembuatan profil tanah, warna setiap

horizon itu haruslah diperiksa secara lengkap. Pemeriksaan warna tanah juga perlu memperhatikan hubungan antara pola warna dengan struktur tanah keseragaman tanah. Agregat tanah yang disidik perlu dihancurkan untuk memastikan apakah warna tanah tampak itu seragam diseluruh agregat. Buku Munsell Soil Color Chart merupakan buku pedoman pemerian warna tanah yang dipublikasikan oleh Badan Pertanian Amerika Serikat (USDA). Buku edisi tahun 1971 ini terdiri dari tujuh halaman warna mempunyai sejumlah potongan warna dan jumlah potongan warna pada tujuh halaman ini adalah 196 potong. Potongan-potongan warna merupakan versi modifikasi dari kumpulan warna yang terdapat dalam buku induk Munsell dan hanya mencakup 1/5 dari seluruh kisaran warna edisi lengkapnya (Poerwidodo, 1991).


(26)

9

2.1.2 Strukur Tanah

Struktur tanah menunjukan kombinasi atau susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu, liat) sampai pada partikel-partikel sekunder atau (ped) disebut juga agregat. Unit ini dipisahkan dari unit gabungan atau karena kelemahan

permukaan. Struktur suatu horison yang berbeda pada satu profil tanah merupakan satu ciri penting tanah, seperti warna, tekstur atau komposisi kimia (Foth, 1998).

Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap kondisi drainase atau aerasi tanah, karena susunan antar agregat tanah akan menghasilkan ruang yang lebih besar ketimbang susunan antarpartikel primer. Oleh karena itu, tanah yang berstruktur baik akan mempunyai kondisi drainase dan aerasi yang baik pula, sehingga lebih memudahkan sistem perakaran tanaman untuk berpenetrasi dan mengabsorpsi (menyerap) hara dan air, sehingga pertumbuhan dan produksi menjadi lebih baik. Penanaman juga melindungi agregat tanah dari hantaman air hujan, sehingga makin rapat tajuk tanaman akan semakin baik pengaruhnya terhadap agregat tanah (Hanafiah, 2005).

Menurut penelitian yang dilakukan Triyanto ( 2002), dalam jangka panjang sistem olah tanah intensif diperkirakan akan mempengaruhi struktur tanah terutama horizon permukaan. Semakin rendahnya kandungan bahan organik pada olah tanah intensif akan menyebabkan terjadinya perubahan struktur tanah dari remah menjadi gumpal.


(27)

10

2.1.3 Konsistensi Tanah

Menurut Foth (1998), konsistensi adalah ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk atau perpecahan. Keadaan ini ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi. Konsistensi digambarkan untuk tiga tingkat kelembapan : basah, lembab dan kering. Saat tanah terentu tanah menjadi lekat bila basah, teguh bila lembab dan keras bila kering. Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggambarkan konsistensi termasuk :

1. Tanah basah : tidak lekat, lekat, tidak plastis dan plastis. 2. Tanah lembab : mudah lepas, mudah pecah, teguh. 3. Tanah kering : lepas, halus kasar

Faktor-faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah meliputi tekstur, sifat dan jumlah koloid organik maupun anorganik, struktur dan terutama kadar air tanah. Hasil penetapan konsistensi tanah-tanah di Swedia oleh Atterberg, disebut konstanta Atterberg dapat digunakan sebagai indeks yang :

(a) mengindikasikan tingkat akumulasi liat di dalam profil tanah, dan

(b) mendasari teknik pengolahan tanah dan perancangan alat-alat mekanisasi pertanian (Hanafiah, 2005).

2.2 Sifat Fisik Tanah

Menurut Hanafiah (2005), secara keseluruhan sifat-sifat fisik tanah ditentukan oleh:

a. Ukuran dan komposisi partikel-partikel hasil pelapukan bahan penyusun tanah. b. Jenis dan proporsi komponen-komponen penyusun partikel ini.


