Kecenderungan Kenakalan Remaja Kecerdasan Emosional

60 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas tentang peubah penelitian, definisi operasional, metodologi pengumpulan data, validitas dan reliabilitas alat ukur, populasi dan sampel penelitian, serta teknik analisis data yang dijelaskan sebagai berikut:

3.1 PEUBAH PENELITIAN

Dalam penelitian ini terdapat dua 2 peubah tak gayut independent variable dan satu 1 peubah gayut dependent variable yaitu: Peubah tak gayut : Kecerdasan emosional X 1 Keharmonisan keluarga X 2 Peubah gayut : Kecenderungan kenakalan remaja Y.

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Definisi operasional setiap peubah dalam rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2.1 Kecenderungan Kenakalan Remaja

Kecenderungan kenakalan remaja adalah dorongan atau keinginan untuk berperilaku melanggar aturan baik di sekolah maupun aturan dalam masyarakat yang tidak dapat diterima secara sosial berupa pelanggaran status yang merugikan dirinya sendiri maupun orang lain. Kecenderungan kenakalan remaja diukur menggunakan skala kecenderungan kenakalan remaja yang dimodifikasi dari Fitiasari 2008 berdasarkan aspek 61 kecenderungan kenakalan remaja dari Jensen 1985, dalam Sarwono, 2007, yaitu: 1. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain 2. Kemauan remaja untuk melakukan kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain. 3. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan obat dan hubungan seks pra-nikah 4. Keinginan remaja untuk melakukan kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan membolos, mengingkari status orang tua dengan minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya. Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecenderungan kenakalan remaja dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecenderungan kenakalan remaja. 62

3.2.2 Kecerdasan Emosional

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan, meraih dan membangkitkan perasaan itu untuk membantu pikiran memahami perasaan dan maknanya, serta mengendalikan perasaan secara mendalam sehingga membantu perkembangan emosional dan intelektual Salovey Mayer, 1990 dalam Stein Book, 2002. Skala kecerdasan emosional diukur menggunakan aspek kecerdasan emosional dari Tsaousis 2008 yang berdasarkan teori kecerdasan emosional dari Salovey dan Mayer dengan aspek sebagai berikut: 1. Mengenali emosi diri expression recognition of emotions Mengetahui apa yang dirasakan pada suatu saat dan menggunakannya untuk memandu dalam pengambilan keputusan serta menjadi tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang kuat. 2. Mengelola emosi control of emotions Menangani emosi dalam diri sedemikian rupa sehingga berdampak positif, peka terhadap kata hati dan sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari tekanan emosi. 3. Memotivasi diri sendiri use of emotion for fascilitation thinking Menggunakan hasrat diri yang paling dalam untuk menggerakan dan menuntun menuju sasaran, membantu diri dalam mengambil inisiatif dan bertindak sangat efektif dan untuk bertahan menghadapi kegagalan dan frustasi. 63 4. Mengenali emosi orang lain atau empati caring or emphaty Merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, mampu memahami perspektif orang lain, menumbuhkan hubungan saling percaya dan menyelaraskan diri dengan orang lain. Penilaian skala ini, semakin tinggi skor skala ini menunjukan semakin tinggi tingkat kecerdasan emosional remaja dan sebaliknya semakin rendah skor menunjukan semakin rendah tingkat kecerdasan emosional.

3.2.3 Keharmonisan Keluarga