(28)

11

c. Keseimbangan antara suplai air, energi dan bahan dengan kehilangannya. d. Intensitas reaksi kimiawi dan biologis yang telah atau sedang berlangsung.

2.2.1 Tekstur Tanah

Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat) yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir (sand) (berdiameter 2,00 – 0,20 mm atau 2000 –200 μm), debu (silt) (berdiameter 0,20 – 0,002 mm atau 200 –2 μm) dan liat (clay) (<2 μm). Partikel berukuran di atas 2 mm seperti kerikil dan bebatuan kecil tidak tergolong sebagai fraksi tanah (Hanafiah, 2005).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (< 2 mm). Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat maka tanah dikelompokkan ke dalam beberapa macam kelas struktur.

1. Kasar, berupa pasir dan pasir berlempung.

2. Agak kasar, berupa lempung berpasir dan lempung berpasir halus.

3. Sedang, berupa lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, dan debu.

4. Agak halus, berupa lempung liat, lempung liat berpasir, dan lempung liat berdebu.

5. Halus, berupa liat berpasir.

Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indera perasa (kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran, dengan merasakan derajat kekasaran, kelicinan dan kelengketan. Melalui


(29)

12

perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan, misalnya indera kulit mersakan partikel-partikel:

1. Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa

membentuk gulungan atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur pasir.

2. Sebaliknya jika partikel tanah terasa halus, lengket dan dapat dibuat gulungan atau lempengan kontinu, maka berarti tanah bertekstur liat.

3. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus dan licin tetapi tidak lengket, serta gulungan atau lempengan yang terbentuk rapuh atau mudah hancur.

4. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai rasa ketiganya secara proporsional, apabila yang tersa lebih dominan adalah sifat pasir, maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir, dan seterusnya (Hanafiah, 2005).

Hasil penelitian Armanto (2001), tentang karakter sifat-sifat tanah yang diusahakan sebagai kebun tebu, hutan dan lahan alang-alang mendapatkan

kandungan fraksi liat tercuci dominan pada profil lahan alang-alang, (30% liat di lapisan atas dan 48% liat di bagan bawah, sehingga fraksi liat tercuci 26%), dan pada kebun tebu fraksi liat tercuci 21% dan pada profil tanah hutan tercuci 16%.

2.2.2 Kerapatan Isi

Kerapatan isi adalah besar massa tanah persatuan volume, termasuk butiran padat dan ruang pori, umumnya dinyatakan dalam gr/cm3. Sedangkan bentuk density adalah berat suatu massa tanah persatuan volume tanpa pori-pori tanah


(30)

13

dengan gr/cm3. Sampel tanah yang diambil untuk menentukan berat jenis pasir halus diambil dengan hati-hati dari dalam tanah. Demikian pula halnya dengan berat per satuan volumenya. Bulk density ditentukan dengan mengukur massa tanah di udara dan massa air (Pairunan dkk,1985).

Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan dalam perhitungan-perhitangan seperti dalam penentuan kebutuhan air irigasi pemupukan dan, pengolahan tanah ( Foth, 1998 ).

Hasil penelitian Fatmawati (1983) tentang pengaruh pengolahan tanah minimum dan penggunaan sisa-sisa tanaman terhadap dinamika sifat fisik tanah, erosi dan aliran permukaan di Lampung Tengah mendapatkan bahwa pada tanah yang tidak diolah (menggunakan mulsa) kerapatan isi meningkat sehingga pori drainase cepat menurun, dan setelah 8 bulan tanah terjadi pemadatan yang intensif. Tanah yang diolah (sisa tanaman di benamkan) terlihat kerapatan isi menurun sehingga pori drainase cepat meningkat. Sedangkan pada tanah diolah setiap akan tanam (tanpa mulsa) kerapatan isi menurun sedangkan pori drainase cepat tetap tinggi.

2.2.3 Permeabilitas

Permeabilitas yaitu sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori dan disebut pula konduktifitas hidrolika. Dalam hal ini cairan adalah air tanah dan media pori adalah tanah itu sendiri (Sarief, 1989). Dapat juga permeabilitas didefinisikan sebagai sifat bahan berongga yang


(31)

14

memungkinkan air atau cairan lainnya untuk menembus atau merembes melalui hubungan antar pori.

Hasil penelitian Kadir (1983), tentang pengaruh mulsa dan pengolahan tanah terhadap erosi, aliran permukaan dan sifat-sifat fisik tanah PMK di Lampung Tengah didapatkan bahwa permeabilitas pada perlakuan tanpa mulsa mampu mempertahankan permeabilitas tanah lebih baik diandingkan pada tanah tanpa mulsa.

Permeabilitas jenuh ialah laju gerakan air didalam tanah yang seluruh pori-porinya terisi oleh air. Sedangkan bila tidak seluruhnya terisi air maka sebagian akan terisi oleh udara di sebut permeabilitas tidak jenuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain tekstur tanah, porositas dan distribusi ukuran pori, stabilitas agregat dan stabilitas struktur tanah, serta kadar bahan organik tanah (Sarief, 1989).

Tabel 1. Kelas permeabilitas tanah menurut USSS.

Keterangan Kecepatan

(inci/jam)

Permeabilitas (cm/jam) Sangat lambat < 0,05 < 0,13

Lambat 0,05 – 0,20 0,13 – 0,51

Agak lambat 0,20 – 0,80 0,51 – 2,00

Sedang 0,80 – 2,50 2,00 – 6,35

Agak cepat 2,50 – 5,00 6,35 – 12,70

Cepat 5,00 – 10,00 12,70 – 25,40

Sangat cepat > 10,00 > 25,40


(32)

15

2.2.4 Distribusi ruang pori total

Porositas adalah proporsi ruang pori total (ruang kosong) yang terdapat dalam satuan volume tanah yang dapat ditempati oleh air dan udara, sehingga merupakan indikator kondisi drainase dan aerasi tanah. Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk pergerakan air dan udara masuk-keluar tanah secara leluasa, sebaliknya jika tanah itu tidak poreus (Hanafiah, 2005).

Distribusi ruang pori tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah dimana semakin tinggi kandungan liat semakin tinggi juga kandungan airnya pada setiap pF. Sebaliknya, semakin tinggi kandungan pasirnya maka makin rendah kandungan airnya (Sarief, 1989).

Hasil penelitian Kadir (1983), tentang pengaruh mulsa dan pengolahan tanah terhadap erosi, aliran permukaan dan sifat fisik tanah PMK di Lampung Tengah mendapatkan bahwa tanah yang diolah (mulsa) memilki pori drainase cepat yang lebih besar dari tanah yang diolah (tanpa mulsa), tetapi pada tanah yang diolah dengan mulsa dibenamkan pori drainase cepat lebih rendah daripada tanah yang diolah (tanpa mulsa). Tanah yang diolah (mulsa) memilki pori air tersedia yang lebih besar dari tanah yang diolah (tanpa mulsa), tetapi pada tanah yang diolah dengan mulsa dibenamkan pori air tersedia lebih rendah daripada tanah yang diolah (tanpa mulsa). Hal yang sama juga nampak pada pori drainase lambat dmana semua perlakuan yang ditanami baik dengan mulsa atau tanpa mulsa menunjukkan angka rata-rata lebih tinggi dari perlakuan tanah terbuka, dan perlakuan yang diberi mulsa lebih baik dari tanpa mulsa.


(33)

16

2.3 Budidaya Ubi kayu

Tanaman ubi kayu biasanya ditanam di daerah yang memiliki iklim kering. Tanaman ubi kayu juga dapat tumbuh di antara 30 ° lintang Utara dan antara 30 ° lintang Selatan. Sinar matahari yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman ubi kayu adalah 10 jam/ hari. Suhu udara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman ubi kayu adalah 18° C dan curah hujan diatas 500 mm/ tahun. Kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhan adalah berkisar 60- 65 %, dan suhu udara minimal 10° C. Ketinggian tempat yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman ubi kayu adalah 10 -700 m dpl. Tanah yang sesuai untuk ditanami tanaman ubi kayu adalah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya akan bahan organik. Jenis tanah yang cocok untuk ditanami tanaman ubi kayu adalah jenis aluvial, latosol, podsolik merah kuning, mediteran dan andosol (Rukmana, 1997).

Pada dasarnya budidaya ubi kayu ini mudah dikembangkan dan cepat terserap oleh pasar. Umumnya petani ubi kayu di Lampung dalam usaha taninya belum intensif dan cenderung semiintensif. Petani biasanya hanya menggunakan pupuk anorganik, seperti urea dan NPK, sedangkan untuk pupuk kandang atau pupuk organik belum biasa diterapkan. Mengingat ubi kayu merupakan komoditas yang rakus hara, tanah bekas pertanaman ubi kayu cenderung cepat tandus dengan catatan tanpa penggunaan pupuk kandang/organik (Purwantini, 2014).


(34)

17

2.4 Kebun Campuran

Kebun campuran adalah kebun yang terdiri atas campuran yang tidak teratur antara tanaman tahunan yang menghasilkan buah-buahan dan sayuran serta tanaman semusim yang terletak di sekitar rumah. Tumbuhan yang umum

didapatkan termasuk pohon-pohonan, tanaman merambat, sayuran dan herba yang menghasilkan dan menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral serta obat-obatan sepanjang tahun. Terdapat variasi yang besar dalam jenis tanaman dan intensitas penanaman yang sangat ditentukan oleh jenis tanah, iklim, fluktuasi permukaan air bawah tanah (Arsyad, 1989).

Penurunan kadar C-organik tanah sebagai dampak dari alih guna lahan hutan menjadi lahan kopi telah diteliti juga oleh Afandi et al. (2002). Rata-rata kandungan C-organik tanah pada lahan hutan mencapai 5,5% dan setelah digunakan untuk tanaman kopi, rata-rata kandungan C-organik tanah berubah menjadi 2,8 - 4,4%. Faktor pengelolaan lahan sangat berperan dalam

mempertahankan kadar bahan organik tanah. Lahan kopi yang dikelola

secara multistrata dapat mempertahankan kadar C-organik tanah pada tingkat > 4%, sedangkan pada lahan kopi yang dikelola secara monokultur, kadar C- organik tanah hanya mampu bertahan pada tingkat < 3%.


(35)

18

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dilahan pertanaman ubi kayu dan kebun campuran milik masyarakat di Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah. Pengamatan contoh tanah dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2015, dan selanjutnya contoh tanah dianalisis di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan berupa contoh tanah terganggu dan contoh tanah utuh yang menggunakan ring sampel. Alat-alat yang digunakan adalah bor tanah, cangkul, gancu, pisau pandu, Munsell Soil Color Chart, GPS, altimeter, kantong plastik, karet, karung, spidol, label, penetrometer saku, meteran, ayakan 2 mm,

stop watch, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis sifat fisik tanah di laboratorium.

3.3 Pengumpulan Data

Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder, data primer berupa morfologi tanah yaitu deskripsi profil berupa lapisan tanah, warna (matriks dan karat), struktur, tekstur di lapang, konsistensi tanah, vegetasi yang ada di atasnya dan perakaran yang ada pada tiap lapisan tanah sedangkan analisis sifat fisika


(36)

19

tanah yang terdiri dari : tekstur tanah (metode pipet), permeabilitas, kadar lengas, kerapatan isi, RPT dan distribusi ruang pori (pori drainase lambat, pori drainase cepat dan pori air tersedia). Analisis C-organik dengan metode Walkley and Black. Data sekunder berupa geologi, data curah hujan, bahan induk, peta lokasi Desa Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah.

3.4 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei tanah untuk menentukan lokasi yang sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut, yaitu studi pustaka, penentuan lokasi dan pembuatan profil di lapang, pengamatan dan pengambilan contoh tanah di lapang, penyiapan contoh tanah, serta analisis sifat fisika tanah di laboratorium.

3.4.1 Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dalam rangka mengumpulkan informasi-informasi guna menunjang kelancaran dalam penelitian.

3.4.2 Penentuan Lokasi dan Pembuatan Profil

Lokasi penelitian di Kecamatan Terbanggi Besar yaitu pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun campuran milik masyarakat. Profil tanah dibuat sebanyak 1 buah pada tiap jenis penggunaan lahan. Sebelum penggalian, terlebih dahulu dilakukan pengeboran dengan tiga titik disekitar lokasi yang akan dibuat profil sehingga akan diketahui homogenitas tanahnya.


(37)

20

3.4.3 Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah Di Lapang

Profil tanah yang telah dibuat, kemudian diamati untuk mendapatkan data deskripsi tanah di lapang yang berupa lapisan tanah, warna (matriks dan karat), struktur, tekstur di lapang, konsistensi tanah, vegetasi yang ada diatasnya dan perakaran yang ada pada tiap lapisan tanah. Pendeskripsian dilakukan berdasarkan kriteria Soil Survey Manual (1993). Contoh tanah terganggu yang diambil pada masing-masing profil sebanyak 2 kg pada tiap lapisan dan contoh tanah utuh (tidak terganggu) dengan menggunakan ring sampel pada tiap lapisan tanah dengan tiga ulangan.

3.4.4 Penyiapan Contoh Tanah

Contoh tanah terganggu yang telah diambil dekering udarakan kemudian

ditumbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm sedangkan contoh tanah utuh yang diambil akan disiapkan untuk analisis laboratorium.

3.4.5 Analisis Sifat Fisika Tanah

Analisis warna, C-Organik dan strukutur tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Sedangkan analisis kerapatan isi, distribusi ruang pori total (metode piring sarang tekan), permeabilitas (Constant Head Permeameter), tekstur 12 fraksi (metode pipet) dan karakteristik lengas tanah pada (pF 1, pF 2, pF 2,54 dan pF 4,2) dilakukan di Laboratorium Pusat Institut Pertanian Bogor.


(38)

21

3.4.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan pengolahan data berdasarkan data morfologi dan sifat fisik tanah ubi kayu dan kebun campuran dengan kriteria dari Pusat


(39)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan morfologi tanah yaitu pada lahan kebun campuran warna tanah lapisan permukaan lebih gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara struktur remah dan konsistensi gembur pada lapisan permukaan tanah pada lahan ubi kayu dan kebu campuran.

2. Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada lahan ubi kayu tingginya fraksi liat tanah pada lapisan permukaan, kerapatan isi yang sama pada lapisan permukaan tanah, permeabilitas tanah lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori drainase lambat lapisan permukaan lebih rendah dan pori air tersedia lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan kebun campuran.

3. Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada kebun campuran fraksi pasir lapisan pertama lebih lebih rendah, fraksi debu lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan permukaan lebih rendah, dan kandungan C-organik tanah lebih tinggi dibandingkan lahan ubi kayu.


(40)

48

PUSTAKA ACUAN

Afandi, B. Rosadi. Maryanto, Nurarifani, M. Utomo, M. Senge, dan T. Adachi. 2002. Sediment yield from various land use practices in a hilly tropical area of Lampung Region, South Sumatera, Indonesia. Jurnal. Jpn. Soc.Soil Phys. 91:25-38.

Alhadi, Budi. 2012. Analisis Sifat Fisika Tanah Akibat Lintasan dan Bajak Traktor Roda Empat. Jurnal. Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh. Armanto, M.E. 2001. Karakteristik Sifat-Sifat Tanah yang Diusahakan Sebagai

Kebun Tebu, Hutan dan Alang-Alang. Jurnal Tanah Trop. 12:107-115. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi.

Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.

Badan Pusat Statistik Nasional. 2014. Produksi Ubi Kayu Nasional. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Tengah. 2014. Produksi dan Luas Panen

Ubi Kayu Lampung Tengah. BPS. Lampung Tengah. Lampung.

Endriani. 2010. Sifat Fisika Dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah Konservasi. Jurnal. Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi

Fatmawati. 1983. Pengaruh Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Sisa-Sisa Tanaman Terhadap Dinamika Sifat Fisik Tanah, Erosi dan Aliran Permukaan di Lampung Tengah. Skripsi. Universitas lampung.

Foth, H. D. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Purbayanti, E. D. Dwi R.L. Rayahayuning T. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT.Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.


(41)

49

Hairiah, K, M. Van Noordwijk and G. Cadisch. 2000. Crop yield, C and N balance of three types of cropping systems on an Ultisol in Northern Lampung. Netherlands Journal of Agricultural Science 48 : 3-17.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Ban Hong & H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta. 274 Hlm.

Islami dan Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang. Lembaga Penelitian Tanah (LPT), 1980. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Bogor:

Lembaga Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian.

Litbang Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan Pegunungan. Bogor. Badan Litbang Pertanian.

Kadir, M.Z. 1983. Pengaruh Mulsa Tanaman dan Pengolahan Tanah Terhadap Erosi, Aliran Permukaan dan Sifat Fisik Tanah PMK Pekalongan Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. 124 hlm.

Maelenawati, D. 2005. Morfologi dan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kebun Campuran (Mixed Cropping) di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nugroho, S.G., J. Lumbanraja, A.K. Mahi. Ellyzaiti, dan D. Mawardi. 1984.

Laporan Penelitian, Studi Identifikasi Kemungkinan Degradasi Kesuburan Tanah Pada Lahan Usaha Tani Ubi Kayu. Universitas Lampung. Bandar lampug. 35 hlm.

Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Batuan Pembentuk Tanah. CV. Rajawali. Jakarta.

Pokja PPSP Lampung Tengah. 2012. Buku Putih Sanitasi. Pokja PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman). Lampung Tengah. Purnomo. 2003. Morfologi Dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Di Bawah Vegetasi

Karet dan Vegetasi Campuran di Sekitar Areal Perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih. Skripsi. Universitas Lampung. 75 hlm.


(42)

50

Purwantini, T.B. 2014. Merancang Masa Depan Ubi Kayu Lampung. Lampost, 02 Juni 2014.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 82 hlm.

Sarief, E. S., 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-Sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. IPB. Bogor.

Triyanto. 2002. Karakterisitik Sifat Fisik Dan Kima Tanah Pad Beberapa Pedon yang Telah Diperlakukan Dengan Sistem Olah Tanah Jangka Panjang di Lahan Kering Hajimena Bandar Lampung. Skripsi. Universitas lampung. 49 hlm.


(1)

3.4.3 Pengamatan dan Pengambilan Contoh Tanah Di Lapang

Profil tanah yang telah dibuat, kemudian diamati untuk mendapatkan data deskripsi tanah di lapang yang berupa lapisan tanah, warna (matriks dan karat), struktur, tekstur di lapang, konsistensi tanah, vegetasi yang ada diatasnya dan perakaran yang ada pada tiap lapisan tanah. Pendeskripsian dilakukan berdasarkan kriteria Soil Survey Manual (1993). Contoh tanah terganggu yang diambil pada masing-masing profil sebanyak 2 kg pada tiap lapisan dan contoh tanah utuh (tidak terganggu) dengan menggunakan ring sampel pada tiap lapisan tanah dengan tiga ulangan.

3.4.4 Penyiapan Contoh Tanah

Contoh tanah terganggu yang telah diambil dekering udarakan kemudian

ditumbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm sedangkan contoh tanah utuh yang diambil akan disiapkan untuk analisis laboratorium.

3.4.5 Analisis Sifat Fisika Tanah

Analisis warna, C-Organik dan strukutur tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Sedangkan analisis kerapatan isi, distribusi ruang pori total (metode piring sarang tekan), permeabilitas (Constant

Head Permeameter), tekstur 12 fraksi (metode pipet) dan karakteristik lengas

tanah pada (pF 1, pF 2, pF 2,54 dan pF 4,2) dilakukan di Laboratorium Pusat Institut Pertanian Bogor.


(2)

21

3.4.5 Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan pengolahan data berdasarkan data morfologi dan sifat fisik tanah ubi kayu dan kebun campuran dengan kriteria dari Pusat


(3)

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat perbedaan morfologi tanah yaitu pada lahan kebun campuran warna tanah lapisan permukaan lebih gelap dibandingkan lahan ubi kayu. Sementara struktur remah dan konsistensi gembur pada lapisan permukaan tanah pada lahan ubi kayu dan kebu campuran.

2. Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada lahan ubi kayu tingginya fraksi liat tanah pada lapisan permukaan, kerapatan isi yang sama pada lapisan permukaan tanah, permeabilitas tanah lebih tinggi pada lapisan permukaan, pori drainase lambat lapisan permukaan lebih rendah dan pori air tersedia lapisan pertama lebih tinggi dibandingkan kebun campuran.

3. Terdapat perbedaan sifat fisik tanah yaitu pada kebun campuran fraksi pasir lapisan pertama lebih lebih rendah, fraksi debu lebih tinggi, pori drainase cepat lapisan permukaan lebih rendah, dan kandungan C-organik tanah lebih tinggi dibandingkan lahan ubi kayu.


(4)

48

PUSTAKA ACUAN

Afandi, B. Rosadi. Maryanto, Nurarifani, M. Utomo, M. Senge, dan T. Adachi. 2002. Sediment yield from various land use practices in a hilly tropical

area of Lampung Region, South Sumatera, Indonesia. Jurnal. Jpn.

Soc.Soil Phys. 91:25-38.

Alhadi, Budi. 2012. Analisis Sifat Fisika Tanah Akibat Lintasan dan Bajak Traktor Roda Empat. Jurnal. Fakultas Pertanian Unsyiah. Banda Aceh. Armanto, M.E. 2001. Karakteristik Sifat-Sifat Tanah yang Diusahakan Sebagai

Kebun Tebu, Hutan dan Alang-Alang. Jurnal Tanah Trop. 12:107-115. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. UPT Produksi Media Informasi.

Lembaga Sumberdaya Informasi. Institut Pertanian Bogor. IPB Press. Bogor.

Badan Pusat Statistik Nasional. 2014. Produksi Ubi Kayu Nasional. BPS. Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Tengah. 2014. Produksi dan Luas Panen

Ubi Kayu Lampung Tengah. BPS. Lampung Tengah. Lampung.

Endriani. 2010. Sifat Fisika Dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah Konservasi. Jurnal. Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Jambi

Fatmawati. 1983. Pengaruh Pengolahan Tanah Minimum dan Penggunaan Sisa-Sisa Tanaman Terhadap Dinamika Sifat Fisik Tanah, Erosi dan Aliran Permukaan di Lampung Tengah. Skripsi. Universitas lampung.

Foth, H. D. 1998. Dasar- Dasar Ilmu Tanah. Terjemahan Purbayanti, E. D. Dwi R.L. Rayahayuning T. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Hanafiah, K.A, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah. Edisi ketiga. PT.Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.


(5)

Hairiah, K, M. Van Noordwijk and G. Cadisch. 2000. Crop yield, C and N balance of three types of cropping systems on an Ultisol in Northern Lampung. Netherlands Journal of Agricultural Science 48 : 3-17.

Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. R. Saul, M. A. Diha, Go Ban Hong & H. H. Bailey, 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta. 274 Hlm.

Islami dan Utomo, 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP Semarang. Lembaga Penelitian Tanah (LPT), 1980. Penuntun Analisa Fisika Tanah. Bogor:

Lembaga Penelitian Tanah, Badan Litbang Pertanian.

Litbang Pertanian. 2006. Pedoman Umum Budidaya Pertanian Pada Lahan

Pegunungan. Bogor. Badan Litbang Pertanian.

Kadir, M.Z. 1983. Pengaruh Mulsa Tanaman dan Pengolahan Tanah Terhadap Erosi, Aliran Permukaan dan Sifat Fisik Tanah PMK Pekalongan Lampung Tengah. Skripsi. Universitas Lampung. 124 hlm.

Maelenawati, D. 2005. Morfologi dan Sifat Fisik Tanah pada Lahan Pertanaman Jagung (Zea mays L.) dan Kebun Campuran (Mixed Cropping) di Desa Karang Anyar Kecamatan Jati Agung Lampung Selatan. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Nugroho, S.G., J. Lumbanraja, A.K. Mahi. Ellyzaiti, dan D. Mawardi. 1984. Laporan Penelitian, Studi Identifikasi Kemungkinan Degradasi Kesuburan

Tanah Pada Lahan Usaha Tani Ubi Kayu. Universitas Lampung. Bandar

lampug. 35 hlm.

Pairunan, Anna, K., Nanere, J, L., Arifin., Solo, S, R. Samosir, Romoaldus Tangkaisari, J. R Lalapia Mace, Bachrul Ibrahim., Hariadji Asnadi., 1985.

Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur :

Makassar.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah, Batuan Pembentuk Tanah. CV. Rajawali. Jakarta.

Pokja PPSP Lampung Tengah. 2012. Buku Putih Sanitasi. Pokja PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman). Lampung Tengah. Purnomo. 2003. Morfologi Dan Beberapa Sifat Fisik Tanah Di Bawah Vegetasi

Karet dan Vegetasi Campuran di Sekitar Areal Perkebunan PTPN VII Unit Usaha Way Galih. Skripsi. Universitas Lampung. 75 hlm.


(6)

50

Purwantini, T.B. 2014. Merancang Masa Depan Ubi Kayu Lampung. Lampost, 02 Juni 2014.

Rukmana, R. 1997. Ubi Kayu, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 82 hlm.

Sarief, E. S., 1985. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Suwardjo. 1981. Peranan Sisa-Sisa Tanaman dalam Konservasi Tanah dan Air pada Usahatani Tanaman Semusim. Disertasi. IPB. Bogor.

Triyanto. 2002. Karakterisitik Sifat Fisik Dan Kima Tanah Pad Beberapa Pedon yang Telah Diperlakukan Dengan Sistem Olah Tanah Jangka Panjang di Lahan Kering Hajimena Bandar Lampung. Skripsi. Universitas lampung. 49 hlm.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta Crant) di Desa Petuaran Hilir Kecamatan Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai

5 67 57

Identifikasi Dan Inventarisasi Tanaman Ubi Kayu (Manihot esculenta. CRANTZ) Di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara

4 73 46

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF UNTUK PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI KELOMPOK TANI ”TANI MAKMUR” DESA SINAR MULYA NATAR LAMPUNG SELATAN

0 8 3

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DI LAHAN KELOMPOK TANI USAHA MAJU DESA TANJUNG SENANG KECAMATAN KOTABUMI SELATAN LAMPUNG UTARA

5 23 68

IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) MONOKULTUR DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA SEPUTIH JAYA KECAMATAN GUNUNG SUGIH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

5 34 55

MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) DAN KEBUN CAMPURAN DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR, KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

1 8 46

IDENTIFIKASI BEBERAPA SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta) MONOKULTUR DAN KARET ALAM (Hevea brasiliensis) DI KALIBALANGAN, LAMPUNG UTARA

1 9 56

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH PADA TANAH ULTISOLS DI PERTANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz)

0 6 51

Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung Dan Keripik Beberapa Genotipe Ubi Kayu (Manihot Esculenta Crantz) Hasil Pemuliaan

0 3 58

PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DI DESA ADI JAYA KECAMATAN TERBANGGI BESAR KABUPATEN LAMPUNG TENGAH

0 0 16